Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH:

KEPEMIMPINAN KRISTEN

Disusun Oleh:

ARNIT VENTIS DAELI

Sekolah Tinggi Theologia Ebenhaezer

JURUSAN THEOLOGI KEPENDETAAN

Tanjung Enim, September 2020


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pemimpin selalu menjadi standar utama dalam setiap pengambilan keputusan yang
ada. Keterampilan seorang pemimpin akan menentukan suatu kesuksesan dalam suatu
organisasi dan itu menjadi patokan yang utama dalam seuatu organisasi. Namun dalam
menjalani suatu keputusan itu ada pihak-pihak yang terlibat dalam menjalakan nya karena
seorang pemimpin juga tidak bisa menjalanakn itu sendiri. Anggota atau bawahan yang
ada dalam suatu pekerjaan sangat menentukan juga kesuksesan yang ada. Namun banyak
tantangan yang dialami dalam kepemimpinan dan bawahan, itu sering menjadi suatu
penghalang besar dalam sehingga akan tidak tercapai tujuan seorang pemimpin. Dalam
makalah ini, penulis akan membahas apa saja penghalang dalam hubungan seorang
bawahan dan pimpinan. Serta penulis akan menguraikan apa yang bisa dilakukan seorang
pemimpin agar bisa mendapatkan komukasi yang baik kepada bawahan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah Artinya Pemimpin Dan Bawahan?

2. Bagaimana Relasi Dan Orientasi Pemimpin Terhadap Bawahan?


3. Apa Saja Dimensi Dalam Kualitas Interaksi Atasan Bawahan?

4. Apa Saja Sikap Yang Harus Di Tunjukkan Oleh Atasan / Pemimpin Serta Konflik
Yang Terjadi?

5. Bagaimana Cara Menjadi Pemimpin Yang Baik Menurut Kristen Sesuai Firman
Allah?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui apa arti pemimpin dan bawahan
2. Untuk mengetahui relasi dan orientasi pemimpin terhadap bawahan
3. Untuk mengetahui dimensi dalam kualitas interaksi atasan bawahan
4. Untuk mengetahui sikap yang harus di tunjukkan oleh atasan / pemimpin serta
konflik yang terjadi
5. Untuk mengetahui cara menjadi pemimpin yang baik menurut kristen sesuai firman
allah

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PEMIMPIN DAN BAWAHAN

Secara etimologi pemimpin (leader) berarti bergerak lebih awal, berjalan di depan,
mengambil langkah pertama, mengarahkan pikiran-pendapat dan tindakan orang lain.
Menurut Lenory Eims, seorang pemimpin adalah orang yang melihat lebih banyak, dari pada
yang dilihat dari orang lain, melihat lebih jauh dari pada yang dilihat orang lain, dan melihat
sebelum orang lain melihat.1 Kepemimpinan adalah suatu hubungan orang-orang di mana yang
satu memengaruhi yang lain untuk tercapainya.2

Kepemimpinan (lcadership) adalah proses pengaruh-mempengaruhi antarpribadi atau


antarorang dalam suatu situasi tertentu, melalui aktivitas komunikasi yang terarah untuk
mencapai suatu tujuan atau tujuan-tujuan terntentu. Dalam kepemimpinan selalu terdapat
unsur pemimpin (influencer). yakni yang mempengaruhi tingkah laku pengikutnya

1
Djohan, 5 Pilar Kepemimpinan di Abad 21 , hlm. 3
2
Alan E. Nelson, Sprituality & Leadership, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2007), hlm. 34
(influencer) atau para pcngikutnya dalam suatu situasi.3 Kepemimpinan rohani atau
kepemimpinan Kristen memiliki otoritas ilahiyanglebih tinggi daripada kepemimpinan
alamiah. Bertolak dari pengertian pemimpin dan kepemimpinan di atas, maka dapat
diidentifikasi unsur-unsur dalam kepemimpinan. Unsur-unsur yang dimaksud adalah:

1. Adanya seseorang yang berfungsi memimpin, yang disebur pemimpin(leader).

2. Adanya orang lain yang dipimpin

3. Adanya kegiatan menggerakkan orang lain yang dilakukan dengan mempengaruhi dan
mengarahkan perasaan, pikiran, dan tingkah lakunya.

4. Adanya tujuan yang hendak dicapai, baik yang dirumuskan secara sistematis maupun
bersifat seketika.

5. Berlangsung berupa proses di dalam kelompok/organisasi, baik besar dengan banyak


orang maupun kecil dengan sedikit orang yang dipimpin.

Kuasa personal

Kekuasaan dapat datang dari pribadi seseorang atau posisi tugasnya. Kuasa personal
dapat memberikan kepada orang lain: afeksi, konsiderasi, simpati, empati, rekognisi, dan
mengamannkan hubungan serta keterikatan individu dan keterikatan sosial. Sumber kuasa
yang personal dalam dimensinya yang utuh dapat dijabarkan sbb:

1. Dimensi personal. Dimensi personal ini terlihat bila semakin jauh jarak sosial antara
pemimpin dan bawahan, maka keadaan kepemimpinan akan menjadi formal, dingin
dan bergaya bisnis.
2. Dimensi sosial. Dimensi kuasa yang bersifatsosial terbukti pada kekuatan pemimpin
yang bersifat fisik akan selalu memberikan kemampuan kepadanya untuk membangun
hubungan sosial, memberi pengalaman yang menguntungkan (memberi nilai tambah),
menopang sikap keterbukaan, sikapa keberanian dan sikap siap menolong.4

3
Pariata Westra, Ensiklopedi Administrasi, (.Jakarta: CV Haji Masagung, 1989), hal 246-247
4
Yakob tomatala, kepemimpinan yang dinamis, (jakarta,gandum mas, 1997), hal 105-106
Efek kuasa personal-posisional

Efek kuasa kepemimpinan dari posisi tugas yang ada padanya akan terlihat pada
pemimpin yang yang berkuasa dalma hubungan dengan para bawahan. Efek kuasa
kepemimpinan ini terbukti adanya kontrol, imbalan dan hukuman dari pemimpin (yang sedang
aktif), yang mempengaruhi perilaku para bawahan. Dalma hal ini kuasa kepemimpinan dapat /
akan diterima dengan atau tanpa komitmen dari para bawahan karena merupakan efek dari
kuasa kepemimpina seiorang pemimpin. Apabila seorang pemimpin tidak lagi memiliki kuasa
kepemimpinan karena posisi tugasany yang dicabut, maka efek kuasa kepemimpinan akan
hilang dengan sendrinya.5

Kuasa dan kesuksesan sebagai seorang pemimpin dan kuasa personal-posisional

Telah ditekankan bahwa kepemimpinan yanmg penuh kepada seorang pemimpin posisi
tugas yang ada padanya sangat menentukan kesuksesan kepemimpinannya. Faktor-faktor
dibawah ini merupakan langkahpemenuhan kesuksesan itu.

1. Pemenuhan kepemimpinan akan semkain besar apabila para pemimpin membuktikan


bahwa tuntutan kerja mereka adalah sama baiknya untuk kepentingan anggota
kelompoknya, dan para pemimpin tersebut memiliki kuasa untuk mengganjar para
bawahan yang tidak melaksanakan apa yng dimintanya, serta memiliki hak (resmi)
untuk membuat penuntutan terhadap para bawahan.

2. Para pemimpin akan cenderung bersikap tegas terhadap para bawahan apabila mereka
merasa bahwa mereka tidak memperoleh persetujuan atau dukungan dari para
bawahan, tetapi pada sisi lain mereka memilki kuasa untuk meminta pememnuhan
kerja dari para bawahannya.6

Unsur-unsur dasar yang ada didalam kepemimpinan yaitu pemimpin, orang yang dipimpin
serta situasi. Seorang pemimpin yang disebut sebagai pemimpin kompeten harus memastikan
bahwa dalam hubungan dengan para bawahannya, mereka adalah faktor keberhasilan utama

5
Ibid.... hal 106
6
Ibid... hal 107-108
bagi dirinya. Bagaimana sikapnya terhadap bawahannya dan bagaimna ia memperlakukan
mereka, akan menggambarkan apakah ia sebgai pemimpin yang berkerja atas, atau bekerja
bagi atau bekerja sama serta bekerja melalui mereka.

Keberhasilan pemimpin ditentukan olah sejauh mana ia menghargai bawahan sebagai


subjek dan sebgaia mitra keberhasilan. Sikap ini memungkinkan pemimpin untuk dapat
bekerja sama dengan para bawahannya serta bekerja melalui mereka.7

Ada tiga elemen dasar dari kepemimpinan yaitu:

1. Pemimpin. Elemen pemimpin ini meliputu sejarah hidup dan karakter, intregritas,
kemmapuan, kecakapan, hubungan dengan bawahan serta komitmen dirinya terhadap
kepemimpinan.

2. Orang yang dipimpin atau bawahan. Bawahan sebagai elemen menekankan pada
hubungan setiap bawahan dengan pemimpin, sejarah hidup individu, karakter,
kematangan (psikologi dan kerja keras) dan komitmen individu atau kelompok
terhadap pemimpin serta kepemimpinan atau organisasi

3. Situasi kepemimpinan. Situasi kepemimpinan berkaitan dengan konteks langsung dan


konteks hidup atau kerja yang lebih luas atau makro dan situasi yang direkayasa oleh
pemimpin dalam kepemimpinan.situasi kontekstual adalah situasi dominan yang
mempengaruhi semua anggota masyarakat sedangkan, kondisi yang direkayasa
bertujuan menyiapkan situasi yang kondusif bagi kinerja kepemimpinanyang lebih
baik.8

B. RELASI DAN ORIENTASI PEMIMPIN TERHADAP BAWAHAN

Relasi dalam dunia kerja memang memiliki keunikan dibandingkan dengan pola relasi
dalam keluarga ataupun pertemanan. Dalam relasi keluarga dan pertemanan, aspek emosi
lebih dikedepankan, bahkan hal itu menjadi keharusan. Tapi tentu berbeda dari keluarga dan

7
Ibid... hal 104
8
Ibid... hal 23-25
pertemanan, pola relasi di tempat kerja cenderung bersifat rasional. Pola relasi yang dilahirkan
pun terbentuk dalam kerangka pola kekuasaan. Kepentingan yang paling dibela adalah
kepentingan mereka yang paling berkuasa dalam organisasi atau orang-orang di sekitarnya. 
  Dalam pola relasi kekuasaan, peluang lahirnya tindakan manipulatif dan diskriminatif
sangat besar. Atasan mendapat prioritas untuk dilayani oleh bawahan. Apapun yang dilakukan
oleh atasan selalu dianggap benar. Sopan-santun berbahasa dan kode etik komunikasi di
tempat kerja hanya menjadi hak atasan dan koleganya. Tetapi hal itu bukan kewajiban, karena
menjadi pengecualian dalam komunikasi atasan pada bawahan. Bawahan bisa diperlakukan
sangat rendah oleh atasan saat dianggap melanggar aturan perusahaan atau tidak sesuai
kemauan atasan.
  Tidak mengherankan bila relasi tempat kerja bisa menimbulkan pengalaman traumatis
bagi mereka yang belum siap menghadapinya. Persaingan mendapatkan jabatan, tekanan
tenggat pekerjaan, dan sejuta alasan lain bisa jadi alasan membenarkan tindak kekerasan
(verbal) di tempat kerja oleh atasan pada bawahannya. Hal ini terlihat dari kasus Siska, dimana
bawahan gagal berkembang bukan karena banyaknya nasihat, tetapi karena perkataan atasan
yang membunuh harga dirinya.
  Verbal abuse ini sangat berbahaya, dan sedihnya sering kali tidak disadari oleh seorang
atasan. Tidak hanya membunuh harga diri bawahan, verbal abuse tak jarang berimbas pada
performa kerja, penghargaan pada atasan, hingga lemahnya engagement dan menguatnya
demotivasi. Kesemuanya itu tentu saja sering berujung pada satu hal, melambaikan tangan
pada atasan untuk hengkang ke “keluarga baru” yang dinilai dapat lebih mampu menghargai..9
Beberapa perwujudan perilaku pemimpin dengan orientasi bawahan ialah:

1. Penekanan pada hubungan atasan-bawahan


2. Perhatian pribadi pimpinan pada pemuasan kebutuhan para bawahannya,
3. Menerima perbedaan-perbedaan kepribadian, kemapuan dan perilaku yang terdapat
dalam diri para bawahan tersebut.10

Sebaliknya para pejabat pimpinan dengan orientasi produksi menunjukkan perilaku


seperti:

9
https://www.studilmu.com/blogs/details/penyebab-bawahan-kurang-mandiri, tgl 22 September
2020
10
Sondang P. Siagian, Teori dan Praktek Kepemimpinan, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), hal 56
1. Cenderung menekankan segi-segi teknis dari pekerjaan yang harus dilakukan oleh para
bawahan dan kurang pada segi manusianya.
2. Pertimbangan utama diletakkan pada terselenggaraannya tugas, baik oleh perorang
dalam satuan kerja tertentu maupun oleh kelompok-kelompok kerja yang terdapat
dalam organisasi
3. Menempatkan pencapaian tujuan dan penyelesaian tugas diatas pertimbangan-
pertimbangan yang menyangkut unsur manusia dalam organisasi.11

C. Dimensi dalam kualitas interaksi atasan bawahan12


Liden dan Maslyn (dalam Bela, 2014) dijelaskan bahwa kualitas interaksi atasan-bawahan
adalah multi dimensional dan memiliki empat dimensi yaitu:
a. Contribution (Konstribusi). Kontribusi berkaitan dengan kegiatan yang berorientasi
pada tugas ditingkat tertentu antara setiap anggota untuk mencapai tujuan bersama. Hal
penting dalam mengevaluasi kegiatan yang berorientasikan pada tugas adalah suatu
tingkat dimana bawahan bertanggung jawab dan menyelesaikan tugas melebihi uraian
kerja, demikian halnya pada atasan yang menyediakan sumber daya dan kesempatan
untuk melakukan hal tersebut.
b. Loyality (Loyalitas). Loyalitas adalah ungkapan untuk mendukung penuh tujuan dan
sifat individu lainnya dalam hubungan timbal balik atasan dan bawahan. Loyalitas
menyangkut pada kesetiaan penuh terhadap seseorang secara konsisten dari suatu
situasi ke situasi lainnya.

c. Affect (Pengaruh). Afeksi adalah perasaan, kepedulian di antara atasan dan


bawahannya terutama yang berdasarkan pada daya tarik antar individu dan bukan
hanya pada pekerjaan atau nilai profesionalnya saja. Bentuk kepedulian yang demikian
mungkin saja dapat ditunjukkan dalam suatu keinginan untuk melakukan hubungan
yang menguntungkan dan bermanfaat, seperti antar sahabat.

11
Ibid... hal 56
12
http://bebasqy.blogspot.com/2018/11/dimensi-dalam-kualitas-interaksi-atasan.html, 22 september
2020
Profesional Respect (Rasa Hormat). Respek terhadap profesi adalah persepsi mengenai sejauh
mana pada setiap hubungan timbal balik telah memiliki dan membangun reputasi di dalam dan
di luar organisasi, melebihi apa yang telah ditetapkan di dalam pekerjaan.
Menurut Wakabayashi dan Graen (dalam Marlina, 2008), untuk mengukur tinggi rendahnya
kualitas interaksi atasan-bawahan maka aspek-aspek yang harus diperhatikan adalah :
a. Kemampuan atasan melakukan pendekatan (approachability) dan kemampuan atasan
bertindak luwes (flexibility) terhadap bawahannya.
b. Kesediaan untuk menggunakan kekuasaan otoritasnya untuk membantu bawahan
memecahkan masalah yang dihadapi Kejelasan dari harapan (expectation) dan umpan
balik (feedback) atasan yang ditujukan pada bawahan.

c. Kemampuan bawahan untuk mempengaruhi atasan untuk mengubah peran yang


dimainkan. Kesempatan bawahan untuk bersama-sama dengan atasan melakukan
aktivitas sosial dan santai setelah jam kerja

D. SIKAP YANG HARUS DI TUNJUKKAN OLEH ATASAN / PEMIMPIN


SERTA KONFLIK YANG TERJADI

Sikap yang harus ditunjukkan oleh atasan yaitu:

a. Atasan harus bersifat mendidik dan memberi pengarahan terhadap bawahannya,


sehingga mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk kerja dan sifat kerja, karena
kemajuan anak buah merupakan tanggung jawab atasannya.

b. Seorang atasan harus menjadi panutan bagi bawahannya, tingkah laku atasan harus
mencerminkan nilai-nilai yang dianut bawahannya.

Sikap yang harus di tunjukan oleh bawahan kepada pemimpin yaitu:

a. Bawahan harus hormat pada atasnnya, dengan kata lain penghormatan bawahan
terhadap atasannya semata-mata atas pertimbangan wewenang, tanggung jawab dan
wibawa.

b. Seorang bawahan jangan membohongi, menyembunyikan data atau dengan sengaja


berusaha menyesatkan atasannya untuk hal-hal yang ada kaitannya pada perusahaan.
Jenis-jenis konflik yang terjadi antara atasan-bawahan yaitu:

a) Konflik vertikal yang terjadi antara tingkat hirarki, seperti antara manajemen puncak
dan manajemen menengah dan penyelia, dan subordinasi. Bentuk konflik bisa berupa
bagaimana mengalokasi sumber daya secara optimum, mendeskripsikan tujuan,
pencapaian kinerja organisasi, mnajemen kompensasi dan karir.

b) Konflik horizontal, yang terjadi diantara orang-orang yang bekerja pada tingkat
hirarrki tujuan yang tidak cocok, tentang alokasi dan efesiensi penggunaan sumber
daya, dan pemasaran.

c) Konflik diantara staf lini, yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki tugas
berbeda. Misalnya antara divisi pembelian bahan baku dan divisi keuangan. Divisi
pembelian menganggap akan efektif apabila bahan baku dibeli dalam jumlah besar
disbanding sedikit-sedikit tetapi makan waktu berulang ulang. Sementara divisi
keuangan menghendaki jumlah yang lebih kecil karena terbatas nya anggara

d) Konflik peran berupa kesalah fahaman tentang apa yang seharusnya dikerjakan oleh
seseorang. Konflik bisa terjadi antar karyawan karena tidak lengkapnya uraian
pekerjaan, pihak karyawan memiliki lebih dari seorang manajer dan system
kooordinasi yang tidak jelas.

E. CARA MENJADI PEMIMPIN YANG BAIK MENURUT KRISTEN SESUAI


FIRMAN ALLAH

Ada beberapa cara menjadi pemimpin yang baik menurut Kristen namun belum dipahami
benar oleh sebagian umat Kristen. Hal ini karena melaksanakan tugas seorang pemimpin
gereja bukanlah hal yang mudah. Ada tanggung jawab serta berbagai karakter yang diperlukan
untuk mendukungnya. Oleh sebab itu umat Kristen sebaiknya berkaca pada firman Allah
tentang bagaimana menjadi pemimpin yang baik dan benar. Jika ingin tahu secara detail,
berikut ini beberapa cara menjadi pemimpin yang baik menurut Kristen dan firman Allah
dalam Alkitab.
1. Adil

Hendaknya bila menjadi seorang pemimpin harus dapat berlaku adil kepada semua orang.
Pemimpin tidak boleh berat sebelah. Karena jika tidak maka tidak dapat memutuskan perkara
dengan bijaksana. Padahal dalam firman Allah seorang pemimpin harus lebih bijaksana dalam
memutuskan segala sesuatu. Untuk dapat melakukan hal tersebut maka salah satunya harus
mampu bersifat adil pada semua orang tanpa terkecuali.

2. Kasih

Sebaiknya seorang pemimpin juga dapat memiliki prinsip kasih tentang Alkitab terhadap
orang-orang yang dipimpinnya. Karena pemimpin yang kejam akan mendukakan hati banyak
orang termasuk Tuhan sendiri. Dengan mengasihi maka seorang pemimpin akan dapat
memutuskan perkara jauh lebih baik dan lebih tepat.

3. Jujur

Hendaknya, cara menjadi pemimpin yang baik menurut Kristen salah satunya yaitu dengan
selalu bersifat jujur pada semua orang. Terutama pada mereka yang dipimpin. Memimpin
dengan jujur tentunya akan membawa kondisi kepemimpinan yang dilakukan jauh lebih baik
dan akan dicintai oleh mereka yang dipimpinnya. Oleh karena itu sebaiknya terapkan cara
berdoa yang benar supaya dapat memimpin banyak orang dengan kejujuran yang adil.

4. Tanggung Jawab

Hendaknya menjadi pemimpin juga memiliki rasa tanggung jawab jemaat terhadap gereja
yang tinggi. Sehingga dengan demikian dapat melakukan kehendak Allah dalam hal
memimpin bawahannya. Jika tidak tentu banyak hal yang tidak dapat diselesaikan dengan baik
dan benar. Seorang pemimpin harus berprinsip melayani seperti dalam pelayanan gereja untuk
dapat melakukan tanggung jawabnya dengan lebih baik.

5. Buah Roh
Seorang pemimpin yang baik akan mengutamakan buah roh dalam kehidupan
kepemimpinannya. Oleh karena itu sebaiknya lebih banyak lakukan saat teduh meminta
pimpinan Tuhan dan karunia Roh Kudus. Sehingga dalam memimpin akan banyak dituntung
Tuhan dan mengutamakan buah-buah Roh secara lebih maksimal.

6. Tekun Berdoa

Sebagai pemimpin hendaknya sempatkan waktu untuk berdoa lebih intim dengan Allah.
Dengarkan kehendak Allah yang hendak disampaikan lewat visi dan misi ciri-ciri
kepemimpinan Kristen. Sehingga dengan demikian maka kepemimpinan yang dijalani akan
penuh berkat serta kasih karunia Tuhan sendiri.

7. Beriman

Sebaiknya pemimpin terbaik memiliki iman akan Allah. Memiliki kepercayaan yang tinggi
terhadap Tuhan dalam memutuskan segala seusatu. Sehingga dengan demikian maka Allah
akan berkenan baik kepadanya maupun kepada semua yang dipimpin di bawahnya. Oleh
sebab itu sangat penting untuk memilih pemimpin yang taat akan firman Tuhan. Sehingga
berkat Tuhan akan melimpah kepada kepemimpinan yang dijalani tersebut.

Itulah beberapa cara menjadi pemimpin yang baik menurut Kristen dan sebaiknya dilakukan
oleh para umat Kristen. Sehingga dengan demikian maka karakter pemimpin Kristen ini dapat
menuntun banyak orang melakukan kehendak Allah. Dengan menunjukkan sikap
kepemimpinan yang baik dan benar, maka orang yang dipimpin tentu akan merasa nyaman
dan juga makin percaya kepada Tuhan.13

13
https://tuhanyesus.org/cara-menjadi-pemimpin-menurut-kristen, 21 agustus 2020
BAB III

KESIMPULAN

Pemimpin adalah seorang yang memberi pengaruh kepada setiap anggotanya dan
mendapatkan sesutu dari hasil yang dikatakan oleh pemimpin. Dalam setiap perjalanan
sebagai pemimpin ada banyak hal yang dikerjakan oleh seorang bawahan dalam pekerjaan itu.
Kualitas interaksi seorang pemimpin terhadap bawahannya akan memberi dambak yang snagat
besar dalam kinerja bawahan. Setiap orientasi sorang pemimpin meberi syarat akan hubungan
yang akan dijalankan selama pekerjaan dilakukan. Menjadi pemimpin yang baik adalh
mengikuti setiap kehendak Tuhan dalm kehdupannya serta mengedepankan Tuhan sebagai
teladan yang baik dan benar dalam kepemimpinannya.

Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang telah menjadi bawahan yang baik. Ketika
kita kerja baik meskipun pemimpin melakukan sentimen yang pribadi, tuhan akan mengangkat
sendiri bawahan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Djohan,
5 Pilar Kepemimpinan di Abad 21

Nelson, Alan E.
2007 Sprituality & Leadership, Bandung: Yayasan Kalam Hidup
Westra, Pariata
1989 Ensiklopedi Administrasi, Jakarta: CV Haji Masagung

tomatala, Yakob
1997 kepemimpinan yang dinamis, jakarta,gandum mas

Kartono, Kartini
2009 pemimpin dan kepemimpinan, jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Siagian, Sondang P.
1988 Teori dan Praktek Kepemimpinan, Jakarta: Bina Aksara,

https://www.kompasiana.com/agusyaman/5df71ce3d541df3583096612/komunikasi-antara-
atasan-dan-bawahan-yang-baik?page=all#section2 tgl 7 september 2020
http://repository.utu.ac.id/620/1/BAB%20I_V.pdf tgl 21 agustus 2020
https://www.studilmu.com/blogs/details/penyebab-bawahan-kurang-mandiri tgl 22 September
2020
http://bebasqy.blogspot.com/2018/11/dimensi-dalam-kualitas-interaksi-atasan.html22
september 2020
https://tuhanyesus.org/cara-menjadi-pemimpin-menurut-kristen 21 agustus 2020

Anda mungkin juga menyukai