Anda di halaman 1dari 21

ARUS KAS PROYEK DAN RISIKO

Cash Flow Estimation

Tiga Kategori Cash Flow yang perlu diperhatikan ialah sebagai berikut:

1. Cash outflow/initial investment outlay

Kategori pertama adalah cash flow yang segera dibutuhkan untuk membiayai aktiva dan menyiapkan aktiva

itu beroperasi. Contoh:

a. Harga pembelian aktiva,

b. Biaya pemasangan,

c. Modal kerja,

d. Biaya pelatihan;

e. Biaya tenaga ahli, dan

f. Hasil penjualan mesin lama (replacement)

2. Cash inflow/proceed/cash flow

Kategori kedua adalah arus kas masuk yang diperoleh dari hasil aktiva/investasi baru.

Contoh:

a. Tambahan penjualan

b. Penghematan tenaga kerja, bahan baku, bahan bakar

c. dan lain-lain
3. Terminal cash flow

Kategori ketiga adalah cash flow yang berkaitan dengan penutupan proyek.

Contoh:

a. Nilai sisa aktiva/salvage value/nilai residu, dan

b. Inestasi modal kerja

Relevant Cash Flows

Relevant cash flows adalah arus kas tertentu yang harus dipertimbangkan dalam rnengambil keputusan

sehubungan dengan capital budgeting.

HaL-hal penting yang harus diperr-atikan ialah sebagai berikut.

(1) Taksiran kas harus dihitung atas dasar setelah pajak.

(2) Baik dalam hal menambah investasi baru, maupun dalam mengganti yang lama dengan yang baru,

maka cash inflow yang dicari adalah pertambahan (kenaikan/selisih) cash inflow akibat penambahan

ataupun penggantian investasi jangka panjang.

(3) Dalam cash outflow, unsur bunga tidak boleh dihitung.

(4) Sunk cost dan oppurtunity cost. Sunk cost adalah pengeluaran yang telah ditetapkan sebelumnya

( committed) atau yang telah terjadi sehungga hal itu tidak dipengaruhi oleh keputusan yang diambil

saat ini. Contoh biaya studi kelayakan, biaya konsultan dll. biaya opportunitas adalah arus kas yang

seharusnya dapat dihasilkan oleh suatu aktiva perusahaan seandainya penggunaan aktiva tersebut tidak

untuk proyek yang sedang di analisis.

Metode Garis Lurus

C−S
D=
N

Keterangan: D = besamya depresiasi setiap tahun

C = harga dari investasi

S = salvage value/nilai residu .

N = taksiran umur investasi


Book value = harga aktiva - akumulasi depresiasi

Contoh:

Harga sebuah mesin = Rp 12-juta. Ditaksir berumur 10 tahun. Berapa nilai bukunya pada tahun ke-3?

(nilai residu = Rp2 juta)

Jawab:

Rp 12 juta−Rp 2 juta
D= =Rp 1 juta
10

Book value = Rp 12 juta - 3 (Rp 1 juta) = Rp9 juta

Book value/nilai buku :

Nilai dimana merupakan nilai aktiva dibukukan

Market value/nilai pasar:

Harga dimana aktiva dapat dijual.

Cara Menghitung Cash Outflow

1. Untuk suatu investasi baru, maka harus dimasukkan semua biaya guna memperoleh atau melaksanakan

investasi tersebut (termasuk biaya pemasangan atau pembangunannya, bea masuk, pajak yang harus

dibayar guna memperoleh investasi investasi baru tersebut).

2. Dalam mengganti invesrasi lama, yang dijual dan diganti dengan. investasi baru, maka pertambahan

cash outflownya harus dicari sebagai berikut.:

a. Jika investasi lama dijual seharga nilai bukunya, maka pertambahan cash outflow dihitung sebagai

berikut:

Misalnya:

Nilai beli mesin baru = Rp 100 juta, nilai buku mesin lama adalah Rp25 juta, dan laku terjual

seharga nilai bukunya.

Biaya investasi baru = Rp 100 juta

Harga jual investasi lama = 25 juta

Pertambahan cash outflow = 75 juta


b. Jika investasi lama dijual di atas nilai bukunya (jadi, dijual dengan untung), maka pertambahan

cash flows nya dihitung sebagai berikut

Misalnya: Sama seperti di atas, tetapi mesin lama laku terjual senilai Rp35juta, tingkat pajak =

25%.

Biaya investasi baru = Rp 100 juta

Harga jual investasi lama = 35 juta

= Rp 65 juta

Tax loss = gain × tax rate = (35 juta-25juta).25% = 2,5juta

Pertambahan cash outflows = Rp 67,5juta

c. Seandainya investasi lama dijual dengan rugi (dijual di bawah nilai bukunya); maka pertambahan

cash outflows harus dihitung sebagai berikut:

Misalnya:

Sama seperti di atas, tetapi mesin lama hanya laku terjual senilai Rp20 juta, tirigkat pajak = 25%.

Biaya investasi baru = Rp 100 juta

Harga jual investasi lama = 20 juta

= Rp 80 juta

Tax loss = loss × tax rate = (25 juta-20juta).25% = 1,25juta

Pertambahan cash outflows = Rp 78,75juta

Cara Menghitung Cash Inflow (CI)

Cash Inflow = Net Income + Depreciation


CI = EAT + D
∆CI = ∆EAT + ∆D

CI = EBIT – T(EBIT) + D
CI = EBIT (1-T) + D
∆CI = ∆EBIT (1-T) + ∆D

∆CI = (DS – DO – DD) (1-T) + ∆D


∆CI = {(S2 – S1) – (O2 – O1) – (D2 – D1)} (1-T) + (D2 – D1)

Keterangan:

S1 = sales sebelum investasi baru


S2 = sales sesudah investasi baru

O1 = operating cost sebelum investasi baru

O2 = operating cost sesudah investasi baru

D1 = depresiasi investasi lama

D2 = depresiasi investasi lama .

Metode-Metode Penyusutan

1. Metode garis lurus (straight line method)

2. Acelerated cost recovery system (ACRS)

3. Modified accelerated cost recovery system (MACRS)

Tabel 1
MAJOR CLASSES AND ASSET LTVES FOR MACRS
Class Type of property
3-year Certain special manufacturing tools
5-year Automobiles, light-duty trucks, computers,
and certain special manufacturing equipment
7-year Most industrial equipment, office furniture,
and fixture
10-year Certain longer-lived types of equipment
27.5-year Residential rental real property, such as
apartment buildings
31.5-year All nonresidential real property, including
commercial and industrial building

Tabel 2
Recovery Allowance Percentage For Personal Property
Ownership Class of Investment
Year 3-Year 5-Year 7-Year 10-Year
1 33% 20% 14% 10%
2 45 32 25 18
3 15 19 17 14
4 7 12 13 12
5 11 9 9
6 6 9 7
7 9 7
8 4 7
9 7
10 g
11 3
100% 100% 100% 100%

Tabel 3
Accounting profits versus NET cash flow
(DALAM RIBUAN)

Accounting Profit Cash Flows


Penjualan $50,000.00 $50,000.00
Biaya tanpa depresfasi (25,000.00) (25,000.00)
Depresiasi 15,000.00 --------------
Laba operasi $10,000.00 $25,000.00
Pajak (30%) (3,000.00) (3,000.00)
Laba bersih/arus kas Bersih $7,000.00 $22,000.00

Arus kas Bersih = laba bersih - + depresiasi


Net CF = EAT + depreciation
= 7,000 + 15,000
= $22,000.00

Langkah-Langkah dalam Menilai Usulan Investasi Penggantian (NPV), adalah:

1. Tentukan besarnya cash outflows (CO)

2. Tentukan besarnya ∆ cash outflows ∆CI)

3. Tentukan besarnya Terminal cash outflows.

4. Tentukan besarnya PV ∆CI

5. Tentukan besarnya PV terminal Cash Flows


6. Tentukan NPV

NPV = PV ∆CI + PV terminal CF - CO

(4) + (5) - (1)

1. PT X, sebuah perusahaan genteng di Surabaya, bermaksud mengganti mesin lama dengan mesin baru

yang lebih canggih dan lebih efisien. Mesin lama dibeli 5 tahun yang lalu seharga Rp 170 juta,

termasuk biaya pemasangan, dengan taksiran umur 15 tahun. Pada akhir tahun ke-15 diperkirakan nilai

sisanya masih ada sebesar Rp20 juta.

Mesin baru mempunyai data-data sebagai berikut:

Harga beli Rp 150 juta, biaya pemasarigan Rp 100 juta, taksiran umtir 10 tahun, taksiran nilai

residu Rp25 juta, tambahan modal kerja Rp40 juta.

Dengan penggantian ini, maka hasil penjualan rata-rata diharapkan akan naik dari Rp 100 juta

menjadi Rp 120 juta per tahun, sementara biaya operasi (yang bersifat kas) akan dapat ditekan dari

Rp90 juta menjadi Rp70 juta per tahun. Kedua mesin disustukan dengan metode garis lurus, biaya

modal 18% dan pajak perseroan 40%. Mesin lama laku dijual seharga Rp 125 juta.

Apakah penggantian mesin tersebut layak dilakukan (menurut metode NPV) ?

Jawab :

Mesin lama :

Harga beli = Rp170 juta

Umur = 15 tahun

Nilai sisa = Rp 20 juta

170 juta−20 juta


D1 = = Rp 10 juta
15

Nilai buku = 170 juta – 5 (10juta) = Rp120 juta


Nilai pasar = Rp125 juta

Nilai buku < nilai pasar  untung (tax loss)

Mesin Baru :

Harga beli = Rp 150 juta


Biya pemasangan = 100 juta +

= Rp 250 juta

Nilai sisa = Rp 25 juta

250 juta−25 juta


D2 = =¿Rp 22,5 juta
10

a. Menghitung cash outflow

Harga beli mesin baru Rp150 juta


Biaya pemasangan 100 juta +
Rp250 juta
Harga jual mesin lama 125 juta -
Rp 125 juta
Tax loss = 40% (125 juta – 120 juta) 2 juta +
Rp 127 juta
Molda kerja 40 juta +
Cash outflow Rp 167 juta
b. Menghitung ∆ cash inflow

∆CI = (∆S-∆O-∆D) (1-T) + ∆D

= {(S2-S1) – (O2-O1)-(D2-D1)} (1-T) + (D2-D1)}

= {(120jt – 100 jt) – (70 jt – 90 jt ) – (22,5 jt -10 jt)} – (1-0.4) +

= (22,5 jt. – 10 jt)}

= {(20 juta) – (-20 juta) – (12,5 juta)} 0,6 + 12,5 juta

= Rp 29 juta

c. Terminal cash flow

Modal kerja = Rp40 juta

Nilaii sisa mesin baru = 25 juta +

= Rp65 juta

d. PV∆CT

= ∆CI x PVIFA1oth, 18%

= 29 juta x (4,491) = Rp130.2389 juta

e. PV Terminal cash flow

= Rp65 juta x (PVIF10th,18%)

= Rp65 juta x (0,1911)

= Rp12,4215 juta

f. NPV

= PV ∆CI + PV terminal CF – CO

= 130.3289 + 12,4215 – 167

= - Rp24.2496 juta → NPV < 0 (tidak layak)

167 juta
P = CO = x 1 tahun = 5.76 tahun
29 juta
2. Pada permulaan tahun 2004, suatu perusahaan membeli sebuah mesin dalam rangka menambah

kapasitas produksinya dengan harga Rp6o juta. Umur mesin tersebut adalah 15 tahun.

Pada permulaan tahun tahun 2010, dealer mesin tersebut menawarkan mesin model baru yang akan

dapat meningkatkan kapasitas produksi dan sekaligus dapat menekan biaya produksi karena pemakaian

energi yang lebih hemat. Adapun harga mesin model baru tersebut adalah Rp72 juta dengan masa hidup

9 tahun.

Setelah dipertimbangkan segala sesuatunya, diperkirakan jika mesin lama diganti dengan mesin model

baru, selama 9 tahun setiap tahunnya akan dapat meningkatkan penjualan dan menekan biaya produksi,

tidak termasuk depresiasi sebagai berikut:

Tahun Tambahan penjualan Penghematan Biaya Produksi

(ΔS) (ΔO)
2010 Rp 6 juta Rp 2 juta

2011 Rp 6 juta Rp 2 juta

2012 Rp 6 juta Rp 2 juta

2013 Rp 6 juta Rp 2 juta

2014 Rp 8 juta Rp 4 juta

2015 Rp 8 juta Rp 4 juta

2016 Rp 8 juta Rp 4 juta

2017 Rp 10 juta Rp 6 juta

2018 Rp 10 juta Rp 6 juta

Tingkat pajak = 40%.

Mesin lama jika dijual pada permulaan tahun 2010 diperkirakan akan laku sesuai dengan harga

bukunya. Dari data di atas, bagaimanakah pendapat Saudara; apakah sebaiknya mesin lama diganti dengan

mesin baru pada tahun 2010 (apabila digunakan metode NPV dengan discount rate = 18%)?

Jawab:

60 juta 72 juta
D1 = = 4 juta; D2 = =¿Rp 8 juta
15 9

ΔD =D2-D1 = Rp 4 jt

Book value 6 tahun (2010-2004) = 60 jt-6 (4jt)= Rp 36 jt


Harga mesin baru = Rp 72 jt

Harga jual mesin lama= book value = Rp 36 jt

Capital outlay = Rp 36 jt

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Tahun ΔS ΔO ΔD ΔCI PVIF18% PVΔCI

[(2)-(3)-(4)][(1-0,4)+(4) (5)(6)
2010 Rp 6 jt -Rp 2 jt Rp 4 jt Rp 6,4 jt 0,8475 5,4240 jt
2011 Rp 6 jt -Rp 2 jt Rp 4 jt Rp 6,4 jt 0,7182 4,5965 jt
2012 Rp 6 jt -Rp 2 jt Rp 4 jt Rp 6,4 jt 0,6086 3,8950 jt
2013 Rp 6 jt -Rp 2 jt Rp 4 jt Rp 6,4 jt 0,5158 3,3011 jt
2014 Rp 8 jt -Rp 4 jt Rp 4 jt Rp 8,8 jt 0,4371 3,8465 jt
2015 Rp 8 jt -Rp 4 jt Rp 4 jt Rp 8,8 jt 0,3704 3,2595 jt
2016 Rp 8 jt -Rp 4 jt Rp 4 jt Rp 8,8 jt 0,3139 2,7625 jt
2017 Rp 10 jt -Rp 6 jt Rp 4 jt Rp 11,2 jt 0,2660 2,9792 jt
2018 Rp 10 jt -Rp 6 jt Rp 4 jt Rp 11,2 jt 0,2255 2,5256 jt
PVΔCI Rp 32,5897 jt

Capital outlay Rp 36 jt

NPV - Rp 3,4103 jt

(ditolak)

Analisis risiko proyek

Ada 3 jenis risiko proyek,yaitu:

1. Stand alone risk / risiko sendiri.

Risiko khusus dari suatu proyek atau aktiva tanpa dikaitkan sama sekali dengan proyek atau aktiva

lain yang mungkin dimiliki oleh perusahan. Risiko ini diukur dari variabilitas tingkat pengembalian

yang diharapkan atas aktiva/ proyek yang bersangkutan. Ada 3 metode, yaitu
a. Analisis sensitivitas yaitu suatu teknik untuk menganalisis risiko dengan mengubah-ubah

variabel kunci dan mengamati pengaruhnya terhadap NPV dan tingkat pengembalian laba.

b. Analisis skenario yaitu teknik untuk menganalisis risiko dengan membandingkan situasi yang

paling memungkinkan atau skenario dasar ( semacam situasi normal) dengan keadaan yang

“baik” dan “buruk” misalnya penjualan turun, biaya variabel per unit meningkat dll

c. Monte carlo simulation, yaitu teknik risiko yang mungkin terjadi di masa mendatang

disimulasikan ke dalam komputer sehingga menghasilkan estimasi tingkat pengembalian dan

indeks risiko.

2. Coorporate / within –firm risk (risiko perusahaan/risiko bisnis)

Risiko yang diukur tanpa mempertimbangkan diversifikasi atau portopolio dari pemegang saham.

Risiko ini diukur dari variabilitas laba perusahaan yang mengakibatkan oleh suatu proyek tertentu.

Tujuan adalah untuk mengurangi risiko. Risiko ini penting karena

1. Perusahaan kecil lebih menaruh perhatian risiko perusahaan dari pada risiko pasar.

2. Risiko perusahaan jua memengaruhi harga saham.

3. Stabilitas penting bagi semua pihak seperti manager, investor dll.

3. Beta /market risk ( risiko pasar)

Risiko ini tidak dapat dihilangkan melalui portopolio. Risiko ini diukur melalui beta proyek. Risiko

pasar penting karena berpengaruh langsung terhadap harga saham.

Capital Rationing/Penjatahan Modal

Pembatasan/limit jumlah dana yang dapat diinvestasi dalam jangka waktu tertentu adalah sebagai

berikut:.

Contoh:
Lima proyek dengan skala yang berbeda (umur = 5 tahun; k = 10%).

Project Outlay = lo Annual CF PV of CF MPV IRR PI


A $400,000 $121,347 $460,000 $60,000 15.7% 1,15
B 250,000 74,523 282,500 32,500 14.9 1.13
C 350,000 102,485 888;50) 38,500 14.2 1.11
P 300,000 85,470 324,000 24,000 13.1 1.08
E 100,000 23,742 90,000 -10,000 6.0 0.90
Terdapat penjatahan modal sebagai berikut.

 Anggaran dibatasi sebesar = $600,000.00

Yang sebaiknya dipilih ialah proyei: B dan C.

Proyek dengan Umur Berbeda Contoh:

Perusahaan HEP sedang mempertimbangkan 2 usulan investasi mengenai sistem penanganan bahan

baku, yaitu proyek C (conveyor system) atau-proyek F (forklift trucks).

Di bawah ini disajikan expected net cash flows dari 2 proyek di atas yang bersifat mutually exclusive.

(diketahui COC = 12%)

Proyek C

0 1 2 3 4 5 6
-40.000 8.000 14.000 13.000 12.000 11.000 10.000
Proyek F

-0 1 2 3
-20.000 7.000 13.000 12.000

 Pilih Proyek C karena NPV > NPV

$6,491 > $5,155

Ada 2 macam pendekatan / cara :

(1) Replacement chain (common life) approach, dan

(2) Equivalent annual annuity approach

Replacement Chain (Mata rental) Approach

Metode yang mengasumsikan bahwa setiap proyek akan berulang beberapa kali jika dibutuhkan demi

menyamakan rentang jangkanya (time line).

Contoh :
Umur proyek C = 6 tahun

Umur proyek F = 3 tahun  Jadi, proyek F harus diperlias, disamakan sehingga menjadi 6 tahun

Extended life NPV1 = -200,000 + 7,000 (0,8929) + 13,000 (0.7972)

+ (-8,000) (0.7118) + 7,000 (0.6355) + 13,000 (0.5674) +

12,000 (0.5066)

= -20,000 + 28,824

= $8,824

NPV = $6,491

 Pilih proyek F

Kelemahan : kurang praktis

Equivalent Annual Annuity Approach (EAA Method)

Metode yang mengasumsikan bahwa setiap proyek diulang dengan skala yang tetap / sama untuk

selamanya (n = ~).

Rumus :
(1+ k )n
NPV (n , ) =NPV (n )
[ ]
( 1+k )n1

Contoh :

Proyek C

NPVn = $6,491 ; n = 6 tahun

(1+ 0.12)6
NPV(n,-) = 6,491
[
(1+0.12)6 −1 ]
1,9738
= 6,491 [ 0,9738 ]
= $13,158

Proyek F
NPVn = $5,155 ; n = 3 tahun

(1+ 0.12)3
NPV(n,-) = 5,155
[ (1+0.12)3 −1 ]
1,40493
= 5,155 [ 0,40493 ]
= $17,883

Kesimpulan : Pilih Proyek F

RISIKO
Estimasi penerimaan (cashflow) yang diharapkan tersebut belum tertentu
sama dengan kenyataannya, karena adanya faktor risiko yang
mempengaruhinya. Risiko adalah kemungkinan timbulnya kerugian yang dapat
diperkirakan sebelumnya dengan menggunakan data dan informasi yang cukup
relevan misalnya risiko persaingan, risiko bencana dll.
Kemungkinan Timbulnya Risiko.
Menurut Sutrisno (2003), Pada umumnya risiko muncul dari tiga kemungkinan,
yaitu:
1. Besarnya investasi. Suatu investasi besar biasanya memiliki risiko besar
dibandingkan investasi kecil.
2. Penanaman kembali dari cashflow. Seberapa besar kemungkinan hasil dari
penanaman kembali investasi.
3. Penyimpangan dari cashflow. Semakin besar variasi penerimaan, maka risikonya
juga semakin besar, sebaliknya bila variasi kecil, risiko juga kecil.

B. METODE MENGHITUNG RISIKO.


Untuk membuat proyeksi penerimaan dengan mempertimbangkan risiko, bisa
digunakan beberapa metode analisis antara lain:
1. Analisis Sensitivitas.
Pendekatan ini berdasarkan pada berbagai kemungkinan dari yang paling
optimis sampai pada kemungkinan yang paling pesimis. Misalnya
a. Investasi secara optimis
b. Investasi wajar
c. Investasi pesimis.
Lalu cari range antara optimis dengan pesimis yang lebih kecil.

Misalnya
Investasi A Investasi B
Investasi Rp 500 juta Rp 500 juta
Optimis 20% 22%
Wajar 17% 16%
Pesimis 14% 10%
Range 6% 12%
Maka investasi A lebih baik, karena risikonya lebih kecil yaitu range 6%
dibandingkan investasi B.

2. ANALISIS STATISTIK
A. RISIKO ARUS KAS
Proyeksi penerimaan-penerimaan yang akan datang disebut nilai yang
diharapkan ( expected value).
Formula
E( V ) =∑ V i . Pi
dimana
E(V) = nilai (cashflow) yang diharapkan
Vi = cashflow
Pi = probabilitas setiap cashflow.

Formula deviasi standar


2
σ= √ ∑ [ V i−E (V )] Pi
dimana
 = Deviasi standar
E(V) = Nilai yang diharapkan
Vi = Cashflow
Pi = Probabilitas setiap cashflow.

Misalnya
Ada 2 proyek yang mempunyai umur ekonomis 1 tahun dengan
karakteristik aliran kas sebagai berikut:
Investasi A Investasi B
Probabilitas Cashflow Probabilitas Cashflow
0,1 15.000 0,05 15.000
0,2 20.000 0,20 20.000
0,4 25.000 0,50 25.000
0,2 30.000 0,20 30.000
0,1 35.000 0,05 35.000
Jawab
 Nilai (cash flow) yang diharapkan.
 Investasi A
15.000 x 0,10 = 1.500
20.000 x 0,20 = 4.000
25.000 x 0,40 = 10.000
30.000 x 0,20 = 6.000
35.000 x 0,10 = 3.500
Cashflow yang diharapkan A = 25.000
 Investasi B = 25.000

 Deviasi Standar ()


 Investasi A
( 15.000-25.000)2 x 0,10 = 10.000.000
( 20.000-25.000)2 x 0,20 = 5.000.000
(25.000-25.000)2 x 0,40 = 0
(30.000-25.000)2 X 0,20 = 5.000.000
(35.000-25.000)2 x 0,10 = 10.000.000
= 30.000.000
A= √ 30.000.000 =5.477

 Investasi B

 B = √ 20.000.000 = 4.472
maka investasi A lebih berisiko, dibandingkan investasi B.
KOEFISIEN VARIASI
Adalah suatu pengukuran relatif dari penyebaran yang menunjukkan besar
kecilnya risiko yang terkandung dalam proyek investasi yang bersangkutan.
Koefisien ini digunakan bila nilai yang diharapkan tidak sama.
Misalnya
Investasi A Investasi B
E(V) Rp 5.000 Rp 7.500
 Rp 2.000 Rp 2.500
Koefisien Variasi 0,40 0,33
Maka ternyata investasi A lebih berisiko dibandingkan investasi B.
B. RISIKO PROYEK
Aliran kas investasi yang berjangka panjang ada yang bersifat independen,
artinya bila aliran kas pada tahun ke-n mengalami penurunan sebesar 30%,
tidak mempengaruhi aliran kas tahun ke n+1. Dan yang bersifat tidak
independen yakni apabila aliran kas tahun ke-n mempengaruhi aliran kas tahun
ke n+1.
Rumus
Ct
E ( PV )=∑
(1+ r )
dimana
E(PV) = Present value yang diharapkan
Ct = cashflow tahun ke-t
r = return yang diharapkan

Rumus Deviasi Standar


σ
σ =

dimana
√ 2
∑ ( 1+ ir )2 t

 = deviasi standar
t = periode
r = return yang diharapkan
1. ALIRAN KAS INDEPENDEN
Ada 2 proyek investasi A dan B sama-sama mempunyai umur ekonomis 2
tahun, dan membutuhkan dana sebesar Rp 700.000.000 serta tingkat return yang
diharapkan (r) sebesar 15%. Distribusi cashfow dan probabilitas adalah.
Usulan investasi A Usulan Investasi B
Tahu Cashflow Probabilitas Tahu Cashflow Probabilitas
n n
1 300.000.000 0,10 1 200.000.000 0,10
350.000.000 0,20 300.000.000 0,25
400.000.000 0,40 400.000.000 0,30
450.000.000 0,20 500.000.000 0,25
500.000.000 0,10 600.000.000 0,10
2 400.000.000 0,15 2 300.000.000 0,15
450.000.000 0,20 400.000.000 0,30
500.000.000 0,30 500.000.000 0,20
550.000.000 0,20 600.000.000 0,30
600.000.000 0,15 700.000.000 0,05
Jawab
 Investasi A
Tahun 1 Tahun 2
Rp 300 juta x 0,1 = Rp 30 juta E(cashflow) = Rp 500 juta
Rp 350 juta x 0,2 = Rp 70 juta
Rp 400 juta x 0,4 = Rp 160 juta
Rp 450 juta x 0,2 = Rp 90 juta
Rp 500 juta x 0,1 = Rp 50 juta
Cashflow yang diharapkan = Rp 400 juta

 Investasi B
Tahun 1 Tahun 2
Cashflow yang diharapkan = Rp 400 juta E(cashflow) = 480 juta.
Jika dicari NPV nya adalah

400. 000 . 000 500 .000 . 000


NPV A =−700 .000 . 000+ + =25. 897 . 720
( 1+0 ,15 )1 ( 1+0 , 15)2

400 . 000. 000 480 . 000. 000


NPV B =−700. 000 . 000+ + =10 .775 . 074
( 1+0 , 15)1 ( 1+0 , 15)2

Kesimpulan kedua proyek layak, tetapi proyek A lebih menguntungkan.


Bagaimana deviasi standar kedua proyek tersebut
 Investasi A
Tahun 1 Tahun 2
(300-400)2 x 0,10 = Rp 1.000 2 = √ 4.000=63,246
(350-400)2 x 0,20 = Rp 500
(400-400)2 x 0,40 = Rp 0
2
(450-400) x 0,20 = Rp 500
(500-400)2 x 0,10 = Rp 1.000
Rp 3.000
1 = √ 3.000=54,772
 Investasi B
Tahun 1 Tahun 2
1 = √ 13.000=114,018 2 = √ 13.600=116,619
Maka Deviasi standar NPV proyek tersebut adalah
2 2
(54 . 772 .000 ) (63 .246 . 000 )
σ A=
√ (1+0 ,15 )2
+
(1+0 ,15 )4
= 67. 494 .029

2 2
(114 . 018 . 000) (116 . 619 . 000)
σ B=

(1+0 , 15)2
+
(1+ 0 ,15 )4
=
176.057.118
Maka dapat dilihat bahwa resiko investasi A lebih kecil daripada Investasi B.

2. ALIRAN KAS TIDAK INDEPENDEN


Misal
Joint Probability Aliran Kas ( Rp juta)_
Tahun 1 Tahun 2 Joint
Prob semula Aliran kas Prob Aliran kas probability
(P1) Bersih kondisional (P2) Bersih
0,40 -300 0,12
0,30 -100 0,40 -100 0,12
0,20 50 0,06
0,40 100 0,12
0,40 200 0,40 200 0,16
0,30 300 0,16
0,20 200 0,08
0,30 400 0,40 400 0,12
0,40 500 0,12
Proyek ini membutuhkan dana investasi sebesar Rp 200.000.000, berusia 2
tahun, dengan cashflow seperti tabel diatas.
Misalnya return yang diharapkan 12 %.
Jawab
NPV 1 = -200 + [ -100/ (1,12) +(-300/(1,12)2] = -528,44
NPV 2 = -200 + [ -100/ (1,12) + (-100/ (1,12)2] = -309,95
NPV 3 = -200 + [ -100/ (1,12) + (-50 / (1,12)2 ] = -249,43 …..dst

Hasil perhitungan dibuatkan Tabel


ke (1) NPV (2) Joint Prob (3) Nilai rata-rata (2x3)
1 -528,44 0,12 -63,41
2 -309,95 0,12 -37,19
3 -249,43 0,06 -14,97
4 58,29 0,12 6,99
5 138,01 0,16 22,08
6 217,73 0,12 26,13
7 316,58 0,08 18,99
8 476,02 0,12 57,12
9 555,74 0,12 66,69
Rata-rata tertimbang 82,43

Standar deviasinya () adalah 69.040.000 dengan rata-rata NPV positif adalah
82.430.000, maka investasi tersebut layak.

Soal
Suatu perusahaan yang menanamkan dananya sebesar Rp 225.000.000
menghasilkan aliran kas sebagaai berikut:
Aliran kas probabilitas
200 juta 0,15
250 juta 0,20
300 juta 0,35
350 juta 0,20
400 juta 0,10
Hitung:
1. NPV yang diharapkan dengan return sebesar 18%
2. Deviasi standar
3. Koefisien variasi

Anda mungkin juga menyukai