Anda di halaman 1dari 8

PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

MELALUI KEMITRAAN USAHA


Saptana dan Ashari

Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Jalan Ahmad Yani No. 70, Bogor 16161

ABSTRAK
Pembangunan (termasuk sektor pertanian) di Indonesia pada masa lampau yang lebih menekankan pada pertumbuhan
ekonomi telah menimbulkan dampak negatif terhadap kelestarian sumber daya alam dan lingkungan. Untuk men-
jaga keberlanjutan pembangunan di masa mendatang, diperlukan reorientasi paradigma pembangunan, baik dari segi
arah, strategi maupun kebijakan. Paradigma pembangunan pertanian berkelanjutan dapat menjadi solusi alternatif
dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat tanpa mengabaikan kelestarian sumber daya alam dan lingkungan.
Pembangunan berkelanjutan akan makin optimal jika disinergikan dengan komitmen untuk membangun kemitraan
di antara pelaku agribisnis. Makalah ini bertujuan untuk mengulas beberapa kasus kegagalan pembangunan pertanian
konvensional, paradigma pembangunan pertanian berkelanjutan dan konsep kemitraan usaha, serta perspektif
pembangunan pertanian berkelanjutan melalui kemitraan agribisnis. Hasil studi menunjukkan bahwa pembangunan
pertanian konvensional pada pertanian tanaman pangan, perikanan, dan kehutanan telah menimbulkan dampak
negatif terhadap kelestarian sumber daya alam. Pembangunan berkelanjutan melalui kemitraan usaha dapat menjamin
terciptanya efisiensi dan pertumbuhan, keadilan dan pemerataan, serta berwawasan lingkungan. Untuk mendukung
upaya ini diperlukan konsolidasi kelembagaan yang mantap, baik di tingkat petani, pihak swasta maupun pemerintah.
Kata kunci: Sektor pertanian, pembangunan berkelanjutan, kemitraan agribisnis, sumber daya alam

ABSTRACT
Sustainable agricultural development through agribusiness partnership

The development (included agricultural sector) in Indonesia in the last decade that more focused on economic
growth, has caused negative impact on natural resource and environment degradation. To maintain the development
activity in the future, it is needed to change the development paradigm orientation in term of direction, strategy
and policy. The sustainable agricultural development paradigm can be chosen as the best solution to increase social
welfare, without neglecting natural resource and environment preservation. Sustainable agricultural development
will be succed, if could be integrated by a strong commitment among agribusiness actors. This paper aims to review
any cases of failure in conventional agricultural development, paradigm of sustainable agricultural development
and partnership concept, and the strategy of agribusiness partnership to achieve the sustainable agricultural
development. The result showed that the conventional agricultural development in food crops, fisheries and
forestry has met any failures, mainly related to natural resource preservation. The sustainable agricultural
development approach is prospective to create both of efficiency and growth, justice and equity, and more
environmental friendly. To achieve more effective results, sustainable agricultural development should be supported
by institution consolidation in the farmer level, private, and government.
Keywords: Agricultural sector, sustainable development, agribusiness partnership, natural resource

P ertumbuhan ekonomi Indonesia se-


bagai buah keberhasilan pemba-
ngunan telah menimbulkan dampak negatif
antara lain: 1) menurunnya kesuburan dan
produktivitas lahan, 2) berkurangnya
daya dukung lingkungan, 3) meningkat-
pada pemacuan pertumbuhan produksi,
serta peran pemerintah dan swasta sangat
dominan. Masyarakat petani hanya ber-
terhadap ketersediaan sumber daya alam nya konversi lahan pertanian produktif, peran sebagai objek, bukan sebagai subjek
dan kualitas lingkungan. Sebagai gam- 4) meluasnya lahan kritis, 5) meningkatnya pembangunan. Sektor pertanian juga tidak
baran, sektor pertanian yang bertumpu pencemaran dan kerusakan lingkungan, 6) lagi ditempatkan sebagai fondasi ekonomi
pada potensi sumber daya alam banyak menurunnya nilai tukar, penghasilan dan nasional, tetapi sebagai penyangga untuk
mengalami pengurasan sehingga keter- kesejahteraan petani, 7) meningkatnya menyukseskan industrialisasi sebagai
sediaan dan kualitas sumber daya alam jumlah penduduk miskin dan pengang- lokomotif pertumbuhan ekonomi. Sebagai
makin menurun. Akibatnya, setelah hampir guran di pedesaan, dan 8) terjadinya penyangga, sektor pertanian berperan
empat dasawarsa pembangunan ber- kesenjangan sosial di masyarakat. untuk mendongkrak produksi pangan
langsung, kondisi pertanian nasional Masalah tersebut muncul karena dalam negeri secara cepat dan tidak berisi-
masih dihadapkan pada berbagai masalah, pembangunan selama ini cenderung bias ko secara politik. Meminjam istilah Prof.

Jurnal Litbang Pertanian, 26(4), 2007 123


Dr. Emil Salim, pembangunan ekonomi se- Tanaman Pangan laksanaan program tersebut cukup ber-
perti itu sering disebut sebagai “pola pem- hasil, namun kelembagaan yang dibangun
bangunan konvensional”. Pola tersebut Swasembada beras yang dicapai pada masih bersifat kerja sama horizontal dan
kini sudah usang, bahkan menimbulkan tahun 1984, pada dasarnya berkat jasa terfokus pada usaha tani, belum berorien-
dampak negatif serta memicu konflik akses sekitar 10,40 juta rumah tangga petani tasi membangun kelembagaan kemitraan
dan kontrol terhadap sumber daya alam, yang mendukung tahap pertama Revolusi usaha agribisnis secara menyeluruh. Oleh
sehingga pola alternatif perlu diajukan. Hijau tahun 1960-an (Sayogyo 1990). Para karena itu, pengembangan SLPHT menjadi
Perubahan lingkungan strategis be- petani kecil dengan kepemilikan lahan SL Agribisnis dan SIPT menjadi Sistem
rupa globalisasi ekonomi, otonomi daerah, kurang dari 1 ha per rumah tangga ternyata Integrasi Agribisnis Padi-Ternak meru-
perubahan preferensi konsumen, dan mampu menerapkan teknologi baru seperti pakan alternatif yang lebih prospektif.
kelestarian lingkungan menuntut adanya benih bermutu dari varietas unggul, Kelembagaan kemitraan usaha agri-
perubahan serta penyesuaian operasional pemupukan berimbang, penggunaan bisnis yang dapat mengeliminir berbagai
kelembagaan, termasuk kelembagaan pestisida, dan juga penggilingan gabah kegagalan tersebut adalah kelembagaan
pertanian. Globalisasi ekonomi menyebab- bermesin kecil (Rice Milling Unit = RMU). usaha agribisnis terpadu, berupa keter-
kan makin terintegrasinya berbagai aspek Singkatnya, tahap pertama modernisasi paduan antarpelaku (petani, pedagang,
perekonomian suatu negara dengan per- dan komersialisasi pertanian padi sawah pengolah) dan produk (bahan baku ber-
ekonomian dunia, serta meningkatnya telah tercapai. Tahapan berikutnya adalah kualitas, penanganan pascapanen yang
persaingan baik antarpelaku agribisnis penerapan secara luas teknologi budi prima serta jaminan keamanan pangan).
maupun antarnegara. Kebijakan desentra- daya padi yang secara bertahap telah Model tersebut didukung oleh revitalisasi
lisasi diperkirakan akan mempengaruhi disempurnakan mulai dari panca usaha kelembagaan kelompok tani, penyuluhan
kinerja pembangunan pertanian di pedesa- tani, sapta usaha tani, 10 jurus kemampuan pertanian, dan perusahaan mitra. Saptana
an. Sejalan dengan globalisasi ekonomi usaha tani hingga insus dan supra insus. et al. (2005) memberikan beberapa contoh
dan otonomi daerah, terjadi pula perubah- Pembangunan pertanian yang bias pola kemitraan usaha agribisnis yang
an besar pada preferensi konsumen ter- untuk memacu produksi khususnya padi cukup berhasil, yaitu: 1) Pola Inti Plasma
hadap produk-produk pertanian. Dewasa telah berdampak negatif terhadap sumber (PIR) antara Perusahaan Daerah Provinsi
ini konsumen tidak lagi membeli komodi- daya alam dan lingkungan. Di beberapa Bali dan petani sayuran di Kecamatan
tas, tetapi membeli produk dengan atribut daerah di Jawa, petani menggunakan Baturiti, Tabanan, 2) kerja sama opera-
yang lebih lengkap. pupuk secara berlebihan, seperti urea, TSP, sional agribisnis antara PT Bayu Jaya
Berdasarkan permasalahan tersebut, dan SP-36, sehingga menimbulkan residu Kesuma dan petani stroberi di Kecamatan
dibutuhkan paradigma baru pembangun- zat kimia di dalam tanah dan air. Demikian Sukasada, Buleleng, 3) PIR antara PT Putra
an, baik mengenai arah, strategi maupun pula penggunaan pestisida yang berlebih Agro Sejati dan petani sayuran (gabo,
kebijakan, agar berbagai masalah yang pada beberapa komoditas pangan telah puleleng, lobak, wortel, dan ubi jalar je-
muncul dapat dipecahkan tanpa menim- menimbulkan resistensi dan resurjensi pang) di Kabupaten Karo, dan 4) pola kerja
bulkan kerusakan sumber daya alam dan berbagai hama dan penyakit (Yusdja et al. sama tertutup sistem vendor melalui pe-
lingkungan. Makalah ini mengulas be- 1992). Implikasinya adalah timbulnya nyediaan bibit kentang Atlantik antara PT
berapa kasus kegagalan pembangunan serangan hama dan penyakit secara eks- Indofood Fritolay Makmur dan petani atau
pertanian konvensional, paradigma pem- plosif, seperti serangan wereng coklat dan kelompok tani di Cikajang, Cisereupan,
bangunan pertanian berkelanjutan dan tikus pada tanaman padi, ulat grayak pada dan Bayongbong (Garut) dan Kecamatan
konsep kemitraan usaha agribisnis, serta kedelai, serta berbagai hama dan penyakit Pangalengan dan Ciwidey, Bandung.
strategi kemitraan usaha untuk mewujud- pada komoditas hortikultura. Contoh lain- Keberhasilan pola kemitraan agri-
kan pembangunan pertanian berkelanjut- nya adalah pembukaan lahan gambut 1 bisnis juga dijumpai pada usaha beras
an. juta ha di Kalimantan Tengah yang telah berkualitas antara PT Pertani dan petani
menimbulkan dampak menurunnya keane- padi di Kabupaten Sidrap dan Enrekang,
karagaman hayati. Sulawesi Selatan (Saptana 2003). Dalam
KASUS KEGAGALAN
Berbagai kegagalan pembangunan batas-batas tertentu, beberapa pemerintah
PEMBANGUNAN tersebut memberi pelajaran untuk meng- daerah juga berhasil membina kelompok
PERTANIAN ubah orientasi pembangunan ke arah tani dalam menghasilkan padi dan beras
KONVENSIONAL pembangunan pertanian berkelanjutan. organik, seperti di Kabupaten Cianjur dan
Berkaitan dengan itu, pemerintah me- Sragen.
Pembangunan yang hanya berorientasi ngembangkan program pengendalian
pada percepatan pertumbuhan ekonomi hama terpadu dengan melibatkan masya-
dan peningkatan pendapatan telah meng- rakat tani melalui Sekolah Lapang Pe- Perikanan
akibatkan dampak negatif pada keter- ngendalian Hama Terpadu (SLPHT). PHT
sediaan sumber daya alam dan kualitas didasarkan pada keseimbangan ekologi, Tekanan kemiskinan pada masyarakat
lingkungan. Uraian berikut menyajikan siklus alami, pemanfaatan pestisida nabati, pesisir menyebabkan mereka cenderung
beberapa kasus kegagalan pembangunan serta melalui pendekatan partisipatif. mengeksploitasi sumber daya pesisir dan
pertanian di Indonesia, khususnya pada Selain itu diintroduksikan pula Sistem lingkungan secara berlebihan, yang pada
pertanian tanaman pangan (padi dan Integrasi Padi Ternak (SIPT) untuk me- gilirannya akan menyebabkan degradasi
hortikultura), perikanan (ikan dan udang), ningkatkan produksi padi dan daging sumber daya pesisir dan mengganggu
dan kehutanan. nasional serta pendapatan petani. Pe- keseimbangan lingkungan. Kondisi ini

124 Jurnal Litbang Pertanian, 26(4), 2007


diperparah oleh kegiatan-kegiatan lain laut melalui usaha penangkapan ke sumber multiguna yang tidak saja menghasilkan
yang sering kurang mengindahkan kaidah- daya pantai, yang secara tradisional di- kayu, arang, pulp dan lain-lain, tetapi juga
kaidah pembangunan berkelanjutan, usahakan oleh pertambakan rakyat. Gejala memiliki nilai lain seperti pelindung panas,
seperti konversi hutan mangrove untuk eksploitasi berlebih ditunjukkan oleh pemecah angin, dan pelindung tanah dari
tambak ikan dan udang, pemukiman dan kegagalan tambak udang intensif yang erosi. Hutan juga menjadi habitat satwa
pabrik, serta pembuangan limbah ke laut. selanjutnya mengakibatkan hancurnya yang penting peranannya dalam menjaga
Adanya tekanan kemiskinan dan tambak udang secara massal. Selain itu, keseimbangan ekosistem dan keaneka-
kompetisi pembangunan berbagai sektor kematian massal ikan di karamba jaring ragaman hayati. Dengan kata lain, hutan
ekonomi menyebabkan sumber daya apung di Waduk Saguling dan beberapa tidak saja memberikan manfaat pada saat
pesisir menghadapi masalah yang serius waduk lainnya pada musim kemarau me- tanaman ditebang (manfaat eksploitasi),
(Clark 1996), antara lain: 1) penurunan rupakan contoh pengelolaan sumber daya tetapi juga manfaat tatkala sumber daya
sumber daya alam seperti erosi dan abrasi, yang kurang tepat. Kondisi seperti ini ter- ini dibiarkan (manfaat konservasi).
konversi hutan bakau, reklamasi pantai, jadi akibat akumulasi cemaran sisa-sisa pa- Hutan berperan sebagai penyeim-
penangkapan ikan dengan bahan berba- kan, kotoran udang, dan residu pestisida. bang kondisi iklim yang sehat dan bersih.
haya, penangkapan secara berlebihan Beberapa kasus di Jawa Timur dan Oleh karena itu, akibat kerusakan hutan
(overfishing), dan eksploitasi hutan bakau, Jawa Barat dapat menjadi contoh gejala bukan hanya dirasakan oleh masyarakat
2) polusi akibat pembuangan sampah eksploitasi tambak udang secara berlebih, yang tinggal di sekitar hutan, tetapi juga
serta limbah industri dan rumah tangga, seperti dikemukakan oleh Saptana dan masyarakat luas. Kasus meluapnya Be-
aliran bahan-bahan kimia pertanian Pranadji (1994). Kondisi tersebut meng- ngawan Solo yang menenggelamkan be-
(pestisida dan pupuk), serta kegiatan lain akibatkan: 1) langkanya sumber air tawar berapa desa di sepanjang alirannya di Jawa
seperti penggalian dan penambangan, 3) untuk rakyat, karena banyak pengusaha Tengah dan Jawa Timur merupakan contoh
konflik penggunaan lahan akibat tertutup- tambak melakukan penyedotan air dari pengelolaan hutan yang kurang bijaksana.
nya akses ke pantai karena padatnya sumur dalam, 2) langkanya sumber pakan Kasus lainnya adalah asap tebal akibat
pemukiman, kerusakan lahan akibat polusi, pada tambak rakyat akibat pemakaian kebakaran hutan pada musim kemarau.
konversi dan pelestarian hutan bakau bahan kimia pada pengeringan tambak Indonesia merupakan negara kedua
versus pemanfaatannya untuk tambak intensif sehingga mengganggu ekosistem setelah Brasil yang menyumbang detores-
atau reklamasi menjadi daerah pemukiman sekitar, 3) timbulnya pencemaran akibat tri terbesar dalam kancah global dengan
dan kegiatan komersial lainnya, dan 4) penggunaan pakan buatan yang berlebih- kehilangan hampir 3 juta hektar hutan per
kerusakan kehidupan dan kepemilikan an, 4) menurunnya produktivitas dan tahun, penurunan tutupan hutan sekitar
akibat bencana alam seperti banjir, badai, usaha yang tidak berkelanjutan pada 40% (1950−2000) dari 162 juta menjadi 98
gempa bumi, dan tsunami. tambak udang intensif, 5) sulitnya mem- juta hektar (Worldwatch Institute 2005)
Indonesia merupakan negara dengan peroleh air berkualitas pada usaha tambak Pemegang konsesi Hak Penguasaan
kontribusi produksi perikanan termasuk udang, dan 6) terganggunya ekosistem Hutan (HPH) sering mengabaikan dampak
lima besar di dunia dengan pangsa > 5% akibat makin berkurangnya ketersediaan negatif yang ditimbulkan. Para pengusaha
produksi perikanan dunia. Nilai ekspor me- sumber pakan alami. tersebut terus menguras hutan tanpa ber-
ningkat pesat dari US$2,80 juta tahun 1968 Berbagai upaya telah dilakukan untuk upaya melakukan reboisasi. Bukti pe-
menjadi US$1,60 miliar tahun 2002 (Fauzi mengatasi masalah tersebut, antara lain ngurasan tersebut dapat dilihat dari makin
2007). membatasi daerah penangkapan ikan dan menyusutnya luas hutan Indonesia. Pada
Ikan dan udang merupakan komo- melarang penggunaan pukat harimau, tahun 1940, luas hutan Indonesia men-
ditas perikanan yang bernilai ekonomi rotasi penanaman ikan, serta pemeliharaan capai 148 juta ha, dan menurun menjadi
tinggi dengan volume ekspor cenderung udang dengan sistem tertutup, semi- 143,90 juta ha pada tahun 1990. Tragisnya
meningkat dari tahun ke tahun. Pada awal- intensif atau tradisional. Beberapa usaha pada tahun 1993 luasnya tinggal 108,70
nya, penanaman modal di sektor perikanan telah menunjukkan keberhasilan, seperti juta ha. Berarti luas hutan Indonesia pada
mampu meningkatkan produksi dan pengembangan tambak udang semi- tahun 1993 menurun 24,46% dari luas
ekspor, mendorong pertumbuhan sektor intensif dan tradisional dan rotasi pe- hutan tahun 1990 atau 26,55% dari luas
industri hulu (usaha pembenihan, industri nanaman ikan, baik di daerah sentra hutan tahun 1940. Kondisi pascareformasi
pakan) dan hilir (cold storage), serta ke- produksi lama maupun daerah bukaan lebih memprihatinkan karena sumber daya
giatan pemasaran (Saptana dan Pranadji baru. Namun, pembatasan daerah penang- hutan dianggap dapat dimanfaatkan oleh
1994). Namun dalam perkembangannya kapan dan pelarangan penggunaan pukat siapa pun sehingga sebagian masyarakat
telah menimbulkan berbagai permasalahan. harimau belum berhasil, karena sulitnya menjarah hutan. Data tersebut meng-
Pada perikanan tangkap, penangkap- mengawasi aktivitas penangkapan ikan gambarkan tingginya pengurasan sumber
an ikan di beberapa wilayah perairan telah dengan menggunakan teknologi tinggi. daya hutan di Indonesia (Sutopo 1995).
mengarah kepada usaha untuk meng- Fungsi hutan yang telah disalah-
eksploitasi sumber daya secara berlebih- gunakan menimbulkan berbagai masalah
an. Pelarangan pengoperasian pukat dan bencana, seperti gangguan asap
harimau (trawl) mendorong para peng- Kehutanan akibat kebakaran hutan, meningkatnya
usaha domestik maupun Penanaman kandungan karbondioksida di udara,
Modal Asing (PMA) beralih ke usaha budi Hutan merupakan sumber daya alam ter- banjir, erosi, dan meningkatnya suhu
daya udang di tambak. Hal ini menyebab- barukan yang sangat penting bagi ke- bumi. Perkiraan mencairnya es kutub utara
kan eksploitasi beralih dari sumber daya hidupan manusia. Hutan merupakan aset pada tahun 2040 merupakan contoh

Jurnal Litbang Pertanian, 26(4), 2007 125


dampak negatif yang ditimbulkan. Meski- PARADIGMA sedemikian rupa untuk menjamin peme-
pun kontribusi sumber daya hutan dalam PEMBANGUNAN nuhan dan pemuasan kebutuhan manusia
perolehan devisa negara cukup besar, secara berkelanjutan bagi generasi se-
BERKELANJUTAN DAN
nilai itu akan berkurang atau bahkan men- karang dan mendatang (Food and Agri-
jadi tidak ada bila kerusakan hutan akibat KEMITRAAN USAHA culture Organization 1989). Pembangunan
eksploitasi yang tidak terkendali me- pertanian, kehutanan, dan perikanan harus
nimbulkan dampak buruk bagi kesehatan, Paradigma Pembangunan mampu mengkonservasi tanah, air, tanam-
ekonomi, dan kesejahteraan manusia serta Berkelanjutan an dan hewan, tidak merusak lingkungan,
ekosistem global. serta secara teknis tepat guna, secara
Implikasi ekonomi akibat pengelolaan Perhatian terhadap konsep pembangunan ekonomi layak, dan secara sosial dapat
hutan tanpa memperhatikan aspek ling- berkelanjutan dimulai sejak Malthus pada diterima.
kungan adalah pembatasan ekspor kayu tahun 1798 mengkhawatirkan ketersediaan Pengertian di atas membawa bebera-
Indonesia ke negara-negara maju. Mereka lahan di Inggris akibat ledakan penduduk. pa implikasi pembangunan berwawasan
menuntut adanya ecolabelling untuk Satu setengah abad kemudian, Meadow lingkungan, yaitu: 1) menjamin terpenuhi-
ekspor kayu tropis, yaitu label yang me- dan kawan-kawan pada tahun 1972 me- nya secara berkesinambungan kebutuhan
nunjukkan kayu berasal dari hutan yang nerbitkan buku yang berjudul The Limit dasar nutrisi bagi masyarakat, baik untuk
dikelola secara berkelanjutan dan mem- to Growth (Meadow et al. 1972 dalam Fauzi generasi masa kini maupun yang akan
perhatikan masyarakat di sekitarnya me- 2006). Dalam kesimpulannya Meadow datang, 2) dapat menyediakan lapangan
lalui program bina desa dan Coorporate mengemukakan bahwa pertumbuhan kerja dan pendapatan yang layak yang
Social Responsibility (CSR). ekonomi akan sangat dibatasi oleh keter- memberikan tingkat kesejahteraan dalam
Memperhatikan berbagai hal di atas sediaan sumber daya alam. Dengan ke- kehidupan yang wajar, 3) memelihara
maka pemanfaatan sumber daya hutan tersediaan sumber daya alam yang ter- kapasitas produksi pertanian yang ber-
harus bijaksana agar memberikan manfaat batas, penyediaan barang dan jasa yang wawasan lingkungan, 4) mengurangi
ekonomi yang optimal. Oleh karena itu, berasal dari sumber daya alam tidak akan dampak kegiatan pembangunan pertanian
diperlukan pengaturan pemanfaatan hutan dapat dilakukan secara terus-menerus. yang dapat menimbulkan pencemaran dan
secara lestari, sekaligus dapat memeliha- Perhatian terhadap pembangunan penurunan kualitas lingkungan hidup,
ra dan memperbaiki kapasitas sumber daya berkelanjutan mencuat kembali pada dan 5) menghasilkan berbagai produk
menuju pembangunan yang berwawasan tahun 1987 saat World Commission on pertanian, baik primer maupun hasil
lingkungan (Sutopo 1995). Selain itu, pe- Environment and Development atau olahan, yang berkualitas dan higienis serta
ngelolaan hutan harus berorientasi pada dikenal sebagai Brundtland Commission berdaya saing tinggi.
pembangunan berwawasan masyarakat menerbitkan buku berjudul Our Common
dan lingkungan (resource and community Future (Fauzi 2006). Buku ini kemudian
based development), yang dijabarkan memicu lahirnya agenda baru pembangun- Pembangunan Pertanian
sebagai berikut: 1) perubahan orientasi an ekonomi dan keterkaitannya dengan Berkelanjutan dan Kemitraan
produksi kayu dari hutan alam ke hutan lingkungan dalam konteks pembangunan Usaha
tanaman, 2) perubahan orientasi dari hasil yang berkelanjutan. Komisi Brundtland
hutan kayu ke hasil hutan nonkayu dan mendefinisikan pembangunan berkelan- Secara tertulis Indonesia telah menganut
jasa, 3) pergeseran pola pengusahaan jutan sebagai pembangunan yang meme- konsep pembangunan pertanian berkelan-
hutan dari konglomerasi ke peningkatan nuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa jutan. Hal ini termuat dalam amandemen
peran masyarakat, 4) perubahan bentuk mengurangi kemampuan generasi men- UUD 1945, pasal 33 bahwa "perekonomi-
pengelolaan hutan dari optimasi produksi datang untuk memenuhi kebutuhan an nasional diselenggarakan berdasar atas
log ke optimasi fungsi hutan, dan 5) per- mereka. demokrasi ekonomi dengan prinsip keber-
geseran kewenangan pengelolaan hutan Secara operasional, Turner et al. samaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjut-
dari sentralisasi ke desentralisasi. (1993) mendefinisikan pembangunan ber- an, berwawasan lingkungan, kemandirian,
Hasil review terhadap hasil penelitian kelanjutan sebagai upaya memaksimalkan serta dengan menjaga keseimbangan ke-
empiris di Indonesia tersebut sangat manfaat bersih pembangunan ekonomi majuan dan kesatuan ekonomi nasional".
relevan dengan hasil kajian terkini yang dengan syarat dapat mempertahankan dan Pembangunan berkelanjutan dapat dilaku-
dirilis Juli 2007 oleh William Cline mengenai meningkatkan jasa, kualitas dan kuantitas kan dengan pendekatan sistem dan usaha
Global Warning and Agriculture dalam sumber daya alam sepanjang waktu. Se- agribisnis serta kemitraan usaha. Dalam
Fauzi (2007), perubahan iklim diperkirakan lanjutnya the Agricultural Research agribisnis dikenal konsep agribisnis se-
akan menurunkan produksi pertanian Service (USDA) mendefinisikan pertanian bagai suatu sistem dan agribisnis sebagai
antara 10−15%. Apabila tidak ada reorien- berkelanjutan sebagai pertanian yang suatu usaha (perusahaan). Di samping itu
tasi dalam kebijakan ekonomi dari pola pada waktu mendatang dapat bersaing, dikenal azas-azas dalam pengembangan
pembangunan konvensional ke arah pola produktif, menguntungkan, mengkonser- agribisnis yang berkelanjutan, seperti di-
pembangunan berkelanjutan, maka vasi sumber daya alam, melindungi ling- kemukakan oleh Sudaryanto dan Hadi
produktivitas pertanian bisa menurun kungan, serta meningkatkan kesehatan, (1993) serta Hadi et al. (1994), yaitu ter-
sampai 40%. Kondisi ini akan membawa kualitas pangan, dan keselamatan. pusat, efisien, menyeluruh dan terpadu,
konsekuensi pada peningkatan jumlah Pertanian berkelanjutan merupakan serta menjaga kelestarian lingkungan.
pengangguran dan kemiskinan di pe- pengelolaan sumber daya alam serta per- Struktur agribisnis yang berkembang
desaan. ubahan teknologi dan kelembagaan saat ini dapat digolongkan sebagai tipe

126 Jurnal Litbang Pertanian, 26(4), 2007


dispersal atau tersekat-sekat, kurang me- STRATEGI KEMITRAAN tanian bagi kehidupan bangsa dan rakyat
miliki daya saing, dan tidak berkelanjutan. USAHA Indonesia, kedua, sebagai bentuk rumusan
Hal itu disebabkan oleh tiga faktor utama harapan masa depan tentang kondisi per-
(Simatupang 1995), yaitu: 1) tidak ada ke- tanian, serta ketiga, sebagai kebijakan dan
terkaitan fungsional yang harmonis di Pembangunan pertanian berkelanjutan strategi besar melakukan revitalisasi itu
antara kegiatan atau pelaku agribisnis, memiliki tiga tujuan (Sanim 2006), yaitu sendiri.
sehingga dinamika pasar belum dapat di- tujuan ekonomi (efisiensi dan pertumbuh- Pada bahasan ini, revitalisasi dibatasi
respons secara efektif karena tidak adanya an), tujuan sosial (kepemilikan/keadilan), pada kelembagaan pertanian, yaitu kesa-
koordinasi, 2) terbentuknya marjin ganda dan tujuan ekologi (kelestarian sumber daran untuk menempatkan kembali arti
sehingga ongkos produksi, pengolahan, daya alam dan lingkungan). Tiga tujuan penting kelembagaan secara proporsional
dan pemasaran hasil yang harus dibayar tersebut saling terkait seperti disajikan dan kontekstual. Bukti empiris menunjuk-
konsumen menjadi lebih mahal, atau pada Gambar 1. Pembangunan pertanian kan, penurunan kinerja kelembagaan
sistem agribisnis tidak efisien, dan 3) tidak berkelanjutan dapat terwujud bila tiga penyuluhan pertanian dan kelompok tani
adanya kesetaraan posisi tawar antara tujuan pembangunan tersebut tercapai. pada awal otonomi daerah menjadi salah
petani dan pelaku agribisnis lainnya se- Efisiensi dan pertumbuhan sektor satu faktor kunci tidak stabilnya produksi
hingga petani sulit mendapatkan harga pertanian dapat dipacu melalui per- pertanian, khususnya padi dan beberapa
pasar yang wajar. Ada dua sistem koordi- tumbuhan produksi dan pendapatan komoditas palawija.
nasi, yaitu koordinasi melalui harga pasar petani, pembentukan modal, dan pening- Padmanagara dalam Gunardi (1980)
dan antarpelaku agribisnis. Operasional- katan daya saing. Pemerataan kepemilikan mendiskripsikan tugas penyuluh pertani-
nya dapat dilakukan melalui kelembagaan sumber daya dapat ditempuh melalui an, yaitu: 1) menyebarkan informasi
kemitraan usaha agribisnis. Sistem yang kebijakan reformasi agraria (land reform) pertanian, 2) mengajarkan keterampilan
pertama tidak dapat menjamin keterpaduan serta meningkatkan akses dan kontrol dan kecakapan bertani yang lebih baik, 3)
produk, dan sebaliknya untuk sistem masyarakat petani ke sumber daya per- memberikan rekomendasi berusaha tani
kedua. tanian, modal, teknologi, kesejahteraan yang menguntungkan, 4) mengupayakan
Pembangunan pertanian berkelanjut- sosial, dan ketenteraman. Kelestarian fasilitas produksi dan usaha yang lebih
an melalui pendekatan sistem dan usaha sumber daya pertanian dan lingkungan menguntungkan dan menggairahkan, serta
agribisnis dan kemitraan usaha memberi- dapat diwujudkan dengan mengembang- 5) menimbulkan swadaya dan swadana
kan beberapa manfaat sekaligus, yaitu: 1) kan sistem usaha tani ramah lingkungan, dalam perbaikan usaha tani. Ke depan,
mengoptimalkan alokasi sumber daya pada memelihara dan meningkatkan kualitas penyuluh pertanian pada era otonomi
satu titik waktu dan lintas generasi, 2) lingkungan, mengurangi dampak negatif daerah diharapkan tidak hanya membuat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas eksternal, serta mendorong dampak positif petani mampu berproduksi sesuai anjuran,
produk-produk pertanian karena adanya eksternal dalam proses pembangunan. tetapi juga dapat berproduksi secara
keterpaduan produk berdasarkan tarikan Keberhasilan pembangunan pertani- mandiri berdasarkan rasionalitas ekonomi
permintaan (demand driven), 3) mening- an berkelanjutan ditentukan oleh pelaksa- sekaligus mampu meningkatkan kesejah-
katkan efisiensi masing-masing subsistem naan revitalisasi pertanian. Krisnamurthi teraan keluarganya. Penyuluh pertanian
agribisnis dan harmonisasi keterkaitan (2006) mengemukakan, revitalisasi per- bukan hanya sebagai penyampai infor-
antarsubsistem melalui keterpaduan tanian memiliki tiga pengertian. Pertama, masi dan teknologi, tetapi juga sebagai
antarpelaku, 4) terbangunnya kemitraan sebagai kesadaran akan pentingnya per- agen untuk menciptakan pertanian sebagai
usaha agribisnis yang saling membutuh-
kan, memperkuat, dan menguntungkan,
dan 5) adanya kesinambungan usaha
yang menjamin stabilitas dan kontinuitas
pendapatan seluruh pelaku agribisnis. Tujuan ekonomi:
Efisiensi dan pertumbuhan
Pendekatan tersebut hanya akan ber-
hasil bila dilakukan secara partisipatif.
• •
s

Syahyuti (2006) mendefinisikan partisipasi Distribusi pendapatan Penilaian terhadap


sebagai proses pelibatan seluruh pihak
• Kesempatan kerja lingkungan
• Asistensi yang • Penilaian
dalam proses pembangunan. Oleh karena ditargetkan • Internalisasi
itu, pembangunan partisipatif dalam
t

konteks pembangunan pertanian ber-


t

kelanjutan dengan pendekatan sistem agri- Tujuan sosial: Tujuan ekologi:


s

bisnis dan kemitraan usaha adalah proses


t

Kepemilikan/keadilan Kelestarian dan lingkungan


yang melibatkan keseluruhan pelaku
agribisnis dari hulu hingga hilir dalam • Partisipasi masyarakat/rakyat
pengambilan keputusan substansial yang • Konsultasi
berkaitan dengan eksistensi dan keber- • Pluralistik
lanjutan usaha. Pembangunan pertanian
secara partisipatif akan menjamin keber- Sumber: Sanim (2006).
hasilan dan keberlanjutan pembangunan
itu sendiri. Gambar 1. Hubungan antara tiga tujuan pembangunan berkelanjutan.

Jurnal Litbang Pertanian, 26(4), 2007 127


usaha yang menguntungkan. Singkatnya, menerapkan manajemen korporasi dalam kelembagaan formal berbadan hukum
penyuluh pertanian harus mampu mem- menjalankan usahanya. Kelompok juga (koperasi petani atau koperasi agribisnis,
fasilitasi dan mediasi untuk mengembang- mengembangkan pola kemitraan terpadu asosiasi petani komoditas tertentu).
kan kemitraan usaha agribisnis. secara tidak langsung dengan mitra. Ketiga, mengangkat penyuluh swakarsa
Kelembagaan kelompok tani perlu Alternatif model adalah pembangun- atau petani petandu (dalam program
pula melakukan konsolidasi, baik dari an pertanian berkelanjutan melalui ke- SLPHT) sebagai mitra penyuluh untuk
aspek keanggotaan, manajemen maupun mitraan usaha. Model ini tetap memper- memperlancar difusi dan adopsi teknologi.
orientasi usaha. Kelembagaan kelompok timbangkan berbagai bentuk kelembagaan Keempat, memberdayakan kelembagaan
tani ke depan hendaknya mampu men- sebagai penopang kehidupan masyarakat, penyuluhan pertanian dan kelembagaan
transformasikan diri dari kelembagaan yaitu kelembagaan yang hidup dan telah Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) menjadi
usaha tani dalam ikatan horizontal menuju diterima oleh komunitas lokal atau tradi- Pusat Pelayanan dan Konsultasi Agribisnis
kelembagaan yang berorientasi pasar dan sional (voluntary sector), kelembagaan (PPA) di setiap kecamatan melalui sistem
terintegrasi secara vertikal, atau berbentuk pasar atau ekonomi (private sector), dan penyuluhan partisipatif.
koperasi agribisnis yang berbadan hukum. kelembagaan politik/pemerintah atau Kelembagaan di tingkat petani seper-
Adnyana (2005) memperkenalkan sistem pengambilan keputusan di tingkat ti kelompok tani yang belum mandiri perlu
suatu kelembagaan petani yang disebut publik (public sector) (Etzioni 1961). direvitalisasi sesuai dengan kondisi dan
“Sistem Agribisnis Korporasi Terpadu" Pengembangan model pembangunan kebutuhan setempat. Jumlah anggota
(Integrated Corporate Agribusiness pertanian berkelanjutan melalui kemitraan kelompok dibatasi 20−25 orang untuk
System). Pada kelembagaan ini, petani usaha di pedesaan dengan melakukan memudahkan penyatuan pendapat dan
melakukan konsolidasi manajemen usaha revitalisasi kelembagaan kelompok tani penggalangan kerja sama (partisipasi). Hal
pada hamparan lahan yang memenuhi dan penyuluhan disajikan pada Gambar 2. ini didasarkan pada keberhasilan berbagai
skala usaha, misalnya 50−100 ha. Konso- Pemberdayaan petani menjadi petani program pembangunan pertanian melalui
lidasi manajemen dituangkan dalam mandiri dan profesional dapat dilakukan pendekatan kelompok-kelompok kecil dan
bentuk kelembagaan agribisnis seperti melalui beberapa langkah. Pertama, me- proses seleksi yang baik, seperti Program
Kelompok Usaha Agribisnis Terpadu ningkatkan kualitas sumber daya manusia Peningkatan Pendapatan Petani dan
(KUAT), sistem kebersamaan ekonomi, petani melalui pelatihan, penelitian, ma- Nelayan Kecil (P4K) dan SLPHT. Kelom-
dan lainnya. Kelompok usaha tersebut gang dan sebagainya, baik secara individu pok tani mandiri didorong untuk meng-
sebaiknya berbentuk korporasi, asosiasi maupun kelompok. Kedua, melakukan konsolidasikan diri dalam kelembagaan
atau koperasi yang berbadan hukum serta revitalisasi kelompok tani mandiri ke arah formal berbadan hukum, sehingga me-

Revitalisasi
Kelembagaan kelembagaan: Kelembagaan pemerintah yang
pemerintah/dinas 1. Kelembagaan bersifat mediasi dan fasilitatif
teknis terkait kelompok tani s s
2. Kelembagaan s
penyuluhan
t
pertanian
Kelembagaan
komunitas-lokal/ 3. Kelembagaan
Pusat Pelayanan dan Produk pertanian:
t

kemitraan usaha
kelompok tani Konsultasi Agribisnis 1. Efisien dan
agribisnis
(PPA): informasi dan produktif
s konsultasi 2. Berdaya saing
t

Kelembagaan
3. Distribusi
pasar-ekonomi/ s s
pendapatan
pelaku agribisnis t t t t 4. Berkelanjuan
swasta
t Pelaku
Kelembagaan di
s Integrasi program agribisnis swasta
tingkat petani
pembangunan yang ulet,
berbadan hukum:
s
t

agribisnis terpadu: mandiri, dan


usaha tani
1. Pusat dan dinamis
profesional
daerah
2. Kelembagaan
petani, s
t
penyuluh, dan
Jaringan agribisnis di peneliti dalam t
pedesaan: semitradisional, wadah PPA
semisubsistem, parsial, 3. Petani dan Jaringan agribisnis pertanian di pedesaan: sistem
jangka pendek, tidak agribisnis maju, komersial, terintegrasi, jangka
t
t

perusahaan
berkelanjutan pertanian panjang, berkelanjutan

Gambar 2. Pembangunan pertanian berkelanjutan melalui kemitraan usaha agribisnis.

128 Jurnal Litbang Pertanian, 26(4), 2007


mudahkan melakukan transaksi dan 5) penanganan pascapanen dengan mem- konsolidasikan diri dalam gapoktan atau
kemitraan usaha agribisnis. perhatikan keamanan pangan, dan 6) asosiasi petani/asosiasi agribisnis, lalu
Kelompok-kelompok tani dapat di- pemasaran hasil secara berkelompok, baik melakukan konsolidasi manajemen usaha
satukan dalam bentuk gabungan kelom- melalui kelompok tani maupun koperasi pada hamparan lahan yang memenuhi
pok tani (gapoktan), asosiasi petani atau agribisnis. kelayakan usaha (skala usaha bergantung
asosiasi agribisnis yang anggotanya ada- Dalam era otonomi daerah, PPL dan jenis komoditas, 25−100 ha), serta
lah para pengurus kelompok tani. Ketua- penyuluh swakarsa bertugas di tingkat kesinambungan usaha. Pilihan komoditas
ketua kelompok tani diangkat sebagai desa dan berkantor di PPA di tingkat keca- atau kelompok komoditas disesuaikan
penyuluh swakarsa yang bertanggung matan. Namun untuk memperlancar tugas, dengan potensi wilayah dan permintaan
jawab akan perkembangan kelompoknya. di setiap desa yang menjadi wilayah kerja- pasar dengan memperhatikan kelestarian
Jika memungkinkan, penyuluh swakarsa nya perlu ada sekretariat. Semua bantuan lingkungan. Manajemen korporasi di-
mendapat insentif atau honor yang di- teknis penyediaan infrastruktur fisik, per- terapkan dalam menjalankan sistem usaha
anggarkan dalam Anggaran Pendapatan alatan dan bahan, dana, serta bimbingan agribisnis yang berkeadilan. Pemilihan per-
dan Belanja Daerah (APBD). Pemahaman teknis disediakan dan dianggarkan pada usahaan mitra mengacu pada rekomendasi
terhadap berbagai aspek pembangunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Ne- dinas dan atau direktorat teknis, yang di-
berkelanjutan (ekonomi, sosial, dan gara (APBN) maupun APBD. Perma- dasarkan atas komitmennya membangun
lingkungan) merupakan prasyarat untuk salahan yang muncul dimusyawarahkan masyarakat agribisnis. Kelembagaan PPA
menjadi penyuluh swakarsa. Gapoktan di PPA, namun bila sulit terpecahkan, diperlukan sebagai mediator dan fasilitator
atau asosiasi dipimpin oleh se-orang ketua penyuluh bisa menghubungi dan atau dalam membangun kelembagaan kemitraan
atau koordinator penyuluh swakarsa desa memanggil peneliti/penyuluh BPTP, usaha terpadu.
(jabatan ini hampir sama dengan Kelompok lembaga penelitian atau perguruan tinggi.
Tani Nelayan Andalan (KTNA) yang ber- Koordinator PPL berfungsi sebagai ketua
laku sekarang). Para penyuluh swakarsa pelaksana PPA, dan bersama gapoktan
akan menjadi mitra Penyuluh Pertanian dan asosiasi petani atau asosiasi agri- KESIMPULAN DAN
Lapang (PPL) dalam mengembangkan bisnis merencanakan melaksanakan dan IMPLIKASI KEBIJAKAN
pembangunan pertanian berkelanjutan mengevaluasi pengembangan agribisnis
melalui kemitraan usaha agribisnis. Pe- pedesaan. Pergeseran pola pembangunan dari pola
rencanaan pengembangan pembangun- Bila sistem ini berhasil dikembangkan, konvensional ke arah pembangunan ber-
an pertanian berkelanjutan dan kemitraan diharapkan masyarakat petani secara aktif kelanjutan makin diterima oleh banyak
usaha agribisnis di pedesaan dan kelom- mendatangi PPA untuk mengakses in- negara sebagai konsekuensi logis dari
pok tani disusun bersama secara partisi- formasi teknologi dan pasar atau ber- kesadaran masyarakat internasional akan
patif dengan pendekatan Participatory konsultasi tentang masalah yang dihadapi. produk yang berkualitas, aman dikon-
Rural Appraisal (PRA), yaitu suatu pen- Dengan demikian, penyuluhan partisipatif sumsi, dan ramah lingkungan. Perubahan
dekatan dan metode untuk mempelajari dapat berjalan dengan baik dan petani ter- paradigma menuju pembangunan ber-
kondisi dan kehidupan pedesaan masyara- didik untuk bertindak secara profesional. kelanjutan tidak dapat dilaksanakan dalam
kat desa. Dalam hal ini, PPL dan penyuluh Konsultasi dapat dilakukan secara pribadi jangka pendek dan parsial, namun meru-
swakarsa didampingi peneliti agar metode atau melalui musyawarah kelompok (se- pakan upaya jangka panjang, terus-
yang digunakan tepat dan sesuai sasaran. baiknya diawali dengan musyawarah menerus, dan menyeluruh.
Perencanaan pembangunan perta- kelompok, bila tidak teratasi baru dimaju- Kebijakan yang dipandang tepat di
nian berkelanjutan melalui kemitraan kan ke musyawarah gapoktan atau asosia- Indonesia adalah pembangunan pertanian
usaha agribisnis merupakan kunci keber- si petani/asosiasi agribisnis). PPA tidak berkelanjutan melalui kemitraan usaha
hasilan pembangunan pertanian, baik dari hanya merencanakan pengembangan agribisnis secara partisipatif. Kebijakan ini
tingkatan (magnitude), stabilitas maupun agribisnis, tetapi juga memberdayakan dan dapat menjamin efisiensi dan pertumbuh-
kontinuitasnya. Oleh karena itu, kegiatan meningkatkan kualitas sumber daya petani, an, keadilan atau pemerataan, serta ber-
awal yang mutlak dilakukan adalah melatih PPL, dan penyuluh swakarsa, serta sebagai wawasan lingkungan. Pada subsistem
penyuluh agar memahami teknik dan mediator bagi terbangunnya kemitraan produksi diterapkan pendekatan sistem
filosofi PRA. Dalam penerapan di lapang, usaha antarpelaku agribisnis yang saling usaha tani rotasi tanaman dan daur ulang
penyuluh didampingi dan difasilitasi membutuhkan, memperkuat, dan meng- bahan organik, teknik konservasi, pe-
peneliti yang berpengalaman dan mengu- untungkan. ngurangan input kimia (low input sustain-
asai teknik PRA. Keluaran PRA adalah Implementasi pembangunan per- able agriculture), pengendalian hama
rencana kerja atau program pembangunan tanian berkelanjutan melalui kemitraan terpadu, dan sistem produksi tanaman-
pertanian berkelanjutan melalui kemitraan usaha agribisnis adalah sebagai berikut. ternak. Pada subsistem lainnya dilakukan
usaha agribisnis. Program difokuskan Petani melakukan konsolidasi dalam dengan menekan seminimal mungkin
pada: 1) perencanaan pola tata tanam wadah kelompok tani. Selanjutnya, limbah yang dihasilkan, mengelola limbah
untuk mengatur produksi sehingga tepat kelompok tani mandiri ditransformasikan secara baik, serta membangun mekanisme
jenis, volume, kualitas serta berkelanjutan, dalam kelembagaan formal berbadan pasar dalam penetapan harga dan pem-
2) diseminasi teknologi tepat guna yang hukum (koperasi pertanian, koperasi bagian nilai tambah atau keuntungan.
ramah lingkungan, 3) pengelolaan usaha agribisnis, atau kelembagaan lainnya Pembangunan pertanian berkelanjut-
simpan-pinjam, 4) pengadaan sarana sesuai kebutuhan). Kelompok tani mandiri an melalui pengembangan kemitraan
produksi melalui kios saprodi kelompok, atau kelembagaan berbadan hukum meng- usaha agribisnis hanya akan berhasil jika

Jurnal Litbang Pertanian, 26(4), 2007 129


dilakukan secara partisipatif, yaitu meli- usaha agribisnis berkelanjutan dijalankan pasi dan pemberdayaan petani dan pelaku
batkan seluruh pelaku agribisnis dalam dengan menerapkan manajemen korporasi. agribisnis, serta 8) melestarikan kualitas
proses perencanaan, pelaksanaan, serta Pemilihan perusahaan mitra didasarkan lingkungan untuk mendukung kegiatan
monitoring dan evaluasi. Dengan cara ini pada rekomendasi dinas dan atau direkto- pembangunan berkelanjutan.
diharapkan dapat tercapai stabilitas dan rat teknis yang didasarkan atas komitmen- Beberapa saran operasional dalam
kontinuitas produksi, pendapatan, dan nya membangun masyarakat agribisnis. pelaksanaan pembangunan pertanian
kesinambungan usaha. Kelembagaan PPA berfungsi sebagai berkelanjutan melalui kemitraan usaha
Pembangunan pertanian berkelanjut- mediator dan fasilitator terbangunnya agribisnis adalah: 1) revitalisasi kelemba-
an melalui strategi kemitraan usaha agri- kelembagaan kemitraan usaha terpadu. gaan penyuluhan dan kelembagaan petani,
bisnis memerlukan konsolidasi kelembaga- Pembangunan pertanian berkelanjut- 2) pengaturan produksi berdasarkan
an. Pada tahap awal dilakukan konsolidasi an melalui kemitraan usaha agribisnis permintaan pasar melalui perencanaan
petani dalam wadah kelompok tani mandiri mampu memberikan manfaat, antara lain: pola tanam dan kemitraan usaha yang
berbadan hukum. Kelompok tani tersebut 1) meningkatkan produksi pertanian secara mandiri, 3) pemilihan komoditas berdasar-
lalu mengkonsolidasikan diri dalam bentuk moderat, stabil, dan berkesinambungan, kan permintaan pasar dan potensi sumber
gapoktan atau asosiasi petani/asosiasi 2) meningkatkan pendapatan dan kesejah- daya alam, 4) pengembangan kelembagaan
agribisnis. Langkah selanjutnya adalah teraan petani, 3) mengentaskan kemiskinan kemitraan usaha agribisnis sesuai kondisi
melakukan konsolidasi manajemen usaha dan mengurangi pengangguran di setempat untuk menjamin keterpaduan
pada hamparan lahan yang memenuhi pedesaan, 4) meningkatkan pemerataan produk dan pelaku agribisnis, serta 5)
skala usaha ekonomi. Pilihan komoditas dan keadilan sosial, 5) menciptakan kerja pengembangan hasil dari pendekatan
atau kelompok komoditas disesuaikan dan lapangan berusaha, 6) meningkatkan komoditas ke arah pengembangan produk
dengan potensi wilayah, permintaan efisiensi penggunaan sumber daya alam berkualitas didukung strategi promosi,
pasar, dan kelestarian lingkungan. Sistem dan lingkungan, 7) meningkatkan partisi- teknologi, dan fasilitasi pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA
Adnyana, M.O. 2005. Lintasan dan Marka Jalan 1994. Analisa Kebijaksanaan Pengembangan Sayogyo. 1990. Manusia dan Produktivitas
Menuju Ketahanan Pangan Terlanjutkan Agribisnis Perikanan dan Hortikultura: Model Pertanian Penopang Lepas Landas Kita.
dalam Era Perdagangan Bebas. Orasi Pe- Pengembangan Agribisnis Mangga. Pusat Prisma No.2 Tahun XIX. LP3ES, Jakarta.
ngukuhan Ahli Peneliti Utama Bidang Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor.
Simatupang, P. 1995. Industrialisasi Pertanian
Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan
Krisnamurthi, B. 2006. Revitalisasi Pertanian: sebagai Strategi Agribisnis dan Pembangunan
Pengembangan Pertanian, Jakarta.
Sebuah konsekuensi sejarah dan tuntutan Pertanian dalam Era Globalisasi. Orasi Pe-
Clark, R.J. 1996. Coastal Zone Management masa depan. Dalam Revitalisasi Pertanian ngukuhan Ahli Peneliti Utama Bidang Sosial
Hand Book. CRC Lewis Publishers, Boca dan Dialog Peradaban. Penerbit Buku Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan
Raton, Florida. 694 pp. Kompas. Jakarta. Pengembangan Pertanian, Jakarta.

Etzioni, A. 1961. A Competitive Analysis of Sanim, B. 2006. Analisis Ekonomi Lingkungan Sudaryanto, T. dan P.U. Hadi. 1993. Konsepsi dan
Complex Organization: on Power, Involve- dan Audit Lingkungan. Makalah disampai- lingkup agribisnis. Makalah Seminar Pusat
ment, and Their Correlates. The Free Press kan pada Pelatihan Dosen Perguruan Tinggi Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor.
of Glencoi, Inc., New York. Negeri Se-Jawa dan Bali dalam Bidang Audit
Sutopo, M.F. 1995. Serasah Ekonomi Sumber
Lingkungan, Bogor, 11−20 September 2006.
Fauzi, A. 2006. Ekonomi Sumber Daya Alam Daya Hutan Tropis Indonesia. Institute for
dan Lingkungan: Teori dan aplikasi. Gramedia Saptana. 2003. Efisiensi dan Daya Saing Usaha Islamic Economics Studies, Yayasan Khoiru
Pustaka Utama, Jakarta. Tani Beberapa Komoditas Pertanian di Ummah, Bogor.
Lahan Sawah Kabupaten Sidrap, Sulawesi
Fauzi, A. 2007. Economic of Nature's Non- Syahyuti. 2006. 30 Konsep Penting dalam Pem-
Selatan. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Convexity Reorientasi. Pembangunan Eko- bangunan Pedesaan, Penjelasan tentang
Sosial Ekonomi Pertanian bekerja sama
nomi Sumberdaya Alam dan Implikasinya “Konsep, Istilah, Teori dan Indikator serta
dengan BAPPENAS/ USAID/DAI. Bogor.
bagi Indonesia. Orasi Ilmiah Guru Besar Ilmu Variabel”. PT Bina Rena Pariwara, Jakarta.
Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Saptana dan T. Pranadji. 1994. Dampak Kapitali-
Turner, P.K., D. Pearce, and I. Bateman. 1993.
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Ling- sasi terhadap Sustainabilitas Pertambakan
Environmental Economic: An elementary
kungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Udang. Makalah disampaikan pada Seminar
introduction. John Hopkins University Press,
Institut Pertanian Bogor, 10 November 2007. Nasional Pengembangan Agribisnis Bidang
Baltimore.
Peternakan dan Perikanan pada Pelita VI dalam
Food and Agriculture Organization. 1989. World. rangka Dies Natalis ke-30 Fakultas Peternakan Worldwatch Institute. 2005. Vital Sign 2005. NN
The State of Food and Agriculture. Food and Universitas Diponegoro, Semarang. Norton and Company, New York.
Agriculture Organization of the United
Nations, Rome, Italy. Saptana, E.L. Hastuti, K.S. Indraningsih, Ashari, Yusdja, Y., C. Saleh, M. Amir, dan Al Sri Bagyo.
S. Friyatno, Sunarsih, dan V. Darwis. 2005. 1992. Studi Baseline Aspek Sosial Ekonomi
Gunardi. 1980. Kumpulan Bahan Bacaan Dasar- Pengembangan Model Kelembagaan Kemitra- Pengendalian Hama Terpadu. Kerja Sama
Dasar Penyuluhan Pertanian. Institut Per- an Usaha yang Berdaya Saing di Kawasan Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian
tanian Bogor, Bogor. Sentra Produksi Hortikultura. Pusat Peneliti- dengan Badan Perencanaan Pembangunan
Hadi, P.U., R. Sajuti, Saptana, Erwidodo, M. an dan Pengembangan Sosial Ekonomi Per- Nasional. Monograph Series No. 6. Pusat
Rachmat, Kh.M. Noekman, dan A. Djauhari. tanian, Bogor. Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor.

130 Jurnal Litbang Pertanian, 26(4), 2007

Anda mungkin juga menyukai