Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bertamu merupakan tradisi masyarakat yang selalu dilestarikan. Dengan
bertamu seorang bias menjalin persaudaraan bahkan dapat menjalin kerja ama
untuk meringankan berbagai maalah yang dalam kehidupan.adakalanya seorang
bertamu karena adanya urusan yang serius, mialnya untuk mencari solusi
terhadap masalah masyarakat yang sebenarnya, sekedar bertandang, karena lama
tidak ketemu (berjumpa) atau sekedar untuk mampir oran. Dengan bertangang ke
rumah kerabat atau sahabat, maka kerinduan terhadap kerabat atau ahabat dapat
tersalurkan, sehingga jalinan persahabatan menjadi kokoh. Bertamu dalam bahaa
Arab disebut dengankata () “Ataa liziyaroti, atau (-) Iatadloofa-Yastadliifu”.
Menurut kamus bahasa Indonesia, bertamu diartikan; “Dating kerumah seorang
teman atupun kerabat untuk suatu tujuan tujuan atau maksud (melawat dan
sebagainya)”. Istilah bertamu merupakan kegiatan mengunjungi rumah ahabat,
kerabat atau [un orang lain, dalam rangka menciptakan kebersamaan dan
kemalahatan bersama.
Tujuan bertamu sudah barang udah barang tentu untuk menjalin
persaudaraan atau persahabatan. Sedangkan bertamu kepadea orang yang belum
dikenal, memiliki tujuan untuk saling memperkenalkan diri atau mengutamakan
yang lain yang diketahui kedua belah pihak.
Bertamu merupakan kebiaaan poitif dalam kehidupan bermasyarakat dari
zaman tradisional sampai zaman modern. Dengan melestarikan kebiaaan kunjung
mengunjungi, maka segala masalah mudah dilestarikan, segala urusan mudah
diberskan dan segala maalah mudah diatasi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Adab- abad kita Bertamu Menurut Islam?
2. Bagaimana Adab abad kita Menerima Tamu Menurut Islam?

C. Tujuan
1. Untuk melihat tentang Adab- abad Bertamu Menurut Islam
2. Untuk mengetahui TENTANG Adab- Abad MENERIMA Tamu Menurut
Islam
BAB II
PEMBAHASAN

A. Adab Bertamu dalam Islam


1. Pengertian Bertamu
Bertamu adalah salah satu cara untuk menyambung tali persahabatan yang
lebih disukai oleh Islam. Islam memberikan kebebasan untuk umatnya dalam
bertamu. Tata krama dalam bertamu harus tetap dijaga agar tujuan bertamu itu
dapat dicapai. Jika tata krama ini dilanggar maka tujuan bertamu justru akan
menjadi rusak, yakni merenggangnya hubungan persaudaraan. Islam telah
memberikan bimbingan dalam bertamu, yaitu jangan bertamu pada tiga waktu
aurat.
Yang dimaksud dengan tiga waktu aurat yaitu sehabis zuhur, sesudah
isya ', dan sebelum subuh. Allah SWT berfirman:

‫يا أيها الذين آمنوا ليستأذنكم الذين ملكت أيمانكم و الذين لم يبلغوا الحلم منكم ثالث مرات من قبل صالة الفجر و‬
‫حين تضعون ثيابكم من الظهيرة و من بعد صالة العشاء ثالث عورات لكم ليس عليكم وال عليهم جناح بعدهن‬
ِ ‫طوافون عليكم بعضكم على بعض كذلك يبين هللا لكم اآْل يا‬
‫ت َو هللاُ عَلي ٌم َحكي ٌم‬

Artinya: “hai orang-orang yang beriman, dapatlah budak-budak (lelaki


dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum balig di antara
kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu: sebelum
sembahyang subuh , ketika kamu menanggalkan pakaian (luar) mu di tengah
hari dan sesudah sembahyang Isya '. (Itulah) tiga' aurat bagi kamu. Tidak ada
dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka
melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang
lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS An Nur: 58)
Ketiga waktu tersebut dikatakan sebagai waktu aurat karena waktu-waktu itu
biasanya digunakan. Lazimnya, orang yang beristirahat hanya menunggu pakaian
yang sederhana (karena panas misalnya) sehingga sebagian dari auratnya terbuka.
Apabila budak dan anak-anak kecil saja diharuskan meminta izin bila akan masuk
ke kamar ayah dan ibunya, apalagi orang lain yang bertamu. Bertamu pada waktu
tersebut tidak tepat justru akan menyusahkan tuan rumah yang berhenti, karena
sudah berpakaian rapi lagi untuk menerima kedatangan.

2. Contoh Bertamu
a) Berpakaian yang rapi dan pantas
Bertamu dengan memakai pakaian yang pantas berarti menghormati rumah
dan dirinya sendiri. Tamu yang berpakaian rapi dan pantas akan lebih dihormati
oleh tuan rumah, demikian pula sebaliknya. Allah SWT berfirman:

‫إن أحسنتم أحسنتم ألنفسكم وإن أسأتم فلها فإذا جاء وعد اآلخرة ليسوءوا وجوهكم وليدخلوا المسجد كما دخلوه‬
‫أول مرة وليتبروا ما علوا تتبيرا‬

Artinya: “Jika kamu jiwa baik (berarti) kamu sakit jiwa bagi dirimu sendiri
dan jika kamu jahat jahat maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri ....” (QS Al
Isra: 7)

b) Memberi isyarat dan salam ketika datang


Allah SWT berfirman:

‫يا أيها الذين آمنوا ال تدخلوا بيوتا غير بيوتكم حتى تستأنسوا و تسلموا على أهلها ذلكم خير لكم لعلكم تذكرون‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah


yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada
penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat. ”
(QS An Nur: 27)

Diriwayatkan bahwa:

‫ اخرج الى هذا فعلمه‬:‫ “الج” فقال النبي ص م لجادمه‬:‫ان رجال استأذن على النبي ص م و هو فى بيت فقال‬
‫ قل “السالم عليكم ا ادخل” فسمعه الرجل فقل “السالم عليكم ا ادخل” فاذن النبي ص م قَ ْد َدخَ َل‬:‫االستأذان فقل له‬
)‫(رواه ابو داود‬
Artinya : ”Bahwasanya seorang laki-laki meminta izin ke rumah Nabi
Muhammad SAW sedangkan beliau ada di dalam rumah. Katanya: Bolehkah aku
masuk? Nabi SAW bersabda kepada pembantunya: temuilah orang itu dan
ajarkan kepadanya minta izin dan katakan padanya agar ia mengucapkan
“Assalmualikum, bolehkah aku masuk” lelaki itu mendengar apa yang nabi, lalu
berkata “Assalmu alaikum, bolehkah aku masuk?” nabi SAW memberi izin
kepadanya maka masuklah ia. (HR Abu Daud)

c) Jangan mengintip ke dalam rumah


Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Dari Sahal bin Saad ia berkata: Ada
seorang lelaki mengintip dari sebuah lubang pintu rumah Rasullulah SAW dan
pada waktu itu beliau sedang menyisir rambutnya. Maka Rasullulah SAW
bersabda: ”Jika aku tahu engkau mengintip, niscaya aku colok matamu.
Sesungguhnya Allah memerintahkan untuk meminta izin itu adalah karena
pengawasan mata. ” (HR Bukhari)

d) Minta izin masuk maksimal sebanyak tiga kali


Jika telah tiga kali namun belum ada jawaban dari tuan rumah, datang
terlebih dahulu dan datang pada kesempatan lain.

e) Memperkenalkan diri sebelum masuk


Apabila tuan rumah belum tahu / belum kenal, siapkan tamu
memperkenalkan diri secara jelas, terutama jika bertamu pada malam hari.
Diriwayatkan dalam sebuah hadits yang artinya: “Dari Jabir ra la berkata: Aku
pernah datang kepada Rasulullah SAW lalu aku pintu rumah beliau. Nabi SAW
bertanya: “Siapakah itu?” Aku menjawab: “Saya” beliau bersabda: “Saya,
saya ...!” seakan-akan beliau marah. ” (HR Bukhari)

f) Tamu lelaki dilarang masuk kedalam rumah tuan rumah hanya seorang wanita
Dalam hal ini, perempuan yang berada di rumah sendirian, juga tidak
memberi izin masuk. Mempersilahkan tamu lelaki ke dalam rumah sedangkan ia
hanya seorang diri yang mengundang bahaya bagi dirinya sendiri. Oleh sebab itu,
tamu cukup ditemui diluar saja.

g) Masuk dan duduk dengan sopan


Setelah tuan rumah mempersilahkan untuk masuk, maka tamu akan masuk
dan duduk dengan sopan di tempat duduk yang telah disediakan. Tamunya
membatasi diri, tidak memandang kemana-mana secara bebas. Pandangan yang
tidak atas dasar (terutama bagi tamu) dapat menimbulkan kecurigaan tuan rumah.
h) Menerima jamuan tuan rumah dengan senang hati
Apabila tuan rumah memberikan jamuan, mohonnya tamu menerima jamuan
tersebut dengan senang hati, tidak menampakkan sikap tidak senang terhadap
jamuan itu. Jika sekiranya tidak suka dengan jamuan tersebut, sebaiknya berterus
terang bahwa dirinya tidak terbiasa menikmati makanan atau minuman seperti itu.
Jika tuan rumah telah mempersilahkan untuk menikmati, tamu yang sebaiknya
segera menikmatinya, tidak usah menunggu sampai berkali-kali tuan rumah
mempersilahkan dirinya.

i) Mulailah makan dengan membaca basmalah dan diakhiri dengan membaca


hamdalah
Rasulullah bersabda dalam sebuah hadits: “Jika seseorang diantara kamu
yang makan maka sebutlah nama Allah, jika lupa menyebut nama Allah pada
awalnya, lihatlah membaca: Bismillahi awwaluhu waakhiruhu.” (HR Abu Daud
dan Turmudzi)

j) Makanlah dengan tangan kanan, ambilah yang terdekat dan jangan memilih
Islam telah memberi tuntunan bahwa makan dan minumnya dilakukan
dengan tangan kanan, tidak sopan dengan tangan kiri (kecuali tangan kanan
berhalangan). Cara seperti ini tidak hanya dilakukan saat bertamu saja. Melainkan
dalam berbagai suasana, baik di rumah sendiri maupun di rumah orang lain.

k) Bersihkan piring, jangan biarkan sisa makanan berceceran


Sementara ada orang yang merasa malu dan piring yang habis digunakan
untuk makan tampak bersih, tidak ada makanan yang tersisa padanya. Mereka
khawatir khawatir terlalu lahap. Islam memberi tuntunan yang lebih bagus, tidak
hanya mengikuti perasaan manusia yang terkadang keliru.

l) Segeralah pulang setelah selesai urusan


Kesempatan bertamu dapat berbicara untuk membicarakan berbagai
permasalahan hidup. Namun demikian, berbicara tentang akar kata tentang
permasalahan yang penting saja, sesuai tujuan. Hendaknya dihindari pembicaraan
yang tidak ada ujung pangkalnya, terlebih dahulu membicarakan orang lain.
Tamu yang bijaksana tidak suka memperpanjang waktu kunjungannya, ia tanggap
terhadap sikap tuan rumah.
3. Hikmah dan Tujuan Bertamu
Hikmah dan Tujuan Bertamu adalah mempererat tali silaturrahim dan
semangat kebersama antar sesama manusia.

B. Adab Menerima Tamu dalam Islam


1. Kewajiban Menerima Tamu
Sebagai agama yang sempurna, Islam juga memberi tuntunan bagi umatnya
dalam menerima tamu. Demikian pentingnya masalah ini (menerima tamu)
sehingga Rasulullah SAW dianggap sebagai ukuran kesempurnaan iman. Artinya,
salah satu tolak ukur kesempurnaan iman seseorang adalah sikap dalam
menerima tamu. Sabda Rasulullah SAW:
َ ‫َم ْن َكاَنَ ي ُْؤ ِمنُ بِا هللاِ َو ْاليَوْ ِم االَ ِخ ِر فَ ْاليُ ْك ِر ْم‬
)‫ض ْيفَهُ (رواه البخارى‬
Artinya: “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir,
selanjutnyanya ia memuliakan.” (HR Bukhari)

2. Contoh Menerima Tamu


a) Berpakaian yang pantas
Sebagaimana orang yang bertamu, tuan rumahnya memberikan pakaian yang
pantas pula dalam menerima kedatangan. Pakaian yang pantas dalam menerima
tamu berarti menghormati tamu dan dirinya sendiri. Islam menghargai kepada
seorang yang berpakain rapi, bersih dan sopan. Rasulullah SAW bersabda yang
artinya: “Makan dan Minumlah kamu, bersedekah kamu dan berpakaianlah kamu,
tetapi tidak dengan sombong dan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah sangat
senang melihat bekas nikmatnya pada hambanya. ” (HR Baihaqi)

b) Menerima tamu dengan sikap yang baik


Tuan rumah mudahnya menerima kedatangan tamu dengan sikap yang baik,
misalnya dengan wajah yang cerah, muka senyum dan lain sebagainya. Sekali-
kali jangan acuh, apalagi memalingkan muka dan tidak mau memandangnya
secara wajar. Memalingkan muka atau tidak melihat kepada tamu berarti sikap
sombong yang harus dijauhi sejauh-jauhnya.

c) Menjamu tamu sesuai kemampuan


Termasuk salah satu cara menghormati tamu memberi jamuan kepadanya.

d) Tidak perlu mengada-adakan


Kewajiban menjamu tamu yang ditentukan oleh Islam hanyalah sebatas
kemampuan tuan rumah. Oleh sebab itu, tuan rumah tidak perlu terlalu repot
dalam menjamu. Bagi tuan rumah yang mampu menyediakan jamuan yang
pantas, sedangkan bagi yang kurang mampunya menyesuaikan kesanggupannya.
Jika hanya mampu memberi udara putih maka udara putih yang disuguhkan.
Apabila udara putih tidak ada, cukuplah yang menjamu terima dengan senyum
dan sikap yang ramah.

e) Lama waktu
Sesuai dengan hak tamu, kewajiban memuliakan tamu adalah tiga hari,
termasuk hari istimewanya. Selebihnya dari waktu itu adalah sedekah batasan.
Sabda Rasulullah SAW:

)‫ا لضيافة ثالثة ايام فما كان وراء ذالك فهو صدقة عليه (متفق عليه‬
Artinya : “Menghormati tamu itu sampai tiga hari. Adapun selebihnya
adalah merupakan sedekah batasan. ” (HR Muttafaqu Alaihi)

f) Antarkan sampai ke pintu halaman jika tamu pulang


Salah satu cara terpuji yang dapat menyenangkan tamu adalah ramah tuan
rumah mengantarkan pesanan sampai ke pintu halaman. Tamu akan merasa lebih
semangat karena merasa dihormati tuan rumah dan diterimanya dengan baik.

3. Hikmah dan Tujuan Menerima Tamu


Hikmah dan Tujuan Bertamu adalah mempererat tali silaturrahim dan
semangat kebersama antar sesama manusia.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setiap manusia pasti pernah menerima tamu, baik yang kita suka mapun yang
kita tidak suka. Hal ini wajar saja, karena setiap manusia memiliki sifat-sifat yang
berbeda. tapi walau bagaimana pun, tamu kita tetap harus kita muliakan.
Seperti dalam sebuah Haidist. “ Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan
hari akhir, tunggulah ia memuliakan informasi ” (HR Bukhari dan Muslim)
Dari hadist tersebut kita dapat menyimpulkan bahea kita harus menyambut
tam dengan baik .. (walaupun kita tidak suka).

B. Saran
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kesalahan dan kekurangan, karena itu kritik dan saran dari para pembaca sangat
kami akan memperbaiki makalah kami selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
https://hbis.wordpress.com/2008/12/11/adab-berpakaian-bertamu-
dan-berhias/
http://antosure.mwb.im/adab-bertamu-dan-menerima-tamu.xhtml

Anda mungkin juga menyukai