Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
2. Kelompok dimana orang yang berada didalamnya terikat oleh tanggung jawab
dan oleh identitas bersama.
Dengan begitu, layaklah mereka mendapat segala kebaikan dari sang Maha
Pencipta. “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang
telah mereka kerjakan,” (QS Al-A’raf [7]:96).
Namun, tentu, masyarakat Islam, bahkan yang dibina langsung oleh Rasulullah
saw, bukan masyarakat malaikat. Mereka manusia biasa dengan segala kelebihan dan
kekurangannya. Di antara mereka ada yang lemah lembut, kasar, penyabar hingga
temperamental. Ada pula yang melakukan kesalahan dan penyimpangan. Justru
kepada merekalah hukum-hukum Islam, baik yang termaktub di dalam Qur'an
maupun Sunnah, ditujukan.
Di dalam masyarakat Islam, tidak boleh ada orang saleh yang menikmati
kesalehannya sendiri tanpa mempedulikan orang lain. Hadits Rasulullah, "Siapa di
antara kalian yang melihat kemungkaran maka ia harus mengubahnya dengan
tangannya. Jika ia tidak bisa maka ia harus mengubahnya dengan lidahnya. Jika ia
tidak bisa maka ia harus mengubahnya dengan hatinya. Dan itu adalah selemah-
lemah iman,” (HR Muslim).
Atas dasar itu, kita boleh berkoalisi atau bekerja sama dengan siapa pun tapi
hanya dalam kebaikan (makruf). Ikatan koalisi, kerja sama, apa pun namanya, harus
dipertahankan selama tidak ada alasan untuk membatalkannya. Sebaliknya, ketika ada
tuntutan menutup-nutupi kebenaran dengan dalih menjaga keutuhan kebersamaan,
maka meninggalkan kebersamaan adalah sebuah konsekuensi dari pilihan terbaik
kita, yakni memerintah kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran.
Hak dan kedudukan tetangga bagi seorang muslim sangatlah besar dan mulia.
Sampai-sampai sikap terhadap tetangga dijadikan sebagai indikasi keimanan.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Barangsiapa yang beriman
kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia muliakan tetangganya” (HR. Bukhari
5589, Muslim 70)
Salah satu bentuk ajaran Islam yang mulia itu yaitu kewajiban menjaga hubungan
baik dengan tetangga. Dalam Islam, tetangga memiliki kedudukan yang sangat agung.
Rasulullah Saw adalah manusia yang sangat memuliakan para tetangganya. Dalam
kehidupan beliau, tetangga ditempatkan pada posisi yang sangat mulia. Dalam sebuah
hadits beliau brsabda: “Malaikat Jibril alaihissalam senatiasa mewasiatkan agar aku
berbuat baik kepada tetangga, sehingga aku mengira ia (Jibril) akan memberikan
hak waris (bagi mereka).” (HR: Al-Bukhari dan Muslim)