Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

KETUBAN PECAH PREMATUR (KPP)

A. Definisi
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Persalinan
adalah pelepasan dan pengeluaran produk konsepsi ( janin, air ketuban, plasenta dan sela
putketuban) dari uterus melalui vagina kedunia luar. Persalinan normal adalah
proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan ( 37-40
minggu ), lahir spontandengan presentasi belakang kepala yang berlangsung kurang dari
24 jam tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun bagi janin.
Ketuban pecah premature adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu
bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan multipara kurang dari 5 cm.
Sedangkan menurut Yulaikhah, ketuban pecah premature adalah pecahnyaketuban
sebelum terdapat tanda persalinan, kondisi ini merupakan penyebab terbesar persalinan
premature dengan segala akibatnya.

B. Etiologi
Penyebab KPP masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti
beberapalaporan menyebutkan factor-faktor yang berhubungan erat dengan KPP, namun
factor yanglebih berperan sulit diketahui.
1. Infeksi vagina atau serviks seperti : gonorrhea, stertococcus, group B dan
grandelavaginalis bacteriolis fragilis, lactobacilli, shaphylococus. Bakteri ini
melepaskanmediator inflamasi yang menyebabkan adanya pembukaan dan
perubahan serviksdan pecahnya selaput ketuban.
2. Infeksi korroammomtis : demam korion dan amnion dini cairan ketuban
terkenainfeksi bakteri karioammomtis ini termasuk komplikasi yang dapat berlanjut
menjadisepsis.
3. Riwayat KPP : beresiko 2-4 kali mengalami ketuban pecah dini kembali
akibatadanya penurunan kandungan kolagen dalam membrane sehingga memicu
terjadinyaKPP.
4. Tekanan intra uterin yang mengangkat secara berlebihan (overdistensi
uterus),misalnya hidraminion dan gemeli, pada kehamilan kembar sebelum 37
minggusering terjadikelahiran premature, sedangkan bila lebih dari 37 minggu lebih
seringmengalami KPP. 
5. Keadaan fetus yang abnormal, kelainan letak janin dan rahim. Misal :
letaksungsang/lintang.
6. Makrosomia : BB neonates > 4000 gram. Menimbulkan overdistensi/uterus
yangmenimbulkan uterus menipis/selaput merangsang dan pecah.
7. Faktor golongan darah
Gabungan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dengan menimbulkan
kelemahan bawaan termasuk kelemahan jaringan kulit ketuban
a. Factor dispeoporsi antar kepala janin dan janin dan punggung ibu
b. Factor multigranditis, merokok, dan perdarahan antepartum
c. Distensi gizi dari tembaga dan asam askorbat (vit. C).
8. Hipermoftalitas uterus : kontraksi otot uterus rahim menjadi meningkat
yangmenekan selaput amnion

C. Patofisiologi
Mekanisme ketuban pecah dini adalah diawali dengan terjadi pembukaan
prematureserviks lalu selaput ketuban menjadi tidak kuat sebagai akibat kurangnya
jaringan ikatdan vaskularisasi. Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban
sangat lemahdan mudah pecah dan terjadi pengeluaran air ketuban dapat di percepat
dengan infeksiyang mengeluarkan enzim proteotik dan kolagenase.
Banyak teori mulai dari defect kromosom kelainan kolagen, sampai infeksi.
Padasebagian besar kasus ternyata berhubungan dengan infeksi ( sampai 65%) hight
virulensi: bacteroides, how virulensi, lactobacillus. Kolagen terdapat pada lapisan
terdapat pada lapisan kompaktaamnion, fibroblast, jaringan retikuler korion dan trofoblas.
Sintesis degradasi jaringankolagen di control oleh system aktifitas dan inhalasi
interleukin –a (iL-1) dan prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi terjadi peningkatan
aktifitas iL-a dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi
dipolimerasi kolagen pada selaput korion 1 amnion, menyebabkan ketuban tipis, lemah
dan mudah pecah spontan.

D. Manifestasi Klinis
Menurut Mansjoer manifestasi ketuban pecah premature adalah:
1. Keluar air ketuban keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan sedekit-sedikit
atau banyak
2. Dapat disertai demam, demam bila sudah terjadi infeksi
3. Janin mudah diraba
4. Pada pemeriksaan dalam selaput ketuban sudah tidak ada dan air ketuban kering
5. Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban/selaput ketuban
tidakada dan air ketuban sudah kering
6. Usia kehamilan vible (> 20 minggu)
7. Bunyi jantung bisa tetap normal

E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut adhadiat adalah:
1. Pemeriksaan leokosit/wbc, bila > 15000/ul kemungkinan telah terjadi infeksi
2. Ultrasonografi (usg)sangat membantu dalam menentukan usia kehamilan, letak,
atau presentasi janin , berat janin, letak dan gradasi plasenta serta jumlah air ketuban.
3. Monitor djj dengan fetos koplaennec atau dopler atau dengan melakukan
pemeriksaankardiotokografi ( bila usia kehamilan >32 minggu )
4. Memeriksa adanya cairan yang berisi meconium, verniks kasseosa, rambut
lanugo/telah terinfeksi atau berbau
5. Inspekkulo
6. Gunakan kerta lakmu: bila menjadi baru(basa); air ketuban, merah(asam):urine
7. Pemeriksaan ph ferniks posterior pada prom ph adalah basa air ketuban
8. Pemeriksaan hispatologi air (ketuban)
9. Aborization dan sitology air ketuban
F. Penatalaksanaan
1. Pada kehamilan preterm berupa penanganan konservatif ntara lain:
a. Rawat di RS di tidurkan dalam posisi trendernbeg, tidak perlu
dilakukan pemeriksaan dalam untuk mencegah terjainya infeksi dalam kehamilan 
dirasakan bias mencapai 37 minggu
b. Berikan atibiotik ( ampicillin 4x500mg atau eritromisin bila tidak tahan
ampisilindan metronidazole 2x500 mg selama 7 hari.
c. Jika umur kehamilan <32-37 minggu berikan steroid, untuk memacu
kematangan paru janin, dan kaku memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingo
mielin tiapminggu. Sediaan terdiri atas betametason im 5 mg setiap 6 jam
sebanyak 4 kali
d. Jika umur kehamilan <32 – 34 minggu di rawat selama air ketuban masih
keluar,atau sampai air ketuban tidak keluar lagi
e. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum impart tidak ada infeksi, tes basa
( - ) beri dexametason, observasi tanda tanda infeksi, dan kesejahteraan janin.Ter
minasi pada usia kehamilan 37 minggu
f. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu tidak ada infeksi berikan
tokolitik( salbutamol), dexametason dan indikasi sesudah 24 jam
g. Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu ada infeksi beri antibiotic dan lakukan
induksi
h. Nilai tanda tanda infeksi ( suhu leukosit tanda tanda infeksi intra uteri )
2. Pada kehamilan aterem berupa penanganan aktif antara lain :
a. Kehamilan lebih dari 37 minggu, induksi dengan oksitoksin, bila gagal
secsiocesaria. Dapat pula diberikan misoprostol 50 mg intravagina tiap 6 jam
maksimal 4x
b. Bila ada tanda tanda infeksi berikan antibiotic dosis tinggi dan persalinan di akhiri
1) Bila score pelviks kurang dari 5 lakukan pemotongan serviks kemudian
induksi, jika tidak berhasil akhiri persalinan dengan secsio secaria
2) Bila score pelviks lebih dari 5 induksi persalinan partus per vagina.

3. Penatalaksanaan lanjutan
a. Kaji djj setiap jam dan suhu nadi setiap 2 jam, kenaikan suhu, seringkali di
ketahidengan kondisi ibu yang menggigil.
b. Lakukan djj , pemeriksaan djj setiap jam sebelum persalinan adalah tindakan
yangadekuat sepanjang djj dalam batas normal.
c. Hindari pemeriksaan dalam yang tak perlu meminimalkan terjadinya infeksi
1) Apakah dinding vagina teraba lebih hangat dari biasa
2) Identifikasi bau, warna cairan yang ada di sarung tangan anda
G. PATHWAY

Inplantasi seperti Riwayat KPP Kelainan letak janin Gemeli


bacteria vaginalis sebelumnya

Cairan ketuban Kandungan kolagen Tekanan intravetenia


terinfeksi menurun meningkat

Infeksi amnionitis/ Membrane onion


korioamnionitis rapuh

Kemungkinan KPP Onkompentensia


kesempitan panggul serviks

Mengurangi ROM Jaringan yang Tindakan Oksitosin DFF Persalinan


terbuka invasif lama

Bedrest total Resiko infeksi Episiotomy Kontraksi uterus Resiko


cedera
maternal
dan neonatal
Gangguan Nyeri Gangguan rasa
mobilitas fisik nyaman nyeri
Ansietas
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

I. Pengkajian
A. Anamnesa
1. Data Demografi Klien:
Menanyakan Identitas klien seperti : nama, usia, jenis kelamin, suku / bangsa,
alamat, agama,tanggal MRS, jam MRS, nama suami, pendidikan, pekerjaan,
tanggal pengkajian.
2. Keluhan utama :
Keluar cairan warna putih, keruh, jernih, kuning, hijau/ kecoklatan sedikit/
banyak, pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering,
inspeksikula tampak air ketuban mengalir/ selaput ketuban tidak ada dan air
ketuban sudah kering.
3. Riwayat haid :
Umur menarchi pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar, konsistensi,
siklus haid, hari pertama haid dan terakhir, perkiraan tanggal partus
4. Riwayat Perkawinan :Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa,
apakah perkawinan sah atau tidak, atautidak direstui dengan orang tua
5. Riwayat Obstetris :
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, hasil laboraturium : USG , darah, urine,
keluhanselama kehamilan termasuk situasi emosional dan impresi, upaya
mengatasi keluhan, tindakandan pengobatan yang diperoleh
6. Riwayat penyakit dahulu:
Penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan yang
dijalaninya, dimana mendapat pertolongan, apakah penyakit tersebut diderita
sampai saat ini atau kambuh berulang-ulang.
7. Riwayat kesehatan keluarga :
Riwayat anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan secara
genetic seperti panggul sempit, apakah keluarga ada yang menderita penyakit
menular, kelainan congenital atau gangguan kejiwaan yang pernah diderita oleh
keluarga.
8. Kebiasaan sehari-hari:
a. Pola nutrisi : pada umum nya klien dengan KPD mengalami penurunan nafsu
makan,frekuensi minum klien juga mengalami penurunan
b. Pola istirahat dan tidur : klien dengan KPD mengalami nyeri pada daerah
pinggangsehingga pola tidur klien menjadi terganggu, apakah mudah terganggu
dengan suara-suara, posisi saat tidur (penekanan pada perineum)
c. Pola eliminasi : Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah
inkontinensia(hilangnya infolunter pengeluaran urin),hilangnya kontrol blas,
terjadi over distensi blassatau tidak atau retensi urine karena rasa takut luka
episiotomi, apakah perlu bantuan saatBAK. Pola BAB, freguensi,
konsistensi,rasa takut BAB karena luka perineum, kebiasaan penggunaan toilet.
d. Personal Hygiene : Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi,
penggunaan pembalut dankebersihan genitalia, pola berpakaian, tata rias
rambut dan wajah
e. Aktifitas : Kemampuan mobilisasi klien dibatasi, karena klien dengan KPD di
anjurkanuntuk bedresh total
f. Rekreasi dan hiburan : Situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan yang
membuatfresh dan relaks
B. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Klien tampak lemas dan tanda tanda vital terjadi
peningkatankarena respon dari terjadinya ketuban pecan prematur atau tanda-
tanda persalinan.
2. Head to toe
a. Rambut :  warna rambut, jenis rambut, baunya, apakah ada luka lesi/lecet2) 
b. Mata : sklera nya apakah ikterik/tdk, konjungtiva anemis/tidak, apakah
palpebraoedema/tidak,bagaimana fungsi penglihatan nya baik/tidak, apakah
klien menggunakan alat bantu penglihatan/tidak. Pada umumnya ibu hamil
konjungtiva anemis3) 
c. Telinga : apakah simetris kiri dan kanan, apakah ada terdapat serumen/tidak,
apakah klienmenggunakan alat bantu pendengaran/tidak, bagaimana fungsi
pendengaran klien baik/tidak 
d. Hidung : apakah klien bernafas dengan cuping hidung/tidak, apakah
terdapat serumen/tidak,apakah fungsi penciuman klien baik/tidak
e. Mulut dan gigi : bagaimana keadaan mukosa bibir klien, apakah lembab atau
kering,keadaan gigi dan gusi apakah ada peradangan dan pendarahan, apakah
ada karies gigi/tidak,keadaan lidah klien bersih/tidak, apakah keadaan mulut
klien berbau/tidak. Pada ibu hamil padaumum nya berkaries gigi, hal itu
disebabkan karena ibu hamil mengalami penurunan kalsium
f. Leher : apakah klien mengalami pembengkakan tiroid
g. Paru-paru
I : warna kulit, apakah pengembangan dada nya simetris kiri dan kanan, apakah
ada terdapatluka memar/lecet, frekuensi pernafasannya
P : apakah ada teraba massa/tidak , apakah ada teraba pembengkakan/tidak,
getaran dindingdada apakah simetris/tidak antara kiri dan kanan
P : bunyi Paru
A : suara nafas
h. Jantung
I : warna kulit, apakah ada luka lesi / lecet, ictus cordis apakah terlihat/tidak
P : frekuensi jantung berapa, apakah teraba ictus cordis pada ICS%
Midclavikula
P : bunyi jantung
A : apakah ada suara tambahan/tidak pada jantung klien
i. Abdomen
I : keadaan perut, warna nya, apakah ada/tidak luka lesi dan lecet
P : tinggi fundus klien, letak bayi, persentase kepala apakah sudah masuk
PAP/belum
P : bunyi abdomen
A : bising usu klien, DJJ janin apakah masih terdengar/tidak
j. Payudara : puting susu klien apakah menonjol/tidak,warna aerola, kondisi
mamae, kondisiASI klien, apakah sudah mengeluarkan ASI /belum
k. Ekstremitas
Atas : warna kulit, apakah ada luka lesi/memar, apakah ada oedema/tidak
Bawah : apakah ada luka memar/tidak, apakah oedema/tidak
l. Genitalia : apakah ada varises atau tidak, apakah ada oedema/tidak pada daerah
genitaliaklien
m. Intergumen : warna kulit, keadaan kulit, dan turgor kulit baik/tidak
C. Pemeriksasan Penunjang
1. Pemeriksaan pH cairan ketuban
Cairan yang merembes tersebut diperiksa dengan kertas nitrazine, kertas ini
mengukur pH(asam-basa). pH normal dari vagina adalah 4-4,7 sedangkan pH
cairan ketuban adalah 7,1-7,3.Tes tersebut dapat memiliki hasil positif yang
salah apabila terdapat keterlibatan trikomonas,darah, semen, lendir leher rahim,
dan air seni.
2. Pemeriksaan ultrasonografi (USG) dapat digunakan untuk mengkonfirmasi
jumlah air ketubanyang terdapat di dalam rahim

II. Diagnosa Keperawatan


A. Resiko infeksi b.d jaringan yang terbuka
B. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d ketegangan otot rahim
C. Ansietas b.d kurangnya pengetahuan tentang kondisi persalinan
D. intoleransi aktivitas b.d bedrest total

III. Intervensi
A. Resiko infeksi b.d jaringan yang terbuka
1. Tujuan: setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam di harapkan
masalah dapatteratasi
2. KH :
a. Tidak ada tanda-tanda infeksi
b. Tidak demam, cairan amnion keluar, tidak berbau
3. Intervensi :
a. Lakukan pemeriksaan vagina awal
R: pemeriksaan berperan dalam insfeksi saluran asenden2.
b. Gunakan tehnik aseptic dalam pemeriksaan vagina
R: mencegah pertumbuhan bakteri dan kontaminasi vagina
c. Anjurkan perawatan perineum tiap 4 jam
R: menurunkan resiko infeksi
d. Pantau dan gambarkan karakteritik cairan amnion
R: pada infeksi, cairan amnion menjadi lebih kental dan kuning pekat
e. Observasi tanda-tanda vital
R: mengetahui keadaan umum klien
f. Berikan antibiotic sesuai indikasi
R: mengrasi resiko infeksi
DAFTAR PUSTAKA

Achadiat. 2004. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta
:EGC

Maunaba. 2009. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan
Bidan. Jakarta: EGC 

Nugroho. 2011. Sinopsis Obstetri Buku Kedokteran. Jakarta: EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: FKUI

Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Ed 4, Vol 1. Jakarta: EGC

Yulaikhah. 2009. Panduan Lengkap Kebidanan. Yogyakarta: Pallmall

Mengurangi ROM Jaringan yang Tindakan Oksitosin DFF Persalinan


terbuka invasif lama

Bedrest total Resiko infeksi Episiotomy Kontraksi uterus Resiko


cedera
maternal
Gangguan Nyeri Gangguan rasa dan neonatal
mobilitas fisik nyaman nyeri

Anda mungkin juga menyukai