Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

KONSEP STRES DAN ADAPTASI MANUSIA

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata kuliah: Psikososial dan Budaya Dalam Keperawatan

Dosen Pengampu : Rully Andika, MAN

Disusun oleh :

Yuridah Nabila Safitri (108120047)

Reni Fatma F (108120049)

Indri Rahmawati (108120060)

Muhammad Kemal A.A (108120050)

Abdul Rahman Zaki (108120041)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TINGKAT 1B

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP


TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wata'ala, Tuhan
semesta alam. Atas izin dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah
ini dengan tepat waktu. Tak lupa pula penulis haturkan shalawat serta salam
kepada junjungan Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Semoga
syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dari Dosen Rully
Andika, MAN pada mata kuliah Psikososial dan Budaya Dalam Keperawatan.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Konsep
Stres dan Adaptasi Manusia bagi pembaca dan juga bagi penulis.

Makalah ini berisi tentang mengidentifikasi pengertian stres dan stressor,


sumber dan jenis stress, model dan tahapan stress, faktor yang mempengaruhi
respons terhadap stress, adaptasi terhadap stres dan teknik manajemen stress.

Tidak lupa, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Rully
Andika, MAN pada mata kuliah Psikososial dan Budaya Dalam Keperawatan
yang dengan sabar membantu penulis. Serta kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses terciptanya makalah ini.Penulis mendapatkan bantuan
dan bimbingan dari beberapa pihak dalam proses penyusunan makalah,. Penulis
berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum belum sempurna, baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
segala kritik dan saran yang membangun sebagai bahan evaluasi guna
memperbaiki makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
kita semua.
Cilacap, 15 Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul
KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................4
1.3 Tujuan Rumusan Masalah..............................................................................5
1.4 Manfaat.............................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
PEMBAHASAN...............................................................................................................6
2.1 Pengertian stres dan stresor............................................................................6
2.2 Sumber dan jenis stres.....................................................................................7
2.3 Model dan tahapan stres..................................................................................9
2.4 Faktor yang mempengaruhi respons terhadap stresor................................12
2.5 Adaptasi terhadap stres.................................................................................13
2.6 Teknik manajemen stres................................................................................20
BAB III...........................................................................................................................24
PENUTUP.......................................................................................................................24
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................24
3.2 Saran...............................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................26
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap manusia dari berbagai lapisan bisa saja mengalami
ketegangan hidup yang berakibat akan adanya tuntutan kesulitan atau
ancaman terhadap bahaya kehidupan yang semakin sulit terpecahkan.
Sehingga seringkali di dapati seorang mengalami ketegangan psikologi.
Itu semua merupakan masalah yang relatif, tergantung dari tinggi
rendahnya kedewasaan kepribadian dan bagaimana sudut pandang
seseorang dalam menghadapinya. Strees adalah penekanan pada peristiwa
– peristiwa dan situasi negatif yang di alami individu yang dapat
menimbulkan efek yang tidak teratur pada perilakunya (Lahey & Ciminero
, 1998).
Stres merupakan fenomena universal. Semua orang mengalaminya.
Orang tua mengalami stres dalam membesarkan anak, pekerja
membicarakan stres yang dialami dalam pekerjaan mereka, dan pelajar
tingkat apapun membicarakan mengenai stres mereka ditempat sekolah.
Stres dapat memberi stimulus terhadap perubahan dan pertumbuhan, dan
dalam hal ini, suatu stres adalah positif dan bahkan diperlukan.Stres dapat
disebabkan oleh pengalaman positif dan negatif. Namun demikian, terlalu
banyak stres dapat mengakibatkan penyesuaian yang buruk, penyakit fisik,
dan ketidakmampuan untuk mengatasi atau koping terhadap masalah.
Untuk itu perlu bagi kita untuk mengetahui apakah itu stres,
sumber-sumber stres, bentuk-bentuk stres, reaksi dan respon tubuh
terhadap stres, serta adaptasi dan macam-macam adaptasi terhadap stres.
Perlunya adaptasi yang dilakukan agar individu atau orang tersebut
tidak terlalu stres dalam menghadapi perubahan yang terjadi akibat proses
globalisasi tersebut. Untuk itu perlu diketahui pula konsep adaptasi agar
kita lebih mengerti apa itu adaptasi. Khususnya untuk tenaga kerja
kesehatan, agar dapat memberikan dampak positif bagi pasien dalam hal
ini peran perawat sangat penting karena interaksi yang paling besar dengan
pasien adalah perawat.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa pengertian stres dan stresor?
2) Apa sumber dan jenis stres?
3) Bagaimana model dan tahapan stres?
4) Bagaimana faktor yang mempengaruhi respons terhadap stres?
5) Bagaimana adaptasi terhadap stres?
6) Bagaimana teknik manajemen stres?
1.3 Tujuan Rumusan Masalah
1) Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikososial dan Budaya dalam
Keperawatan

2) Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian stres, sumber stres dan jenis stres.
b. Untuk mengetahui model dan tahapan stres.
c. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi respons terhadap
stres.
d. Untuk mengetahui adaptasi dan teknik manajemen stres.
e. Untuk mengetahui peran perawat dalam mengatasi stres.

1.4 Manfaat

1) Manfaat bagi perawat


Mempermudah bagi tenaga medis dalam memberikan asuhan
keperawatan yang efisien dan efektif.
2) Manfaat bagi rumah sakit
Membantu memberikan kualitas atau mutu pelayanan kesehatan di
rumah sakit.
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian stres dan stresor
Kata stres berasal dari kosakata Bahasa Inggris yaitu stres. Menurut kamus
Oxford, stres memiliki paling tidak enam pengertian, sesuai
penggunaannya dibidang-bidang yang berbeda. Disana stres diterjemahkan
sebagai: (1) tekanan atau kecemasan yang disebabkan oleh masalah-
masalah dalam kehidupan seseorang; (2) tekanan yang diberikan ke suatu
benda yang bisa merusak benda itu atau meghilangkan bentuknya; (3)
kepentingan khusus yng diarahkan kepada sesuatu; (4) suatu kekuatan
ekstra yang dikerahkan ketika mengucapkan suatu kata khusus; (5) suatu
kekuatan ekstra yang digunakan untuk membuat suara khusus dalam
musik; (6) penyakit yang ditimbulkan oleh kondisi fisik yang terganggu.(Ii
& Stres, n.d.).
Stres adalah satu kondisi ketika individu berespons terhadap perubahan
dalam status keseimbangan normal (Kozier, 2011).
Stres adalah segala situasi di mana tuntutan non-spesifik mengharuskan
seorang individu berespon dan melakukan tindakan (Selye, 1976 dalam
Potter dan Perry, 2005).
Stres adalah sekumpulan perubahan fisiologis akibat tubuh terpapar
terhadap bahaya ancaman. Stres memiliki dua komponen: fisik yakni
perubahan fisiologis dan psikogis yakni bagaimana seseorang merasakan
keadaan dalam hidupnya. Perubahan keadaan fisik dan psikologis ini
disebut sebagai stresor (pengalaman yang menginduksi respon stres)
(Pinel, 2009).
Stres adalah suatu reaksi tubuh yang dipaksa, di mana ia boleh menganggu
equilibrium (homeostasis) fisiologi normal (Julie K., 2005). Sedangkan
menurut WHO (2003) Stres adalah reaksi/respons tubuh terhadap stresor
psikososial (tekanan mental/beban kehidupan). Stres dewasa ini digunakan
secara bergantian untuk menjelaskan berbagai stimulus dengan intensitas
berlebihan yang tidak disukai berupa respons fisiologis, perilaku, dan
subjektif terhadap stres; konteks yang menjembatani pertemuan antara
individu dengan stimulus yang membuat stres semua sebagai suatu sistem
Stresor adalah setiap kejadian atau stimulus yang menyebabkan individu
mengalami stres. Dengan kata lain, dapat diartikan sebagai sebuah
stimulus yang timbul dari lingkungan yang dapat menyebabkan stres
sehingga memunculkan reaksi seperti kemarahan, kecemasan dan
ketakutan.
Berdasarkan berbagai definisi diatas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa stres adalah keadaan yang disebabkan oleh adanya tuntutan internal
maaupun eksternal (stimulus) yang dapat membahayakan, tidak terkendali
atau melebihi kemampuan individu akan bereaksi baik secara fisiologs
maupun psikologi (respon) dan melakukan usaha-usaha penyesuaian diri
terhadap situasi tersebut.(Stres & Stuart, 2009).
2.2 Sumber dan jenis stres
Sumber stres
Terdapat banyak sumber stres, yang secara luas dapat diklasifikasikan
sebagai stresor internal atau eksternal, atau stresor perkembangan atau
situasional.
a. Stresor internal berasal dari dalam diri seseorang, sebagai contoh,
demam, kondisi seperti kehamilan atau menopause, atau suatu keadaan
emosi seperti rasa bersalah, kanker atau perasaan depresi.
b. Stresor eksternal berasal dari luar individu, sebagai contoh
perpindahan ke kota lain, kematian anggota keluarga, atau tekanan dari
teman sebaya, perubahan bermakna dalam suhu lingkungan, perubahan
dalam peran keluarga atau sosial, atau tekanan dari pasangan.
c. Stresor perkembangan terjadi pada waktu yang dapat diperkirakan
sepanjang hidup individu. Pada setiap tahap perkembangan, tugas
tertentu harus dicapai untuk mencegah atau mengurangi stres.
d. Stresor situasional tidak dapat diperkirakan dan dapat terjadi kapan
pun sepanjang hidup. Stres situasional dapat positif dan negatif.
Contoh
Contoh Positif Negatif
Kematian Mengurangi beban Kehilangan orang
biaya yang dicintai
Pernikahan Menjalin Persaudaraan Bukan keinginan
dari salah satu pihak
(terpaksa)
Perceraian Tidak mendapat Keluarga berantakan
tekanan / menghindari
masalah yang
berkelanjutan
Kelahiran Mendapat keturunan Banyak anak tetapi
keaadan ekonomi
sedang sulit
Perkerjaan baru Mendapat penghasilan Beban Pekerjaan
Penyakit Mengurangi Dosa Membutuhkan
banyak biaya

Sejauh mana pengaruh positif dan negatif peristiwa ini bergantung pada
tahap perkembangan individu. Sebagai contoh, kematian orang tua dapat
lebih menimbulkan stres bagi anak usia 12 tahun dibandingkan pada orang
yang berusia 40 tahun.
Jenis stres
Ditinjau dari penyebab, maka stres dibagi menjadi tujuh macam, di
antaranya:
1) Stres fisik
Stres yang disebabkan karena keadaan fisik seperti karena temperatur
yang tinggi atau yang sangat rendah, suara yang bising, sinar matahari
atau karena tegangan arus listrik.
2) Stres kimiawi
Stres ini disebabkan karena zat kimiawi seperti obat-obatan, zat
beracun asam, basa, faktor hormon atau gas dan prinsipnya karena
pengaruh senyawa kimia.
3) Stres mikrobiologik
Stres ini disebabkan karena kuman seperti adanya virus, bakteri atau
parasit.
4) Stres fisiologik
Stres yang disebabkan karena gangguan fungsi organ tubuh
diantaranya gangguan dari struktur tubuh, fungsi jaringan, organ dan
lain-lain.
5) Stres proses pertumbuhan dan perkembangan
Stres yang disebabkan karena proses pertumbuhan dan perkembangan
seperti pada pubertas, perkawinan dan proses lanjut usia.
6) Stres psikis atau emosional
Stres yang disebabkan karena gangguan stimulus psikologis atau
ketidakmampuan kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri seperti
hubungan interpersonal, sosial budaya atau faktor keagamaan (Alimul,
2008).
2.3 Model dan tahapan stres
Asal dan efek stres dapat diperiksa dalan istilah kedokteran dan model
teoritis perilaku. Model stres digunakan untuk mengidentifikasi stresor
bagi individu tertentu dan memprediksi respons individu tersebut terhadap
stresor. Setiap model menekankan aspek stres yang berbeda.
Model stres membantu perawat mengidentifikasi stresor dalam situasi
tertentu dan untuk memprediksi respon individu. Perawat dapat
menggunakan pengetahuan mengenai model tersebut untuk membantu
klien memperkuat respon koping yang sehat dan dalam menyesuaikan
respons yang tidak sehat dan tidak produktif. Tiga model utama stres
adalah model berbasis stimulus, berbasis respons, dan berbasis transaksi.
a) Model Berbasis Stimulus, Dalam model berbasis stimulus, stres
didefinisikan sebagai stimulus, peristiwa hidup, atau sekelompok
situasiyang membangkitkan reaksi fisiologik dan/atau psikologik
yang dapat meningkatkan kerentanan individu terhadap penyakit.
Dalam penelitiannya, Holmes and Rahe (1976) menetapkan nilai
numerik terhadap 43 perubahan atau peristiwa hidup. Skala
peristiwa hidup yang menimbulkan stres digunakan untuk
mendokumentasikan pengalam individu yang relatif baru, seperti
perceraian, kehamilan, dan pensiun. Dalam sudut pandang ini, baik
peristiwa positif maupun negatif dianggap menimbulkan stres.
Skala serupa juga dikembangkan, tetapi semua skala harus
digunakan dengan hati-hati karena derajat stres yang dipicu
peristiwa yang terjadi sangat invidual. Sebagai contoh, perceraian
dapat menjadi sangat traumatik bagi seseorang, sementara bagi
orang lain mungkin hanya menimbulkan relatif sedikit ansietas.
Selain itu, banyak skala belum diuji terhadap usia, status sosial
ekonomi, atau kepekaan budaya.

b) Model Berbasis Respon, Stres dapat juga dipertimbangkan


sebagai satu respons. Definisi ini dikembangkan dan dijabarkan
oleh Selye (1956, 1976) sebagai respons nonspesifik tubuh setiap
tuntutan yang ditimbulkan” (1976, hlm 1). Schafer (2000)
mendefinisikan stres sebagi”pembangkitan pikiran dan tubuh
sebagai respons terhadap tuntutan yang ditimbulkannya. Respons
stres Selye ditandai dengan satu rantai atau pola kejadian fisiologik
yang disebut sindrom adaptasi umum (GAS) atau atau sindrom
stres. Untuk membedakan penyebab stres dari respon stres, Selye
(1976) menciptakan istilah stresor untuk menunjukan setiap faktor
yang menimbulkan stres dan mengganggu keseimbangan tubuh.
Stres adalah satu kondisi sehingga hanya dapat diobservasi melalui
perubahan yang ditimbulkan stres pada tubuh. Respon tubuh
tersebut, sindrom stres atau GAS, terjadi dengan pelepasan hormon
adaptif tertentu dan perubahan selanjutnya pada struktur dan
komposisi kimia tubuh. Organ tubuh yang dipengaruhi oleh stres
adalah saluran cerna, kelenjar adrenal, dan struktur limfatik.
Dengan stres yang berkepanjangan, kelenjar adrenal mengalami
pembesaran yang cukup signifikan; struktur limfatik seperti timus
limpa, dan nodus limfe, mengalami atrofi (menyusut); dan ulkus
yang dalam tampak di lapisan lambung.
c) Model Berbasis Transaksi, Teori stres transaksional didasarkan
pada hasil penelitian Lazarus (1996), yang menatakan bahwa teori
stimulus dan teori respons tidak mempertimbangkan perbedaan
individu. Kedua teori tersebut tidak menjelaskan factor yang
membuat sebagian orang, tetapi tidak membuat sebagian yang lain,
berespons secara efektif. Selain itu kedua teori tidak dapat
mengiterpretasi mengapa sebagian orang mampu beradaptasi dalam
periode waktu yang lebih lama dibandingkan sebagian lainnya.
Lazarus menyadari bahwa tuntutan dan tekanan dan tekanan
lingkungan tertentu menimbulkan stres pada cukup banyak orang,
namun menekankan bahwa kepekaan dan kerentanan orang dan
kelompok terhadap peristiwa tertentu berbeda, demikian pula
dengan interpretasi dan reaksi mereka. Sebagai contoh dalam
menghadapi penyakit, individu dapat berespons dengan
penyangkalan, individu lain dengan ansietas, dan yang lainnya
dengan depresi.
Teori stres transaksional Lazarus menekankan sekelompok
respons kognitif, afektif, dan adaptif (koping) yang muncul dari transaksi
individu-lingkungan. Individu dan lingkungan tidak dapat dipisahkan;
keduanya saling memengaruhi. Stres “mengacu pada setiap kejadian
ketika tuntutan lingkungan, tuntutan internal, atau keduanya membebani
atau melebihi sumber adaptif, system social, atau system jaringan
individu. Individu berespons terhadap persepsi perubahan lingkungan
dengan respons adaptif atau koping.
Tahapan stres
a. Stres tahap pertama (paling ringan), yaitu stres yang disertai perasaan
nafsu bekerja yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan
pekerjaan tanpa memperhitungkan tenaga yang dimiliki, dan
penglihatan menjadi tajam.
b. Stres Tahap kedua, yaitu stres yang disertai keluhan, seperti bangun
pagi tidak segar dan letih, lekas capek pada saat menjelang sore, lekas
lelah sesudah makan, tidak dapat rileks, lambung atau perut tidak
nyaman (bowel discomfort), jantung berdebar, otot tengkung dan
punggung tegang. Hal tersebut karena cadangan tenaga tidak
memadai.
c. Stres tahap ketiga, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti
defekasi tidak teratur (kadang-kadang diare), otot semakin tegang,
emosional, insomnia, mudah terjaga dan sulit tidur kembali (middle
insomnia), bangun terlalu pagi dan sulit tidur kembali (late
insomnia), koordinasi tubuh terganggu, dan mau jatuh pingsan.
d. Stres tahap keempat, tahapan stres dengan keluhan, seperti tidak
mampu bekerja sepanjang hari (loyo), aktivitas pekerjaan terasa sulit
dan menjenuhkan, respons tidak adekuat, kegiatan rutin terganggu,
gangguan pola tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya
ingat menurun, serta timbul ketakutan dan kecemasan.
e. Stres tahap kelima, tahapan stres yang ditandai dengan kelelahan fisik
dan mental (physical dan psychological exhaustion),
ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan berat, meningkatnya rasa
takut dan cemas , bingung dan panik.
f. Stres tahap keenam (paling berat), yaitu tahapan stres dengan tanda-
tanda, seperti jantung berdebar keras, sesak napas, badan gemetar,
dingin, dan banyak keluar keringat, loyo, serta pingsan atau collaps.

2.4 Faktor yang mempengaruhi respons terhadap stresor


Respons terhadap segala bentuk stresor bergantung pada fungsi fisiologis,
kepribadian, dan karakteristik perilaku, seperti juga halnya sifat dari
stresor tersebut. sifat stresor mencakup faktor-faktor berikut ini:
a) Intensitas
b) Cakupan
c) Durasi
d) Jumlah dan sifat dari stresor
Setiap faktor mempengaruhi respons terhadap stresor. Seseorang dapat
saja mencerap intensitas atau besarnya stresor sebagai minimal, sedang,
atua berat. Makin besar stresor, makin besar respons stres yang
ditimbulkan. Sama halnya, cakupan dari stresor dapat digambarkan
sebagai terbatas, sedang, atau luas. Makin besar cakupan stresor, makin
besar respons klien yang ditujukan terhadap stresor tersebut (Lazarus &
Folkman, 1984 dalam Perry dan Potter, 2005).
2.5 Adaptasi terhadap stres
Ada beberapa pengertian tentang mekanisme penyesuaian diri, antara
lain:
1) W.A. Gerungan (1996) menyebutkan bahwa “Penyesuaian diri
adalah mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan, tetapi juga
mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri)”.
Mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan sifatnya pasif
(autoplastis), misalnya seorang bidan desa harus dapat menyesuaikan
diri dengan norma-norma dan nilai-nilai yang dianut masyarakat desa
tempat ia bertugas.
Sebaliknya, apabila individu berusaha untuk mengubah lingkungan
sesuai dengan keinginan diri, sifatnya adalah aktif (alloplastis),
misalnya seorang bidan desa ingin mengubah perilaku ibu-ibu di desa
untuk meneteki bayi sesuai manajemen laktasi.
2) Menurut Soeharto Heerdjan (1987), “Penyesuaian diri adalah usaha
atau perilaku yang tujuannya mengatasi kesulitan dan hambatan”.
Adaptasi merupakan pertahanan yang didapat sejak lahir atau diperoleh
karena belajar dari pengalaman dan mengatasi stres. Cara mengatasi stres
dapat berupa membatasi tempat terjadinya stres, mengurangi, atau
menetralisasi pengaruhnya.
Adaptasi adalah suatu cara penyesuaian yang berorientasi pada tugas
(task oriented).
a. Tujuan Adaptasi
1) Menghadapai tuntutan keadaan secara sadar
Keadaan ketika seseorang tahu, mengerti, dan sepenuhnya paham
terhadap situasi serta kondisi yang sedang dialaminya.
2) Menghadapi tuntutan keadaan secara realistik
Keadaan dimana seseorang menerima dan menempatkan diri pada
kondisi tertentu serta tidak memaksakan diri pada hal yang tidak
sesuai.
3) Menghadapi tuntutan keadaan secara objektif
Keadaan ketika seseorang dapat menjalankan situasi tertentu tanpa
dipengaruhi faktor apapun.
4) Menghadapi tuntutan keadaan secara rasional
Keadaan dimana seseorang mampu menghadapi kondisi tertentu
secara logis atau pemikiran yang sehat serta masuk akal

Cara yang ditempuh dapat bersifat terbuka maupun tertutup, antara lain:
1) Menghadapi tuntutan secara frontal (terang-terangan) Adalah
tindakan untuk menyingkirkan atau mengatasi suatu stressor dengan
cara menyerang.
2) Regresi (menarik diri) atau tidak mau tahu sama sekali yaitu menarik
diri secara fisik atau emosional dari stresor.
3) Kompromi (atau kesepakatan) Adalah mengubah metode yang biasa
digunakan, mengganti tujuan atau menghilangkan kepuasan terhadap
kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan lain atau untuk menghindari
stres.
Contoh:
Seorang mahasiswa gagal dalam ujian akhir program, mungkin ia akan
bekerja keras (terang-terangan), regresi dengan keluar dari pendidikan,
serta mungkin mau mengulang lagi dengan berusaha semampunya
(kompromi)).

b. Jenis Adaptasi
1) Adaptasi fisiologik – bisa terjadi secara lokal atau umum
Contoh: Seseorang mampu mengatasi stres, tangannya tidak
berkeringat dan tidak gemetar, serta wajahnya tidak pucat.
2) Adaptasi psikologis – bisa terjadi secara:
a) Sadar: Individu mencoba memecahkan/menyesuaikan diri dengan
masalah.
b) Tidak sadar: Menggunakan mekanisme pertahanan diri (defence
mechanism).
1) Proyeksi: Tidak mau mengakui kesalahannya sendiri dan
melempar kesalahan kepada orang lain
2) Introversi: (menarik diri) yaitu menghindar dari suatu masalah
dengan kata lain lempar batu sembunyi tangan
3) Kegembiraan: Selalu bersyukur dan berfikir positif
4) Kesibukan : Menyibukan diri dengan kegiatan/ hal-hal yang
dapat menyenangkan hati dan pikiran
c) Menggunakan gejala fisik (konversi) atau psikofisiologik/
psikosomatik
Apabila seseorang mengalami hambatan atau kesulitan dalam
beradaptasi, baik berupa tekanan, perubahan, maupun ketegangan emosi
dapat menimbulkan stres. Stres bisa terjadi apabila tuntutan atau
keinginan diri tidak terpenuhi.
Macam-macam adaptasi
Adaptasi terhadap stres dapat berupa:
1. Adaptasi Fisiologis
Indikator fisiologis stres adalah objektif, lebih mudah
diidentifikasi dan secara umum dapat diamati atau diukur. Namun,
indikator ini tidak selalu teramati sepanjang waktu pada semua klien
yang mengalami stres, serta indikator tersebut bervariasi menurut
individunya. Tanda-tanda vital biasanya meningkat dan klien mungkin
tampak gelisah dan tidak mampu untuk beristirahat. Indikator ini dapat
timbul sepanjang tahap stres. Durasi dan intensitas dari gejala secara
langsung berkaitan dengan durasi dan intensitas stresor yang diterima.
Indikator fisiologis timbul dari berbagai sistem.
Oleh karenanya pengkajian tentang stres mencakup
pengumpulan data dari semua sistem. Sekarang penyebab utama
kematian adalah penyakit yang mencakup stresor gaya hidup.
Indikator fisiologis stres:
 Tekanan darah meningkat.
 Peningkatan ketegangan di leher, bahu, punggung.
 Denyut nadi dan frekwensi pernafasan meningkat.
 Telapak tangan berkeringat dan kaki dingin.
 Postur tubuh yang tidak tegap.
 Keletihan, sakit kepala, gangguan lambung, diare dan suara
bernada tinggi.
 Mual, muntah, nafsu makan berkurang, BB berubah.
2. Adaptasi Psikologis

Emosi kadang dikaji secara langsung atau tidak langsung dengan


mengamati perilaku klien.
Stres mempengaruhi kesejahteraan emosional dalam berbagai cara.
Ketiga karakteristik ini adalah media terhadap stres, meliputi rasa
kontrol terhadap peristiwa kehidupan, komitmen terhadap aktivitas yang
berhasil, dan antisipasi dari tantangan sebagai suatu kesempatan untuk
pertumbuhan (Wiebe dan Williams, 1992; Tarstasky, 1993).
Indikator emosional / psikologi dan perilaku stres:
 Ansietas
 Depresi, kehilangan motivasi, mudah lupa
 Kepenatan, kehilangan harga diri
 Peningkatan penggunaan bahan kimia
 Perubahan dalam kebiasaan makan, tidur, dan pola
aktivitas.
 Kelelahan mental, perasaan tidak adekuat, dsb.

3. Adaptasi Perkembangan

Stres yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kemampuan


untuk menyelesaikan tugas perkembangan. Pada setiap tahap
perkembangan, seseorang biasanya menghadapi tugas perkembangan
dan menunjukkan karakteristik perilaku dari tahap perkembangan
tersebut. Stres yang berkepanjangan dapat mengganggu atau
menghambat kelancaran menyelesaikan tahap perkembangan tersebut.
Dalam bentuk yang ekstrem, stres yang berkepanjangan dapat mengarah
pada krisis pendewasaan, yang meliputi:
 Masa Bayi, mereka mampu mengembangkan harga diri yang
sehat dan pada akhirnya belajar respons koping adaptif yang
sehat (Haber et al, 1992).
 Anak Usia Sekolah, stres ditunjukkan oleh ketidakmampuann
atau ketidakinginan untuk mengembangkan hubungan
berteman.
 Remaja, mengembangkan rasa identitas yang kuat tetapi pada
waktu yang bersamaan perlu diterima oleh teman sebaya.
Tanpa sistem pendukung sosial sering menunjukkan
peningkatan masalah psikososial (Dubos, 1992).
 Dewasa muda berada dalam transisi dari pengalaman masa
remaja ke tanggung jawab orang dewasa. Konflik dapat
berkembang antara tanggung jawab pekerjaan dan keluarga.
Stresor mencakup konflik antara harapan dan realitas.
 Usia setengah baya biasanya terlibat dalam membangun
keluarga, menciptakan karier yang stabil dan kemungkinan
merawat orang tua mereka. Mereka biasanya dapat mengontrol
keinginan dan pada beberapa kasus menggantikan kebutuhan
pasangan, anak-anak, atau orang tua dari kebutuhan mereka.
Namun dapat timbul stres, jika mereka merasa terlalu banyak
tanggung jawab yang membebani mereka.
 Usia lansia biasanya menghadapi adaptasi terhadap perubahan
dalam keluarga dan kemungkinan terhadap kematian dari
pasangan atau teman hidup. Usia dewasa tua juga harus
menyesuaikan terhadap perubahan penampilan fisik dan fungsi
fisiologis. Perubahan besar dalam kehidupan seperti memasuki
masa pensiun juga menegangkan.
4. Adaptasi Sosial Budaya

Mengkaji stresor dan sumber koping dalam dimensi sosial


mencakup penggalian bersama klien tentang besarnya, tipe, dan kualitas
dari interaksi sosial yang ada. Stresor pada keluarga dapat menimbulkan
efek disfungsi yang mempengaruhi klien atau keluarga secara
keseluruhan (Reis & Heppner, 1993). Perawat juga harus waspada
tentang perbedaan cultural dalam respons stres atau mekanisme koping.
Misalnya klien dari suku Afrika-Amerika mungkin lebih menyukai
mendapatkan dukungan sosial dari anggota keluarga ketimbang dari
bantuan professional (Murata, 1994).
5. Adaptasi Spiritual

Orang menggunakan sumber spiritual untuk mengadaptasi stres


dalam banyak cara, tetapi stres dapat juga bermanifestasi dalam dimensi
spiritual. Stres yang berat dapat mengakibatkan kemarahan pada Tuhan,
atau individu mungkin memandang stresor sebagai hukuman. Stresor
seperti penyakit akut atau kematian dari orang yang disayangi dapat
mengganggu makna hidup seseorang dan dapat menyebabkan depresi.
Ketika perawatan pada klien yang mengalami gangguan spiritual, perawat
tidak boleh menilai kesesuaian perasaan atau praktik keagamaan klien
tetapi harus memeriksa bagaimana keyakinan dan nilai telah berubah.

TIPE-TIPE ADAPTASI:
1. LAS ( Lokal Adaptasion Syndrome)
Tubuh menghasilkan banyak respons setempat terhadap stres,
responnya berjangka pendek
Karakteristik dari LAS:
a) Respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan
semua sistem.
b) Respons bersifat adaptif (menyesuaikan diri), diperlukan
stresor untuk menstimulasikannya.
c) Respons bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus.
2. GAS (General Adaptasion Syndrom)
Merupakan respons fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stres.
Respons yang terlibat didalamnya adalah sistem saraf otonom dan
sistem endokrin.
Contoh:
Apabila kejadian atau proses adaptasi bersifat local maka disebut
dengan Lokal Adaptasion Syndrome (LAS) seperti ketika daerah
tubuh atau kulit terkena infeksi, maka akan terjadi daerah sekitar
kulit tersebut kemerahan, bengkak, nyeri, panas, dan lain-lain
yang sifatnya lokal. Akan tetapi apabila reaksi local tidak dapat
diatasi dapat menyebabkan gangguan secara sistemik tubuh akan
melakukan proses penyesuaian seperti panas seluruh tubuh,
berkeringat dan lain-lain, keadaan ini disebut sebagai General
Adaptasion Syndrome (GAS). Pada adaptasi ini melalui tiga tahap
yaitu tahap alarm reaction, tahap resistensi, dan tahap terakhir.
 Tahap alarm reaction merupakan tahap awal dari proses
adaptasi dimana individu siap menghadapi stressor yang akan
masuk ke dalam tubuh. Tahap ini dapat diawali dengan
kesiagaan (fight or fight), dimana terjadi perubahan fisiologi
yaitu pengeluaran hormone oleh hipotalamus yang dapat
menyebabkan kelenjar adrenal mengeluarkan adrenalin yang
dapat meningkatkan denyut jantung dan menyebabkan
pernapasan menjadi cepat dan dangkal. Apabila respon tubuh
terhadap stressor mengalami kegagalan, tubuh akan melakukan
tahap resistensi untuk mengatasinya.
 Tahap resistensi merupakan tahap kedua dari fase adaptasi
secara umum dimana tubuh akan melakukan proses
penyesuaian dengan mengadakan perubahan dalam tubuh yang
tubuh yang berusaha mengatasi stressor yang ada.
 Tahap akhir dapat ditandai dengan adanya kelelahan, apabila
selama proses adaptasi tidak mampu mengatasi stressor yang
ada, maka dapat menyebar ke seluruh tubuh. Efeknya dapat
menyebabkan kematian tergantung dari stressor yang ada.

2.6 Teknik manajemen stres


Istilah manajemen stres merujuk pada identifikasi dan analisis terhadap
permasalahan yang terkait dengan stres dan aplikasi berbagai alat
teraupetik untuk mengubah sumber stres atau pengalaman stres (Cotton
dalam Intan 2012). Munandar (2001) mendefinisikan manajemen stres
sebagai usaha untuk mencegah timbulnya stres, meningkatkan ambang
stres dari individu dan menampung akibat fisiologikal dari stres.
Stres merupakan sumber dari berbagai penyakit pada manusia. Apabila
stres tidak cepat ditanggulangi atau dikelola dengan baik, maka akan
berdampak lebih lanjut seperti mudah terjadi gangguan atau terkena
penyakit. Untuk mencegah dan mengatasi stres agar tidak sampai ke tahap
yang paling berat, maka dapat dilakukan dengan cara :
a. Pengaturan Diet dan Nutrisi
Pengaturan diet dan nutrisi merupakan cara yang efektif dalam
mengurangi atau mengatasi stres melalui makan yang teratur, menu
bervariasi, hindari makan daging dan monoton karena dapat
menurunkan kekebalan tubuh.

b. Istirahat dan Tidur


Istirahat dan tidur merupakan obat yang baik dalam mengatasi stres
karena dengan istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan
keletihan fisik dan akan memulihkan keadaan tubuh. Tidur yang
cukup akan memberikan kegairahan dalam hidup dan memperbaiki
sel-sel yang rusak.
c. Olah Raga atau Latihan Teratur
Olah raga dan latihan teratur adalah salah satu cara untuk
meningkatkan daya tahan dan kekebalan fisik maupun mental. Olah
raga dapat dilakukan dengan cara jalan pagi, lari pagi minimal dua
kali seminggu dan tidak perlu lama-lama yang penting menghasilkan
keringat setelah itu mandi dengan air hangat untuk memulihkan
kebugaran.
d. Berhenti Merokok
Berhenti merokok adalah bagian dari cara menanggulangi stres karena
dapat meningkatkan status kesehatan dan mempertahankan ketahanan
dan kekebalan tubuh.
e. Tidak Mengkonsumsi Minuman Keras
Minuman keras merupakan faktor pencetus yang dapat mengakibatkan
terjadinya stres. Dengan tidak mengkonsumsi minuman keras,
kekebalan dan ketahanan tubuh akan semakin baik, segala penyakit
dapat dihindari karena minuman keras banyak mengandung alkohol.
f. Pengaturan Berat Badan
Peningkatan berat badan merupakan faktor yang dapat menyebabkan
timbulnya stres karena mudah menurunkan daya tahan tubuh terhadap
stres. Keadaan tubuh yang seimbang akan meningkatkan ketahanan
dan kekebalan tubuh terhadap stres.
g. Pengaturan Waktu
Pengaturan waktu merupakan cara yang tepat dalam mengurangi dan
menanggulangi stres. Dengan pengaturan waktu segala pekerjaan
yang dapat menimbulkan kelelahan fisik dapat dihindari. Pengaturan
waktu dapat dilakukan dengan cara menggunakan waktu secara efektif
dan efisien serta melihat aspek produktivitas waktu. Seperti
menggunakan waktu untuk menghasilkkan sesuatu dan jangan biarkan
waktu berlalu tanpa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.
h. Terapi Psikofarmaka
Terapi ini dengan menggunakan obat-obatan dalam mengatasi stres
yang dialami dengan cara memutuskan jaringan antara psiko neuro
dan imunologi sehingga stresor psikososial yang dialami tidak
mempengaruhi fungsi kognitif, afektif atau psikomotor yang dapat
mengganggu organ tubuh yang lain. Obat-obatan yang biasanya
digunakan adalah anti cemas dan anti depresi.
i. Terapi Somatik
Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibat stres
yang dialami sehingga diharapkan tidak dapat mengganggu system
tubuh yang lain.
j. Psikoterapi
Terapi ini dengan menggunakan teknik psikologis yang disesuaikan
dengan kebutuhan seseorang. Terapi ini dapat meliputi psikoterapi
suportif dan psikoterapi reedukatif di mana psikoterapi suportif ini
memberikan motivasi atas dukungan agar pasien mengalami percaya
diri, sedangkan psikoterapi reedukatif dilakukan dengan memberikan
pendidikan secara berulang. Selain itu ada psikoterapi rekonstruktif,
psikoterapi kognitif dan lain-lain.
k. Terapi Psikoreligius
Terapi ini dengan menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi
permasalahan psikologis mengingat dalam mengatasi atau
mempertahankan kehidupan seseorang harus sehat secara fisik, psikis,
sosial dan sehat spiritual sehingga stres yang dialami dapat diatasi.
Menurut Dadang Hawari (2002, dalam Alimul 2008), manajemen stres
yang lain adalah dengan cara meningkatkan strategi koping yaitu koping
yang berfokus pada emosi dan koping yang berfokus pada masalah.
Penggunaan koping yang berfokus pada emosi dengan cara pengaturan
respons emosional dari stres melalui perilaku individu seperti cara
meniadakan fakta-fakta yang tidak menyenangkan, kontrol diri, membuat
jarak, penilaian secara positif, menerima tanggung jawab, lari dari
kenyataan (menghindar). Sedangkan strategi koping berfokus pada
masalah dengan mempelajari cara-cara atau keterampilan yang dapat
menyelesaikan masalah seperti merencanakan problem solving dan
meningkatkan dukungan sosial, teknik lain dalam mengatasi stres adalah
relaksasi, retrukturisasi kognitif, meditasi, terapi multi model dan lain-lain.
Peran perawat dalam mengatasi stres
Untuk menghadapi seseorang yang mengalami masalah stres, maka
beberapa hal yang dapat dilakukan oleh perawat adalah sebagai berikut:
1. Perawat harus mampu memfasilitasi orang yang sedang mengalami
stres.
2. Perawat harus melakukan tindakan keperawatan yang sesuai
dengan prinsip-prinsip manajemen stres.
3. Perawat dapat menggunakan strategi pemecahan masalah yang
bertujuan mengurangi stres secara efektif untuk jangka panjang
serta dapat meningkatkan keyakinan diri dan kemampuan dalam
menghadapi dan memecahkan masalah yang akan datang.
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Stres adalah keadaan yang disebabkan oleh adanya tuntutan internal
maaupun eksternal (stimulus) yang dapat membahayakan, tidak terkendali
atau melebihi kemampuan individu akan bereaksi baik secara fisiologs
maupun psikologi (respon) dan melakukan usaha-usaha penyesuaian diri
terhadap situasi tersebut. Terdapat banyak sumber stres, yang secara luas
dapat diklasifikasikan sebagai stresor internal atau eksternal, atau stresor
perkembangan atau situasional. Ditinjau dari penyebab, maka stres dibagi
menjadi tujuh macam, di antaranya: stres fisk, stres kimiawi, stres
mikrobiologik, stres fisiologik, stres proses pertumbuhan dan
perkembangan, dan stres psikis atau emosional. Adapun asal dan efek stres
dapat diperiksa dalan istilah kedokteran dan model teoritis perilaku. Model
stres digunakan untuk mengidentifikasi stresor bagi individu tertentu dan
memprediksi respons individu tersebut terhadap stresor. Setiap model
menekankan aspek stres yang berbeda. Tiga model utama stres adalah
model berbasis stimulus, berbasis respons, dan berbasis transaksi. Respons
terhadap segala bentuk stresor bergantung pada fungsi fisiologis,
kepribadian, dan karakteristik perilaku, seperti juga halnya sifat dari
stresor tersebut. sifat stresor mencakup faktor-faktor berikut ini: Intensitas,
cakupan, durasi, jumlah dan sifat dari stresor. Oleh karena itu, perlu
adanyanya adaptasi. Adaptasi merupakan suatu cara untuk mengatasi
tekanan dari lingkungan sekitar untuk tetap menjaga keseimbangan
tubuhnya. Sehingga terjadi perubahan anatomi, fisiologis dan psikologis di
dalam diri seseorang sebagai reaksi terhadap stres. Adaptasi pada Stres
dapat meliputi:
1. Secara Frontal: cara menyesuaikan diri terhadap stres dengan
menghadapi rintangan secara sadar realistik, obyektif, dan rasional.
2. Menggunakan Mekanisme Defensif yaitu :
a. Proyeksi : Menyalahkan orang lain
b. Introversi : Menarik diri
c. Kegembiraan dan kesibukan
Dengan demikian adaptasi adalah suatu upaya untuk mempertahankan
fungsi yang optimal.

3.2 Saran

Dalam makalah ini penulis memiliki harapan agar pembaca memberikan


kritik dan saran yang membangun. Karena penulis sadar dalam penulisan
makalah ini terdapat begitu banyak kekurangan.
Selain itu, penulis juga menyarankan setelah membaca makalah ini kita
semua dapat lebih memahami tentang konsep stress dan adaptasi manusia
dan mempraktekan dalam lingkungan kerja maupun dalam kehidupan
sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Ii, B. A. B., & Stres, A. (n.d.). Hasan, Pengantar Psikologi Kesehatan Islami , (Jakarta:
Grasindo, 2008), hal 75 12. 2, 12–38.

Stres, P. S., & Stuart, K. S. (2009). TINJAUAN PUSTAKA A . Teori Stres dan Adaptasi. 2005,
8–36.

Kozier, Barbara. Erb, Glenora. Berman, Audrey. Snyder, Shirlee J. 2011. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC.

Potter, P.A, Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik. Edisi 4. Volume 2. Alih Bahasa : Renata. Komalasari, dkk. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai