Anda di halaman 1dari 5

BENANG

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktek Pengetahuan Bahan Garmen

Oleh

Gina Elviana (16030061)

Dosen

Karlina S., S.ST., MM.

Bella Karisma, S.ST.

Tomi, S. Tr. Bns

PROGRAM STUDI PRODUKSI GARMEN

POLITEKNIK STTT BANDUNG

2020
A. SEJARAH PEMBUATAN BENANG
Sejarah pembuatan benang kira – kira dimulai bersamaan dengan peradaban
manuasia. Pada waktu itu benang dibuat dari bahan yang berasal dari serat alam.
Pengerjaannya dilakukan dengan menggunakan tenaga manusia semata – mata.
Dengan meningkatnya peradaban manusia, kemudian diusahakan untuk
menggunakan peralatan – peralatan untuk mempermudah dan mempercepat prosesnya.
Atas dasar ini kemudian ditemukannya alat pemintal benang dengan tangan ( kincir ).

Gambar 1 kincir pembuat benang


Cara ini untuk pertama kalinya diperkenalkan di India, dan baru pada abad ke 14
menjalar ke Eropa. Pada dasarnya alat pembuat benang ini terdiri dari sebuah spindle yang
diputar dengan suatu roda, yang digerakkan dengan tangan. Tangan kiri memegang
segumpal serat yang ujungnya dikaitkan pada spindel dan menariknya perlahan – lahan
menajuhi spindle untuk mendapatkan ukuran benang yang dikehendaki.
Benang yang terjadi, kemudian digulung di spindle. Jadi prinsipnya ialah, menarik,
memberikan antihan (twist) dan kemudian menggulungnya. Prinsip ini sampai sekarang
masih dijumpai pada mesin pemintalan yang menggunakan spindle. Pada awal abad ke 16,
Leonardo da Vinci mulai menggunakan Flayer dalam pembuatan benang.
Perkembangan – perkembangan selanjutnya dalam pembuatan benang dengan
tenaga manusia ini, dapat dikemukakan penggunaan spinning whoel. Alat – alat ini
dikembangkan pada zaman kolonial Amerika dan dipakai sampai ± 2 abad kemudian
prinsipnya sama dengan kincir hanya saja putarannya digerakan dengan kaki dan
menggunakan flyer-nya (spindle). Putaran keduanya berasal dari roda yang digerakan
dengan kaki namun dengan cara ini pemberian twist dan penggulungan benangnya
dilakukan dalam waktu yang bersamaan.
Sampai dengan perang dunia II proses pembuatan benang menggunakan urutan
mesin – mesin. Perkembangan ini kemudian diikuti dengan diperkenalkannya mesin pintal
dengan super high draft di Jepang yang memungkinkan sliver hasil drawing terus dipintal.
Secara keseluruhan perkembangan ini menuju kearah peningkatan produksi.
Pada prinsipnya perkembangan ini menuju kearah pengurangan waktu dan tenaga
untuk memindahkan bahan yang sedang diolah dari satu mesin ke mesin yang berikutnya,
sehingga mempercepat waktu produksi, pengurangan bahan dalam prosesnya serta
pengurangan jumlah karyawan.
B. CARA PEMBUATAN BENANG

BAL KAPAS

BLOWING

Combed yarn
CARDING
COMBING
Carded Yard

DRAWING

Ordunary Draft (2 PASSAGES) High Draft

S
U
P
E
R
H
I
G
SLUBING ROVING
H
D
INTERMEDIATE
R
A
ROVING
F
T

SPINNING

TWISTING DOUBLING WINDING

PACKING

Urutan proses pembuatan benang


C. PERHITUNGAN NOMER BENANG
Untuk menyatakan kehalusan dari sehelai benang, kita tidak dapat mengukur
diameternya seperti kawat, hal ini disebabkan karena bentuk penampang yang tidak
menentu serta ketidak rataan diameter benang. Oleh karena itu kehalusan benang
dinyatakan dengan perantaraan suatu perbandingan antara panjang dan beratnya.
Perbandingan ini di sebut nomer. Ada beberapa cara yang dipakai untuk penomoran
benang, tetapi banyak juga negara – negara yang mempergunakan cara – cara penomoran
benang yang sama. Pada dasarnya dapat dibagi menjadi 2 cara yaitu :
1. cara penomoran benang tidak langsung (indirect system).
Pada cara ini makin besar (kasar) benangnya makin keci nomernya dan makin kecil (halus)
benangnya makin tinggi nomernya. Rumus umum untuk mencari nomer benang ini
adalah :
panjang
Nomer=
berat
a . cara penomoran benang menurut nomer inggri s
cara penomoran benang kapas biasanya menggunakan nomor inggris, dan cara ini
termasuk penomoran benang tidak langsung. Cara penomoran benang kapas ini
biasanya diberi tanda Ne 1, dan nomer benang tersebut menunjukan jumlah hank dalam
satu pound.
panjang ( dalam hank )
Ne1=
berat ( dalamlibs )

Ne1 = 0,59 x Nm
b . cara penomoran benang menurut nomer metri k
cara penomoran benang ini diberi tanda Nm, dan termasuk cara penomoran benang
tidak langsung. Satuan panjang yang digunakan ialah kilometer atau meter, sedangkan
satuan berat yang digunakan ialah kilogram atau gram.
panjang (m)
Nm =
berat(gr )

2. cara penomeran benang langsung (direct system).


Pada cara ini makin besar (kasar) benangnya makin besar juga nomernya dan makin kecil
(halus) benangnya makin kecil nomernya. Rumus umum untuk mencari benang ini
adalah:

berat
Nomer=
panjang

a. cara penomoran benang menurut danier


cara penomoran ini biasanya digunakan untuk benang – benang filament yang halus
seperti benang sutera, asetat, viskosarayon, nylon. Cara penomoran ini diberi tanda Td
menunjukan beratnya dalam gram untuk setiap panjang 9000 meter.
9000 x berat (gram)
Td=
panjang(meter )
b. cara penomoran benang menurut tex
cara penomoran ini digunakan untuk segala macam benang. Cara penomoran benang
ini diberi tanda tex, dan menunjukkan beratnya dalam gram untuk setiap panjang satu
kilometer.
1000 x berat (gram)
Tex=
panjang (meter )

D. JENIS – JENIS BENANG


Secara garis besar benang dapat dibagi :
1. Menurut panjang seratnya :
a. Benang staple (staple yarn)
b. Benang filament (filament yarn)
2. Menurut urutan proses mesin – mesinnya :
a. Benang garu (carded yarn)
b. Benang sisir (combed yarn)
3. Menurut pemakaiannya :
a. Benang lusi (warp yarn)
b. Benang pakan (weft yarn)
c. Benang rajut (knitting yarn)
d. Benang jahit (sewing thread)
e. Texturized yarn
4. Menurut cara penggintirannya :
a. Benang tunggal (single yarn )
b. Benang gintir (twisted yarn)
c. Benang hias (fancy yarn)

E. PERBEDAAN JENIS – JENIS BENANG

DAFTAR PUSTAKA

 Pawitro, Soemarno,dkk. 1973. Teknologi pemintalan bagian pertama.


Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Anda mungkin juga menyukai