Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
MATERI
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh:
Novan Prasetyo
Irfatoni
A.Junaedi
JURUSAN FKIP/POR
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq dan
hidayahNya kepada kelompok kami yang telah menyelesaikan penyusunan
makalah ini. Makalah ini merupakan makalah “Logika dan Ilmu”. Secara khusus
makalah ini disusun sedemikian rupa sehingga materi yang ada didalam makalah
sesuai dengan silabus yang telah diberikan kepada kami.
Dalam penyusunan makalah ini tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.
Namun, kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak
lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua dan teman-teman kami,
sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi. Oleh karena itu kami
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak dosen yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami,
sehingga kami termotivasi dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
2. Teman yang turut membantu, membimbing, dan mengatasi berbagai
kesulitan sehingga tugas makalah ini bisa selesai.
Kami sadar, bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak kekurangan.
Kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca guna
meningkatkan kualitas pembuatan makalah yang selanjutnya. Kami sadar bahwa
kebenaran dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Harapan kami, makalah
ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca khususnya dalam mata kuliah
Filsafat Ilmu.
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar…………………………………………………………………….ii
Daftar
Isi………………………………………………………………………….iii
Bab I Pendahuluan
1. Latar
Belakang………………………………………………………………….1
2. Rumusan
Masalah………………………………………………………………1
C.Tujuan
Penulisan………………………………………………………………..1
Bab II
Pembahasan
Bab III
Penutup
1. Kesimpulan…………………………………………………………………
….9
2. Saran………………………………………………………………………
…….9
Dafar
Pustaka…………………………………………………………………….10
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
REPORT THIS AD
Logika merupakan bagian dari kajian epitemologi, yaitu cabang filsafat yang
membicarakan mengenai pengetahuan. Ia bisa dikatakan ruh dari filsafat. Karena
mungkin tidak akan ada filsafat kalau tidak ada logika.
Berpikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan sarana tertentu secara teratur
dan cermat. Harus disadari bahwa setiap orang mempunyai kebutuhan untuk
berpikir serta menggunakan akalnya semaksimal mungkin. Seseorang yang tidak
berpikir, berada sangat jauh dari kebenaran dan menjalani sebuah kehidupan
yang penuh kepalsuan dan kesesatan. Akibatnya ia tidak akan mengetahui tujuan
penciptaan alam dan arti keberadaan dirinya di dunia.
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
Macam-macam Logika menurut The Liang Gie (1980) dalam Adib (2010: 102-
104) yaitu:
Dalam arti sempit logika dipakai searti dengan logika deduktif atau logika
formal. Sedangkan dalam arti luas, pemakaiannya mencakup kesimpulan-
kesimpulan dari berbagai bukti dan tentang bagaimana sistem penjelasan disusun
dalam ilmu alam serta meliputi pula pembahasan mengenai logika itu sendiri.
Logika Formal atau disebut juga Logika Minor mempelajari asas, aturan atau
hukum-hukum berfikir yang harus ditaati, agar orang dapat berfikir dengan benar
dan mencapai kebenaran. Sedangkan Logika Material atau Mayor mempelajari
langsung pekerjaan akal serta menilai hasil-hasil logika formal dan mengujinya
dengan kenyataan praktis yang sesungguhnya, mempelajari sumber-sumber dan
asalnya pengetahuan, alat-alat pengetahuan, proses terjadinya pengetahuan, dan
akhirnya merumuskan metode ilmu pengetahuan itu.
Logika Murni merupakan pengetahuan mengenai asas dan aturan logika yang
berlaku umum pada semua segi dan bagian dari pernyataan-pernyataan dengan
tanpa mempersoalkan arti khusus dalam sesuatu cabang ilmu dari istilah
pernyataan yang dimaksud. Logika Terapan adalah pengetahuan logika yang
diterapkan dalam setiap cabang ilmu, bidang-bidang filsafat, dan juga dalam
pembicaraan yang menggunakan bahasa sehari-hari.
2. Pengertian Penalaran
Penalaran dalam contoh yang nyata dapat kita temukan pada perbedaan manusia
dengan hewan yaitu apabila terjadi kabut, burung akan terbang untuk mengindari
polusi udara yang memungkinkan dia tidak bisa bertahan hidup. Sedangkan
manusia akan mencari tahu mengapa sampai terjadinya kabut? Bagaimana cara
menghindari kabut? Apa saja komponen-komponen yang terkadung di dalam
kabut? Apa saja penyakit yang diakibatkan oleh kabut?
Penalaran manusia bisa terjadi karena dua hal yaitu manusia mempunyai bahasa
dan manusia mampu mengembangkan pengetahuan. Dua hal inilah yang
membedakan manusia dengan hewan dan di harapkan manusia mampu
memposisikan dirinya di tempat yang benar.
Macam-macam penalaran
1.Penalaran deduktif
2..Penalaran induktif
1. Analogi
Penalaran secara analogi adalah cara bernalar dengan membandingkan dua hal
yang mempunyai sifat yang sama. Contohnya kita ingin membuktikan adanya
Tuhan berdasarkan susunan dunia tempat kita hidup. Dalam hal ini, kita dapat
mengatakan sebagai berikut. Perhatikanlah sebuah jam. Seperti halnya dunia, jam
tersebut juga merupakan mekanisme yang terdiri dari bagian-bagian yang sangat
erat hubungannya yang satu dengan yang lain. Kiranya tidak seorang pun
beranggapan bahwa sebuah jam dapat membuat dirinya sendiri atau terjadi secara
kebetulan. Susunannya yang sangat rumit menunjukkan bahwa ada yang
membuatnya.
Berpikir ilmiah adalah berpikir yang logis dan empiris. Logis adalah masuk akal,
dan empiris adalah dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat
dipertanggungjawabkan. (Hillway, 1956) selain itu menggunakan akal budi
untuk mempertimbangkan, memutuskan, dan mengembangkan. Contohnya:
Kepler, seorang ahli astronomi, telah mencatat pengamatan-pengamatan yang
banyak jumlahnya tentang posisi planet Mars. Catatan-catatan ini
memberitahukan kepadanya tentang posisi Mars di ruang angkasa pada berbagai
waktu selama bertahun-tahun, dalam hubungannya dengan matahari pada suatu
waktu tertentu. Masalah yang dihadapi Kepler ialah jalan edar mengitari matahari
yang manakah yang harus ditempuh Mars agar berada pada titik-titik yang telah
diamati di angkasa pada waktu-waktu yang setepatnya.
Menurut Soejono Soemargono (1983) metode ilmiah secara garis besar ada dua
macam, yaitu Metode analitiko sintesa dan metode non deduksi.
Metode analisis
Metode analisis yaitu cara penanganan terhadap sesuatu objek ilmiah tertentu
dengan jalan memilah-milahkan pengertian yang satu dengan pengertian yang
lainnya. Misalnya, seorang filusuf memahami kata atau istilah “keberanian”. Dari
segi ekstensi, dia mengungkapkan makna kata ini berdasarkan bagaimana kata ini
digunakan, dan mengetahui sejauh mana kata “keberanian” menggambarkan
realitas tertentu. Apabila kita menggunakan metode analisis, dalam babak
terakhir kita memperoleh pengetahuan analitis.
Metode sintesis
Metode sintesis yaitu cara penanganan terhadap sesuatu objek tertentu dengan
cara menggabungkan pengertian yang satu dengan pengertian yang lainnya
sehingga menghasilkan sesuatu pengetahuan yang baru. Contohnya, (1) Ilmu
adalah aktifitas, (2) Ilmu adalah metode, (3) Ilmu adalah produk. Jadi, hasil
sintetisnya yaitu Ilmu adalah aktifitas, metode, dan produk.
Metode non deduksi merupakan gabungan dari metode induksi dan metode
deduksi.
Metode induksi, yaitu suatu cara yang dipakai untuk mendapati ilmu
pengetahuan ilmiah dengan bertitik tolak dari pengamatan atas hal-hal atau
masalah yang bersifat khusus, kemudian menarik kesimpulan yang bersifat
umum. Contohnya: Umpamanya kita mempunyai fakta bahwa kambing
mempunyai mata, gajah mempunyai mata, demikian juga dengan singa,
kucing, dan berbagai binatang lainnya. Dari kenyataan-kenyataan ini kita
dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum yakni semua binatang
mempunyai mata.
Metode deduksi, yaitu suatu cara yang dipakai untuk mendapatkan
pengetahuan ilmiah dengan bertitik tolak dari pengamatan atas hal-hal atau
masalah yang bersifat umum, kemudian menarik kesimpulan yang bersifat
khusus. Contohnya: setiap manusia yang ada didunia pasti suatu ketika pasti
akan mati, si Ahmad adalah manusia; atas dasar ketentuan yang bersifat
umum tadi karena Ahmad adalah manusia maka suatu ketika ia akan mati
juga.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari makalah, penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam mempelajari suatu nilai
kebenaran, manusia dituntut untuk bisa memanfaatkan wahana berpikir yang
dimilikinya, manusia juga harus mampu memposisikan dirinya diposisi
kebenaran. Hal yang harus dilakukan manusia adalah menempatkan penalaran.
Penalaran sebagai salah satu langkah menemukan titik kebenaran. Pengetahuan
inilah yang disebut dengan ilmu dan ilmu inilah yang membuat manusia bisa
berpikir.
1. Saran