Tiga Kategori Cash Flow yang perlu diperhatikan ialah sebagai berikut:
Kategori pertama adalah cash flow yang segera dibutuhkan untuk membiayai aktiva dan menyiapkan aktiva
b. Biaya pemasangan,
c. Modal kerja,
d. Biaya pelatihan;
Kategori kedua adalah arus kas masuk yang diperoleh dari hasil aktiva/investasi baru.
Contoh:
a. Tambahan penjualan
c. dan lain-lain
3. Terminal cash flow
Kategori ketiga adalah cash flow yang berkaitan dengan penutupan proyek.
Contoh:
Relevant cash flows adalah arus kas tertentu yang harus dipertimbangkan dalam rnengambil keputusan
(2) Baik dalam hal menambah investasi baru, maupun dalam mengganti yang lama dengan yang baru,
maka cash inflow yang dicari adalah pertambahan (kenaikan/selisih) cash inflow akibat penambahan
(4) Sunk cost dan oppurtunity cost. Sunk cost adalah pengeluaran yang telah ditetapkan sebelumnya
( committed) atau yang telah terjadi sehungga hal itu tidak dipengaruhi oleh keputusan yang diambil
saat ini. Contoh biaya studi kelayakan, biaya konsultan dll. biaya opportunitas adalah arus kas yang
seharusnya dapat dihasilkan oleh suatu aktiva perusahaan seandainya penggunaan aktiva tersebut tidak
C−S
D=
N
Contoh:
Harga sebuah mesin = Rp 12-juta. Ditaksir berumur 10 tahun. Berapa nilai bukunya pada tahun ke-3?
Jawab:
Rp 12 juta−Rp 2 juta
D= =Rp 1 juta
10
1. Untuk suatu investasi baru, maka harus dimasukkan semua biaya guna memperoleh atau melaksanakan
investasi tersebut (termasuk biaya pemasangan atau pembangunannya, bea masuk, pajak yang harus
2. Dalam mengganti invesrasi lama, yang dijual dan diganti dengan. investasi baru, maka pertambahan
a. Jika investasi lama dijual seharga nilai bukunya, maka pertambahan cash outflow dihitung sebagai
berikut:
Misalnya:
Nilai beli mesin baru = Rp 100 juta, nilai buku mesin lama adalah Rp25 juta, dan laku terjual
Misalnya: Sama seperti di atas, tetapi mesin lama laku terjual senilai Rp35juta, tingkat pajak =
25%.
= Rp 65 juta
c. Seandainya investasi lama dijual dengan rugi (dijual di bawah nilai bukunya); maka pertambahan
Misalnya:
Sama seperti di atas, tetapi mesin lama hanya laku terjual senilai Rp20 juta, tirigkat pajak = 25%.
= Rp 80 juta
CI = EBIT – T(EBIT) + D
CI = EBIT (1-T) + D
∆CI = ∆EBIT (1-T) + ∆D
Keterangan:
Metode-Metode Penyusutan
Tabel 1
MAJOR CLASSES AND ASSET LTVES FOR MACRS
Class Type of property
3-year Certain special manufacturing tools
5-year Automobiles, light-duty trucks, computers,
and certain special manufacturing equipment
7-year Most industrial equipment, office furniture,
and fixture
10-year Certain longer-lived types of equipment
27.5-year Residential rental real property, such as
apartment buildings
31.5-year All nonresidential real property, including
commercial and industrial building
Tabel 2
Recovery Allowance Percentage For Personal Property
Ownership Class of Investment
Year 3-Year 5-Year 7-Year 10-Year
1 33% 20% 14% 10%
2 45 32 25 18
3 15 19 17 14
4 7 12 13 12
5 11 9 9
6 6 9 7
7 9 7
8 4 7
9 7
10 g
11 3
100% 100% 100% 100%
Tabel 3
Accounting profits versus NET cash flow
(DALAM RIBUAN)
1. PT X, sebuah perusahaan genteng di Surabaya, bermaksud mengganti mesin lama dengan mesin baru
yang lebih canggih dan lebih efisien. Mesin lama dibeli 5 tahun yang lalu seharga Rp 170 juta,
termasuk biaya pemasangan, dengan taksiran umur 15 tahun. Pada akhir tahun ke-15 diperkirakan nilai
Harga beli Rp 150 juta, biaya pemasarigan Rp 100 juta, taksiran umtir 10 tahun, taksiran nilai
Dengan penggantian ini, maka hasil penjualan rata-rata diharapkan akan naik dari Rp 100 juta
menjadi Rp 120 juta per tahun, sementara biaya operasi (yang bersifat kas) akan dapat ditekan dari
Rp90 juta menjadi Rp70 juta per tahun. Kedua mesin disustukan dengan metode garis lurus, biaya
modal 18% dan pajak perseroan 40%. Mesin lama laku dijual seharga Rp 125 juta.
Jawab :
Mesin lama :
Umur = 15 tahun
Mesin Baru :
= Rp 250 juta
= Rp 29 juta
= Rp65 juta
d. PV∆CT
= Rp12,4215 juta
f. NPV
= PV ∆CI + PV terminal CF – CO
167 juta
P = CO = x 1 tahun = 5.76 tahun
29 juta
2. Pada permulaan tahun 2004, suatu perusahaan membeli sebuah mesin dalam rangka menambah
kapasitas produksinya dengan harga Rp6o juta. Umur mesin tersebut adalah 15 tahun.
Pada permulaan tahun tahun 2010, dealer mesin tersebut menawarkan mesin model baru yang akan
dapat meningkatkan kapasitas produksi dan sekaligus dapat menekan biaya produksi karena pemakaian
energi yang lebih hemat. Adapun harga mesin model baru tersebut adalah Rp72 juta dengan masa hidup
9 tahun.
Setelah dipertimbangkan segala sesuatunya, diperkirakan jika mesin lama diganti dengan mesin model
baru, selama 9 tahun setiap tahunnya akan dapat meningkatkan penjualan dan menekan biaya produksi,
(ΔS) (ΔO)
2010 Rp 6 juta Rp 2 juta
Mesin lama jika dijual pada permulaan tahun 2010 diperkirakan akan laku sesuai dengan harga
bukunya. Dari data di atas, bagaimanakah pendapat Saudara; apakah sebaiknya mesin lama diganti dengan
mesin baru pada tahun 2010 (apabila digunakan metode NPV dengan discount rate = 18%)?
Jawab:
60 juta 72 juta
D1 = = 4 juta; D2 = =¿Rp 8 juta
15 9
ΔD =D2-D1 = Rp 4 jt
Capital outlay = Rp 36 jt
[(2)-(3)-(4)][(1-0,4)+(4) (5)(6)
2010 Rp 6 jt -Rp 2 jt Rp 4 jt Rp 6,4 jt 0,8475 5,4240 jt
2011 Rp 6 jt -Rp 2 jt Rp 4 jt Rp 6,4 jt 0,7182 4,5965 jt
2012 Rp 6 jt -Rp 2 jt Rp 4 jt Rp 6,4 jt 0,6086 3,8950 jt
2013 Rp 6 jt -Rp 2 jt Rp 4 jt Rp 6,4 jt 0,5158 3,3011 jt
2014 Rp 8 jt -Rp 4 jt Rp 4 jt Rp 8,8 jt 0,4371 3,8465 jt
2015 Rp 8 jt -Rp 4 jt Rp 4 jt Rp 8,8 jt 0,3704 3,2595 jt
2016 Rp 8 jt -Rp 4 jt Rp 4 jt Rp 8,8 jt 0,3139 2,7625 jt
2017 Rp 10 jt -Rp 6 jt Rp 4 jt Rp 11,2 jt 0,2660 2,9792 jt
2018 Rp 10 jt -Rp 6 jt Rp 4 jt Rp 11,2 jt 0,2255 2,5256 jt
PVΔCI Rp 32,5897 jt
Capital outlay Rp 36 jt
NPV - Rp 3,4103 jt
(ditolak)
Risiko khusus dari suatu proyek atau aktiva tanpa dikaitkan sama sekali dengan proyek atau aktiva
lain yang mungkin dimiliki oleh perusahan. Risiko ini diukur dari variabilitas tingkat pengembalian
yang diharapkan atas aktiva/ proyek yang bersangkutan. Ada 3 metode, yaitu
a. Analisis sensitivitas yaitu suatu teknik untuk menganalisis risiko dengan mengubah-ubah
variabel kunci dan mengamati pengaruhnya terhadap NPV dan tingkat pengembalian laba.
b. Analisis skenario yaitu teknik untuk menganalisis risiko dengan membandingkan situasi yang
paling memungkinkan atau skenario dasar ( semacam situasi normal) dengan keadaan yang
“baik” dan “buruk” misalnya penjualan turun, biaya variabel per unit meningkat dll
c. Monte carlo simulation, yaitu teknik risiko yang mungkin terjadi di masa mendatang
indeks risiko.
Risiko yang diukur tanpa mempertimbangkan diversifikasi atau portopolio dari pemegang saham.
Risiko ini diukur dari variabilitas laba perusahaan yang mengakibatkan oleh suatu proyek tertentu.
1. Perusahaan kecil lebih menaruh perhatian risiko perusahaan dari pada risiko pasar.
Risiko ini tidak dapat dihilangkan melalui portopolio. Risiko ini diukur melalui beta proyek. Risiko
Pembatasan/limit jumlah dana yang dapat diinvestasi dalam jangka waktu tertentu adalah sebagai
berikut:.
Contoh:
Lima proyek dengan skala yang berbeda (umur = 5 tahun; k = 10%).
Perusahaan HEP sedang mempertimbangkan 2 usulan investasi mengenai sistem penanganan bahan
Di bawah ini disajikan expected net cash flows dari 2 proyek di atas yang bersifat mutually exclusive.
Proyek C
0 1 2 3 4 5 6
-40.000 8.000 14.000 13.000 12.000 11.000 10.000
Proyek F
-0 1 2 3
-20.000 7.000 13.000 12.000
Metode yang mengasumsikan bahwa setiap proyek akan berulang beberapa kali jika dibutuhkan demi
Contoh :
Umur proyek C = 6 tahun
Umur proyek F = 3 tahun Jadi, proyek F harus diperlias, disamakan sehingga menjadi 6 tahun
12,000 (0.5066)
= -20,000 + 28,824
= $8,824
NPV = $6,491
Pilih proyek F
Metode yang mengasumsikan bahwa setiap proyek diulang dengan skala yang tetap / sama untuk
selamanya (n = ~).
Rumus :
(1+ k )n
NPV (n , ) =NPV (n )
[ ]
( 1+k )n1
❑
Contoh :
Proyek C
(1+ 0.12)6
NPV(n,-) = 6,491
[
(1+0.12)6 −1 ]
1,9738
= 6,491 [ 0,9738 ]
= $13,158
Proyek F
NPVn = $5,155 ; n = 3 tahun
(1+ 0.12)3
NPV(n,-) = 5,155
[ (1+0.12)3 −1 ]
1,40493
= 5,155 [ 0,40493 ]
= $17,883
RISIKO
Estimasi penerimaan (cashflow) yang diharapkan tersebut belum tertentu
sama dengan kenyataannya, karena adanya faktor risiko yang
mempengaruhinya. Risiko adalah kemungkinan timbulnya kerugian yang dapat
diperkirakan sebelumnya dengan menggunakan data dan informasi yang cukup
relevan misalnya risiko persaingan, risiko bencana dll.
Kemungkinan Timbulnya Risiko.
Menurut Sutrisno (2003), Pada umumnya risiko muncul dari tiga kemungkinan,
yaitu:
1. Besarnya investasi. Suatu investasi besar biasanya memiliki risiko besar
dibandingkan investasi kecil.
2. Penanaman kembali dari cashflow. Seberapa besar kemungkinan hasil dari
penanaman kembali investasi.
3. Penyimpangan dari cashflow. Semakin besar variasi penerimaan, maka risikonya
juga semakin besar, sebaliknya bila variasi kecil, risiko juga kecil.
Misalnya
Investasi A Investasi B
Investasi Rp 500 juta Rp 500 juta
Optimis 20% 22%
Wajar 17% 16%
Pesimis 14% 10%
Range 6% 12%
Maka investasi A lebih baik, karena risikonya lebih kecil yaitu range 6%
dibandingkan investasi B.
2. ANALISIS STATISTIK
A. RISIKO ARUS KAS
Proyeksi penerimaan-penerimaan yang akan datang disebut nilai yang
diharapkan ( expected value).
Formula
E( V ) =∑ V i . Pi
dimana
E(V) = nilai (cashflow) yang diharapkan
Vi = cashflow
Pi = probabilitas setiap cashflow.
Misalnya
Ada 2 proyek yang mempunyai umur ekonomis 1 tahun dengan
karakteristik aliran kas sebagai berikut:
Investasi A Investasi B
Probabilitas Cashflow Probabilitas Cashflow
0,1 15.000 0,05 15.000
0,2 20.000 0,20 20.000
0,4 25.000 0,50 25.000
0,2 30.000 0,20 30.000
0,1 35.000 0,05 35.000
Jawab
Nilai (cash flow) yang diharapkan.
Investasi A
15.000 x 0,10 = 1.500
20.000 x 0,20 = 4.000
25.000 x 0,40 = 10.000
30.000 x 0,20 = 6.000
35.000 x 0,10 = 3.500
Cashflow yang diharapkan A = 25.000
Investasi B = 25.000
Investasi B
B = √ 20.000.000 = 4.472
maka investasi A lebih berisiko, dibandingkan investasi B.
KOEFISIEN VARIASI
Adalah suatu pengukuran relatif dari penyebaran yang menunjukkan besar
kecilnya risiko yang terkandung dalam proyek investasi yang bersangkutan.
Koefisien ini digunakan bila nilai yang diharapkan tidak sama.
Misalnya
Investasi A Investasi B
E(V) Rp 5.000 Rp 7.500
Rp 2.000 Rp 2.500
Koefisien Variasi 0,40 0,33
Maka ternyata investasi A lebih berisiko dibandingkan investasi B.
B. RISIKO PROYEK
Aliran kas investasi yang berjangka panjang ada yang bersifat independen,
artinya bila aliran kas pada tahun ke-n mengalami penurunan sebesar 30%,
tidak mempengaruhi aliran kas tahun ke n+1. Dan yang bersifat tidak
independen yakni apabila aliran kas tahun ke-n mempengaruhi aliran kas tahun
ke n+1.
Rumus
Ct
E ( PV )=∑
(1+ r )
dimana
E(PV) = Present value yang diharapkan
Ct = cashflow tahun ke-t
r = return yang diharapkan
dimana
√ 2
∑ ( 1+ ir )2 t
= deviasi standar
t = periode
r = return yang diharapkan
1. ALIRAN KAS INDEPENDEN
Ada 2 proyek investasi A dan B sama-sama mempunyai umur ekonomis 2
tahun, dan membutuhkan dana sebesar Rp 700.000.000 serta tingkat return yang
diharapkan (r) sebesar 15%. Distribusi cashfow dan probabilitas adalah.
Usulan investasi A Usulan Investasi B
Tahu Cashflow Probabilitas Tahu Cashflow Probabilitas
n n
1 300.000.000 0,10 1 200.000.000 0,10
350.000.000 0,20 300.000.000 0,25
400.000.000 0,40 400.000.000 0,30
450.000.000 0,20 500.000.000 0,25
500.000.000 0,10 600.000.000 0,10
2 400.000.000 0,15 2 300.000.000 0,15
450.000.000 0,20 400.000.000 0,30
500.000.000 0,30 500.000.000 0,20
550.000.000 0,20 600.000.000 0,30
600.000.000 0,15 700.000.000 0,05
Jawab
Investasi A
Tahun 1 Tahun 2
Rp 300 juta x 0,1 = Rp 30 juta E(cashflow) = Rp 500 juta
Rp 350 juta x 0,2 = Rp 70 juta
Rp 400 juta x 0,4 = Rp 160 juta
Rp 450 juta x 0,2 = Rp 90 juta
Rp 500 juta x 0,1 = Rp 50 juta
Cashflow yang diharapkan = Rp 400 juta
Investasi B
Tahun 1 Tahun 2
Cashflow yang diharapkan = Rp 400 juta E(cashflow) = 480 juta.
Jika dicari NPV nya adalah
2 2
(114 . 018 . 000) (116 . 619 . 000)
σ B=
√
(1+0 , 15)2
+
(1+ 0 ,15 )4
=
176.057.118
Maka dapat dilihat bahwa resiko investasi A lebih kecil daripada Investasi B.
Standar deviasinya () adalah 69.040.000 dengan rata-rata NPV positif adalah
82.430.000, maka investasi tersebut layak.
Soal
Suatu perusahaan yang menanamkan dananya sebesar Rp 225.000.000
menghasilkan aliran kas sebagaai berikut:
Aliran kas probabilitas
200 juta 0,15
250 juta 0,20
300 juta 0,35
350 juta 0,20
400 juta 0,10
Hitung:
1. NPV yang diharapkan dengan return sebesar 18%
2. Deviasi standar
3. Koefisien variasi