Deteksi Dini Tanda Bahaya Komplikasi Ibu Dan Janin Pada Masa Kehanilan Lanjut Pendarahan Pervaginam
Deteksi Dini Tanda Bahaya Komplikasi Ibu Dan Janin Pada Masa Kehanilan Lanjut Pendarahan Pervaginam
Disusun Oleh:
Kelompok 5
Nurazizah
Nurul Arifin
Prianti
Reni nursafitri
Resi Regita
Salsabila oktariani Putri
Siti Mahdiah
TINGKAT 2
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
STIKES MUHAMMADIYAH CIAMIS
JL.K.H.Ahmad Dahlan No.20 TLP.0265-773052 Ciamis 46216
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas segala
rahmat, berkah, hidayah, dan karunia-Nya, kelompok kami dapat menyelesaikan
Makalah tentang, ” Deteksi Dini Tanda Bahaya Komplikasi Ibu dan Janin pada
Masa Kehamilan Lanjut Pendarahan Pervaginam”.
Makalah ini disusun dan diajukan untuk memenuhi nilai mata kuliah
Pengantar Asuhan Kebidanan D3 Kebidanan Tingkat 2 semester III Tahun
pelajaran 2019/2020 .
Selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang
telah memberikan dorongan, semangat, dan bimbingan yang tak ternilai harganya.
Untuk itu, pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada:
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Plasenta Previa....................................................................................3
B. Solusio Plasenta..................................................................................6
C. Rupture Uteri....................................................................................10
D. Gangguan Pembekuan Darah ..........................................................15
E. Preeklamsi.........................................................................................17
F. Eklamsi.............................................................................................22
G. KPD (Ketuban Pecah Dini)..............................................................25
H. IUFD (Intra Uterine Fetal Death).....................................................30
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran ………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanda bahaya kehamilan harus dikenali dan terdeteksi sejak dini sehingga
dapat ditangani dengan benar karena setiap tanda bahaya kehamilan bisa
mengakibatkan komplikasi kehamilan. Adapun tanda bahaya akibat pendarahan
pervaginam yaitu: plasenta previa, solusio plasenta, rupture uteri, gangguan
pembekuan darah, preeklamsi, eklamsi, KPD/ ketuban pecah dini, IUFD.
Berdasarkan penilitian, telah diakui saat ini bahwa setiap kehamilan dapat
memiliki potensi dan membawa risiko bagi ibu. WHO memperkirakan sekitar
15% dari seluruh wanita hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang
berkaitan dengan kehamilannya dan dapat mengancam jiwanya. Bidan sebagai
pemberi pelayanan kebidanan akan menemukan wanita hamil dengan komplikasi-
komplikasi yang mungkin dapat mengancam jiwa.
Oleh karena itu, bidan harus dapat mendeteksi sedini mungkin terhadap
tanda-tanda bahaya pada ibu hamil yang mungkin akan terjadi, karena setiap
wanita hamil tersebut beresiko mengalami komplikasi. Yang sudah barang tentu
juga memerlukan kerjasama dari para ibu-ibu dan keluarganya, yang dimana jika
tanda-tanda bahaya ini tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi, dapat
mengakibatkan kematian pada janin dan ibu.
1
B. Rumusan Masalah
1. Plasenta previa?
2. Solusio plasenta?
3. Rupture uteri?
5. Preeklamsi?
6. Eklamsi?
8. IUFD?
C. Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
Deteksi dini kehamilan lanjut atau Tanda bahaya kehamilan adalah tanda -
tanda yang mengindikasikan adanya bahaya yang dapat terjadi selama
kehamilan/periode antenatal, yang apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi
bisa menyebabkan kematian ibu. Adapun tanda bahayanya pada kehamilan lanjut
diantaranya yaitu pendarahan pervaginam. Adapun sebab-sebab utama
pendarahan kehamilan lanjut yaitu:
A. Plasenta Previa
a. Pengertian
Plasenta Previa adalah perdarahan antepartum pada trimester ketiga.
Perdarahan yang terjadi pada implantasi plasenta, yang menutupi sebagian atau
seluruh osteum uteri internum. Letak placenta tidak semestinya, yaitu dekat jalan
keluar bayi atau bahkan menutupi jalan keluar bayi.
b. Penyebab
Penyebab pasti plasenta previa belum diketahui. Kondisi yang
multifaktorial telah dipostulatkan berhubungan dengan multipara, gestasi berkali-
kali, umur kehamilan dini, kelahiran dengan sesarea sebelumnya, abortus, dan
mungkin merokok. Plasenta previa diawali dengan implantasi embrio (embryonic
plate) pada bagian bawah (kauda) uterus. Dengan melekatnya dan bertumbuhnya
plasenta, plasenta yang telah berkembang bisa menutupi ostium uteri. Hal ini
diduga terjadi karena vaskularisasi desidua yang jelek, inflamasi, atau perubahan
atropik.
c. Tanda gejala
Tanda dan gejala plasenta previa yaitu :
1). Gejala yang terpenting ialah perdarahan tanpa nyeri dan biasanya berulang.
Darah biasanya berwarna merah segar. Pasien mungkin berdarah sewaktu tidur
dan sama sekali tidak terbangun; baru waktu ia bangun, ia merasa bahwa kainnya
basah. Biasanya perdarahan karena plasenta previa baru timbul setelah bulan ke
3
tujuh. Hal ini disebabkan oleh: Perdarahan sebelum bulan ketujuh memberi
gambaran yang tidak berbeda dari abortus dan perdarahan pada plasenta previa
disebabkan pergerakan antara plasenta dan dinding rahim.
2). Bagian terdepan janin tinggi (floating). Sering dijumpai kelainan letak janin.
3). Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal,
kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya, sehingga pasien sempat dikirim
ke rumah sakit. Tetapi perdarahan berikutnya (reccurent bleding) biasanya lebih
banyak. Pendarahan berulang.
4). Janin bisanya masih baik. Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri
masih rendah.
5). Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah.
4
2. Ekspektatif. Dilakukan apabila janin masih kecil sehingga kemungkinan
hidup di dunia luar baginya kecil sekali. Namun, sekarang ternyata terapi
menunggu dapat dibenarkan dengan alasan sebagai Perdarahan pertama pada
plasenta previa jarang fatal dan untuk menurunkan kematian bayi karena
prematuritas.
c. Besarnya pembukaan
e. Paritas
e. Komplikasi
Komplikasi pada plasenta previa yaitu :
2. Infeks=i
5
3. Laserasi serviks
4. Plasenta akreta
f. Dampak
Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Persalinan:
1. Letak janin yang tidak normal, menyebabkan persalinan akan menjadi tidak
normal
2. Bila ada plasenta previa lateralis, ketuban pecah atau dipecahkan dapat
menyebabkan terjadinya prolaps funikuli
5. Bayi lahir premature atau berat badan lahir rendah (Mochtar, 2011)
B. Solusio plasenta
a. Pengertian
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat
implantasinya yang normal pada uterus, sebelum janin dilahirkan. Definisi ini
berlaku pada kehamilan dengan masa gestasi di atas 22 minggu atau berat janin di
atas 500 gram. Proses solusio plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan
dalam desidua basalis yang menyebabkan hematoma retroplasenter. Hematoma
dapat semakin membesar kearah pinggir plasenta sehingga amniokhorion sampai
terlepas, perdarahan akan keluar melalui ostium uteri (perdarahan keluar),
6
sebaliknya apabila amniokhorion tidak terlepas, perdarahan tertampung dalam
uterus (perdarahan tersembunyi).
b. Penyebab
Hingga saat ini penyebab pasti terjadinya solusio plasenta belum diketahui,
namun ada beberapa hal yang bisa meningkatkan risiko solusio plasenta, yaitu:
c. Tanda Gejala
Beberapa gejala dari solusio plasenta adalah sebagai berikut :
2. Anemia dan syok,beratnya anemia dan syok sering tidak sesuai dengan
banyaknya darah yang keluar.
3. Rahim keras seperti papan dan terasa nyeri saat dipegang karena isi rahim
bertambah dengan darah yang berkumpul di belakang plasenta hingga rahim
teregang (uterus en bois).
7
7. Pada toucher teraba ketuban yang teregang terus-menerus (karena isi rahim
bertambah).
d. Penatalaksanaan
Prinsip utama penatalaksanaannya antara lain :
6. Bila terjadi gangguan pembekuan darah (COT >30 menit) diberikan darah
segar dalam jumlah besar dan bila perlu fibrinogen dengan monitoring berkala
pemeriksaan COT dan hemoglobin
e. Pencegahan
Pencegahan meliputi:
8
3. Mengenali dan mengatasi adanya masalah kesehatan pada ibu hamil seperti
diabetes dan tekanan darah tinggi dapat menurunkan risiko terjadinya solusio
plasenta.
f. Komplikasi
Komplikasi bisa terjadi pada ibu maupun pada janin yang dikandungnya dengan
criteria :
7. Ruptur uteri
9
10. Retardasi pertumbuhan
11. Anemi
g. Dampak
Penyulit terhadap ibu dalam bentuk:
C. Rupture Uteri
a. Pengertian
Ruptur uteri adalah robekan di dinding uterus, dapat terjadi selama
periode ante natal saat induksi, selama persalinan dan kelahiran bahkan selama
stadium ke tiga persalinan(Chapman, 2006;h.288).
b. Penyebab
Penyebabnya meliputi:
1. Rupture jaringan parit uterus yaitu jaringan parut seksio sesarea ( merupakan
penyebab terbanyak, riwayat kuretase atau perforasi uterus, dan trauma abdomen
10
6. Pelepasan plasenta yang sulit secara manual
c. Tanda Gejala
Gejala dan tanda ruptura uteri sangat ber variasi. Secara klasik,
ruptura uteri ditandai dengan nyeri abdomen akut dan perdarahan pervaginam
berwarna merah segar serta keadaan janin yang memburuk.
1. Tanda dan gejala ruptur uteri dapat terjadi secara dramatis atau tenang.
2. Dramatis.
3. Nyeri tajam, yang sangat pada abdomen bawah saat kontraksi hebat
memuncak.
6. Terdapat tanda dan gejala syok, denyut nadi meningkat, tekanan darah
menurun dan nafas pendek ( sesak )
9. Janin dapat tereposisi atau terelokasi secara dramatis dalam abdomen ibu
11. Gerakan janin dapat menjadi kuat dan kemudian menurun menjadi tidak ada
gerakan dan DJJ sama sekali atau DJJ masih didengar
11
13. Tenang
23. Kontraksi dapat berlanjut tanpa menimbulkan efek pada servik atau kontraksi
mungkin tidak dirasakan
d. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada ruptur uteri adalah sebagai berikut :
3. Lakukan seksio sesarea, segera lahirkan bayi dan lahirkan plasenta segera
setelah kondisi ibu stabil.
4. Jika uterus dapat diperbaiki dengan resiko operasi lebih rendah daripada
resiko pada histerektomi dan ujung ruptur uterus tidak nekrosis lakukan
histerorafia. Tindakan ini akan mengurangi waktu dan kehilangan darah saat
histerektomi.
12
5. Lakukan perbaikan robekan pada dinding uterus (histerorafia) dengan langkah
sebagai berikut :
c. Buka perut :
1. Lakukan insisi vertikal pada line alba dari umbilikus sampai pubis.
2. Lakukan insisi vertikal2-3 cm pada fasia, lanjutkan insisi keatas dan
kebawah dengan gunting
3. Pisahkan muskulus rektus abdominis kiri
4. Buka peritoneum dekat umbilikus dengan tangan, jaga agar jangan
melukai kandung kemih.
5. Periksa rongga abdomen dan robekan uterus dan keluarkan darah beku.
6. Pasang rektaktor kandung kemih.
7. Lahirkan bayi dan plasenta
e. Berikan oksitosin 10 IU dalam 500 ml cairan infus (NaCl atau Ringer Laktat)
i. Pisahkan kandung kemih dari segmen bawah rahim secara tumpul atau tajam.
e. Pencegahan
Strategi pencegahan kejadian ruptura uteri langsung adalah dengan memperkecil
jumlah pasien dengan resiko ; kriteria pasien dengan resiko tinggi ruptura uteri
adalah:
13
2. Riwayat SC classic ( midline uterine incision )
Ibu hamil dengan 1 kriteria diatas akan memiliki resiko 200 kali lebih besar
dibandingkan ibu hamil umumnya.
f. Komplikasi
Komplikasi yang bisa terjadi yaitu:
1. Gawat janin
2. Syok hipovolemik
3. Sepsis.
14
D. Gangguan Pembekuan Darah
a. Pengertian
Disfungsi perdarahan dan pembekuan adalah terjadinya kelainan
dalam pembentukan pembekuan darah dimana hal ini berhubungan dengan
trombosit dan faktor-faktor pembekuan darah. Abnormalitas yang merupakan
predisposisi seseorang mengalami perdarahan dapat disebabkan oleh pembuluh
darah, trombosit, dan setiap faktor koagulasi plasma, fibrin atau plasmin.
b. Penyebab
Tiga hal utama yang mempengaruhi kerentanan seseorang mengalami
trombus:
2. Aliran darah yang tidak normal, misal aliran darah pada penderita hipertensi,
aliran darah pada percabangan pembuluh darah
c. Tanda Gejala
Trombus yang kecil tidak menimbulkan gejala apapun. Namun bila
trombus sudah menyumbat sehingga aliran darah menurun maka akan timbul
gejala. Gejala yang umum adalah rasa nyeri akibat sel-sel tubuh tidak mendapat
suplai oksigen. Gejala lainnya adalah kulit akan teraba dingin, juga nadi terasa
lemah akibat sumbatan.
d. Penatalaksanaan
Transfusi trombosit dan komponen plasma hanya diberikan jika
keadaan pasien sudah sangat buruk dengan trombositopenia berat dengan
perdarahan masif, memerlukan tindakan invasif, atau memiliki risiko komplikasi
perdarahan. Terbatasnya syarat transfusi ini berdasarkan pemikiran bahwa
menambahkan komponen darah relatif mirip menyiram bensin dalam api
kebakaran, namun pendapat ini tidak terlalu kuat, mengingat akan terjadinya
hiperfibrinolisis jika koagulasi sudah maksimal. Sesudah keadaan ini merupakan
15
masa yang tepat untuk memberi trombosit dan komponen plasma, untuk
memperbaiki kondisi perdarahan.
3. Hati-hati dengan obat-obatan tertentu (Risiko DVT juga dapat meningkat saat
mengonsumsi pil kontrasepsi. DVT juga bisa diturunkan dari keluarga yang telah
mengalami penyakit ini)
5. Lebih proaktif, bila tubuh menunjukan gejala pembekuan darah, cedera, atau
akan melakukan operasi, maka segeralah berkonsultasi ke dokter. Informasikan
kepada ahli meida bila sedang mengonsumsi pil kontrasepsi, pernah menjalani
operasi, melakukan perjalanan panjang, atau cedera dalam 8 minggu sebelumnya
16
f. Komplikasi
Pada ibu yang menderita pembekuan darah, kadar asam empedu akan
meningkat dan akan menghasilkan racun yang akan memasuki darah ibu dan
mengakibatkan beberapa gejala. Kondisi seperti ini harus segera diidentifikasi
karena bisa mendatangkan dampak yang serius untuk kesehaan bayi Anda,
terutama jika sudah memasuki masa kehamilan 36 minggu.
g. Dampak
Resiko terbentuknya gangguan pembekuan darah dapat meningkat
oleh faktor-faktor berikut:
1. Obesitas
3. Aterosklerosis
E. Preeklamsi
a. Pengertian
Pre-eklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan
darah 140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua sampai
triwulan ketiga) atau bisa lebih awal terjadi. Hipertensi (tekanan darah tinggi) di
dalam kehamilan terbagi atas pre-eklampsia ringan, preklampsia berat, eklampsia,
serta superimposed hipertensi (ibu hamil yang sebelum kehamilannya sudah
memiliki hipertensi dan hipertensi berlanjut selama kehamilan). Tanda dan gejala
yang terjadi serta tatalaksana yang dilakukan masing-masing penyakit di atas
tidak sama.
b. Penyebab
Sampai saat ini masih belum diketahui penyebab utama dari
preeklamsia.Namun beberapa ahli percaya jika preeklamsia mulai berkembang di
plasenta. Plasenta adalah organ yang menghubungkan suplai darah ibu hamil
dengan suplai darah janin yang dikandungnya, dan nutrisi selama janin di dalam
kandungan diberikan melalui plasenta.
17
Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko wanita mengalami
preeklamsia, yaitu:
4. Janin lebih dari satu. Preeklamsia biasanya diidap oleh wanita yang sedang
mengandung dua atau lebih janin.
7. Faktor usia. Wanita hamil di atas usia 40 tahun punya risiko preeklamsia lebih
tinggi.
8. Obesitas saat hamil. Wanita Asia dengan indeks massa tubuh 25 atau lebih saat
hamil bisa meningkatkan risiko preeklamsia.
9. Faktor keturunan. Risiko mengidap preeklamsia lebih besar jika ada anggota
keluarga yang pernah terkena preeklamsia.
c. Tanda Gejala
Kadang, preeklamsia bisa berkembang tanpa gejala apa pun atau
hanya muncul gejala-gejala ringan. Gejala utama dari preeklampsia adalah
tekanan darah yang terus meningkat. Naiknya tekanan darah bisa terjadi dengan
lambat, akibatnya sulit untuk memastikan kondisi ini. Oleh karena itu, memonitor
tekanan darah secara rutin menjadi hal penting untuk dilakukan selama masa
kehamilan. Jika tekanan darah wanita hamil mencapai 140/90 mm Hg atau lebih,
18
segeralah berkonsultasi dengan dokter kandungan, terutama bila tekanan darah di
level ini ditemukan dalam 2 kali pemeriksaan rutin yang terpisah.
6. Rasa nyeri pada perut bagian atas. Biasanya di bawah tulang rusuk sebelah
kanan.
11. Laju pertumbuhan janin yang melambat juga bisa menandakan sang ibu
mengidap preeklamsia. Kondisi ini disebabkan berkurangnya pasokan darah ke
plasenta sehingga janin mengalami kekurangan pasokan oksigen dan nutrisi.
19
risiko terkena preeklamsia. Wanita yang kekurangan asupan kalsium sebelum dan
saat kehamilan, juga akan disarankan mengonsumsi suplemen kalsium untuk
mencegah preeklampsia. Akan tetapi wanita hamil sebaiknya jangan
mengonsumsi obat, vitamin, atau suplemen apa pun tanpa konsultasi dengan
dokter kandungan terlebih dulu. Walaupun timbulnya pre-eklampsia tidak dapat
dicegah sepenuhnya, namun frekuensinya dapat dikurangi dengan pemberian
penerangan secukupnya dan pelaksanaan pengawasan yang baik pada wanita
hamil, antara lain:
1. Diet makanan.
2. Cukup istirahat
Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim segera datang
ke tempat pemeriksaan. Keadaan yang memerlukan perhatian:
e. Pencegahan
Cara pencegahan terhadap terjadinya preeklamsi ataupun eklamsi pada ibu
hamil yaitu dengan tercukupnya kebutuhan kalsium dapat mengurang risiko
20
hipertensi yang terjadi pada masa kehamilan. Kebutuhan kalsium dapat Anda
peroleh melalui makanan yang Anda konsumsi sehari-hari seperti susu, sayuran
hijau, biji-bijian, dan kacang-kacangan
4. Jalan kaki. Studi menunjukkan, ibu hamil yang teratur jalan kaki bersisiko
rendah alami Preeklampsia dibanding yang malas jalan.
f. Komplikasi
Komplikasi preeklamsia dapat dibagi dua, yaitu pada wanita hamil dan
pada bayi. Pada wanita hamil, preeklamsia bisa menimbulkan komplikasi sebagai
berikut:
6. Erupsi Plasenta.
7. Stroke Hemoragik.
21
9. Komplikasi serius seperti kesulitan bernapas bisa diidap bayi yang lahir
sehingga bayi bisa meninggal di dalam kandungan. Dalam kondisi seperti ini, bayi
harus menerima perawatan dan pengawasan secara intensif.
g. Dampak
Hipertensi pada saat hamil akan berdampak pada ibu dan janin. Dengan
tingginya tekanan darah maka arus darah akan mengalami gangguan begitu pula
pada organ ginjal, hati, otak, rahim dan juga plasenta.Ibu hamil yang menderita
preeklampsia akan berdampak pada janin dimana nutrisi dan oksigen akan
mengalami kondisi abnormal. Hal ini disebabkan karena pembuluh darah akan
mengalami penyempitan.
F. Eklamsi
a. Pengertian
Eklampsia berasal dari bahasa yunani dan berarti “Halilintar”. Kata
tersebut dipakai karena seolah- olah gejala- gejala eklampsia timbul dengan tiba –
tiba tanpa didahului oleh tanda – tanda lain. Sekarang kita ketahui bahwa
eklampsia pada umumnya timbul pada wanita hamil atau dalam nifas dengan
tanda – tanda pre eklampsia. Pada wanita yang menderita eklampsia timbul
serangan kejangan yang diikuti oleh koma. Eklampsia adalah preaklampsia yang
disertai kejang dan atau koma yang timbul bukan akibat dari kelainan neurologi
(Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 : 310 ; 1999).
b. Penyebab
Sebab eklamsi belum diketahui benar. Salah satu teori yang
dikemukakan ialah bahwa eklamsi disebabkan ischaemia rahim dan plasenta
(ischaemia uteroplasenta). Selama kehamilan uterus memerlukan darah lebih
banyak.
c. Tanda Gejala
Gejala klinis Eklamsi adalah sebagai berikut:
22
2. Terdapat tanda-tanda pre eklamsi ( hipertensi, edema, proteinuri, sakit kepala
yang berat, penglihatan kabur, nyeri ulu hati, kegelisahan atu hiperefleksi)
a. Tingkat awal atau aura (invasi), berlangsung 30-35 detik, mata terpaku dan
terbuka tanpa melihat (pandangan kosong) kelopak mata dan tangan bergetar,
kepala diputar kekanan dan kekiri.
b. Stadium kejang tonik, seluruh otot badan menjadi kaku, wajah kaku tangan
menggenggam dan kaki membengkok kedalam, pernafasan berhenti muka mulai
kelihatan sianosis, lodah dapat trgigit, berlangsung kira-kira 20-30 detik.
c. Stadium kejang klonik, semua otot berkontraksi dan berulang ulang dalam
waktu yang cepat, mulut terbuka dan menutup, keluar ludah berbusa dan lidah
dapat tergigit. Mata melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis. Setelah
berlangsung selama 1-2 menit kejang klonik berhenti dan penderita tidak sadar,
menarik mafas seperti mendengkur.
d. Penatalaksanaan
Prinsip penataksanaan eklamsi sama dengan pre-eklamsi berat dengan
tujuan menghentikan berulangnya serangan konvulsi dan mengakhiri kehamilan
secepatnya dengan cara yang aman setelah keadaan ibu mengizinkan.
2. Saat membawa ibu ke rumah sakit, berikan obat penenang untuk mencegah
kejang-kejang selama dalam perjalanan. Dalam hal ini dapat diberikan pethidin
100 mg atau luminal 200mg atau morfin 10mg.
23
3. Sesampai di rumah sakit pertolongan pertama adalah:
5. Penatalaksanaan pengobatan
6. Pemberian antibiotika
7. Penanganan
e. Pencegahan
Pada umumnya eklampsi dapat dicegah atau frekuensinya dapat diturunkan.
Upaya-upaya untuk menurunkannya adalah dengan ;
f. Komplikasi
Kompliksai yang terberat adalah kematian ibu dan janin. Komplikasi
ini biasanya terjadi pada Preeklamsia dan Eklamsia.
1. Solutio plasenta.
24
3. Hemolisis. Penderita dengan Preeklamsi berat kadang-kadang menunjukkan
gejala klinis hemolisis yang dikenal ikterus.
g. Dampak
Dampak yang bisa terjadi antara lain:
1. Aliran darah ke plasenta berkurang. Kondisi ini bisa membuat bayi dalam
kandungan tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi.
2. Pertumbuhan janin terhambat. Janin yang tidak cukup menerima oksigen dan
nutrisi bisa menghambat proses pertumbuhan janin, bayi lahir dengan berat badan
yang rendah, atau lahir secara prematur.
3. Kelahiran prematur
4. Abrupsio plasenta. Ini adalah kondisi ketika plasenta terpisah dari dinding
dalam rahim sebelum proses persalinan. Jika hal ini terjadi, plasenta Anda akan
rusak. Anda juga akan mengalami pendarahan yang hebat.
25
b. Penyebab
Penyebab Ketuban pecah dini adalah karena berkurangnya kekuatan
membran atau meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut.
Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat
berasal dari vagina dan serviks. Selain itu ketuban pecah dini merupakan masalah
kontroversi obstetri. Penyebab lainnya adalah sebagai berikut :
1. Inkompetensi serviks (leher rahim) / kelainan pada otot-otot leher atau leher
rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah
Misalnya :
6. Penyakit Infeksi
26
8. Riwayat KPD sebelumya
10. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu
c. Tanda Gejala
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui
vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin
cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris
warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi
sampai kelahiran. Tetapi bila Anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah
terletak di bawah biasanya “mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk
sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin
bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.
d. Penatalaksanaan
Konservatif:
6. Jika usia kehamilan sudah 32 - 37 mg dan sudah inpartu, tidak ada infeksi
maka berikan tokolitik dexametason, dan induksi setelah 24 jam.
27
Aktif:
3. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan persalinan
diakhiri.
4. Indikasi melakukan induksi pada ketuban pecah dini adalah sebagai berikut :
6. Terdapat tanda infeksi intra uteri. Suhu meningkat lebih dari 38°c, dengan
pengukuran per rektal. Terdapat tanda infeksi melalui hasil
pemeriksaanlaboratorium dan pemeriksaan kultur air ketuban
Penatalaksanaan lanjutan:
1. Kaji suhu dan denyut nadi setiap 2 jam. Kenaikan suhu sering kali didahului
kondisi ibu yang menggigil.
28
d. Pencegahan KPD diutamakan dengan menghindari faktor risikonya,
seperti:
5. Pemeriksaan kehamilan yang teratur.
8. Memeriksakan diri ke dokter bila ada sesuatu yang tidak normal di aderah
kemaluan, misalnya keputihan yang berbau atau berwarna tidak seperti biasanya.
10. Mengonsumsi 100 mg vitamin C secara teratur saat usia kehamilan lebih dari
20 minggu.
d. Komplikasi
1. Persalinan Prematur
2. Infeksi
e. Dampak
1. Terhadap Janin
29
2. Terhadap Ibu
Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi bila
terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai infeksi puerpuralis
atau nifas, peritonitis dan septikemia, serta dry-labor. Ibu akan merasa lelah
karena terbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama, maka suhu badan naik,
nadi cepat dan nampaklah gejala-gejala infeksi lainnya
E.IUFD
a. Pengertian
Intra Uterine Fetal Death/Kematian Janin dalam rahim yaitu kematian
yang terjadi pada umur kehamilan lebih dari 20 minggu dimana janin sudah
mencapai ukuran 500 gr atau lebih (Nasdaldy). Menurut WHO dan The American
College Of Obstetricians and Gynecologists yang disebut kematian janin adalah
janin yang mati dalam rahim dengan berat badan 500 gram atau lebih atau
kematian janin dalam rahim pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Kematian
janin merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin, gawat janin, atau
infeksi. Prinsip dasar Kematian janin merupakan hasil akhir dari gangguan
pertumbuhan janin, kegawatan janin, atau akibat infeksi yang tidak terdiagnosa
sebelumnya sehingga tidak di obati.
Klasifikasi
3. Golongan III: kematian sesudah masa kehamilan >28 minggu (late fetal death)
4. Golongan IV: kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga golongan di
atas
30
b. Penyebab
1. Faktor plasenta
a. Insufisiensi plasenta
b. Infark plasenta
c. Solusio plasenta
d. Plasenta previa
2. Faktor ibu
a. Diabetes mellitus
b. Preeklampsi dan eklampsi
c. Nefritis kronis
d. Polihidramnion dan oligohidramnion
e. Shipilis
f. Penyakit jantung
g. Hipertensi
h. Penyakit paru atau TBC
i. Inkompatability rhesus
j. AIDS
3. Faktor intrapartum
a. Perdarahan antepartum
b. Partus lama
c. Anastesi
d. Partus macet
e. Persalinan presipitatus
f. Persalinan sungsang
g. Obat-obatan
4. Faktor janin
a. Prematuritas
b. Postmaturitas
c. Kelainan bawaan
31
d. Perdarahan otak
Kecuali itu, ada berbagai penyebab yang bisa mengakibatkan kematian janin di
kandungan, diantaranya:
5. Kelainan kromosom
7. Infeksi materna
c. Tanda Gejala
1. Pertumbuhan janin janin mengecil sehingga tinggi fundus uteri menurun
2. Bunyi jantung janin tak terdengar dengan fetoskop dan dipastikan dengan
doppler.
32
7. Pemeriksaan hCG urin menjadi negatif. Hasil ini terjadi beberapa hari setelah
kematian janin
d. Penatalaksanaan
1. Bila disangka telah terjadi kematian janin dalam rahim tidak usah terburu-buru
bertindak, sebaiknya diobservasi dulu dalam 2-3 minggu untuk mencari kepastian
diagnosis.
2. Biasanya selama masih menunggu ini 70-90 % akan terjadi persalinan yang
spontan
6. Pilihan cara persalinan dapat secara aktif dengan induksi maupun ekspektatif,
perlu dibicarakan dengan pasien dan keluarganya sebelum keputusan diambil.
33
11. Jika serviks belum matang, lakukan pematangan serviks dengan prostaglandin
atau kateter foley, dengan catatan jangan lakukan amniotomi karena berisiko
infeksi
13. Jika persalinan spontan tidak terjadi dalam 2 minggu, trombosit menurun dan
serviks belum matang, matangkan serviks dengan misoprostol:
15. Jika tes pembekuan sederhana lebih dari 7 menit atau bekuan mudah pecah,
waspada koagulopati
16. Berikan kesempatan kepada ibu dan keluarganya untuk melihat dan
melakukan kegiatan ritual bagi janin yang meninggal tersebut.
18. Bila setelah 3 minggu kematian janin dalam kandungan atau 1 minggu setelah
diagnosis. Partus belum mulai maka wanita harus dirawat agar dapat dilakukan
induksi persalinan
19. Induksi partus dapat dimulai dengan pemberian esterogen untuk mengurangi
efek progesteron atau langsung dengan pemberian oksitosin drip dengan atau
tanpa amniotomi
e. Pencegahan
Beberapa pencegahan yang dilakukan dari berbagai pustaka yang ada
antara lain sebagai berikut (Silver, 2007).
34
1. Memberikan nasehat pada waktu ANC mengenai nutrisi dan keseimbangan
diet makanan
5. Diberlakukannya tindakan
f. Komplikasi
1. Disseminated intravascular coagulation (DIC),yaitu adanya perubahan pada
proses pembekuan darah yang dapat menyebabkan perdarahan atau internal
bleeding zat akan berakibat fatal kala ibu melahirkan
2. Infeksi
3. Koagulopati maternal dapat terjadi walaupun ini jarang terjadi sebnelum 4-6
minggu setelah kematian janin .oleh karena adanya komplikasi akibat IUFD maka
janin yang telah meninggal harus segera dilahirkan. proses kelahiran harus segera
dilakukan secara normal,karena bila melalui operasi akan terlalu merugikan
ibu.operasi hanya dilakukan jika ada halangan untuk melahirkan normal.
g. Dampak
Kematian janin dalam kandungan 3-4 minggu, biasanya tidak
membahayakan ibu. Setelah lewat 4 minggu maka kemungkinan terjadinya
kelainan darah (hipo-fibrinogenemia) akan lebih besar karena itu pemeriksaan
pembekuan darah harus dilakukan setiap minggu setelah diagnosis ditegakkan.
Bila terjadi fibrinogenemia., bahayanya adalah perdarahan post partum. Terapinya
adalah dengan pemberian darah segar atau fibrinogen. Dampak lainnya yaitu,
Trauma emosional yang berat menjadi bila antara kematian janin dan persalinan
cukup lama, dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah, dapat terjadi koagulopati bila
kematian janin berlangsung lebih dari 2 minggu.
35
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Deteksi dini kehamilan lanjut atau tanda bahaya kehamilan adalah tanda-
tanda yang mengindikasikan adanya bahaya yang adapat terjadi selama
kehamilan/periode antenatal yang apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi
bisa menyebabkan kematian pada janin dan ibu. Adapun tanda bahaya pada
kehamilan lanjut diantaranya yaitu pendarahan pervaginam. Adapun sebab-sebab
utama pendarahan kehamilan lanjut yaitu plasenta previa, solusio plasenta, rupture
uteri, gangguan pembekuan darah, preeklamsi, eklamsi, KPD, dan IUFD.
B. Saran
Jika terjadi perdarahan kehamilan lanjut atau pendarahan pervaginam
maka harus melakukan penanganan sesegera mungkin. Bila perlu harus
melakukan rujukan ke Rumah sakit yang memiliki fasilitas operasi dan tranfusi
darah.
36
DAFTAR PUSTAKA
http://bidanku.com/dampak-hipertensi-saat-hamil#ixzz46kMqMYB5
http://indrirohmawati.blogspot.co.id/2013/01/pendarahan-postpartum-dan-
penanganannya.html
https://www.scribd.com/doc/101644899/perdarahan-pervaginam
https://www.scribd.com/doc/90755392/031-Akbid-Perdarahan-Dalam-Kehamilan
https://www.scribd.com/doc/239375415/SAP-Tanda-Bahaya-
Kehamilanhttps://www.linkedin.com/pulse/ciri-kpdair-ketuban-pecah-dini-
penyebab-dan-dr-moedjito-hospital
37