Anda di halaman 1dari 40

DETEKSI DINI TANDA BAHAYA KOMPLIKASI IBU DAN JANIN

PADA MASA KEHANILAN LANJUT PENDARAHAN PERVAGINAM


Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Kehamilan
Dosen Pengampu: Ibu Lusi Lestari, sst., M.Keb

Disusun Oleh:
Kelompok 5
Nurazizah
Nurul Arifin
Prianti
Reni nursafitri
Resi Regita
Salsabila oktariani Putri
Siti Mahdiah

TINGKAT 2
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
STIKES MUHAMMADIYAH CIAMIS
JL.K.H.Ahmad Dahlan No.20 TLP.0265-773052 Ciamis 46216
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas segala
rahmat, berkah, hidayah, dan karunia-Nya, kelompok kami dapat menyelesaikan
Makalah tentang, ” Deteksi Dini Tanda Bahaya Komplikasi Ibu dan Janin pada
Masa Kehamilan Lanjut Pendarahan Pervaginam”.

Makalah ini disusun dan diajukan untuk memenuhi nilai mata kuliah
Pengantar Asuhan Kebidanan D3 Kebidanan Tingkat 2 semester III Tahun
pelajaran 2019/2020 .

Selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang
telah memberikan dorongan, semangat, dan bimbingan yang tak ternilai harganya.
Untuk itu, pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada:

1. H. Dedi Supriadi, S. Sos.,S.Kep.,Ners.,M.M.Kes selaku kepala Stikes


Muhammadiyah Ciamis;
2. Ibu Lusi Lestari, SST., M. Keb selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, motivasi, petunjuk, dan arahan kepada kami; dan
3. Teman-teman seperjuangan D3 Kebidanan Tingkat 2 yang senantiasa
memberi motivasi dan semangat.
Yang terpenting untuk kedua orang tua kami, yang telah memberikan
kekuatan secara moril maupun materiil, karena tanpa bantuan mereka mustahil
kami bisa menyelesaikan laporan makalah ini. Terima kasih telah membimbing
dan menyayangi kami sampai saat ini.

Akhirnya, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat


bagi penulis khususnya, umumnya bagi semua pembaca, serta dapat berguna bagi
kemajuan Stikes Muhammadiyah Ciamis.

Ciamis, Februari 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN

A. Plasenta Previa....................................................................................3
B. Solusio Plasenta..................................................................................6
C. Rupture Uteri....................................................................................10
D. Gangguan Pembekuan Darah ..........................................................15
E. Preeklamsi.........................................................................................17
F. Eklamsi.............................................................................................22
G. KPD (Ketuban Pecah Dini)..............................................................25
H. IUFD (Intra Uterine Fetal Death).....................................................30
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran ………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanda bahaya kehamilan harus dikenali dan terdeteksi sejak dini sehingga
dapat ditangani dengan benar karena setiap tanda bahaya kehamilan bisa
mengakibatkan komplikasi kehamilan. Adapun tanda bahaya akibat pendarahan
pervaginam yaitu: plasenta previa, solusio plasenta, rupture uteri, gangguan
pembekuan darah, preeklamsi, eklamsi, KPD/ ketuban pecah dini, IUFD.

Berdasarkan penilitian, telah diakui saat ini bahwa setiap kehamilan dapat
memiliki potensi dan membawa risiko bagi ibu. WHO memperkirakan sekitar
15% dari seluruh wanita hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang
berkaitan dengan kehamilannya dan dapat mengancam jiwanya. Bidan sebagai
pemberi pelayanan kebidanan akan menemukan wanita hamil dengan komplikasi-
komplikasi yang mungkin dapat mengancam jiwa.

Kematian ibu menjadi perhatian dunia internasional. Organisasi Kesehatan


Dunia (WHO) memperkirakan diseluruh dunia lebih dari 585.000 ibu meninggal
tiap tahun saat hamil atau bersalin. Artinya, setiap menit ada satu perempuan yang
meninggal.

Oleh karena itu, bidan harus dapat mendeteksi sedini mungkin terhadap
tanda-tanda bahaya pada ibu hamil yang mungkin akan terjadi, karena setiap
wanita hamil tersebut beresiko mengalami komplikasi. Yang sudah barang tentu
juga memerlukan kerjasama dari para ibu-ibu dan keluarganya, yang dimana jika
tanda-tanda bahaya ini tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi, dapat
mengakibatkan kematian pada janin dan ibu.

1
B. Rumusan Masalah

Apa saja pegertian, penyebab, tanda gejala, penatalaksanaan,


pencegahan,komplikasi, dan dampak dari deteksi dini kehamilan lanjut/ tanda
bahaya dari pendarahan pervaginam:

1. Plasenta previa?

2. Solusio plasenta?

3. Rupture uteri?

4. Gangguan pembekuan darah?

5. Preeklamsi?

6. Eklamsi?

7. KPD (ketuban pecah dini)?

8. IUFD?

C. Tujuan

Untuk mengetahui tentang pengertian, penyebab, tanda gejala,


penatalaksanaan, pencegahan komplikasi, dan dampak dari tanda bahaya
pendarahan pervaginam yaitu dari: plasenta previa, solusio plasenta, rupture uteri,
gangguan pembekuan darah, preeklamsi, eklamsi, KPD dan IUFD pada deteksi
dini kehamilan atau tanda bahaya dari macam-macam pendarahan pervaginam.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

Deteksi dini kehamilan lanjut atau Tanda bahaya kehamilan adalah tanda -
tanda yang mengindikasikan adanya bahaya yang dapat terjadi selama
kehamilan/periode antenatal, yang apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi
bisa menyebabkan kematian ibu. Adapun tanda bahayanya pada kehamilan lanjut
diantaranya yaitu pendarahan pervaginam. Adapun sebab-sebab utama
pendarahan kehamilan lanjut yaitu:

A. Plasenta Previa
a. Pengertian
Plasenta Previa adalah perdarahan antepartum pada trimester ketiga.
Perdarahan yang terjadi pada implantasi plasenta, yang menutupi sebagian atau
seluruh osteum uteri internum. Letak placenta tidak semestinya, yaitu dekat jalan
keluar bayi atau bahkan menutupi jalan keluar bayi.

b. Penyebab
Penyebab pasti plasenta previa belum diketahui. Kondisi yang
multifaktorial telah dipostulatkan berhubungan dengan multipara, gestasi berkali-
kali, umur kehamilan dini, kelahiran dengan sesarea sebelumnya, abortus, dan
mungkin merokok. Plasenta previa diawali dengan implantasi embrio (embryonic
plate) pada bagian bawah (kauda) uterus. Dengan melekatnya dan bertumbuhnya
plasenta, plasenta yang telah berkembang bisa menutupi ostium uteri. Hal ini
diduga terjadi karena vaskularisasi desidua yang jelek, inflamasi, atau perubahan
atropik.

c. Tanda gejala
Tanda dan gejala plasenta previa yaitu :

1). Gejala yang terpenting ialah perdarahan tanpa nyeri dan biasanya berulang.
Darah biasanya berwarna merah segar. Pasien mungkin berdarah sewaktu tidur
dan sama sekali tidak terbangun; baru waktu ia bangun, ia merasa bahwa kainnya
basah. Biasanya perdarahan karena plasenta previa baru timbul setelah bulan ke

3
tujuh. Hal ini disebabkan oleh: Perdarahan sebelum bulan ketujuh memberi
gambaran yang tidak berbeda dari abortus dan perdarahan pada plasenta previa
disebabkan pergerakan antara plasenta dan dinding rahim.

2). Bagian terdepan janin tinggi (floating). Sering dijumpai kelainan letak janin.

3). Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal,
kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya, sehingga pasien sempat dikirim
ke rumah sakit. Tetapi perdarahan berikutnya (reccurent bleding) biasanya lebih
banyak. Pendarahan berulang.

4). Janin bisanya masih baik. Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri
masih rendah.

5). Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah.

6). His biasanya tidak ada

7). Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi

8). Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina

9). Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul

10). Sering dijumpai kesalahan letak janin

d. Penatalaksanaan dan Pengobatan


Pengobatan plasenta previa dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu:

1. Terminasi. Kehamilan segera diakhiri sebelum terjadi perdarahan yang


membawa maut, misalnya: kehamilan cukup bulan, perdarahan banyak, parturien,
dan anak mati (tidak selalu). Cara vaginal yang bermaksud untuk mengadakan
tekanan pada plasenta, yang dengan demikian menutup pembuluh-pembuluh
darah yang terbuka (tamponade pada plasenta) dan dengan seksio sesarea,
dimaksudkan untuk mengosongkan rahim hingga rahim dapat berkontraksi dan
menghentikan perdarahan. Seksio sesarea juga mencegah terjadinya robekan
serviks yang agak sering terjadi pada persalinan per vaginam.

4
2. Ekspektatif. Dilakukan apabila janin masih kecil sehingga kemungkinan
hidup di dunia luar baginya kecil sekali. Namun, sekarang ternyata terapi
menunggu dapat dibenarkan dengan alasan sebagai Perdarahan pertama pada
plasenta previa jarang fatal dan untuk menurunkan kematian bayi karena
prematuritas.

Penderita plasenta previa juga harus diberikan antibiotik mengingat


kemungkinan terjadinya infeksi yang besar disebabkan oleh perdarahan dan
tindakan-tindakan intrauterin. Jenis persalinan apa yang kita pilih untuk
pengobatan plasenta previa dan kapan melaksanakannya bergantung pada faktor-
faktor sebagai berikut:

a. Perdarahan banyak atau sedikit

b. Keadaan ibu dan anak

c. Besarnya pembukaan

d. Tingkat plasenta previa

e. Paritas

Perdarahan yang banyak, pembukaan kecil, nulipara, dan tingkat plasenta


previa yang berat mendorong kita melakukan seksio sesarea. Sebaliknya,
perdarahan yang sedang/sedikit, pembukaan yang sudah besar, multiparitas dan
tingkat plasenta previa yang ringan, dan anak yang mati cenderung untuk
dilahirkan per vaginam. Pada perdarahan yang sedikit dan anak yang masih kecil
(belum matur) dipertimbangkan terapi ekspektatif. Perlu diperhatikan bahwa
sebeium melakukan tindakan apapun pada penderita plasenta previa, harus selalu
tersedia darah yang cukup.

e. Komplikasi
Komplikasi pada plasenta previa yaitu :

1. Perdarahan dan syok

2. Infeks=i

5
3. Laserasi serviks

4. Plasenta akreta

5. Prematuritas atau lahir mati

6. Couvelair uterus, sehinga kontraksi tak baik, menyebabkan perdarahan post


partum

7. Hipofibrinogenamia dengan perdarahan post partum

8. Nikrosis korteks neralis, menyebabkan anuria dan uremia

9. Kerusakan-kerusakan organ seperti hati, hipofisis

f. Dampak
Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Persalinan:

1. Letak janin yang tidak normal, menyebabkan persalinan akan menjadi tidak
normal

2. Bila ada plasenta previa lateralis, ketuban pecah atau dipecahkan dapat
menyebabkan terjadinya prolaps funikuli

3. Sering dijumpai inersia primer

4. Perdarahan (Mochtar, 2011)

5. Bayi lahir premature atau berat badan lahir rendah (Mochtar, 2011)

B. Solusio plasenta
a. Pengertian
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat
implantasinya yang normal pada uterus, sebelum janin dilahirkan. Definisi ini
berlaku pada kehamilan dengan masa gestasi di atas 22 minggu atau berat janin di
atas 500 gram. Proses solusio plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan
dalam desidua basalis yang menyebabkan hematoma retroplasenter. Hematoma
dapat semakin membesar kearah pinggir plasenta sehingga amniokhorion sampai
terlepas, perdarahan akan keluar melalui ostium uteri (perdarahan keluar),

6
sebaliknya apabila amniokhorion tidak terlepas, perdarahan tertampung dalam
uterus (perdarahan tersembunyi).
b. Penyebab
Hingga saat ini penyebab pasti terjadinya solusio plasenta belum diketahui,
namun ada beberapa hal yang bisa meningkatkan risiko solusio plasenta, yaitu:

1. Wanita yang merokok atau yang menyalahgunakan narkoba.

2. Wanita yang berusia di atas 40 tahun.

3. Wanita yang pernah mengalami solusio plasenta sebelumnya.

4. Wanita yang pernah melahirkan bayi kembar.

5. Wanita yang memiliki tekanan darah tinggi atau hipertensi.

6. Wanita yang memiliki gangguan pembekuan darah.

7. Wanita yang pernah mengalami trauma pada perut, seperti terjatuh

8. Air ketuban bocor atau pecah terlalu awal.

9. Tali pusat yang pendek

c. Tanda Gejala
Beberapa gejala dari solusio plasenta adalah sebagai berikut :

1. Perdarahan yang disertai nyeri.

2. Anemia dan syok,beratnya anemia dan syok sering tidak sesuai dengan
banyaknya darah yang keluar.

3. Rahim keras seperti papan dan terasa nyeri saat dipegang karena isi rahim
bertambah dengan darah yang berkumpul di belakang plasenta hingga rahim
teregang (uterus en bois).

4. Palpasi sulit dilakukan karena rahim keras.

5. Fundus uteri makin lama makin baik.

6. Bunyi jantung biasanya tidak ada.

7
7. Pada toucher teraba ketuban yang teregang terus-menerus (karena isi rahim
bertambah).

8. Sering terjadi proteinuria karena disertai preeklampsi.

d. Penatalaksanaan
Prinsip utama penatalaksanaannya antara lain :

1. Pasien (ibu) dirawat dirumah sakit,istirahat baring dan mengukur


keseimbangan cairan

2. Optimalisasi keadaan umum pasien (ibu),dengan perbaikan: memberikan


infuse dan transfuse darah segar

3. Pemeriksaan laboratorium : hemoglobin,hematokrit,COT(Clot Observation


Test/test pembekuan darah),kadar fibrinogen plasma,urine lengkap,fungsi ginjal

4. Pasien (ibu) gelisah diberikan obat analgetika

5. Terminasi kehamilan : persalina segera,pervaginam atau section sesarea. Yang


tujuannya adalah untuk menyelamatkan nyawa janin dan dengan lahirnya
plasenta,berjutuan agar dapat menghentikan perdarahan.

6. Bila terjadi gangguan pembekuan darah (COT >30 menit) diberikan darah
segar dalam jumlah besar dan bila perlu fibrinogen dengan monitoring berkala
pemeriksaan COT dan hemoglobin

7. Untuk mengurangi tekanan intrauterine yang dapt menyebabkan nekrosis


ginjal (reflek utero ginjal) selaput ketuban segera dipecahkan.

e. Pencegahan
Pencegahan meliputi:

1. Hindari minuman beralkohol, merokok, atau penggunaan obat-obatan


narkotika dan psikotropika selama kehamilan.

2. Pemeriksaan kehamilan ke dokter atau bidan sejak awal diketahui adanya


kehamilan dan secara teratur selama masa kehamilan.

8
3. Mengenali dan mengatasi adanya masalah kesehatan pada ibu hamil seperti
diabetes dan tekanan darah tinggi dapat menurunkan risiko terjadinya solusio
plasenta.

f. Komplikasi
Komplikasi bisa terjadi pada ibu maupun pada janin yang dikandungnya dengan
criteria :

1. Perdarahan yang dapat menimbulkan : variasi turunnya tekanan darah sampai


keadaan syok,perdarahan tidak sesuai keadaan penderita anemis sampai
syok,kesadaran bervariasi dari baik sampai syok.

2. Gangguan pembekuan darah : masuknya trombosit ke dalam sirkulasi darah


menyebabkan pembekuan darah intravaskuler dan diserti hemolisis,terjadinya
penurunan fibrinogen sehingga hipofibrinogen dapat mengganggu pembekuan
darah.

3. Oliguria menyebabkan terjadinya sumbatan glomerulus ginjal dan dapat


menimbulkan produksi urin makin berkurang.

4. Perdarahan postpartum : pada solusio plasenta sedang sampai berat terjadi


infiltrasi darah ke otot rahim,sehingga mengganggu kontraksi dan menimbulkan
perdarahan karena atonia uteri,kegagalan pembekuan darah menambah bertanya
perdarahan.

5. Koagulopati konsumtif,DIC: solusio plasenta merupakan penyebab


koagulopati konsumtif yang tersering pada kehamilan.

6. Utero renal reflex

7. Ruptur uteri

8. Asfiksia ringan sampai berat dan kematian janin,karena perdarahan yang


tertimbun dibelakang plasenta yang mengganggu sirkulasi dan nutrisi kearah
janin.

9. Kelainan susunan system saraf pusat

9
10. Retardasi pertumbuhan

11. Anemi

g. Dampak
Penyulit terhadap ibu dalam bentuk:

a. Berkurangnya darah dalam sirkulasi darah.

b. Terjadinya penurunan tekanan darah, peningkatan nadi, dan pernafasan

c. Penderita tampak anemis

d. Dapat menimbulkan pembekuan darah

e. Menimbulkan perdarahan postpartum

f. Peningkatan timbunan darah di belakang plasenta yang menyebabkan rahim


keras, padat, dan kaku

g. Menyababkan asfiksia ringan sampai kematian janin dalam Rahim

C. Rupture Uteri
a. Pengertian
Ruptur uteri adalah robekan di dinding uterus, dapat terjadi selama
periode ante natal saat induksi, selama persalinan dan kelahiran bahkan selama
stadium ke tiga persalinan(Chapman, 2006;h.288).

b. Penyebab
Penyebabnya meliputi:
1. Rupture jaringan parit uterus yaitu jaringan parut seksio sesarea ( merupakan
penyebab terbanyak, riwayat kuretase atau perforasi uterus, dan trauma abdomen

2. Persalinan yang terhambat akibat disproporsi cephalopelvik

3. Stimulasi yang berlebihan pada uterus pada induksi persalinan

4. Peregangan uterus yang berlebihan

5. Neoplasia Trofoblastik Gestasional

10
6. Pelepasan plasenta yang sulit secara manual

7. Penemuan yang tidak berhubungan dengan ruptura uteri yaituiInfus oksitosin


dengan dosis berlebihan, kontraksi 5x atau lebih dalam 10 menit, dan kontraksi
tetanik selama lebih dari 90 detik

c. Tanda Gejala
Gejala dan tanda ruptura uteri sangat ber variasi. Secara klasik,
ruptura uteri ditandai dengan nyeri abdomen akut dan perdarahan pervaginam
berwarna merah segar serta keadaan janin yang memburuk.

Tanda dan Gejala Klinis Ruptur Uteri

1. Tanda dan gejala ruptur uteri dapat terjadi secara dramatis atau tenang.

2. Dramatis.

3. Nyeri tajam, yang sangat pada abdomen bawah saat kontraksi hebat
memuncak.

4. Penghentian kontraksi uterus disertai hilangnya rasa nyeri

5. Perdarahan vagina ( dalam jumlah sedikit atau hemoragi )

6. Terdapat tanda dan gejala syok, denyut nadi meningkat, tekanan darah
menurun dan nafas pendek ( sesak )

7. Temuan pada palpasi abdomen tidak sama dengan temuan terdahulu

8. Bagian presentasi dapat digerakkan diatas rongga panggul

9. Janin dapat tereposisi atau terelokasi secara dramatis dalam abdomen ibu

10. Bagian janin lebih mudah dipalpasi

11. Gerakan janin dapat menjadi kuat dan kemudian menurun menjadi tidak ada
gerakan dan DJJ sama sekali atau DJJ masih didengar

12. Lingkar uterus dan kepadatannya ( kontraksi ) dapat dirasakan disamping


janin ( janin seperti berada diluar uterus ).

11
13. Tenang

14. Kemungkinan terjadi muntah

15. Nyeri tekan meningkat diseluruh abdomen

16. Nyeri berat pada suprapubis

17. Kontraksi uterus hipotonik

18. Perkembangan persalinan menurun

19. Perasaan ingin pingsan

20. Hematuri ( kadang-kadang kencing darah )

21. Perdarahan vagina ( kadang-kadang )

22. Tanda-tanda syok progresif

23. Kontraksi dapat berlanjut tanpa menimbulkan efek pada servik atau kontraksi
mungkin tidak dirasakan

24. DJJ mungkin akan hilang

d. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada ruptur uteri adalah sebagai berikut :

1. Perbaiki kehilangan darah dengan pemberian infus Intravena cairan (NaCl


0,9% atau Ringer Laktat) sebelum pembedahan.

2. Siapkan untuk tranfusi darah

3. Lakukan seksio sesarea, segera lahirkan bayi dan lahirkan plasenta segera
setelah kondisi ibu stabil.

4. Jika uterus dapat diperbaiki dengan resiko operasi lebih rendah daripada
resiko pada histerektomi dan ujung ruptur uterus tidak nekrosis lakukan
histerorafia. Tindakan ini akan mengurangi waktu dan kehilangan darah saat
histerektomi.

12
5. Lakukan perbaikan robekan pada dinding uterus (histerorafia) dengan langkah
sebagai berikut :

a. Kaji ulang prinsip pembedahan

b. Berikan antibiotik dosis tunggal ( ampisilin 2 G I.V, sefazolin 1 gI.V)

c. Buka perut :

1. Lakukan insisi vertikal pada line alba dari umbilikus sampai pubis.
2. Lakukan insisi vertikal2-3 cm pada fasia, lanjutkan insisi keatas dan
kebawah dengan gunting
3. Pisahkan muskulus rektus abdominis kiri
4. Buka peritoneum dekat umbilikus dengan tangan, jaga agar jangan
melukai kandung kemih.
5. Periksa rongga abdomen dan robekan uterus dan keluarkan darah beku.
6. Pasang rektaktor kandung kemih.
7. Lahirkan bayi dan plasenta
e. Berikan oksitosin 10 IU dalam 500 ml cairan infus (NaCl atau Ringer Laktat)

f. Angkat uterus untuk melihat seluruh luka uterus

g. Periksa bagian depan dan belakang uterus

h. Klem perdarahan dengan ring forceps.

i. Pisahkan kandung kemih dari segmen bawah rahim secara tumpul atau tajam.

j. Lakukan penjahitan robekan uterus.

k. Jika uterus tidak dapat diperbaiki lakukan histerektomi.

e. Pencegahan
Strategi pencegahan kejadian ruptura uteri langsung adalah dengan memperkecil
jumlah pasien dengan resiko ; kriteria pasien dengan resiko tinggi ruptura uteri
adalah:

1. Persalinan dengan SC lebih dari satu kali

13
2. Riwayat SC classic ( midline uterine incision )

3. Riwayat SC dengan jenis “low vertical incision “

4. LSCS dengan jahitan uterus satu lapis

5. SC dilakukan kurang dari 2 tahun

6. LSCS pada uterus dengan kelainan kongenital

7. Riwayat SC tanpa riwayat persalinan spontan per vaginam

8. Induksi atau akselerasi persalinan pada pasien dengan riwayat SC

9. Riwayat SC dengan janin makrosomia

10. Riwayat miomektomi per laparoskop atau laparotomi

Ibu hamil dengan 1 kriteria diatas akan memiliki resiko 200 kali lebih besar
dibandingkan ibu hamil umumnya.

f. Komplikasi
Komplikasi yang bisa terjadi yaitu:
1. Gawat janin

2. Syok hipovolemik

3. Sepsis.

4. Kecacatan dan morbiditas.

a. Histerektomi merupakan cacat permanen, yang pada kasus belum punya


anak hidup akan meninggalkan sisa trauma psikologis yang berat dan
mendalam.
b. Kematian maternal /perinatal yang menimpa sebuah keluarga merupakan
komplikasi sosial yang sulit mengatasinya.
g. Dampak
Dampak dari terjadinya rupture ini antar lainterjadinya infeksi pada luka jahitan
dimana dapat merambat pada saluran kandung kemih ataupun pada jalan lahir

14
D. Gangguan Pembekuan Darah
a. Pengertian
Disfungsi perdarahan dan pembekuan adalah terjadinya kelainan
dalam pembentukan pembekuan darah dimana hal ini berhubungan dengan
trombosit dan faktor-faktor pembekuan darah. Abnormalitas yang merupakan
predisposisi seseorang mengalami perdarahan dapat disebabkan oleh pembuluh
darah, trombosit, dan setiap faktor koagulasi plasma, fibrin atau plasmin.

b. Penyebab
Tiga hal utama yang mempengaruhi kerentanan seseorang mengalami
trombus:

1. Dinding pembuluh darah yang rentan mengalami luka, misal dinding


pembuluh darah yang telah mengalami plak arterosklerosis sebelumnya

2. Aliran darah yang tidak normal, misal aliran darah pada penderita hipertensi,
aliran darah pada percabangan pembuluh darah

3. Penyakit kelainan pembekuan darah

c. Tanda Gejala
Trombus yang kecil tidak menimbulkan gejala apapun. Namun bila
trombus sudah menyumbat sehingga aliran darah menurun maka akan timbul
gejala. Gejala yang umum adalah rasa nyeri akibat sel-sel tubuh tidak mendapat
suplai oksigen. Gejala lainnya adalah kulit akan teraba dingin, juga nadi terasa
lemah akibat sumbatan.

d. Penatalaksanaan
Transfusi trombosit dan komponen plasma hanya diberikan jika
keadaan pasien sudah sangat buruk dengan trombositopenia berat dengan
perdarahan masif, memerlukan tindakan invasif, atau memiliki risiko komplikasi
perdarahan. Terbatasnya syarat transfusi ini berdasarkan pemikiran bahwa
menambahkan komponen darah relatif mirip menyiram bensin dalam api
kebakaran, namun pendapat ini tidak terlalu kuat, mengingat akan terjadinya
hiperfibrinolisis jika koagulasi sudah maksimal. Sesudah keadaan ini merupakan

15
masa yang tepat untuk memberi trombosit dan komponen plasma, untuk
memperbaiki kondisi perdarahan.

Satu-satunya terapi medikamentosa yang dipakai ialah pemberian


antitrombosis, yakni heparin. Obat kuno ini tetap diberikan untuk meningkatkan
aktivitas antitrombin III dan mencegah konversi fibrinogen menjadi fibrin. Obat
ini tidak bisa melisis endapan koagulasi, namun hanya bisa mencegah terjadinya
trombogenesis lebih lanjut. Heparin juga mampu mencegah reakumulasi clot
setelah terjadi fibrinolisis spontan. Dengan dosis dewasa normal heparin drip 4-5
U/kg/jam IV infus kontinu, pemberian heparin harus dipantau minimal setiap
empat jam dengan dosis yang disesuaikan. Bolus heparin 80 U tidak terlalu sering
dipakai dan tidak menjadi saran khusus pada jurnal-jurnal hematologi.

e. Pencegahan/ cara mengatasi


Yaitu dengan cara:

1. Bergerak, sebaiknya luangkan waktu berjalan-jalan setiap 1 atau 2 jam

2. Hidup sehat dan minumlah banyak air

3. Hati-hati dengan obat-obatan tertentu (Risiko DVT juga dapat meningkat saat
mengonsumsi pil kontrasepsi. DVT juga bisa diturunkan dari keluarga yang telah
mengalami penyakit ini)

4. Mengetahui tanda dan gejala DVT

5. Lebih proaktif, bila tubuh menunjukan gejala pembekuan darah, cedera, atau
akan melakukan operasi, maka segeralah berkonsultasi ke dokter. Informasikan
kepada ahli meida bila sedang mengonsumsi pil kontrasepsi, pernah menjalani
operasi, melakukan perjalanan panjang, atau cedera dalam 8 minggu sebelumnya

6. Cara Alami Mengatasi Pembekuan Darah Dengan Mengkonsumsi Green


World Calcium Softgel

16
f. Komplikasi
Pada ibu yang menderita pembekuan darah, kadar asam empedu akan
meningkat dan akan menghasilkan racun yang akan memasuki darah ibu dan
mengakibatkan beberapa gejala. Kondisi seperti ini harus segera diidentifikasi
karena bisa mendatangkan dampak yang serius untuk kesehaan bayi Anda,
terutama jika sudah memasuki masa kehamilan 36 minggu.

g. Dampak
Resiko terbentuknya gangguan pembekuan darah dapat meningkat
oleh faktor-faktor berikut:

1. Obesitas

2. Pil Keluarga Berencana (KB)

3. Aterosklerosis

E. Preeklamsi
a. Pengertian
Pre-eklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan
darah 140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua sampai
triwulan ketiga) atau bisa lebih awal terjadi. Hipertensi (tekanan darah tinggi) di
dalam kehamilan terbagi atas pre-eklampsia ringan, preklampsia berat, eklampsia,
serta superimposed hipertensi (ibu hamil yang sebelum kehamilannya sudah
memiliki hipertensi dan hipertensi berlanjut selama kehamilan). Tanda dan gejala
yang terjadi serta tatalaksana yang dilakukan masing-masing penyakit di atas
tidak sama.

b. Penyebab
Sampai saat ini masih belum diketahui penyebab utama dari
preeklamsia.Namun beberapa ahli percaya jika preeklamsia mulai berkembang di
plasenta. Plasenta adalah organ yang menghubungkan suplai darah ibu hamil
dengan suplai darah janin yang dikandungnya, dan nutrisi selama janin di dalam
kandungan diberikan melalui plasenta.

17
Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko wanita mengalami
preeklamsia, yaitu:

1. Kehamilan pertama. Risiko terkena preeklamsia paling tinggi adalah saat


seseorang hamil pertama kalinya.

2. Pernah mengalami preeklamsia pada kehamilan sebelumnya.

3. Sedang mengidap beberapa penyakit tertentu, seperti sindrom antifosfolipid,


diabetes, lupus, hipertensi, atau penyakit ginjal.

4. Janin lebih dari satu. Preeklamsia biasanya diidap oleh wanita yang sedang
mengandung dua atau lebih janin.

5. Hamil setelah berganti pasangan. Kehamilan pertama dengan pasangan yang


baru meningkatkan risiko preeklamsia lebih tinggi dibanding kehamilan kedua
atau ketiga tanpa berganti pasangan.

6. Hamil setelah jeda 10 tahun dengan kehamilan sebelumnya.

7. Faktor usia. Wanita hamil di atas usia 40 tahun punya risiko preeklamsia lebih
tinggi.

8. Obesitas saat hamil. Wanita Asia dengan indeks massa tubuh 25 atau lebih saat
hamil bisa meningkatkan risiko preeklamsia.

9. Faktor keturunan. Risiko mengidap preeklamsia lebih besar jika ada anggota
keluarga yang pernah terkena preeklamsia.

c. Tanda Gejala
Kadang, preeklamsia bisa berkembang tanpa gejala apa pun atau
hanya muncul gejala-gejala ringan. Gejala utama dari preeklampsia adalah
tekanan darah yang terus meningkat. Naiknya tekanan darah bisa terjadi dengan
lambat, akibatnya sulit untuk memastikan kondisi ini. Oleh karena itu, memonitor
tekanan darah secara rutin menjadi hal penting untuk dilakukan selama masa
kehamilan. Jika tekanan darah wanita hamil mencapai 140/90 mm Hg atau lebih,

18
segeralah berkonsultasi dengan dokter kandungan, terutama bila tekanan darah di
level ini ditemukan dalam 2 kali pemeriksaan rutin yang terpisah.

Selain hipertensi, gejala umum lainnya dari preeklamsia adalah:

1. Sesak napas, karena ada cairan di paru-paru.

2. Sakit kepala parah.

3. Berkurangnya volume urine.

4. Gangguan penglihatan. Pandangan hilang sementara, menjadi kabur, dan


sensitif terhadap cahaya.

5. Mual dan muntah.

6. Rasa nyeri pada perut bagian atas. Biasanya di bawah tulang rusuk sebelah
kanan.

7. Meningkatnya kandungan protein pada urine (proteinuria).

8. Gangguan fungsi hati.

9. Pembengkakan pada telapak kaki, pergelangan kaki, wajah dan tangan.

10. Berkurangnya jumlah trombosit dalam darah.

11. Laju pertumbuhan janin yang melambat juga bisa menandakan sang ibu
mengidap preeklamsia. Kondisi ini disebabkan berkurangnya pasokan darah ke
plasenta sehingga janin mengalami kekurangan pasokan oksigen dan nutrisi.

d. Penatalaksanaan dan Pengobatan


Agar preeklamsia bisa segera terdiagnosis dan ditangani, lakukanlah
konsultasi rutin dengan dokter kandungan setiap bulan. Jangan ragu untuk
melakukan konsultasi dengan dokter kandungan lebih sering jika merasakan
gejala-gejala yang tidak wajar selama masa kehamilan.

Apabila hasil diagnosis menyatakan bahwa Anda berisiko tinggi


terkena preeklamsia, biasanya dokter akan meminta Anda mengonsumsi
parasetamol dosis rendah. Parasetamol dosis rendah diduga dapat menurunkan

19
risiko terkena preeklamsia. Wanita yang kekurangan asupan kalsium sebelum dan
saat kehamilan, juga akan disarankan mengonsumsi suplemen kalsium untuk
mencegah preeklampsia. Akan tetapi wanita hamil sebaiknya jangan
mengonsumsi obat, vitamin, atau suplemen apa pun tanpa konsultasi dengan
dokter kandungan terlebih dulu. Walaupun timbulnya pre-eklampsia tidak dapat
dicegah sepenuhnya, namun frekuensinya dapat dikurangi dengan pemberian
penerangan secukupnya dan pelaksanaan pengawasan yang baik pada wanita
hamil, antara lain:

1. Diet makanan.

2. Cukup istirahat

3. Pengawasan antenatal ( hamil )

Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim segera datang
ke tempat pemeriksaan. Keadaan yang memerlukan perhatian:

1. Uji kemungkinan pre-eklampsia:

a. Pemeriksaan tekanan darah atau kenaikannya


b. Pemeriksaan tinggi fundus uteri
c. Pemeriksaan kenaikan berat badan atau edema
d. Pemeriksaan protein urin
2. Penilainan kondisi janin dalam Rahim

a. Pemantauan tingi fundus uteri


b. Pemeriksaan janin: gerakan janin dalam rahim, denyut jantung janin,
pemantauan air ketuban
c. Usulkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografi.
Obat-obatan yang bisa dilakukan untuk wanita hamil yang mengalami
preeklamsia adalah Antihipertensi, Kortikosteroid, dan Antikonvulsan.

e. Pencegahan
Cara pencegahan terhadap terjadinya preeklamsi ataupun eklamsi pada ibu
hamil yaitu dengan tercukupnya kebutuhan kalsium dapat mengurang risiko

20
hipertensi yang terjadi pada masa kehamilan. Kebutuhan kalsium dapat Anda
peroleh melalui makanan yang Anda konsumsi sehari-hari seperti susu, sayuran
hijau, biji-bijian, dan kacang-kacangan

Cara mudah menghindari terjadinya eklamsi ataupun preeklamsi yaitu:

1. Minum multivitamin. Riset menunjukkan, multivitamin memenuhi kebutuhan


asam folat selam kehamilansekaligus mengurangi risiko pre-eklampsia hingga
50%.

2. Makan serat. Berdasarkan riset Universitas Washington, Seattle, AS, makan


buah dan sayur akan mengurangi risiko Pre-Eklampsia.

3. Ke dokter gigi. Bakteri perusak gusi bisa menjadi pemicu Pre-Eklampsia,


demikian riset terbaru AS. Jadi, sikat gigi minimal 2 kali sehari dan gunakan
benang gigi.

4. Jalan kaki. Studi menunjukkan, ibu hamil yang teratur jalan kaki bersisiko
rendah alami Preeklampsia dibanding yang malas jalan.

f. Komplikasi
Komplikasi preeklamsia dapat dibagi dua, yaitu pada wanita hamil dan
pada bayi. Pada wanita hamil, preeklamsia bisa menimbulkan komplikasi sebagai
berikut:

1. Sindrom HELLP (Haemolysis – Elevated Liver enzymes – Low platelet count).

2. Eklamsia. 3. Penyakit kardiovaskular

4. Kegagalan organ lain.

5. Rusaknya sistem penggumpalan darah.

6. Erupsi Plasenta.

7. Stroke Hemoragik.

8. Komplikasi pada janin yang disebabkan preeklamsia bisa menyebabkan


pertumbuhan janin melambat.

21
9. Komplikasi serius seperti kesulitan bernapas bisa diidap bayi yang lahir
sehingga bayi bisa meninggal di dalam kandungan. Dalam kondisi seperti ini, bayi
harus menerima perawatan dan pengawasan secara intensif.

g. Dampak
Hipertensi pada saat hamil akan berdampak pada ibu dan janin. Dengan
tingginya tekanan darah maka arus darah akan mengalami gangguan begitu pula
pada organ ginjal, hati, otak, rahim dan juga plasenta.Ibu hamil yang menderita
preeklampsia akan berdampak pada janin dimana nutrisi dan oksigen akan
mengalami kondisi abnormal. Hal ini disebabkan karena pembuluh darah akan
mengalami penyempitan.

F. Eklamsi
a. Pengertian
Eklampsia berasal dari bahasa yunani dan berarti “Halilintar”. Kata
tersebut dipakai karena seolah- olah gejala- gejala eklampsia timbul dengan tiba –
tiba tanpa didahului oleh tanda – tanda lain. Sekarang kita ketahui bahwa
eklampsia pada umumnya timbul pada wanita hamil atau dalam nifas dengan
tanda – tanda pre eklampsia. Pada wanita yang menderita eklampsia timbul
serangan kejangan yang diikuti oleh koma. Eklampsia adalah preaklampsia yang
disertai kejang dan atau koma yang timbul bukan akibat dari kelainan neurologi
(Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 : 310 ; 1999).

b. Penyebab
Sebab eklamsi belum diketahui benar. Salah satu teori yang
dikemukakan ialah bahwa eklamsi disebabkan ischaemia rahim dan plasenta
(ischaemia uteroplasenta). Selama kehamilan uterus memerlukan darah lebih
banyak.

c. Tanda Gejala
Gejala klinis Eklamsi adalah sebagai berikut:

1. Terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih

22
2. Terdapat tanda-tanda pre eklamsi ( hipertensi, edema, proteinuri, sakit kepala
yang berat, penglihatan kabur, nyeri ulu hati, kegelisahan atu hiperefleksi)

3. Kejang-kejang atau koma

Kejang dalam eklamsi ada 4 tingkat, meliputi:

a. Tingkat awal atau aura (invasi), berlangsung 30-35 detik, mata terpaku dan
terbuka tanpa melihat (pandangan kosong) kelopak mata dan tangan bergetar,
kepala diputar kekanan dan kekiri.

b. Stadium kejang tonik, seluruh otot badan menjadi kaku, wajah kaku tangan
menggenggam dan kaki membengkok kedalam, pernafasan berhenti muka mulai
kelihatan sianosis, lodah dapat trgigit, berlangsung kira-kira 20-30 detik.

c. Stadium kejang klonik, semua otot berkontraksi dan berulang ulang dalam
waktu yang cepat, mulut terbuka dan menutup, keluar ludah berbusa dan lidah
dapat tergigit. Mata melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis. Setelah
berlangsung selama 1-2 menit kejang klonik berhenti dan penderita tidak sadar,
menarik mafas seperti mendengkur.

d. Stadium koma, lamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampai berjam-jam.


Kadang antara kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya penderita tetap dalam
keadaan koma.

e. Kadang kadang disertai dengan gangguan fungsi organ.

d. Penatalaksanaan
Prinsip penataksanaan eklamsi sama dengan pre-eklamsi berat dengan
tujuan menghentikan berulangnya serangan konvulsi dan mengakhiri kehamilan
secepatnya dengan cara yang aman setelah keadaan ibu mengizinkan.

1. Penderita eklamsia harus di rAwat inap di rumah sakit

2. Saat membawa ibu ke rumah sakit, berikan obat penenang untuk mencegah
kejang-kejang selama dalam perjalanan. Dalam hal ini dapat diberikan pethidin
100 mg atau luminal 200mg atau morfin 10mg.

23
3. Sesampai di rumah sakit pertolongan pertama adalah:

a. Membersihkan dan melapangkan jalan pernapasan


b. Menghindari lidah tergigit
c. Pemberian oksigen
d. Pemasangan infus dekstrosa atau glukosa 10 %-20%-40%
e. Menjaga jangan terlalu trauma
f. Pemasangan kateter tetap(dauer kateter)
4. Observasi ketat penderita

5. Penatalaksanaan pengobatan

6. Pemberian antibiotika

7. Penanganan

e. Pencegahan
Pada umumnya eklampsi dapat dicegah atau frekuensinya dapat diturunkan.
Upaya-upaya untuk menurunkannya adalah dengan ;

1. Memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat, bahwa eklampsi


bukanlah suatu penyakit kemasukan (magis), seperti banyak disangka oleh
masyarakat awam.

2. Meningkatkan jumlah poliklinik (balai) pemeriksaan ibu hamil serta


mengusahakan agar semua ibu hamil memeriksakan kehamilannya sejak hamil
muda.

3. Pelayanan kebidanan bermutu, yaitu pada tiap-tiap pemeriksaan kehamilan


diamati tanda-tansa preeklampsi dan mengobatinya sedini mungkin.

f. Komplikasi
Kompliksai yang terberat adalah kematian ibu dan janin. Komplikasi
ini biasanya terjadi pada Preeklamsia dan Eklamsia.

1. Solutio plasenta.

2. Hipofibrinogenemia, terjadi pada Preeklamsi berat.

24
3. Hemolisis. Penderita dengan Preeklamsi berat kadang-kadang menunjukkan
gejala klinis hemolisis yang dikenal ikterus.

4. Perdarahan otak, kelainan mata (kehilangan penglihatan sementara)

5. Edem paru-paru, nekrosis hati, kelainan ginjal

g. Dampak
Dampak yang bisa terjadi antara lain:
1. Aliran darah ke plasenta berkurang. Kondisi ini bisa membuat bayi dalam
kandungan tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi.

2. Pertumbuhan janin terhambat. Janin yang tidak cukup menerima oksigen dan
nutrisi bisa menghambat proses pertumbuhan janin, bayi lahir dengan berat badan
yang rendah, atau lahir secara prematur.

3. Kelahiran prematur

4. Abrupsio plasenta. Ini adalah kondisi ketika plasenta terpisah dari dinding
dalam rahim sebelum proses persalinan. Jika hal ini terjadi, plasenta Anda akan
rusak. Anda juga akan mengalami pendarahan yang hebat.

5. Bayi meninggal dalam kandungan

6. Berkembangnya penyakit kardiovaskular

G. KPD (Ketuban Pecah Dini)


a. Pengertian
Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi
proses persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang
waktu (Cunningham, Mc. Donald, gant, 2002). Ketuban pecah dini (KPD)
didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini
dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan.
KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang
memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya
melahirkan.

25
b. Penyebab
Penyebab Ketuban pecah dini adalah karena berkurangnya kekuatan
membran atau meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut.
Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat
berasal dari vagina dan serviks. Selain itu ketuban pecah dini merupakan masalah
kontroversi obstetri. Penyebab lainnya adalah sebagai berikut :

1. Inkompetensi serviks (leher rahim) / kelainan pada otot-otot leher atau leher
rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah

2. Peninggian tekanan inta uterin.

Misalnya :

a. Trauma : Hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis


b. Gemelli.Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih.
Pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga
menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan.
c. Makrosomia berat badan neonatus >4000 gram kehamilan dengan
menimbulkan distensi uterus yang meningkat
d. Hidramnion jumlah cairan amnion >2000mL. Hidramnion akut, volume
tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi nyata
dalam waktu beberapa hari saja
3. Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang.

4. Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk PAP


(sepalo pelvic disproporsi).

5. Korioamnionitis/ infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh


penyebaranorganism vagina ke atas. Dua factor predisposisi terpenting adalah
pecahnyaselaput ketuban > 24 jam dan persalinan lama.

6. Penyakit Infeksi

7. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik)

26
8. Riwayat KPD sebelumya

9. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban

10. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu

c. Tanda Gejala
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui
vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin
cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris
warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi
sampai kelahiran. Tetapi bila Anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah
terletak di bawah biasanya “mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk
sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin
bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.

d. Penatalaksanaan
Konservatif:

1. Rawat di rumah sakit

2. Jika ada perdarahan pervaginam dengan nyeri perut, pikirkan solusioplasenta

3. Jika ada tanda-tanda infeksi (demam dan cairan vagina berbau),


berikanantibiotika sama halnya jika terjadi amnionitosis

4. Jika tidak ada infeksi dan kehamilan < 37 minggu:

a. Berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin


b. Ampisilin 4x 500mg selama 7 hari ditambah eritromisin 250mg per oral
3x perhari selama 7 hari.
5. Jika usia kehamilan 32 - 37 mg, belum inpartu, tidak ada infeksi,
beridexametason, dosisnya IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 x, observasi tanda-
tanda infeksi dan kesejahteraan janin.

6. Jika usia kehamilan sudah 32 - 37 mg dan sudah inpartu, tidak ada infeksi
maka berikan tokolitik dexametason, dan induksi setelah 24 jam.

27
Aktif:

1. Kehamilan lebih dari 37 mg, induksi dengan oksitosin

2. Bila gagal Seksio Caesaria dapat pula diberikan misoprostol 25 mikrogram –


50 mikrogram intravaginal tiap 6 jam max 4 x.

3. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan persalinan
diakhiri.

4. Indikasi melakukan induksi pada ketuban pecah dini adalah sebagai berikut :

5. Pertiimbangan waktu dan berat janin dalam rahim. Pertimbangan


waktuapakah 6, 12, atau 24 jam. Berat janin sebaiknya lebih dari 2000 gram.

6. Terdapat tanda infeksi intra uteri. Suhu meningkat lebih dari 38°c, dengan
pengukuran per rektal. Terdapat tanda infeksi melalui hasil
pemeriksaanlaboratorium dan pemeriksaan kultur air ketuban

Penatalaksanaan lanjutan:

1. Kaji suhu dan denyut nadi setiap 2 jam. Kenaikan suhu sering kali didahului
kondisi ibu yang menggigil.

2. Lakukan pemantauan DJJ. Pemeriksaan DJJ setiap jam sebelum persalinan


adalah tindakan yang adekuat sepanjang DJJ dalam batas normal. Pemantauan DJJ
ketat dengan alat pemantau janin elektronik secara kontinu dilakukan selama
induksi oksitosin untuk melihat tanda gawat janin akibat kompresi tali pusat atau
induksi. Takikardia dapat mengindikasikan infeksiuteri.

3. Hindari pemeriksaan dalam yang tidak perlu.

4. Ketika melakukan pemeriksaan dalam yang benar-benar diperlukan,


perhatikan juga hal-hal berikut:

a. Apakah dinding vagina teraba lebih hangat dari biasa


b. Bau rabas atau cairan di sarung tanagn anda
c. Warna rabas atau cairan di sarung tangan

28
d. Pencegahan KPD diutamakan dengan menghindari faktor risikonya,
seperti:
5. Pemeriksaan kehamilan yang teratur.

6. Kebiasaan hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan yang sehat, minum


cukup, olahraga teratur dan berhenti merokok.

7. Membiasakan diri membersihkan daerah kemaluan dengan benar, yakni dari


depan ke belakang, terutama setelah berkemih atau buang air besar.

8. Memeriksakan diri ke dokter bila ada sesuatu yang tidak normal di aderah
kemaluan, misalnya keputihan yang berbau atau berwarna tidak seperti biasanya.

9. Untuk sementara waktu, berhenti melakukan hubungan seksual bila ada


indikasi yang menyebabkan ketuban pecah dini, seperti mulut rahim yang lemah.

10. Mengonsumsi 100 mg vitamin C secara teratur saat usia kehamilan lebih dari
20 minggu.

d. Komplikasi

1. Persalinan Prematur

2. Infeksi

3. Hipoksia dan asfiksia

4. Syndrom deformitas janin

e. Dampak
1. Terhadap Janin

Walaupun ibu belum menunjukan gejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin


sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterin lebih dahulu terjadi
(amnionitis,vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi akan meninggikan
morrtalitas danmorbiditas perinatal.

29
2. Terhadap Ibu

Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi bila
terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai infeksi puerpuralis
atau nifas, peritonitis dan septikemia, serta dry-labor. Ibu akan merasa lelah
karena terbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama, maka suhu badan naik,
nadi cepat dan nampaklah gejala-gejala infeksi lainnya

E.IUFD
a. Pengertian
Intra Uterine Fetal Death/Kematian Janin dalam rahim yaitu kematian
yang terjadi pada umur kehamilan lebih dari 20 minggu dimana janin sudah
mencapai ukuran 500 gr atau lebih (Nasdaldy). Menurut WHO dan The American
College Of Obstetricians and Gynecologists yang disebut kematian janin adalah
janin yang mati dalam rahim dengan berat badan 500 gram atau lebih atau
kematian janin dalam rahim pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Kematian
janin merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin, gawat janin, atau
infeksi. Prinsip dasar Kematian janin merupakan hasil akhir dari gangguan
pertumbuhan janin, kegawatan janin, atau akibat infeksi yang tidak terdiagnosa
sebelumnya sehingga tidak di obati.

Klasifikasi

Kematian janin dapat dibagi menjadi 4 golongan, yaitu:

1. Golongan I: kematian sebelum massa kehamilan mencapai 20 minggu penuh

2. Golongan II: kematian sesudah ibu hamil 20-28 minggu

3. Golongan III: kematian sesudah masa kehamilan >28 minggu (late fetal death)

4. Golongan IV: kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga golongan di
atas

30
b. Penyebab
1. Faktor plasenta

a. Insufisiensi plasenta
b. Infark plasenta
c. Solusio plasenta
d. Plasenta previa
2. Faktor ibu

a. Diabetes mellitus
b. Preeklampsi dan eklampsi
c. Nefritis kronis
d. Polihidramnion dan oligohidramnion
e. Shipilis
f. Penyakit jantung
g. Hipertensi
h. Penyakit paru atau TBC
i. Inkompatability rhesus
j. AIDS
3. Faktor intrapartum

a. Perdarahan antepartum
b. Partus lama
c. Anastesi
d. Partus macet
e. Persalinan presipitatus
f. Persalinan sungsang
g. Obat-obatan
4. Faktor janin

a. Prematuritas
b. Postmaturitas
c. Kelainan bawaan

31
d. Perdarahan otak
Kecuali itu, ada berbagai penyebab yang bisa mengakibatkan kematian janin di
kandungan, diantaranya:

1. Ketidakcocokan rhesus darah ibu dengan janin

2. Ketidakcocokan golongan darah antara ibu dan janin.

3. Gerakan janin berlebihan

4. Berbagai penyakit pada ibu hamil

5. Kelainan kromosom

6. Trauma saat hamil

7. Infeksi materna

8. Kelainan bawaan bayi

c. Tanda Gejala
1. Pertumbuhan janin janin mengecil sehingga tinggi fundus uteri menurun

2. Bunyi jantung janin tak terdengar dengan fetoskop dan dipastikan dengan
doppler.

3. Menghilangnya gerakan janin.

4. Berat badan ibu menurun.

5. Tulang kepal kolaps

6. Catatan : pemeriksaan radiologi dapat menimbulkan masalah dan tidak perlu.


Bila dilakukan 5 hari setelah kematian janin, akan tampak gambaran sebagai
berikut :

a. Tulang kepala janin tumpang tindih satu sama lain


b. Tulang belakang mengalami hiperfleksi
c. Tampak gambaran gas pada jantung dan pembuluh darah
d. Edema di sekitar tulang kepala.

32
7. Pemeriksaan hCG urin menjadi negatif. Hasil ini terjadi beberapa hari setelah
kematian janin

d. Penatalaksanaan
1. Bila disangka telah terjadi kematian janin dalam rahim tidak usah terburu-buru
bertindak, sebaiknya diobservasi dulu dalam 2-3 minggu untuk mencari kepastian
diagnosis.

2. Biasanya selama masih menunggu ini 70-90 % akan terjadi persalinan yang
spontan

3. Jika pemeriksaan Radiologik tersedia, konfirmasi kematian janin setelah 5


hari. Tanda-tandanya berupa overlapping tulang tengkorak, hiperfleksi columna
vertebralis, gelembung udara didalam jantung dan edema scalp.

4. USG merupakan sarana penunjang diagnostik yang baik untuk memastikan


kematian janin dimana gambarannya menunjukkan janin tanpa tanda kehidupan,
tidak ada denyut jantung janin, ukuran kepala janin dan cairan ketuban berkurang.

5. Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien. Sebaiknya pasien


selalu didampingi oleh orang terdekatnya. Yakinkan bahwa kemungkinan besar
dapat lahir pervaginam.

6. Pilihan cara persalinan dapat secara aktif dengan induksi maupun ekspektatif,
perlu dibicarakan dengan pasien dan keluarganya sebelum keputusan diambil.

7. Bila pilihan penanganan adalah ekspektatif maka tunggu persalinan spontan


hingga 2 minggu dan yakinkan bahwa 90 % persalinan spontan akan terjadi tanpa
komplikasi

8. Jika trombosit dalam 2 minggu menurun tanpa persalinan spontan, lakukan


penanganan aktif.

9. Jika penanganan aktif akan dilakukan, nilai servik

10. Jika servik matang,lakukan induksi persalinan dengan oksitosin atau


prostaglandin.

33
11. Jika serviks belum matang, lakukan pematangan serviks dengan prostaglandin
atau kateter foley, dengan catatan jangan lakukan amniotomi karena berisiko
infeksi

12. Persalinan dengan seksio sesarea merupakan alternatif terakhir

13. Jika persalinan spontan tidak terjadi dalam 2 minggu, trombosit menurun dan
serviks belum matang, matangkan serviks dengan misoprostol:

a. Tempatkan mesoprostol 25 mcg dipuncak vagina, dapat diulang sesudah 6


jam
b. Jika tidak ada respon sesudah 2x25 mcg misoprostol, naikkan dosis
menjadi 50mcg setiap 6 jam. Jangan berikan lebih dari 50 mcg setiap kali
dan jangan melebihi 4 dosis.
14. Jika ada tanda infeksi, berikan antibiotika untuk metritis.

15. Jika tes pembekuan sederhana lebih dari 7 menit atau bekuan mudah pecah,
waspada koagulopati

16. Berikan kesempatan kepada ibu dan keluarganya untuk melihat dan
melakukan kegiatan ritual bagi janin yang meninggal tersebut.

17. Pemeriksaan patologi plasenta adalah untuk mengungkapkan adanya patologi


plasenta dan infeksi

18. Bila setelah 3 minggu kematian janin dalam kandungan atau 1 minggu setelah
diagnosis. Partus belum mulai maka wanita harus dirawat agar dapat dilakukan
induksi persalinan

19. Induksi partus dapat dimulai dengan pemberian esterogen untuk mengurangi
efek progesteron atau langsung dengan pemberian oksitosin drip dengan atau
tanpa amniotomi

e. Pencegahan
Beberapa pencegahan yang dilakukan dari berbagai pustaka yang ada
antara lain sebagai berikut (Silver, 2007).

34
1. Memberikan nasehat pada waktu ANC mengenai nutrisi dan keseimbangan
diet makanan

2. Hindari merokok, tidak meminum minuman berakohol, jamu, obat-obatan dan


hati-hati terhadap infeksi yang berbahaya

3. Mendeteksi secara dini factor-faktor predis posisi IUFD dan pemberian


pengobatan

4. Mendeteksi gejala awal IUFD atau tanda fetal distress

5. Diberlakukannya tindakan

f. Komplikasi
1. Disseminated intravascular coagulation (DIC),yaitu adanya perubahan pada
proses pembekuan darah yang dapat menyebabkan perdarahan atau internal
bleeding zat akan berakibat fatal kala ibu melahirkan

2. Infeksi

3. Koagulopati maternal dapat terjadi walaupun ini jarang terjadi sebnelum 4-6
minggu setelah kematian janin .oleh karena adanya komplikasi akibat IUFD maka
janin yang telah meninggal harus segera dilahirkan. proses kelahiran harus segera
dilakukan secara normal,karena bila melalui operasi akan terlalu merugikan
ibu.operasi hanya dilakukan jika ada halangan untuk melahirkan normal.

g. Dampak
Kematian janin dalam kandungan 3-4 minggu, biasanya tidak
membahayakan ibu. Setelah lewat 4 minggu maka kemungkinan terjadinya
kelainan darah (hipo-fibrinogenemia) akan lebih besar karena itu pemeriksaan
pembekuan darah harus dilakukan setiap minggu setelah diagnosis ditegakkan.
Bila terjadi fibrinogenemia., bahayanya adalah perdarahan post partum. Terapinya
adalah dengan pemberian darah segar atau fibrinogen. Dampak lainnya yaitu,
Trauma emosional yang berat menjadi bila antara kematian janin dan persalinan
cukup lama, dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah, dapat terjadi koagulopati bila
kematian janin berlangsung lebih dari 2 minggu.

35
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Deteksi dini kehamilan lanjut atau tanda bahaya kehamilan adalah tanda-
tanda yang mengindikasikan adanya bahaya yang adapat terjadi selama
kehamilan/periode antenatal yang apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi
bisa menyebabkan kematian pada janin dan ibu. Adapun tanda bahaya pada
kehamilan lanjut diantaranya yaitu pendarahan pervaginam. Adapun sebab-sebab
utama pendarahan kehamilan lanjut yaitu plasenta previa, solusio plasenta, rupture
uteri, gangguan pembekuan darah, preeklamsi, eklamsi, KPD, dan IUFD.

Komplikasi tersebut yang menyebabkan pendarahan pada kehamilan


lanjut, merupakan penyebab kematian ibu yang utama. Oleh karena itu, sangat
penting bagi bidan mengenali tanda dan komplikasi serta penatalaksanaan ,
dampak dan pencegahan terhadap kelainan tersebut. Sehingga pada ibu hamil atau
penderita agar dapat segera melakukan penanganan yang tepat. Sehingga
kesakitan atau kematian dapat tercegah.

B. Saran
Jika terjadi perdarahan kehamilan lanjut atau pendarahan pervaginam
maka harus melakukan penanganan sesegera mungkin. Bila perlu harus
melakukan rujukan ke Rumah sakit yang memiliki fasilitas operasi dan tranfusi
darah.

36
DAFTAR PUSTAKA

http://bidanku.com/dampak-hipertensi-saat-hamil#ixzz46kMqMYB5

http://indrirohmawati.blogspot.co.id/2013/01/pendarahan-postpartum-dan-
penanganannya.html

https://www.scribd.com/doc/101644899/perdarahan-pervaginam

https://www.scribd.com/doc/90755392/031-Akbid-Perdarahan-Dalam-Kehamilan

Varney, Hellen,dkk. 2008. Buku Ajar Asuha Kebidanan, Volume 2. . Jakarta:


EGC

https://www.scribd.com/doc/239375415/SAP-Tanda-Bahaya-
Kehamilanhttps://www.linkedin.com/pulse/ciri-kpdair-ketuban-pecah-dini-
penyebab-dan-dr-moedjito-hospital

37

Anda mungkin juga menyukai