2.1 Paleontologi
Charles Darwin
Beliau berpendapat kalau makhluk hidup yang terdapat di lapisan bumi
yang tua itu akan mengadakan perubahan bentuk yang di sesuaikan dengan
lapisan bumi yang lebih muda. Oleh sebab itu, pada lapisan bumi yang lebih muda
ditemukan fosil yang berbeda dengan lapisan bumi yang lebih tua. Karena
terdapatnya perbedaan iklim, tanah, serta juga faktor-faktor lain, maka terjadilah
perubahan di permukaan bumi dengan secara bertahap yang menyebabkan adanya
perubahan pula pada makhluk hidup untuk menyesuaikan diri.
1. Memiliki bagian tubuh yang keras, contohnya rangka, gigi, cangkang dan
jaringan kayu. Namun syarat ini tidak mutlak, karena dapat juga
ditemukan fosil hewan lunak.
2. Tubuh organisme yang mati tidak mengalami kehancuran, pelapukan,
pembusukan.
3. Organisme harus segera terkubur material yang mencegah terjadinya
pembusukan.
4. Fosil harus terawetkan melalui proses yang alami.
5. Dapat terekam pada batuan sedimen pada umumnya.
6. Berumur lebih dari 11.000 tahun
c. Leaching
Leaching ini merupakan larutnya unsur-unsur kabonat dalam sebuah fosil. Prroses
Leaching dapat diketahui dari hiasan yang hilang dan permkaan yang halus.
3. Impresi ( Cetakan )
Cast dan Mold adalah jenis fosilisasi di mana karakteristik fisik organisme
tercetak ke batu, terutama batuan berpori kasar seperti batu pasir. Biasanya,
bagian keras dari organisme (cangkang moluska, struktur kerangka koelenterat,
tulang dan gigi vertebrata, eksoskeleton chitinous arthropoda, batang pohon, dan
banyak sphenophyte) meninggalkan cetakan terbaik. Struktur keras ini biasanya
terdiri dari kalsium karbonat, kalsium fosfat, silika, atau kitin, dan tidak mudah
membusuk. Kekakuan bagian tubuh yang keras juga memungkinkan sedimen
terbentuk di sekitar organisme. Cast adalah bentuk cetakan bagian eksternal
organisme, sedangkan mold adalah bentuk negative imprint dari permukaan
organisme. (Taylor, Taylor & Krings, 2009, p. 22)
Ammonite Mold & Cast Dactylioceras commune Alum Shale
Fosil jejak atau ichnofosil (ichno = tapak kaki, jejak) adalah jejak, jalur,
liang, lubang, dan struktur lainnya (mis., cetakan akar) yang dibuat oleh
organisme pada substrat (Frey, 1971dalam Paul Basan, dkk., 1978). Aktifitas
organisme yang terekam pada sedimen ini dapat menjadi informasi penting
mengenai perilaku organisme dan paleoekologi suatu lokasi. Terdapat beberapa
klasifikasi dari fosil jejak ini antara lain berdasarkan morfologi, tipe preservasi,
etologi atau tingkah laku,dan filogeni. Penulisan atau Penamaan fosil jejak
didasarkan pada zoological nomenclature, dengan penamaan icnogenus dan
ichnospesies sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dibuat secara sistematis serta
mengacu pada morfologi dan karakteristik lainnya.
Coelenterata atau yang juga biasa disebut dengan Cnidaria adalah filum
hewan yang memiliki tubuh sangat sederhana. Kata Coelenterata berasal dari kata
coelos yang berarti rongga dan enteron yang berarti usus. Jadi, Coelenterata
adalah hewan yang memiliki rongga di dalam tubuhnya yang sekaligus berfungsi
sebagai organ pencernaan makanan. Coelenterata disebut sebagai hewan
sederhana karena jaringan tubuhnya hanya terdiri dari dua lapis sel, yaitu sel
internal dan eksternal. Coelenterata (dalam bahasa yunani, coelenteron = rongga)
adalah invertebrata yang memiliki rongga tubuh.Rongga tubuh tersebut berfungsi
sebagai alat pencernaan (gastrovaskuler).Coeleanterata disebut juga Cnidaria
(dalam bahasa yunani, cnido = penyengat) karena sesuai dengan cirinya yang
memiliki sel penyengat.Sel penyengat terletak pada tentakel yang terdapat
disekitar mulutnya. Coelenterata memiliki struktur tubuh yang lebih
kompleks.Sel-sel Coelenterata sudah terorganisasi membentuk jaringan dan fungsi
dikoordinasi oleh saraf sederhana.
Anggota Coelenterata terbagi menjadi dua bentuk tubuh, yaitu polip dan
medusa. Meskipun ada dua bentuk tubuh yang sangat berbeda, namun struktur
tubuh dari filum ini kurang lebih sama, memiliki tentakel, mulut, rongga
gastrovaskuler (coelenteron), dan memiliki dua lapisan tubuh.
Pada bentuk tubuh polip, bentuknya seperti tabung dengan mulut di ujung yang
dikelilingi oleh tentakel. Sedangkan, bagian bawah atau dasarnya melekat pada
substrat. Untuk bentuk tubuh medusa, mereka berbentuk menyerupai lonceng atau
payung. Mereka yang memiliki bentuk tubuh seperti ini memiliki mulut di bagian
bawah atau pada bagian cekung (konkaf). Mereka memiliki tentakel yang
memanjang dari pinggiran payungnya. Anggota Coelenterata yang memiliki
bentuk tubuh medusa biasanya hidup bebas atau tidak menempe pada substrat.
1. Hydrozoa
Hydrozoa berasal dari kata hydra, artinya hewan yang bentuknya seperti
ular. Umumnya hidup soliter atau berkoloni. Soliter berbentuk polip dan yang
berkoloni berbentuk polip dan medusa. Hydrozoa hidupnya ada yang soliter
(terpisah) dan ada yang berkoloni (berkelompok). Hydrozoa yang soliter
mempunyai bentuk polip, sedangkan yang berkoloni dengan bentuk polip
dominan dan beberapa jenis membentuk medusa. Contoh Hydra dan Obellia.
2. Scyphozoa
Scyphozoa (dalam bahasa yunani, scypho = mangkuk, zoa = hewan)
memiliki bentuk dominan berupa medusa dalam siklus hidupnya. Medusa
Scyphozoa dikenal dengan ubur-ubur.Medusa umumnya berukuran 2 – 40 cm.
Reproduksi dilakukan secara aseksual dan seksual.Polip yang berukuran kecil
menghasilkan medusa secara aseksual. Contoh Scyphozoa adalah Cyanea dan
Chrysaora fruttescens.
3. Anthozoa
Anthozoa (dalam bahasa yunani, anthus = bunga, zoa = hewan) memiliki
banyak tentakel yang berwarna-warni seperti bunga. Anthozoa tidak memiliki
bentuk medusa, hanya bentuk polip. Polip Anthozoa berukuran lebih besar dari
dua kelas Coelenterata lainnya.Hidupnya di laut dangkal secara berkoloni.
Anthozoa bereproduksi secara aseksual dengan tunas dan fragmentasi, serta
reproduksi seksual menghasilkan gamet.
Hewan ini dapat ditemukan pada air laut, tawar, dan darat. Kelas
Gastropoda bersifat Hermafrodit, yaitu tidak terjadi pembuahan secara sendiri.
Athleta, TERSIER BAWAH. 55-45 MYA. Athleta diakui oleh cangkang spiney yang
unik. Tidak seperti kebanyakan gastropoda, ia memiliki keturunan cepat ke titik. 5in
adalah ukuran yang layak untuk Athleta. Ini memiliki cangkang datar dengan Cembung
dan duri yang sangat panjang pada garis pertumbuhan yang berat.
Fosil jejak (trace fossils) merupakan hasil dari aktivitas suatu organisme
yang terawetkan di dalam lapisan batuan (Ekdale, et. al, 1984). Fosil jejak sendiri
dianggap adalah struktur biogenik pada batuan sedimen yang merupakan
pencerminan akan suatu kehidupan dari suatu lingkungan pengendapan (Boggs,
2006). Klasifikasi dalam fosil jejak dapat didasarkan pada 4 hal, yaitu :
taksonomi, model pengawetan, pola hidup, dan lingkungan pengendapan (Ekdale,
et. al, 1984). Secara umum dari keempat dasar klasifikasi tersebut, tidak dapat
dipisahkan satu sama lainnya, dan bergantung pada tujuan penggunaan fosil jejak
tersebut.