Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENDIDIKAN ADAB BERTAUHID DALAM MASYARAKAT

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Kampus Bertauhid


Dosen Pengampu : Dr. Amir Mahruddin, M. Pd. I

Disusun oleh :

1. Aldy Alamsyah Saputra (F. 1810376)


2. Hendra Lesmana (F. 1810331)
3. Moch. Iqbal Arrasid (F. 1810714)
4. Muhammad Fadlullah (F. 1811063)
5. Muhamad Taufik (F. 1810519)
6. Muhammad Hilman (F. 1810758)
7. Muhammad Luqman Nurdiansyah (F. 1811144)
8. Muhammad Paridudin (F. 1810587)
9. Muhammad Rizki Lucki Hasani (F. 1810364)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS DJUANDA
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Pendidikan Adab Bertauhid Dalam Masyarakat.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar kami dalam pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini. Kami berharap makalah ini memberikan manfaat
terhadap pembaca.

Bogor, 2 Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................2

C. Tujuan........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

A. Konsep Dasar Masyarakat Dalam Islam...................................................3

B. Kedudukan Tetangga bagi Seorang Muslim.............................................6

C. Adab Bertauhid Terhadap Tetangga..........................................................7

D. Adab Terhadap Tokoh Masyarakat/Pemimpin Setempat........................10

BAB III PENUTUPAN..........................................................................................12

A. Kesimpulan..............................................................................................12

B. Saran........................................................................................................12

DAFTAR PUSTKA...............................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah Agama Allah yang diwahyukan kepada para Rasul (Q.S.
Asy-Syura/42: 13), pembawa hidayah dan rahmat Allah bagi seluruh umat
manusia, yang menjamin kesejahteraan hidup baik materiil maupun spirituil,
demikian juga baik kehidupan duniawi maupun ukhrawi. Islam mengajarkan
kepada penganutnya agar menyandarkan diri kepada Allah semata-mata.
(Q.S. An-Nisa/4 : 125). Islam mengatur hubungan hamba dengan Rabbnya
dan hubungan antar hamba dengan hamba lainnya (hablul minan Allah wa
hablul minan nash).[ CITATION Sab17 \l 1033 ]

Dalam pendidikan islam, adab dan takwa merupakan capaian tertinggi


dalam sebuah proses pendidikan yang diselenggarakan. Ibarat sebuah
tanaman, keduanya adalah buah yang dinantikan dari pohon ilmu yang
berakar pada syahadat dan keimanan yang kuat. Selanjutnya, ia akan tumbuh
berkembang dengan segenap ibadah syariat dan amalan kebaikan lainnya.
Oleh itu, disayangkan, jika perkara yang sangat utama ini, yaitu adab dan
akhlak justru seolah kehilangan makna dalam praktik tingkah laku
kebanyakan orang islam. Apa yang dilakukan terkadang tidak sesuai dengan
akhlak islami yang disebut dalam A-Qur’an dan dicontohkan oleh Nabi
Muhammad SAW dalam kehidupan sehari-hari.[ CITATION Mas18 \l 1033 ]

Misi utama diutus Rasulullah Muhammad SAW adalah untuk


menyempurnakan akhlak mulia, “Sesungguhnya saya diutus untuk
menyempurnakan akhlak mulia”. Sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya
(Q.S. Ibra>hi>m/14 : 1) “Alif Lam Ra. (Ini adalah) Kitab yang Kami
turunkan kepadamu (Muhammad) agar engkau mengeluarkan manusia dari
kegelapan kepada cahaya terang-benderang dengan izin Tuhan”. Menurut
Quraish Shihab, “mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya”,
artinya mengeluarkan manusia seluruhnya dari aneka gelap gulita, apapun

1
bentuk dan jenisnya, termasuk akhlak yang tercela manusia.[ CITATION
Mus141 \l 1033 ]

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar masyarakat dalam islam?
2. Bagaimana kedudukan tetangga bagi seorang muslim?
3. Bagaimana adab bertauhid terhadap tetangga?
4. Bagaimana adab terhadap tokoh masyarakat/pemimpin setempat?

C. Tujuan
1. Memahami konsep dasar masyarakat dalam islam.
2. Memahami kedudukan tetangga bagi seorang muslim.
3. Memahami adab bertauhid terhadap tetangga.
4. Memahami adab terhadap tokoh masyarakat/pemimpin setempat.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Masyarakat Dalam Islam


Sesungguhnya Islam memperhatikan persoalan masyarakat
sebagaimana memperhatikan persoalan individu, karena keduanya saling
mempengaruhi. Karena masyarakat itu tidak lain sekumpulan individu yang
diikat dengan suatu ikatan. Oleh karenanya kebaikan individu sangat
berpengaruh langsung pada kebaikan masyarakat, yang ia bagaikan batu bata
bagi bangunan. Sebuah bangunan tidak akan baik apabila batu batanya rapuh.
Begitu juga sebaliknya, seorang itu tidak akan baik kecuali jika berada dalam
lingkungan masyarakat yang kondusif bagi perkembangan pribadinya, bagi
kemampuannya beradaptasi secara benar, dan bagi perilaku yang positif.

H. Abu Ahmadi dalam bukunya “Ilmu Sosial Dasar” mendefinikan


bahwa masyarakat adalah golongan besar atau kecil dari beberapa manusia,
yang dengan sendirinya bertalian secara golongan dan mempunyai pengaruh
satu sama lain. [ CITATION Abu97 \l 1057 ]

Hammudah Abdalati mendefinisikan masyarakat sebagai, suatu


kelompok yang mencakup/meliputi dua karakter tertentu:

1. Kelompok yang didalamnya terdapat individu-individu yang dapat


memiliki sebagian besar kegiatan dan berbagai pengalaman yang sangat
berguna baginya.

2. Kelompok dimana orang yang berada didalamnya terikat oleh tanggung


jawab dan oleh identitas bersama.

Masyarakat Islam ialah kelompok manusia dimana hidup terjaring


kebudayaan Islam, yang diamalkan oleh kelompok itu sebagai
kebudayaannya. Dalam artian, kelompok itu bekerja sama dan hidup bersama
berasaskan prinsip-prinsip Al-Qur’an dan Hadist dalam kehidupannya.

3
Masyarakat dalam pandangan Islam merupakan alat atau sarana untuk
melaksanakan ajaran-ajaran Islam yang menyangkut kehidupan bersama
(muamalah). Karena itulah masyarakat harus menjadi dasar kerangka
kehidupan duniawi bagi kesatuan dan kerjasama umat menuju adanya suatu
pertumbuhan manusia yang mewujudkan persamaan dan keadilan.

Sebagaimana telah ditegaskan, kehadiran masyarakat Islam berfungsi


antara lain sebagai wadah implementasi syariat Allah swt. Mereka adalah
orang-orang yang mewujudkan tujuan keberadaan manusia, yakni pengabdian
utuh kepada Allah.

Dengan begitu, layaklah mereka mendapat segala kebaikan dari sang


Maha Pencipta. Sebagaimana Firman Allah Swt:

‫ض َو ٰلَ ِكنْ َك َّذبُوا‬


ِ ‫س َما ِء َواأْل َ ْر‬ ٍ ‫َولَ ْو أَنَّ أَ ْه َل ا ْلقُ َر ٰى آ َمنُوا َواتَّقَ ْوا لَفَت َْحنَا َعلَ ْي ِه ْم بَ َر َكا‬
َّ ‫ت ِمنَ ال‬
ِ ‫فَأ َ َخ ْذنَا ُه ْم بِ َما َكانُوا يَ ْك‬
َ‫سبُون‬

“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami


akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi
ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka
sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan,” (QS Al-A’raf [7]:96).

Namun, tentu, masyarakat Islam, bahkan yang dibina langsung oleh


Rasulullah saw, bukan masyarakat malaikat. Mereka manusia biasa dengan
segala kelebihan dan kekurangannya. Di antara mereka ada yang lemah
lembut, kasar, penyabar hingga temperamental. Ada pula yang melakukan
kesalahan dan penyimpangan. Justru kepada merekalah hukum-hukum Islam,
baik yang termaktub di dalam Qur'an maupun Sunnah, ditujukan.

Kondisi itu menegaskan dua hal. Pertama, kemanusiawian


masyarakat yang dibina Rasulullah saw membuat kita berada dalam ruang
kemampuan untuk meneladaninya. Kedua, untuk mengawal dan memastikan
masyarakat Islam berada dalam garis syariat-Nya, perlu upaya-upaya untuk
memotivasi potensi positif (kebaikan) dan menecgah potensi negatif
(keburukan), biasa kita sebut amar makruf dan nahi mungkar.

4
Itulah salah satu karakter masyarakat beriman, sebagaimana dikatakan
Allah swt dalam firman-Nya:

َ‫ُوف َويَ ْنهَوْ نَ ع َِن ْال ُم ْن َك ِر َويُقِي ُمون‬ ِ ‫ْض ۚ يَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬ ٍ ‫م أَوْ لِيَا ُء بَع‬iُْ‫ضه‬ ُ ‫َو ْال ُم ْؤ ِمنُونَ َو ْال ُم ْؤ ِمن‬
ُ ‫َات بَ ْع‬
‫َزي ٌز َح ِكي ٌم‬ َ ِ‫ُون هَّللا َ َو َرسُولَهُ ۚ أُو ٰلَئ‬
ِ ‫ك َسيَرْ َح ُمهُ ُم هَّللا ُ ۗ إِ َّن هَّللا َ ع‬ iَ ‫صاَل ةَ َوي ُْؤتُونَ ال َّز َكاةَ َويُ ِطيع‬
َّ ‫ال‬.

“Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian


mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh
(berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, melaksanakan
shalat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka
akan diberi rahmat oleh Allah. Sungguh, Allah Maha perkasa, Maha
bijaksana,” (QS At-Taubah [9]:71).

Di dalam masyarakat Islam, tidak boleh ada orang saleh yang


menikmati kesalehannya sendiri tanpa mempedulikan orang lain. Hadits
Rasulullah, "Siapa di antara kalian yang melihat kemungkaran maka ia
harus mengubahnya dengan tangannya. Jika ia tidak bisa maka ia harus
mengubahnya dengan lidahnya. Jika ia tidak bisa maka ia harus
mengubahnya dengan hatinya. Dan itu adalah selemah-lemah iman,” (HR
Muslim).

Rasulullah juga memberikan ilustrasi tentang bahaya meninggalkan


amar makruf nahi mungkar. “Perumpamaan orang-orang yang
melaksanakan hukum-hukum Allah dengan orang-orang yang melanggarnya
bagaikan sekelompok orang yang naik kapal. Lalu mereka melakukan undian
untuk menentukan siapa yang duduk di bagian atas dan siapa yang duduk di
bagian bawah (dek). Orang-orang yang duduk di bagian bawah itu harus
naik ke atas jika mereka membutuhkan air. Lalu salah satu dari mereka
mengatakan, 'Sebaiknya kita membolongi tempat kita ini sehingga kita tidak
mengganggu orang lain.' Jika orang-orang yang ada di atas membiarkan
mereka melaksanakan apa yang mereka inginkan maka niscaya akan
binasalah semuanya. Namun jika mereka membimbingnya maka mereka yang
ada di atas akan selamat dan selamat pula mereka yang ada di bawah,” (HR
Bukhari).

5
Atas dasar itu, kita boleh berkoalisi atau bekerja sama dengan siapa
pun tapi hanya dalam kebaikan (makruf). Ikatan koalisi, kerja sama, apa pun
namanya, harus dipertahankan selama tidak ada alasan untuk
membatalkannya. Sebaliknya, ketika ada tuntutan menutup-nutupi kebenaran
dengan dalih menjaga keutuhan kebersamaan, maka meninggalkan
kebersamaan adalah sebuah konsekuensi dari pilihan terbaik kita, yakni
memerintah kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran.

B. Kedudukan Tetangga bagi Seorang Muslim


Islam merupakan satu-satunya agama yang mengajarkan ummatnya
agar selalu menjaga hubungan baik dengan Sang Pencipta di satu sisi dan
sesama mahluk di sisi lain. Seseorang dikatakan tidak sempurna imannya jika
hanya mempunyai hubungan baik dengan Allah tapi buruk dengan
sesamanya. Demikian pula sebaliknya.

Hak dan kedudukan tetangga bagi seorang muslim sangatlah besar dan
mulia. Sampai-sampai sikap terhadap tetangga dijadikan sebagai indikasi
keimanan. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

ُ‫م َجا َره‬iْ ‫َم ْن َكانَ ي ُْؤ ِمنُ بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر فَ ْليُ ْك ِر‬

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya


ia muliakan tetangganya” (HR. Bukhari 5589, Muslim 70)

Salah satu bentuk ajaran Islam yang mulia itu yaitu kewajiban
menjaga hubungan baik dengan tetangga. Dalam Islam, tetangga memiliki
kedudukan yang sangat agung. Rasulullah Saw adalah manusia yang sangat
memuliakan para tetangganya. Dalam kehidupan beliau, tetangga
ditempatkan pada posisi yang sangat mulia. Dalam sebuah hadits beliau
brsabda:

ُ‫ت أَنَّهُ َسيُ َورِّ ثُه‬ ِ ‫ي بِ ْالـ َج‬iْ ِ‫ص ْين‬


ُ ‫ار َحتَّى ظَنَ ْن‬ َ َ‫َما ز‬
ِ ْ‫ال ِجب ِْر ْي ُل يُو‬

“Malaikat Jibril senatiasa mewasiatkan agar aku berbuat baik


kepada tetangga, sehingga aku mengira ia (Jibril) akan memberikan hak
waris (bagi mereka).” (HR: Al-Bukhari dan Muslim)

6
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menjelaskan: “Bukan
berarti dalam hadits ini Jibril mensyariatkan bagian harta waris untuk
tetangga karena Jibril tidak memiliki hak dalam hal ini. Namun maknanya
adalah beliau sampai mengira bahwa akan turun wahyu yang mensyariatkan
tetangga mendapat bagian waris. Ini menunjukkan betapa ditekankannya
wasiat Jibril tersebut kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam” (Syarh
Riyadhis Shalihin, 3/177)

Oleh sebab itu, sebagai pengikutnya, kita hendaklah senantiasa


berlaku baik kepada para tetangga. Rasulullah Saw bersabda, yang artinya:
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, hendaklah ia
berlaku baik kepada tetangganya.” (HR: Muslim)

C. Adab Bertauhid Terhadap Tetangga


Islam adalah agama yang sempurna dan mencakup segala aspek
kehidupan manusia. Islam mengatur segala yang dibutuhkan manusia dalam
berinteraksi dengan lainnya, termasuk berinteraksi dengan tetangga. Padahal,
mungkin tidak ada hubungan nasab (keturunan), tetapi karena bertempat
tinggal di tempat yang berdekatan. Agama islam juga menyatakan larangan
untuk tidak berlaku sewenang-wenang kepada siapa pun, sebagaimana firman
Allah dalam Al-Quran pada surah An-Nisa ayat 36.

ِ ‫ى َو ْال َم َسا ِك‬iٰ ‫ ْالقُرْ بَ ٰى َو ْاليَتَا َم‬i‫ بِ ِه َش ْيئًا ۖ َوبِ ْال َوالِ َدي ِْن إِحْ َسانًا َوبِ ِذي‬i‫َوا ْعبُدُوا هَّللا َ َواَل تُ ْش ِر ُكوا‬
‫ين‬
ۗ ‫ت أَ ْي َمانُ ُك ْم‬
ْ ‫يل َو َما َملَ َك‬
ِ ِ‫ب َواب ِْن ال َّسب‬ ِ ‫ب بِ ْال َج ْن‬
ِ ‫َّاح‬
ِ ‫ب َوالص‬ ِ ُ‫ار ْال ُجن‬ِ ‫ار ِذي ْالقُرْ بَ ٰى َو ْال َج‬ iِ ‫َو ْال َج‬
‫إِ َّن هَّللا َ اَل ي ُِحبُّ َم ْن َكانَ ُم ْختَااًل فَ ُخورًا‬

“Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya


dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan teangga
jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan
diri.” (Q.S. An-Nisa : 36)

Adab bertauhid kepada tetangga meliputi :

7
1. Menghormati Tetangga
Abu Syuraikh al-Adawy berkata: Kedua telingaku mendengar dan kedua
mataku melihat ketika Nabi Muhammad SAW bersabda, “Siapa yang
beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah menghormati tetangga.”
(HR Bukhari no. 6019 dan Muslim no.47)
2. Tidak Menyakiti Tetangga dengan Perkataan atau Perbuatan
Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah SAW bersabda:

“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah
menyakiti tetangganya.” (HR Bukhari no.6016 dan Muslim no.47)
Nabi juga bersabda :

“Tidak masuk surga orang yang tetangganya tidak merasa aman dari
gangguan-gangguannya. (HR Muslim no. 46)
3. Berbuat Baik Kepada Tetangga
Berbuat baik kepada tetangga termasuk menolongnyajika meminta
pertolongan, sebagaiman sabda Rasulullah SAW:

‫ار ِه‬ َ ِ‫ان ِع ْن َد هللاِ خَ ْي ُرهُ ْم ل‬


ِ ‫ـج‬ ِ ‫ َو َخ ْي ُر ْال‬، ‫احبِ ِه‬
ِ ‫ـج ْي َر‬ ِ ‫ص‬ ِ ‫َخ ْي ُر ْاألَصْ َحا‬
َ ِ‫ب ِع ْن َد هللاِ َخ ْي ُرهُ ْم ل‬

“Sebaik-baik teman di sisi Allah adalah yang paling baik kepada teman-
temannya, dan sebaik-baiknya tetangga di sisi Allah adalah yang paling
baik kepada tetangganya.” (HR Tirmidzi no.1994)
4. Memberikan Hadiah atau Oleh-Oleh Jika Datang dari Bepergian
Abu Hurairah berkata: Dahulu Nabi Muhammad SAW bersabda, “Wahai
para muslimah, janganlah kalian meremehkan pemberian tetangganya
walaupun hanya berupa daging kuku kambing.” (HR. Bukhari no. 6017)
5. Mendahulukan Tetangga yang Paling Dekat Pintu Rumahnya
Aisyah berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah,

8
“Ya Rasulullah, sesungguhnya aku memiliki dua tetangga, kepada siapa
aku memberikan hadiah dari keduanya?” Beliau bersabda, “Kepada yang
pintunya lebih dekat denganmu.” (HR Bukhari no. 6020)
6. Menjenguknya Apabila Sakit
Tetangga adlah orang yang paling dekat secara fisik bangunan rumah. Dia
juga berhak mendapat kebaikan dari tetangganya. Apabila tetangganya
muslim da nada hubungan kerabat makadia mendapat tiga hak. Hak
tetangga, hak kerabat dan hak muslim. Apabila tetangganya muslim dan
tidak ada hubungan kerabat maka dia mendapat dua hak, yaitu hak
tetangga dan hak muslim. Apabila tetangga nonmuslim maka dia
mendapat satu hak saja, yakni hak tetangga.
Sesungguhnya Abu Hurairah berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW
bersabda,

“Hak seorang Muslim atas muslim lainnya ada lima, yaitu menjawab
salam, menjenguk orang sakit, mengiringi jenazahnya, memenuhi
undangannya, dan mendoakannya ketika bersin.” (HR Bukhari no. 1240
dan Muslim no. 2162)
7. Mengucapkan Selamat Apabila Tetangga Mendapatkan Kesenangan
Apabila tetangga seorang tetangga sedang berbahagia atas kesuksesan
yang dia raih, atau keberhasilan dalam usaha, atau perniakahan anaknya,
dan lain-lain, sudah selayaknya ucapan selamat diberikan. Ucapan selamat
merupakan bentuk kebahagiaan.
8. Menghiburnya Apabila Mendapatkan Musibah
Apabila tetangga mendapatkan musibah, baik berupa sakit, kecelakaan,
kefakiran, maupun kematian biasanya tetangga yang mengetahui terlebih
dahulu. Dan yang paling dekat rumahnya seharusnya menghibur dan
menasehatinya agar sabar dalam menghadapi segala ujian dan cobaan.
9. Mendahuluinya dengan Sapaan Salam
Mengucapkan salam kepada sesama muslim adalah sunnah dan
menajawab salam adalah wajib. Sapaan yang paling mulia adalah ucapan
salam. Dimana sesame muslim saling mendoakan dengan ucapan tersebut.

9
Jika tetangga nonmuslim, sapaan yang dilakukan sesuai adat di lingkungan
sekitar.
10. Mengantar Jenazahnya Apabila Meninggal
Islam adalah agama sosial yang memerhatikan kehidupan antarmanusia.
Betapa sedihnya apabila orang yang meninggal hanya diantar beberapa
dari keluarganya tanpa ada tetangga yang ikut mengiringi jenazahnya.
Mengantar jenazah sampai ke liang kubur merupakan amal sosial yang
baik dan tetap harus dibiasakan terutama antartetangga. Apabila
tetanganya muslim maka merupakan haknya sebagaima hadits yang telah
disebutkan pada pembahasan sebelumnya.
11. Sabar Terhadap Tetangg yang Tidak Baik
Jika seorang mulim mendapatkan cobaan berupa tetangga yang tidak baik,
hendaklah dia bersabar. Semoga kesabarannya akan mengubah perilaku
tetangga menjadi baik. Mari kit abaca kisah berikut dan ambil hikmah
darinya.
Dari Abu Hurairah berkata: seorang laki-laki datang kepada Nabi
Muhammad SAW dan mengeluhkan tentang tetangganya. Beliau
berasbda, “Pulanglah dan bersabarlah.” Kemudian dia datang dua atau
tiga kali. Maka beliau bersabda, “Pulanglah dan buanglah barang-
barangmu di jalan.” Lalu, dia membuang barang-barangnya di jalan.
Orang-orang pun bertanya. Dia memberitahukan mereka tentang
tetangganya hingga orang-orang melaknatnya. “Semoga Allah berbuat
sesuatu, berbuat dan berbuat.” Kemudian, sang tetangga datang
kepadanya dan berkata, “Kembalikan barang-barangmu! Kamu tidak akan
melihat sesuatu yang kamu benci dariku.” (HR Abu Dawud no. 5153)
12. Tidak Melarang Tetangga Menancapkan Kayu pada Dindingnya
Saat ini mungkin tetangga memasang paku di dinding untuk memasang
hiasan atau gantungan baju. Tak jarang menimbulkan suara yang
mengganggu atau getaran di tembok., apalagi rumah yang berimpitan.
Tetangga hendaklah merelakannya dan tidak mempermasalahkannya
sehingga tidak menimbulkan hubungan yang tidak baik.
Rasulullah SAW bersabda,

10
“Janganlah seorang tetangga melarang tetangganuya menancapkan kayu
di dinding tetangganya.” (HR Bukhari no. 2462 dan Muslim 1609)

D. Adab Terhadap Tokoh Masyarakat/Pemimpin Setempat


1. Mencintai, memohon rahmat Allah, memohonkan ampun, serta mengakui
keutamaan mereka.
2. Tidak menyebut-nyebut kecuali kebaikan mereka.
Tidak mencela dan mencemooh pendapat mereka, menyikapi setiap
pendapatnya dengan baik dan santun.
3. Berkeyakinan bahwa para ulama adalah manusia yang kadang benar dan
kadang salah.
Para ulama dan tokoh masyarakat juga merupakan manusia biasa yang
tidak luput dari kesalahan. Kesalahan yang bukan karena kesengajaan,
tetapi lupa, khilaf, keliru, atau tidak menguasai semua materi. Mungkin
juga tidak memahami suatu masalah dengan rinci karena yang
disampaikan hanya sepotong. Oleh karena seorang muslim tidak boleh
fanatik terhadap pendapat satu orang dengan mengabaikan pendapat orang
lain. Akan tetapi, dia dapat mengambil pendapat siapapun dari mereka
kecuali bertentangan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
4. Memaklumi perbedaan pendapat antar tokoh masyarakat.
Hendaklah kaum muslim tidak berselisih dan tidak bertengkar karena
perbedaan pendapat para ulama dalam memahami nash atau menilai
kedudukan hadits. Hendaklah mengambil pendapat menurut keyakinannya
dan menghormati muslim lain yang mengambil pendapat dari ulama lain.
[ CITATION Ain18 \l 1033 ]

11
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Masyarakat dalam pandangan Islam merupakan alat atau sarana untuk
melaksanakan ajaran-ajaran Islam yang menyangkut kehidupan bersama
(muamalah). Dalam Islam, tetangga memiliki kedudukan yang sangat agung.
Sampai-sampai sikap terhadap tetangga dijadikan sebagai indikasi keimanan.

Diantara adab bertauhid terhadap tetangga ialah : menghormati


tetangga, tidak menyakiti tetangga dengan perkataan atau perbuatan, berbuat
baik kepada tetangga, memberikan hadiah atau oleh-oleh jika datang dari
bepergian, mendahulukan tetangga yang paling dekat pintu rumahnya,
menjenguknya apabila sakit, mengucapkan selamat apabila tetangga
mendapatkan kesenangan, menghiburnya apabila mendapatkan musibah,
mendahuluinya dengan sapaan salam, mengantar jenazahnya apabila
meninggal, sabar terhadap tetangg yang tidak baik dan tidak melarang
tetangga menancapkan kayu pada dindingnya.

Diantara adab terhadap tokoh masyarakat atau pemimpin setempat


ialah: (1) Mencintai, memohon rahmat allah, memohonkan ampun, serta
mengakui keutamaan mereka, (2) tidak menyebut-nyebut kecuali kebaikan
mereka, (3) berkeyakinan bahwa mereka juga adalah manusia yang kadang
benar dan kadang salah, dan (4) memaklumi perbedaan pendapat antar tokoh
masyarakat.

B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini, sangat banyak kekurangan yang
terdapat dalam penyusunannya. Oleh karena itu, kami sangat mengapresiasi
dengan adanya kritik dan saran untuk mengembangkan dan memperbaiki
kualitas dari makalah kami.

12
DAFTAR PUSTKA
Ahmadi, A. (1997). Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Ainul Millah, N. K. (2018). Adab-Adab Islami: Membentuk Karakter Muslim


Sejati. Jakarta: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Maidin, S. (2017). Peradilan dan Hukum Keluarga Islam. Jurnal Al-Qadau, 200.

Masykur. (2018). Berguru Adab Kepada Imam Malik. Sukabumi: CV Jejak.

Mustopa. (2014). Akhlak Mulia Dalam Pandangan Masyarakat. Jurnal


Pendidikan Islam, 262.

13

Anda mungkin juga menyukai