Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEPERAWATAN PADA MASALAH HARGA DIRI RENDAH

Disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa

Dosen Pembimbing: Siti Khodijah, M.Kep

Disusun oleh:

Meilani Misnengrisa

(20180059)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas RahmatNya kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “MAKALAH ASUHAN
KEPERAWATAN PADA MASALAH HARGA DIRI RENDAH” sebagai tambahan ilmu
dalam menempuh kegiatan belajar mengajar dalam bidang Keperawatan Jiwa.

Makalah ini merupakan bentuk tugas yang diberikan oleh ibu Siti Khodijah, M.Kep
kepada kami mahasiswa semester VI prodi D3 Keperawatan supaya dapat lebih
meningkatkan pengetahuan tentang harga diri rendah pada mata kuliah keperawatan jiwa.
Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan kemudahan dalam menyusun
makalah ini.
2. Ibu Ima Rahmawati, M selaku ketua program studi D3 Keperawatan STIKES
BINA SEHAT PPNI
3. Hj. DR. Lilik M.A., M.Kes selaku PJMK mata kuliah keperawatan jiwa
4. Siti Khodijah, M.Kep selaku dosen pengajar yang telah memberikan tugas
makalah ini
5. Serta teman-teman yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari dari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun dari dosen dan rekan-rekan mahasiswa-mahasiswi,
demi kesempurnaan makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini bisa menjadi tambahan
pelajaran dan dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Mojokerto, 21 April 2021

Meilani Misnengria

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................................1
TINJAUAN TEORI....................................................................................................................................1
1.1 DEFINISI.......................................................................................................................................1
1.2 TANDA DAN GEJALA....................................................................................................................2
1.3 PROSES TERJADINYA HARGA DIRI RENDAH.................................................................................3
1.4 KONSEP ASKEP.......................................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................15
TINJAUAN KASUS.................................................................................................................................15
2.1 TRIGGERCASE.............................................................................................................................15
2.2 FENOMENA SEHAT JIWA............................................................................................................15
2.3 MODEL KEPERAWATAN.............................................................................................................16
2.4 TERAPI MODALITAS YANG COCOK.............................................................................................18
BAB III..................................................................................................................................................19
ASUHAN KEPERAWATAN.....................................................................................................................19
3.1 PENGKAJIAN..............................................................................................................................19
3.2 ANALISA DATA...........................................................................................................................22
3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN........................................................................................................23
3.4 POHON MASALAH......................................................................................................................23
3.5 NURSING CARE PLANE (NCP).....................................................................................................23
3.6 STRATEGI PELAKSANA (SP).........................................................................................................25
3.7 IMPLEMENTASI & EVALUASI......................................................................................................26
BAB IV..................................................................................................................................................29
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK) PERTEMUAN KE 1...........................29
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN ( SPTK ) PERTEMUAN KE 2...........................32
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN ( SPTK ) PERTEMUAN KE 3...........................35
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................37

ii
BAB I

TINJAUAN TEORI

1.1 DEFINISI
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (stuart and sundeen, 1995).
Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah atau harga diri
yang tinggi. Jika individu sering gagal, maka cenderung harga diri rendah. Harga diri
diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek utama adalah dicintai dan menerima
penghargaan dari orang lain (keliat, 1994). Biasanya harga diri sangat rentan terganggu
pada saat remaja dan usia lanjut. (MUHTN, 2015)
Branden (2001) mendefinisikan self-esteem sebagai cara pandang individu
terhadap dirinya, bagaimana seseorang menerima dirinya dan menghargainya sebagai
individu yang utuh. Nilai yang kita taruh atas diri kita sendiri berdasar penilaian kita
sejauh mana memenuhi harapan diri. Harga diri yang tinggi merupakan nilai yang positif
yang kita lekatkan pada diri yang berakar dari peneriman diri sendiri tanpa syarat,
walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, dan kegagalan, tetapi tetap merasa sebagai
seseorang yang penting dan berharga (dariuszky, 2004)
Centi paul (1993) menggambarkan self-esteem sebagai penilaian diri terhadap
sejauh mana self image kita mencapai ideal self. Semakin lebar jurang antara self image
dengan ideal self, maka semakin rendah penilaian terhadap diri dan menimbulkan
penolakan diri (self rejection). Menurut maslow (maramis,2004), self esteem merupakan
salah satu kebutuhan dari setiap individu yang harus dipenuhi untuk mencapai aktualisasi
diri sebagai puncak kebutuhan individu.
Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk
kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak berdaya, pesimis, tidak
ada harapan dan putus asa.(depkes ri.2000). gangguan harga diri adalah evaluasi diri dan
perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif yang dapat diekspresikan
langsung maupun tidak langsung. Harga diri rendah adalah evaluasi diri atau perasaan
tentang diri atau kemampuan diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang
lama.
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan
diri. Adanya perasaan hilangnya percaya diri, merasa gagal karena tidak mampu
mencapai keinginan sesuai ideal diri.(keliat 2001).
Harga diri rendah adalah evaluasi diri atau perasaan tentang diri atau kemampuan
diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang lama. Jadi harga diri rendaah
adalah suatu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya kepercayaan diri dan gagal
mencapai tujuan yang dieksprsikan secara langsung maupun tidak langsung, penurunan
diri ini dapat bersifat situasional maupun kronis atau pun menahun.

1.2 ETIOLOGI
Harga diri rendah seringdisebabkan karena adanya koping individu yang tidak efektif
akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya system pendukung kemunduran
perkembangan ego, pengulangan umpan balik yang negatif, difungsi system keluarga
serta terfikasi pada tahap perkembangan awal (Townsend, M.C. 1998: 366). Menurut
Carpenito, koping individu tidak efektif adalah keadaan dimana sesorang individu
mengalami atau beresiko mengalami suatu ketidakmampuan dalam mengalami
stresorinternal atau lingkungan dengan adekuat karena ketidakadekuatan sumber-sumber
(fisik, psikologi, perilaku atau kognitif).

Harga diri rendah diakibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang. Hal ini
mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan. Tantangan yang rendah
menyebabkan upayah yang rendah. Selanjutnya hal ini menyebabkan penampilan
seseorang yang tidak optimal. Sringkali penyebab terjadinya harga diri rendah adalah
pada masa kecil sering di salahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat
individu mencapai masa remaja keberadaanya kurang diahargai dan tidak diberi
kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal di sekolah,
perkerjaan ataupun pergaulan. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung
mengucilkan dan menuntut lebih dari kemapuannya.

1) Faktor Biologis
2) Faktor Psikologis
3) Faktor Sosial
1.3 TANDA DAN GEJALA
Tanda yang menunjukkan harga diri rendah menurut (muhtin,2015) :
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit, dan akibat tindakan terhadap
penyakit. Misalnya, malu dan sedih karena rambut menjadi botak setelah
menjalani terapi kemoterapi pada kanker.
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri, misalnya ini tidak akan terjadi jika saya
kerumah sakit, menyalahkan atau mengejek dan mengkritik diri sendiri.
3. Merendahkan martabat, misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya orang
bodoh, dan tidak tau apa-apa.
4. Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri klien tidak ingin bertemu dengan
orang lain, lebih suka menyendiri, percaya diri kurang, klien sukar mengambil
keputusan. Misalnya, memilih alternatif tindakan mencederai diri akibat harga diri
rendah disertai harapan yang suram, mungkin dengan mengakhiri hidupnya.
Sedangkan menurut Carpenito, L.J (2003:352):
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit. Misalnya: malu dan sedih karena rambut menjadi botak setelah
mendapat terapi sinar pada kanker.
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya: ini tidak akan terjadi jika saya
segera ke rumah sakit, menyalahkan atau mengejek dan mengkritik diri sendiri.
3. Merendah martabat. Misalnya: saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya orang
bodoh dan tidak tau apa-apa
4. Percaya diri kurang. Misalnya: klien sukar mengambil keputusan, misalnya
tentang memilih alternatif tindakan
5. Ekspresi malu atau merasa bersalah dan khawatir, menolak diri sendiri.
6. Perasaan tidak mampu
7. Pandangan hidup yang pesimisme
8. Tidak berani menatap lawan bicara
9. Lebih banyak menunduk
10. Penolakan terhadap kemampuan diri
11. Kurang memperhatikan perawatan diri (kuku panjang dan kuku kotor, rambut
panjang dan lusuh, gigi kuning, kulit kotor)
12. Data Obyektif:
a. Produktifitas menurun
b. Perilaku distruktif pada diri sendiri
c. Perilaku distruktif pada orang lain
d. Penyalahgunaan zat
e. Menarik diri dari hubungan sosial
f. Ekspresi wajah malu dan merasa bersalah
g. Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)
h. Tampak mudah tersinggung/mudah marah.

1.3 PROSES TERJADINYA HARGA DIRI RENDAH


Gangguan harga diri dapat terjadi secara:
a. Situasional
Yaitu trauma yang tiba-tiba, misalnya harus di operasi, kecelakaan, dicerai suami,
putus sekolah, putus hubungan kerja. Pada pasien yang dirawat dapat terjadi harga
diri rendah karena privasi yang kurang diperhatikan seperti pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan, harapan akan struktur, bentuk dan
fungsi tubuh yang tidak tercapai karena tidak dirawat atau sakit atau penyakit,
perlakuan petugas yang tidak menghargai.
b. Maturasional
Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan maturasi :
a. Bayi atau usia bermain atau prasekolah berhubungan dengan kurang
stimulasi atau kedekatan, perpisahan dengan orang tua, evaluasi negatif dari
orang tua, ketidakmampuan mempercayai orang dekat.
b. Usia sekolah, berhubungan dengan kegagalan mencapai tingkat atau
peringkat objektif, kehilangan kelompok sebaya, umpan balik negatif
berulang.
c. Remaja, penyebab harga diri rendah yaitu jenis kelamin, gangguan hubungan
teman sebagai perubahan dalam penampilan, masalah-masalah pelajaran
kehilangan orang terdekat.
d. Usia sebaya berhubungan dengan perubahan yang berkaitan dengan penuaan.
e. Lansia, berhubungan dengan kehilangan (orang,finansial,pensiun)
c. Kronik
Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu
sebelum sakit atau dirawat. Pasien mempunyai cara berfikir yang negatif.
Kejadian sakit dan dirawat akan menambah presepsi negatif terhadap dirinya.
Kondisi ini mengakibatkan respon yang maladaptif, kondisi ini dapat ditemukan
pada pasien gangguan fisik yang kronis atau pada pasien gangguan jiwa.
Respon konsep diri sepanjang rentang sehat sakit berkisar dari status
aktualisasi diri (paling adaptif) sampai pada keracunan identitas atau
depersonalisasi (maladaptif) yang digambarkan sebagai berikut :
Keterangan :
1. Respon adaptif adalah respon yang dihadapi klien bila klien menghadap
masalah dapat menyelesaikan secara baik antara lain :
a. Aktualisasi diri
Kesadaran akan diri berdasarkan konservasi mandiri termasuk
persepsi masa lalu akan diri dan perasaannya.
b. Konsep diri positif
Menunjukkan individu akan sukses dalam menghadapi masalah.
2. Respon maladaptif adalah respon individu dalam menghadapi masalah
dimana individu tidak mampu memecahkan masalah tersebut. Respon
maladaptif pada gangguan konsep diri adalah :
a. Harga diri rendah
Transisi antara respon diri positif dan maladaptif.
b. Kekacauan identitas
Identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak memberikan
kehidupan dalam mencapai tujuan.
c. Depersonalisasi(tidak mengenal diri)
Mempunyai kepribadian yang kurang sehat, tidak mampu
berhubungan dengan orang lain secara intim. Tidak ada rasa percaya diri
atau tidak dapat membina hubungan baik dengan orang lain.

1.4 KONSEP ASKEP


a) Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian
terdiri dari pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data
yang dikumpulkan melalui data biologis, psikologis, sosial, dan spiritual.

Adapun isi dari pengkajian tersebut adalah :

1. Identitas klien
perkenalan dan kontrak dengan klien tentang : nama mahasiswa, nama
panggilan, nama klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik yang akan
dibicarakan. Tanyakan catat usia klien dan nomer RM, tanggal pengkajian, dan
sumber data yang didapat.
2. Alasan masuk
Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau dirawat
dirumah sakit, apakah sudah tau penyakit sebelumnya, apa yang sudah dilakukan
oleh keluarga untuk mengatasi masalah ini. Pada klien dengan harga diri rendah
klien menyendiri, tidak mampu menatap lawan bicara, merasa tidak mampu.
3. Faktor predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana
hasil pengobatan sebelumya apakah pernah melakukan atau mengalami
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam
keluarga dan tindakan kriminal. Menanyakan kepada klien dan keluarga apkah
ada yang mengalami gangguan jiwa, menyakan kepada klien tentang pengalaman
yang tidak menyenangkan. Pada klien dengan perilaku kekerasan faktor
predisposisi, faktor precipitasi klien dari pengalaman masa lalu yang
menyenangkan, adanya riwayat anggota keluarga yang gangguan jiwa dan adanya
riwayat penganiayaan.
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan
orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergangtungan kepada orang lain, ideal diri yang
tidak realistis.
4. Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan dan tanyakan
apakah ada keluhan fisik yang dirasakan. Memeriksa apakah ada kekurangan
pada kondisi fisiknya. Pada klien harga diri rendah terjadi peningkatan tekanan
darah, peningkatan frekuensi nadi.
5. Psikososial
a. Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola
komunikasi pengambilan keputusan dan pola asuh. Penelusuran genetik
yang menyebabkan atau menurunkan gangguan jiwa merupakan hal yang
sulit dilakukan saat ini
b. Konsep diri
 Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang
disukai. Pada klien harga diri rendah cenderung merendahkan diri
sendiri, perasaan tidak mampu dan rasa bersalah terhadap diri sendiri.
 Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum dirawat kepuasan klien terhadap status
dan posisinya, kepuasan klien sebagai laki-laki atau perempuan,
keunikan yang dimiliki sesuai dengan jenis kelaminnya dan posisinya.
Klien dengan harga diri rendah lebih banyak menunduk, kurang
percaya diri, dan tidak berani menatap lawan bicara.
 Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga atau pekerjaan atau kelompok
masyarakat, kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi atau
perannya, perubahan yang terjadi saat klien sakit dan dirawat,
bagaimana perasaan klien tersebut terhadap perubahan. Pada klien
HDR tidak mampu melakukan perannya secara maksimal, Hal ini
ditandai dengan kurangnya percaya diri dan motivasi yang kurang dari
individu tersebut.
 Ideal diri
Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas, peran
dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan klien terhadap
lingkungan, harapan klien terhadap penyakitnya, bagaimana jika
kenyataan tidak sesuai dengan harapannya. Pada klien dengan harga
diri rendah klien cenderung percaya diri kurang, selalu merendahkan
martabat, dan penolakan terhadap kemampuan dirinya.
 Harga diri
Yaitu penilaian tentang nilai personal yang diperoleh dengan
menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal
dirinya. Pada klien dengan harga diri rendah merasa malu terhadap
dirinya sendiri, rasa bersalah terhadap dirinya sendiri, merendahkan
martabat, pandangan hidup yang pesimis, penolakan terhadap
kemampuan diri, dan percaya diri kurang.
c. Hubungan sosial
Tanyakan orang yang paling berarti dalam hidup klien, tanyakan upaya
yang biasa dilakukan bila ada masalah, tanyakan kelompok saja yang
diikuti dalam masyarakat, keterlibatan atau peran serta dalam kegiatan
kelompok atau masyarakat hambatan dalam berhubungan dengan orang
lain, minat dalam berinteraksi dengan orang lain. Dalam hal ini orang yang
mengalami harga diri rendah cenderung menarik diri dari lingkungan
sekitarnya dan klien merasa malu.
d. Spiritual
Nilai keyakinan kegiatan ibadah atau menjalankan keyakinan,
kepuasan dalam menjalankan keyakinan. Pada klien harga diri rendah
cenderung berdiam dan tidak melaksanakan fungsi spiritual.
6. Status mental
a. Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki apakah
ada yang tidak rapi, penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak
sesuai, cara berpakaian tidak seperti biasanya, kemampuan klien dalam
berpakaian, dampak ketidakmampuan berpenampilan baik atau bepakaian
terhadap status psikologi klien. Pada klien dengan harga diri rendah rambut
tampak kotor dan lusuh, kuku panjang badan hitam, kulit kotor gigi kuning.
b. Pembicaraan
Klien dengan harga diri rendah bicaranya cebderung gagap, sering
terhenti / blocking, lambat, membisu, menghindar, dan tidak mampu
memulai pembicaraan.
c. Aktivitas motorik
Pada klien dengan harga diri rendah sering merunduk, tidak berani
menatap lawan bicara, dan merasa malu.
d. Afek dan emosi
Klien cebderung datar (tidak ada perubahan roman muka pada saat ada
stimulus yang menyenangkan atau menyedihkan)
e. Interaksi selama wawancara
Pada klien dengan harga diri rendah klien kontak kurang (tidak mau
menatap lawan bicara)
f. Proses pikir
 Arus pikir
Klien dengan harga diri rendah cenderung blocking (pembicaraan
terhenti tiba-tiba tanpa gangguan dari luar kemudian dilanjutkan
kembali)
 Bentuk pikir
Autistik : bentuk pikiran yang berupa fantasi atau lamunan untuk
memuaskan keinginan yang tidak dapat dicapainya.
 Isi pikir
- Pikiran rendah diri : selalu merasa bersalah pada dirinya
sendiri dan penolakan terhadap kemempuan diri. Klien
menyalakan, menghina dirinya, terhadap hal-hal yang
pernah dilakukan ataupun belum pernah dilakukan.
- Rasa bersalah : pengungkapan diri negatif
- Pesimis : berpandangan bahwa masa depan dirinya yang
suram tentang banyak hal didalam kehidupannya.
g. Tingkat kesadaran
Klien dengan harga diri rendah tingkat kesadarnnya composmentis, namun ada
gangguan orientasi terhadap orang lain.
h. Memori
Klien dengan harga diri rendah mampu mengingat memori dalam jangka
panjang maupun pendek.
i. Tingkat konsentrasi
Tingkat konsentrasi klien harga diri rendah menurun karena pemikiran dirinya
sendiri merasa tidak mampu.
j. Kemampuan penilaian atau pengambilan keputusan
klien dengan harga diri rendah menentukan tujuan dan mengambil keputusan
karena selalu terbayang ketidakmampuan untuk dirinya sendiri.
k. Daya titik
Mengingkari penyakit yang diderita : klien tidak menyadari gejala penyalit
(perubahan fisik dan emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu minta
pertolongan atau klien menyangkal keadaan penyakitnya, klien tidak mau
bercerita tentang penyakitnya. Menyalahkan hal-hal diluar dirinya :
menyalahkan orang lain atau lingkungan yang menyebabkan timbulnya
penyakitatau masalah sekarang.
7. Kebutuhan perencanaan pulang
a. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
b. Kegiatan hidup sehari-hari
8. Mekanisme koping
Bagaimana dan jelaskan reaksi klien bila menghadapi suatu
permasalahan, apakah menggunakan cara-cara yang adatif seperti bicara dengan
orang lain, mampu menyelesaikan masalah, teknik relaksasi, aktivitas konstruktif,
olahraga, dll ataukah menggunakan cara-cara mal adaptif seperti minum alkohol,
merokok, reaksi lambat atau berlebihan, menghindar, mencederai diri atau yang
lainnya.
Pada proses pengkajian, data penting yang perlu dikaji adalah

No Masalah Keperawatan Data Subyektif Data Obyektif


Masalah utama :  mengungkapkan ingin  merusak diri
gangguan konsep diri : diakui jati dirinya sendiri maupun
harga diri rendah  mengungkapkan tidak ada orang lain
lagi yang peduli  ekspresi malu
 mengungkapkan tidak bisa  menarik diri dari
apa-apa hubungan sosial
 mengungkapkan dirinya  tampak
tidak berguna mudatersinggung
 mengeritik diri sendiri  tidak mau makan
perasaan tidak mampu dan tidak tidur
Masalah keperawatan :  mengungkapkan  tampak
koping individu tidak ketidakmampuan dan ketergantungan
efektif meminta bantuan orang terhadap orang lain
lain  tampak sedih dan
 mengungkapkan malu dan tidak melakukan
tidak bisa ketika diajak aktivitas yang
melakukan sesuatu seharusnya dapat
 mengungkapkan tidak dilakukan
berdaya dan tidak ingin  wajah tampak
hidup lagi murung
Masalah keperawatan :  mengungkapkan enggan  ekspresi wajah
menarik diri: isolasi bicara dengan orang lain kosong tidak ada
sosial  klien mengatakan malu kontak mata
bertemu dan berhadapan  ketika diajak bicara
dengan orang lain suara pelan dan
tidak jelas hanya
memberi jawaban
singkat (ya/tidak)
menghindar ketika
didekati

b) Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
2. Isolasi sosial : menarik diri
3. Koping individu tidak efektif
Pohon masalah

Isolasi social : menarik diri (akibat)

Gangguan konsep diri : harga diri rendah (Core problem)

Tidak efektifnnya koping individu (causa/penyebab)

c) NCP (Rencana keperawatan)


Klien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah

Diagnosa perencanaan
Tujuan Kriteria evaluasi intervensi rasional
keperawatan
Gangguan Tujuan khusus I : Kriteria evaluasi : 1.1 Bina hubungan saling Hubungan
konsep diri : Klien dapat  Klien dapat percaya. saling percaya
harga diri membina hubungan mengungkapkan a) Sapa klien akan
rendah saling percaya. perasaannya dengan ramah, menimbulkan
 Ekspresi wajah baik verbal kepercayaan
bersahabat. maupun non klien pada
 Ada kontak verbal perawat
mata b) Perkenalkan diri sehingga akan
 Menunjukan dengan sopan. memudahkan
rasa senang. c) Tanya nama dalam
 Mau berjabat lengkap klien dan pelaksanaan
tangan. nama panggilan tindakan
 Mau menjawab yang di sukai selanjutnya
salam. klien.
 Klien mau d) Jelaskan tujuan
duduk pertemuan, jujur
berdampingan dan menempati
 Klien mau janji.
mengutarakan e) Tunjukan sikap
masalah yang di empati dan
hadapi. menerima klien
apa adannya.
f) Beri perhatian
pada klien.
1.2 beri kesempatan
untuk mengungkapkan
perasaannya tentang
penyakit yang di
deritannya.
1.3 sediakan waktu
untuk mendengarkan
klien.
1.4 katakan pada klien
bahwa ia adalah seorang
yang berharga dan
bertanggung jawab serta
mampu menolong
dirinnya sendiri.
Tujuan khusus 2 : Kriteria evaluasi : 2.1 diskusikan Pujian akan
Klien dapat  Klien mampu kemampuan dan aspek meningkatkan
mengidentifikasi mempertahan positiff yang di miliki harga diri
kemampuan dan kan aspek klien dan beri pujian / klien.
askep. yang positif. reinforcement. Atas
kemampuan
mengungkapkan
perasaannya.
2.2 saat bertemu klien,
hindarkan pemberian
nilai negative. Utamakan
pemberian pujian yang
realistis.
Tujuan khusus 3 : Kriteria evaluasi : 3.1 diskusikan Peningkatan
Klien dapat menilai  Kebutuhan kemampuan klien yang kemampuan
kemampuan yang klien masih dapat di gunakan mendorong
dapat di gunakan. terpenuhi. saat sakit. klien untuk
 Klien dapat 3.2 diskusikan juga mandiri.
melakukan kemampuan yang dapat
aktivitas di lanjutkan penggunaan
terarah. di rumah sakit dan di
rumah nanti.

Tujuan khusus 4 : Kriteria evaluasi : 4.1 rencanakan bersama Pelaksanaan


Klien dapat  Klien mampu klien aktifitas yang dapat kegiatan secara
menempatkan dan beraktifitas di lakukan setiap hari mandiri modal
merencanakan sesuai sesuai kemampuan : awal untuk
kegiatan sesuai kemampuan. Kegiatan mandiri , meningkatkan
dengan  Klien kegiatan dengan bantuan harga diri.
kemampuan yang mengikuti minimal , kegiatan
dimiliki klien terapi dengan bantuan total
aktifitas 4.2 tingkatkan kegiatan
kelompok. sesuai dengan toleransi
kegiatan klien.
4.3 beri contoh cara
pelakssanaan kegiatan
yang boleh dilakukan
(sering klien takut
melaksanakannya).
Tujuan khusus 5 : Kriteria evaluasi : 5.1 beri kesempatan Dengan
Klien dapat  Klien mampu klien untuk mencoba aktifitas klien
melakukan beraktifitas kegiatn yang di akan
kegiatan sesuai sesuai rencanakan. mengetahui
kondisi sakit dan kemampuan. 5.2 berikan pujian atas kemampuanny
kemapuannnya. keberhasilan klien a.
5.3 diskusikan
kemungkinan
pelaksanaan di rumah.
Tujuan khusus 6 : Kriteria evaluasi : 6.1 berikan pendidikan Perhatian
klien dapat  Klien mau kesehatan pada keluarga kelurga dan
memanfaatkan memberikan tentang cara merawat pengertian
system pendukung dukungan. klien harga diri rendah. keluarga akan
yang ada  Klien mampu 6.2 bantu keluarga dapat membnat
melakukan memberi dukungan meningkatkan
apa yang di selama klien di rawat. harga diri
ajarkan. 6.3 bantu keluarga klien.
 Klien mau menyiapkan lingkungan
memberikan di rumah.
dukungan.

d) Implementasi
1. SP 1 pasien :
1) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
2) Menilai kemampuan yang dapat dilakukan sekarang.
3) Memilih kemampuan yang akan dilatih
4) Memilih kemampuan pertama yang di pilih.
5) Memasukan dalam jadwal kegiatan klien,
2. SP 2 pasien :
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien (SP 1)
2) Melatih kemampuan kedua yang di miliki klien.
3) Melatih kemampuan yang dipilih
4) Memasukan kedalam jadwal kegiatan harian
3. SP 3 pasien :
1) Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 dan SP 2)
2) Memilih kemampuan ketiga yang dapat dilakukan.
3) Melatih kemampuan yang dipilih.
4) Memasukan kedalam jadwal klien.
4. SP 1 keluarga :
1) Mendiskusikan masalah yang di rasakan keluarga dalam merawat
klien.
2) Menjelaskan pengertian , tanda dan gejala harga diri rendah serta
proses terjadinnya.
3) Menjelaskan cara merawat klien dengan harga diri rendah.
4) Bermain peran dalam dalam merawat pasien harga diri rendah.
5) Menyusun RTL, keluarga atau jadwal keluarga untuk merawat klien.
5. SP 2 keluarga :
1) Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1)
2) Melatih keluarga merawat langsung klien dengan HDR.
3) Menyusun RTL keluarga atau jadwal keluarga untuk merawat klien.
6. SP 3 keluarga :
1) Evaluasi kemampauaan keluarga (SP 1)
2) Evaluasi kemampuan klien
3) Rencana tindak lanjut kelurga dengan follow up dan rujukan.

e) Evaluasi
Adapun hal-hal yang dievaluasikan pada klien dengan gangguan konsep diri
harga diri rendah antara lain :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. Klien dapat mengidentifikasikan kemampuan dan aspek positif. Yang dimiliki
3. Klien dapat menilai kemampan yang dapat dilakikan di rumah sakit.
4. Klien dapat membuat jadwal kegian sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan
kemampuannya.
6. Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada.
7. Klien dapat mengidentifikasi perubahan citra tubuh.
8. Klien dapat menerima realita perubahsn struktur, bentuk atau fungsi tubuh.
9. Klien dapat menyusun rencana cara menyelesaikan masalah yang di hadapi.
10. Klien dapat melakukan tindakan penampilan integritas tubuh.

BAB II

TINJAUAN KASUS
2.1 TRIGGERCASE
Kasus :

Tn. A diantar oleh keluarganya yayasan griya cinta kasih II dengan tujuan

mengkonsultasikan perilaku Tn. A yang belakangan ini berubah menjadi tertutup dan

sangat datar dalam menghadapi suatu masalah, Tn A cenderung diam, mondar-mandir,

sering melamun dan tidak mau melakukan kegiatan apapun. Di dalam proses

wawancara Tn. A sudah menunjukkan pandangan hidup yang pesimis dan Tn A

mengatakan telah dikeluarkan dari pekerjaannya sehingga tidak bisa membatu

memenuhi kebutuhan hidup dan orang tuanya, Tn A juga mengatakan merasa gagal

menjadi seorang anak yang tidak mampu membanggakan orang tua. Dan orang tua

selalu membanding-bandingkan dengan anak tetangganya yang sudah sukses. Hal

itulah yang membuat Tn. A selalu merasa tidak berguna , merasa tidak mampu dan

tidak percaya pada dirinya sendiri. Pada saat diajak berbicara klien selalu menunduk,

tidak bisa memulai pembicaraan, tidak mau menatap lawan bicara, nada bicara lambat

dengan suara yang pelan, dan saat ditengah pembicaan kien sering bloking dan

cenderung gagap. Pengasuh klien mengatakan klien sudah tidak seberapa

memperhatikan penampilannya, dia cenderung tidak peduli terhadap apa yang

berhubungan dengan hidupnya.


2.2 FENOMENA SEHAT JIWA
1. Faktor predisposisi

Klien bersama orang tua datang ke yayasan griya cinta kasih II untuk konsultasi

dikarenakan klien mengalami perubahan sikap dan perilaku yang selalu

menundukkan pandangan saat berbicara dengan orang lain, kehilangan pandangan

hidup dikarenkan dikeluarkan dari pekerjaanya

2. Faktor Precipitasi

Tn A merasa gagal menjadi seorang anak yang tidak mampu membanggakan orang

tua. Dan orang tua selalu membanding-bandingkan dengan anak tetangganya yang

sudah sukses. Hal itulah yang membuat Tn. A selalu merasa tidak berguna , merasa

tidak mampu dan tidak percaya pada dirinya sendiri

3. Penilaian primer

Bahwa perilaku muncul pada saat Tn A pengangguran dan orang tuanya terus

menerus membandingkan dengan anak tetangga. Terkadang ketika berbicara dengan

orang lain selau menundukkan kepala, pandangan hidupnya berubah menjadi

pesimis dan sering mondar-mandir.

4. Penilaian sekunder

Klien semakin hari menunjukkan sikap dan prilaku yang sedikit menyimpang,

pendekatan dari orang tua kurang dan dukungan dari keluarga kurang, sehingga

keadaan pasien semakin meburuk dan keluarga tidak sanggup merawatnya, sehingga

keluarga memutuskan untuk membawa klien konsultasi sampai klien harus dirawat

di griya cinta kasih II kabupaten mojokerto.

5. Koping

Tn A yang belakangan ini berubah menjadi tertutup dan sangat datar dalam

menghadapi suatu masalah, Tn A cenderung diam, sering melamun dan tidak mau

melakukan kegiatan apapun


6. Adaptasi

Dari penyelesaian koping yang dilakukan Tn A direntang maladaptif karena Tn A

belum dapat menyelesaikan masalah ini. Sehingga dikategorikan sakit.

2.3 MODEL KEPERAWATAN


1. Model Eksistensi

a) Pandangan tentang penyimpangan perilaku

Menurut penulis model yang cocok digunakan untuk pasien dengan maslah HDR

adalah model eksistensi karena dalam kasus ini pasien merasa dirinya tidak

berguna lagi karena dikeluarkan dari pekerjaannya dan orang tua selalu

membanding-bandingkan klien dengan anak tetangganya.

b) Proses terapeutik

Pada proses awal kita harus memberikan pengertian kepada pasien tentang

bagaimana peran orangtua dalam mendidik anak, bagaimana orangtua bisa

memahami bahwa kemampuan setiap individu tidak sama. Kalau keluarga bisa

memahami kondisi ini baru lah kita bisa mengubah cara pandang hidup pasien

agar harga diri bisa meningkat.

c) Peran klien dan terapis

Klien bertanggungjawab atas apapun yang dilakukannya dalam proses mengenali

dirinya sendiri, terapis beperan dalam membantu pasien melakukan klasifikasi

terhadap realitas dalam proses mengenali diri pasien.

2. Model Psikoanalisa

a) Pandangan tentang penyimpangan perilaku

Model keperawatan yang juga cocok untuk klien dengan masalah HDR adalah

model psikoanalisa, karena keadaan orang tua klien yang selalu membeda-
bedakan klien dengan anak tetangga yang tidak bisa menjadi seperti yang

diinginkan orang tua menjadi anak yang sukses.

b) Proses terapeutik

c) Peran klien dan terapis

Klien mengungkapkan trauma masa lalunya, kemudian bagimana kondisi trauma

klien setelah melalui proses terapeutik. Perawat berperan dalam memfasilitasi

komunikasi dengan klien dan juga keluarga.

2.4 TERAPI MODALITAS YANG COCOK


1. Terapi Individu

Terapi ini dilakukan dengan menjalin hubungan antara perawat dan klien untuk

merubah perilaku klien sesuai dengan TUK : pasien dapat membina hubungan saling

percaya.

2. Terapi Kognitif

Individu belajar mengembangkan pola pikir yang rasional, terhadap peristiwa yang

dialami dan berpikiranpositif terhadap dirinya sendir.

3. Terapi Lingkungan (Milleu Therapy)

Terapi yang dilakukan dengan modifikasi lingkungan klien atau kelompok untuk

mningkatkan pengalaman kehidupan yang lebih positif dan adaptif.

4. Terapi Perilaku

Terapi ini dilakukan untuk membantu pasien dapat melakukan kegiatan sesuai

kondisi sakit dan kemampuannya.


BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
1. Identitas Klien

Nama : Tn A
Umur : 25
Agama : islam
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan :-
Suku / bangsa : Jawa / indonesia
Alamat : Mulyorejo, Sukun, Kota Malang
Bahasa yang dipakai : Bahasa jawa
Tanggal masuk : 26 April 2020
Tanggal pengkajian : 19 April 2021
2. Alasan Masuk

Alasan klien masuk adalah perilaku Tn. A yang belakangan ini berubah menjadi

tertutup dan sangat datar dalam menghadapi suatu masalah, Tn A cenderung diam,

mondar-mandir, sering melamun dan tidak mau melakukan kegiatan apapun. Tn. A

sudah menunjukkan pandangan hidup yang pesimis. Pada saat diajak berbicara klien

selalu menunduk, tidak bisa memulai pembicaraan, tidak mau menatap lawan bicara,

nada bicara lambat dengan suara yang pelan, dan saat ditengah pembicaan kien

sering bloking dan cenderung gagap.


3. Faktor Predisposisi

Didalam keluarga klien tidak ada yang mengalami gangguan jiwa, klien mulai

mengalami gangguan jiwa sejak tahun 2019. Pernah melakukan pengobatan di RS

lawang ± 11 bulan. Pada pengalaman masa lalunya klien selalu bisa memenuhi

tuntutan keluarganya, namun karena kondisi dirinya yang sekarang ini klien tidak

bisa memenuhi tuntutan orang tuanya.

1. Psikososial
a. Genogram:

Laki-laki

Perempuan

Laki-laki HDR

Perempuan HDR

b. Konsep diri
1) Gambaran diri: klien cenderung merendahkan dirinya sendiri, perasaan
tidak mampu, rasa bersalah terhadap diri sendiri.
2) Identitas diri: saat diajak berinteraksi klien tampak menunduk, kurag
percaya diri, dan tidak menatap lawan bicara.
3) Peran: hubungan dan peran keluarga, teman dan masyarakat kurang baik,
pasien serig menunduk saat diajak bicara
4) Ideal diri: klien tampak selalu menunduk saat diajak bicara
5) Harga diri: klien mengatakan kurang percaya diri dan tertekan selalu
disalahkan orangtuanya dikarenakan tidak dapat memenuhi tuntutan
orangtuanya
5. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti : orang tua
b. Peran serta kegiatan kelompok/ masyarakat : klien suka merenung, mengurung
diri di dalam kamar dan tidak mau bertemu dengan siapapun.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Klien merasa tidak
bergunalagi bagi orang lain terutama bagi orang tuannya.
6. Spiritual
Klien mengikuti ibadah yang ada di musollah panti tersebut tetapi terkadang hanya
berdiam diri saja
7. Status mental

a. Penampilan diri : rapi tapi badan pasien bau

Jelaskan : rambut klien rapi, pasien tidak mandi dan mengganti bajunya
selama 3 hari, klien hanya mencuci muka saat pagi saja

b. Pembicaraan : gagap dan tidak mampu memulai pembicaraan

Jelaskan : Saat klien bercerita mengenai permasalahannya, klien tidak berani


menatap mata perawat dan selalu menunduk saat diajak berbicara.

c. Aktivitas Motorik : menunduk

Jelaskan : Klien selalu menunduk saat diajak berbicara

d. Afek dan emosi : datar

Saat bercerita tentang masalahnya klien tidak terdapat perubahan raut wajah
pada saat ada stimulus menyenangkan atau menyedihkan

e. Interaksi selama wawancara : kontak kurang

Saat berinteraksi klien hanya menunduk dan tidak mau menatap mata perawat

f. Proses Pikir
1) Arus fikir : bloking
Klien cenderung bloking saat berbicara ( pembicaraan terhenti tiba-tiba
tanpa gangguan dari luar kemudian dilanjutkan kembali )
2) Bentuk pikir : ostitik
Klien sering berpikir berupa fantasia atau lamunan untuk memuaskan
keinginan yang tidak bisa dicapainya
3) Isi Pikir
- Pikiran rendah diri : klien selalu menyalahkan dan menghina dirinya
sendiri
- Rasa bersalah : pengungkapan diri negatif
- Pesimis : berpandangan bahwa masa depannya suram karena usahanya
selama ini tidak bisa memenuti tuntutan keluarganya
a. Tingkat kesadaran : Composmentis
Klien sadar sepenuhnya, tidak ada gangguan orientasi terhada tempat, waktu,
dan orang
b. Tingkat konsentrasi : menurun
Klien serig meganggap dirinya tidak mampu dan takut untuk berinteraksi
c. Kemampuan penilaian atau pengambilan keputusan
Klien tidak bisa mengambil keputusan sendiri karena selalu menganggap
dirinya tidak mampu dan takut gagal
d. Daya tilik
Mengingkari penyakit yang diderita : klien tidak menyadari gejala penyakit
(perubahan fisik dan emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu pertolongan
orang lain

3.2 ANALISA DATA


Data Problem
DS : Harga diri rendah
- Keluarga klien mengatakan klien sering diam,
melamun dan mondar mandir.
- Klien mengatakan takut dan malu untuk memulai
pembicaraan dengan orang lain
- Pasien merasa gagal karena tidak bisa membanggakan
kedua orang tua

DO:
- Saat komunikasi pasien tidak melakukan kontak mata
- Pada saat berbicara selalu menunduk
- Bicara lambat dan suara pelan
- Klien bicara jika ada yang mengajak bicara.
- Ekspresi pasien cenderung datar

DS Isolasi Sosial
- Klien mengatakan lebih suka menyendiri
- Klien mengatakan sulit bila memulai pembicaraa
DO
- Klien kesulitan dalam berkomunikasi
dengan teman.
- Klien tidak bisa memulai pembicaraan.
- Kontak mata klien kurang saat berkomunikasi
DS: Peran Individu
- Klien mengatakan dirinya sudah lama tidak Tidak Efektif
bekerja
DO
- Klien merasa tidak berguna karena sudah lama
tidak bekerja.

3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
2. Isolasi sosial
3. Peran Individu Tidak Efektif

3.4 POHON MASALAH


Menarik diri : Isolasi Soaial (Akibat)

Gangguan konsep diri :


Harga diri rendah (core Problem)

Peran individu tak efektif (cause)


3.5 NURSING CARE PLANE (NCP)
Rencana Tindakan Keperawatan
Klien dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
Tgl Diagnosa Perencanaan
Intervensi Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria evaluasi

Gangguan Tujuan Kriteria Evaluasi : 1.1 Bina Hubungan Hubungan


Konsep Diri : Umum: saling percaya saling percaya
Harga diri 1. Klien dapat a. Sapa klien akan
rendah Klien mampu mengungkapka dengan ramah, menimbulkan
meningkatka n perasaannya. baik verbal kepercayaan
n harga diri. 2. Ekspresi wajah maupun klien pada
bersahabat. nonverbal. perawat
Tujuan 3. Ada kontak b. Perkenalkan diri sehingga akan
Khusus mata dengan sopan memudahkan
I:Klien dapat 4. Menunjukkan
c. Tanya nama dalam
membina rasa senang. lengkap klien pelaksanaan
hubungan 5. Mau berjabat dan nama tindakan
saling percaya tangan panggilan yang selanjutnya
6. Mau menjawab disukai klien
salam d. Jelaskan tujuan
7. Klien mau pertemuan, jujur
duduk dan menepati
berdampingan janji.
8. Klien mau e. Tunjukkan sikap
mengutarakan empati dan
masalah yang menerima klien
dihadapi apa adanya.
f. Beri perhatian
pada klien
1.2 Beri kesempatan
untuk
mengungkapkan
perasaan tentang
penyakit yang
dideritanya
1.3 Sediakan waktu
untuk
mendengarkan klien
1.4 Katakan pada klien
bahwaia adalah
seorang yang
berharga dan
bertanggung jawab
serta mampu
menolong dirinya
sendiri
Tujuan kriteria evaluasi: 2.1 Diskusikan Pujian akan
Khusus 2 : kemampuan dan meningkatkan
1. Klien mampu aspek positif yang harga diri
Klien dapat mempertahank dimiliki klien dan klien
mengidentifik an aspek yang beri
asi positif. pujian/reinforcemen
kemampuan t atas kemampuan
dan aspek mengungkapkan
positif yang perasaan
dimiliki 2.2 Saat bertemu klien,
hindarkan member
penilain negatif.
Utamakan member
pujian yang
realistis.
Tujuan kriteria evaluasi : 3.1 Diskusikan Peningkatan
khusus 3: kemampuan yang kemempuan
1. Kebutuhan masih dapat mendorong
Klien dapat klien terpenuhi digunakan selama klien untuk
menilai sakit. mandiri
kemampuan 2. Klien dapat 3.2 Diskusikan juaga
yang didapat melakukan kemampuan yang
digunakan aktivitas dapat dilanjutkan
terarah penggunaan di
rumah sakit dan di
rumah nanti
Tujuan kriteria evaluasi : 4.1 Rencanakan Pelaksanaan
Khusus 4: bersama klien kegiatan
1. Klien mampu aktivitas yang dapat secara mandiri
Klien dapat beraktivitas dilakukan setiap modal awal
menetapkan sesuai hari sesui untuk
dan kemampuan kemampuan: meningkatkan
merencanaka kegiatan mandiri, harga diri
n kegiatan 2. Klien kegiatan dengan
sesuai dengan mengikuti bantuan minimal,
kemampuan terapi aktivitas kegiatan dengan
yang dimiliki kelompok bantuan total.
4.2 Tingkatkan kegiatan
sesuai dengan
toleransi kondisi
klien
4.3 Beri contoh car a
pelaksanaan
kegiatan yang boleh
klien lakukan
(serong klien takut
melaksanakanya)
Tujuan kriteria evaluasi: 5.1 Beri kesempatan Dengan
khusus 5 : klien untuk aktivitas klien
2. Klien mampu mencoba kegiatan akan
Klien dapat beraktivitas yang direncanakan mengetahui
melakukan sesuai 5.2 Beri pujian atas kemampuann
kegiatan kemampuan keberhasilan klien ya
sesuai 5.3 Diskusikan
kondisi sakit kemungkinan
dan pelaksanaan
kemampuann dirumah.
ya

Tujuan kriteria evaluasi: 3.1 Beri pendidikan Perhatian


khusus 6 : kesehatan pada keluarga dan
1. Klien mampu keluarga tentang pengertian
Klien dapat melakukan apa cara merawat klien keluarga akan
memanfaatka yang diajarkan harga diri rendah dapat
n system 3.2 Bantu keluarga membantu
pendukung 2. Klien mau memberi dukungan meningkatkan
yang ada memberikan selama klien di harga diri
dukungan rawat klien
3.3 Bantu keluarga
menyiapkan
lingkungan di
rumah.

3.6 IMPLEMENTASI & EVALUASI


Diagnosa Implementasi Evaluasi
Gangguan Sp. 1 tgl 20April 2021 jam 08.00 S . pasien mengatakan
konsep diri : 1.      Mengidentifikasi  kemampuan senang bisa ngobrol
harga diri positif yang dimiliki dengan perawat. pasien
rendah a.mendiskusikan kemampuan positif yang juga mengatakan punya
dimiliki seperti kegiatan pasien dirumah. kegiatan positif seperti
b. memberi pujian yang realistis dan olahraga dan
hindarkan setiap kali pertemuan dengan menggambar.
penilaian negative. O . pasien terlihat senang,
2. menilai kemampuan yang dapat pasien tampak tenang dan
dilakukan saat ini. tampak terbuka menerima
a. mendiskusikan dengan pasien perawat
kemampuan yang masih dapat digunakan A . SP.1 pasien
saat ini mengatakan masih punya
b. membantu pasien menyebutkan dan beri kegitan positif yang
penguatan terhadap kemampuan pasien dimilki seperti berolah
c. memperlihatkan respon yang kondusif raga dan menggambar
dan menjadi pendengar  yang aktif P . lanjutkan SP.2 dan
3. memiilih kemampuan yang akan evaluasi Sp.1
dilatihkan
a. mendiskusikan dengan pasienbeberapa
aktifitas yang dapat dilakukan sehari-hari
b. membantu pasien menetapkan aktivitas
mana yang dapat pasien lakukan secara
mandiri
c.  menyusun bersama pasien aktivitas atau
kegiatan sehari-hari.
Sp. 2 tgl 21 April 2021 jam 08.00 S . pasien mengatakan
e.   mengevaluasi Sp. 1 ingin bekerja dikonfeksi
f.    memilih kemampuan yang kedua yang tetapi belum ada keahlian,
dapat dilakukan pasien mengatkan senang
g.   melatih kemampuan yang dilatih bisa ngobrol dengan
h.   Masukkan dalam jadwal kegiatan perawat dan kemaren
pasien main badminton dan
menggambar di ruang
rehabilitasi
O . pasien tampak senang
dan tenang bersama
perawat
A . evaluasi SP.1 . pasien
mau menggambar
P . lanjutkan SP 3,
evaluasi Sp. 2
Sp. 3 lanjutan tgl 22April jam 08.00 S . pasien mengatakan
d.   mengvaluasi Sp 1 & 2 senang bisa berbincang-
e.   Memilih kegiatan kemampuan ketiga bincang dengan perawat,
yang dapat dilakukan pasien juga mengatkan
f.     Masukkan dalam kegiatan pasien mendapat motivasi dan
menjadi semangat jika
ingin melakukan kegiatan
O . pasien tampak senang
dan tenang
A . evaluasi SP.1,2.
P . lanjutkan intervensi
BAB IV

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)


PERTEMUAN KE 1

Nama : Meilani misnengria


Pertemuan : Ke- 1
Hari/tanggal : Selasa 20 April 2021
Jam : 09.00 WIB
Masalah : Harga diri rendah (HDR)

A. PROSES KEPERAWATAN
Kondisi klien: pengasuh mengatakan sdr.A menjadi tertutup. Sering ingin merasa
takut, setiap didatangi orang tidak dikenal selalu menundukkan kepala, berbicara
lambat dengan suara lemah,kontak mata kurang, dan ekspresi waja klien tampak
dattar
Diagnosa keperawatan: gangguan konsep harga diri rendah kronis
Tujuan khusus:
a. TUK 1: Pasien dapat membina hubungan saling percaya.
b. TUK 2 : Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
c. TUK 3 : Pasien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
Tindakan keperawatan SP 1:
a. Bina hubungan saling percaya (BHSP)
1) Sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal
2) Perkenalkan diri dengan sopan
3) Tanyakan nama pasien
4) Jelaskan tujuan pertemuan
5) Tunjukkan sikap empati dan menerima pada apa adanya
6) Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasarpasien.
b. Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien.
2) Setiap bertemu pasien dihindarkan dari memberi penilaian negatif.
3) Utamakan memberi pujian yang realistic
c. Pasien dapat menilai kemampuan yang digunakan
1) Diskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat digunakan
selama sakit.
2) Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaan.
B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. Tahap orientasi
1) Salam terapeutik
“ Selamat pagi, perkenalkan nama saya Meilani Misnengria biasanya
dipanggil meilani. Saya mahasiswa dari Stikes Bina Sehat PPNI
Mojokerto. Kalau boleh tahu nama saudara siapa ? dan senangnya
dipanggil apa ?”.
2) Evaluasi / Validasi
“ Bagaimana perasaan saudara pagi ini ? Apakah saudara masih ingat
kenapa dibawa ke sini ?”.
3) Kontrak
- Topik : saudara bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang
kemampuan atau hal- hal positif yang biasanya anda
lakukan?
- Tempat : saudara ingin bercakap-cakap dimana ? Bagaimana
jika di taman rumah sakit saja.
- Waktu : saudara ingin bercakap-cakap berapa lama ?
Bagaimana kalau 15 menit saja?
4) Tahap Kerja
- Saudara. A, kalau saya boleh tahu kegiatan apa saja yang biasanya
anda lakukan di rumah? Atau hobi saudara itu apa saja ?” (sambil
membuat daftar)
- “Oh saudara suka meluki dan membaca. Bagus sekali dan sangat
kreatif.
- Kira- kira dari hobi yang saudara sebutkan tadi, mungkin ada hobi lain
yang biasanya saudara lakukan,?
- Jadi saudara suka bermain musik? Kira- kira dari hobi yang telah
disebutkan oleh saudara tadi, mungkin dapat kita lakukan
sekarang.Bagaimana jika kita melukis?
- “ Oh, saudara sudah capek ya. Kalau begitu kita lakukan nanti saja.
Apakah saudara setuju ?”

5) Tahap Terminasi
1) Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan saudara setelah berbincang-bincang sebentar dengan
saya?
2) Evaluasi Objektif
Apa saja tadi kemampuan atau kebiasaan yang saudara lakukan sehari-
hari di rumah? Bagus sekali, ada kemampuan positif yang biasanya anda
lakukan di rumah.
6) Rencana Tindak Lanjut
“ Baiklah, nanti kita akan berlatih kegiatan yang sudah kita sepakati. Tapi,saya
harapkan saudara mencoba mengingat – ingat lagi kegiatan lain yang ingin
dilakukan selama ini.
7) Kontrak
- Topik
“ Baiklah, saya rasa cukup perbincangan kita untuk pertemuan kali ini.
Nanti akan kita lanjutkan untuk melatih kegiatan yang telah kita sepakati
pada pertemuan berikutnya.”
- Tempat
Saudara ingin melakukan kegiatan melukis dimana? Bagaimana kalau di
tempat yang sama ?
- Waktu
Menurut saudara,enaknya nanti jam berapa kita melakukan kegiatan
melukis? Bagaimana jika besok jam 09.00 WIB? Baiklah terima kasih
saudara atas kerjasamanya, sampai jumpa nanti.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN ( SPTK )
PERTEMUAN KE 2

Nama : Meilani Misnengria


Pertemuan : Ke -2
Tanggal : Rabu, 21 April 2021
Jam : 09.00 WIB
A. Proses Keperawatan
Kondisi : Klien telah mengetahui beberapa kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki,klien dapat melakukan kontak mata walalupun hanya
sebentar, ekspresi pasien masih datar
Diagnosa : Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah
Tujuan
TUK 3 : Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
TUK 4 : Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki.
Tindakan Keperawatan :SP 1 (Pasien)
1) Menilai kemampuan yang dapat dilakukan saat ini
- Diskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat digunakan
selama sakit.
- Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaan.
2) Memilih kemampuan yang akan di latih
- Merencanakan bersama pasien aktivitas yang dapat dilakukan setiap
hari
- sesuai kemampuan: kegiatan mandiri, kegiatan dengan bantuan
sebagian, kegiatan yang membutuhkan bantuan total.
- Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi pasien
- contohkan cara pelaksanaan kegiatan yang boleh pasien lakukan.
3) Melatih kemampuan pertama yang dipilih
4) Memasukkan dalam jadwal kegiatan klien
B. Strategi Komunikasi
1. Tahap Orientasi
1) Salam Terapeutik
“ Selamat sore, apakah saudara masih ingat dengan saya?”
2) Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan saudara pagi ini ? Apakah saudara masih ingat
dengan kegiatan yang kita bicarakan tadi pagi dan ingin anda lakukan ?
3) Kontrak
- Topik :
“Baiklah apakah saudara masih ingat apa yang akan kita lakukan
sekarang sesuai dengan kesepakatan kita kemarini ?”
Benar sekali . pagi ini kita akan membicarakan kembali tentang
kemapuan yang bapak miliki dan menilai kemampuan mana yang
masih dapat anda lakukan di rumah sakit. Bagaimana, apakah bapak
sudah siap?
- Tempat :
”saudara ingin kita bercakap-cakap dimana? Bagaimana jika di taman
seperti yang kita sepakati tadi pagi.”
- Waktu :
“saudara butuh waktu berapa lama?Bagaimana kalau 15 menit?
Apakah cukup?

4) Tahap kerja
- Ini daftar kegiatan saudara yang kita bicarakan tadi pagi, apakah masih
ada kemampuan lain yang belum kita bicarakan?
- Nah, coba kita liat satu- persatu dari daftar kemampuan saudara. Menurut
saudara kemampuan apa yang masih bisa saudara lakukan di rumah
sakit? dan bisa kita latih sekarang?
- Oh saudara memilih untuk menggambar desain. Peralatan apa saja yang
saudara butuhkan untuk melukis?
- Ini kertas dan pensilnya. saudara bisa mulai menggambar sekarang
(perawat memberi dukungan pada klien untuk melukis).
- Wah… bagus sekali dan sangat kreatif lukisan saudara. Saya senang
melihatnya.
5) Tahap Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
- Bagaimana perasaan bapak setelah melakukan kegiatan melukis tadi?”
b. Evaluasi Objektif
- Klien bisa menyebutkan kembali peralatan yang digunakan untuk melukis
dan menceritakan arti dari gambar tersebut

6) Rencana Tindak Lanjut


“Baiklah, setelah kita lakukan kegiatan hari ini saya harap saudara tetap
melakukan hal tersebut baik dirumah sakit maupun di rumah. Untuk
menghilangkan kejenuhan dan jika ada waktu luang atau sedang bosan”.

7) Kontrak Akan Datang


- Topik : Baiklah, waktu kita sudah habis, bagaimana jika besok kita coba
kemampuan lain sambil kita melatih kemampuan yang baru saja saudara
lakukan.
- Tempat : saudara ingin melakukan pertemuan selanjutnya
dimana? Tetap disini atau di tempat lain?
- Waktu : saudara mau kita ketemu jam berapa besok?
Bagaimana kalau jam 8?
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN ( SPTK )
PERTEMUAN KE 3

Nama : Meilani Misnengria


Pertemuan : Ke-3
Tanggal : Kamis, 22 April 2021
Jam : 09.00 WIB

A. Proses Keperawatan
Kondisi : Klien telah mengetahui beberapa kemampuan dan aspek positif yang
dimilikinya. klien lebih kooperatif dengan lingkungan.
Diagnosa : Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah
Tujuan :TUK 4 : Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki.
TUK 5 : klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan
kemampuannya.
Tindakan Keperawatan SP 3 (Pasien)
1) Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 dan 2)
2) Memilih kemampuan kedua yang dapat dilakukan
3) Melatih kemampuan yang dipilih
4) Masukkan jadwal kegiatan pasien
B. Strategi Komunikasi
1. Tahap Orientasi
1) Salam Terapeutik
“ Selamat pagi, bagaimana keadaan hari ini? saya lihat saudara pagi ini
sudah mulai segar?”
2) Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan saudara pagi ini ?
Apakah masih ingat dengan kegiatan yang saudara lakukan kemarin sore?
3) Kontrak
- Topik :
Nah, kalau kemarin saudara menggambar, sekarang kita akan latih
lagi kemampuan bapak yang lain. Apakah saudara setuju?

- Tempat :
Saudara ingin kita bercakap- cakapnya dimana? Bagaimana jika
di Taman belakang rumah sakit aja?
- Waktu :
Kira-kira saudara butuh waktu berapa lama? Bagaimana kalau 15
menit saja?

4) Tahap Kerja
- Ini daftar kegiatan saudara yang kita bicarakan kemarin. Yang ini
sudah kita lakukan kemarin. Sekarang saudara pilih kegiatan mana yang
akan kita lakukan?
- “Apa yang sdr. A rasakan selama sdr. R dirawat disini? O…R merasa
sendirian?
- “Siapa saja yang A kenal diruangan ini? “ohhh…belum ada yang kenal
- “Apa yang menghambat A dalam berteman atau bercakap-cakap
dengan pasien yang lain?” jadi, Sdr A tidak pernah mengikuti kegiatan
bersama pasien yang lain serta menarik diri dari lingkungan, karena
merasa takut dengan pasien yang ada disekitarnya yang menganggapnya
aneh & tidak bisa berinteraksi, akhirnya ia menarik diri dari lingkungan
yang ada disini.
- “Menurut A apa saja keuntungannnya kalau kita mempunyai teman?
Ada teman bercakap-cakap”.
- “Wah benar, ada teman bercakap-cakap. Apa lagi? Bisa bertukar pikiran
(sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) nah kalau kerugiannya
tidak mempunyai teman apa ya sdr. A? ya, apa lagi? (sampai pasien
dapat menyebutkan beberapa) jadi banyak juga ruginya tidak punya
teman ya. Kalau begitu, sdr. A ingin belajar bergaul dengan orang lain?
Apa sdr. A bersedia?”
1. Tahap Terminasi
1) Evaluasi subyektif:
“Bagaimana perasaan sdr. A setelah kita bercakap-cakap tadi?”
2) Evaluasi obyektif:
“Sdr. A tadi sudah menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang ain
dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain dengan baik sekali”
2. Rencana tindak lanjut:
“Baiklah, nanti kita akan berlatih kegiatan yang sudah kita sepakati. Tapi saya
berharap, dipertemuan selanjunya sdr. A dapat mengingat-ngingat yang kita
bicarakan tadi.”
3. Kontrak:
- Topik
‘Baiklah, karena waktunya sudah habis. Bagaimana kalau pertemuan
selanjunya kita belajar berkenalan dengan orang lain?” apakah sdr. R
bersedia?”
“Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan harianya.”
- Tempat
“Saudara A ingin berlatih berkenalan dimana?” Bagaimana kaalau ditempat
yang sama?”
- Waktu
“Menurut sdr. A Mau jam berapa belatih berkenalannya?” bagaimana Besok
pagi jam 10.00 saya akan datang kesini untuk mengajak sdr. A berlatih
berkenalan. Bagaimana, sdr. A mau kan?” “Baiklah, sampai jumpa. Selamat
pagi”
DAFTAR PUSTAKA

Amin Hua Nurarif, S., & Hardi kusuma, S. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawataan
Berdasarkan Diagnosa MedisDan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: Mediactions jogja.

Anna Keliat, Budi, dkk.1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Azizah,L.M., Zainuri,I., & Akbar, A (2016).Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Yogyakarta :


Indomedia pustaka.

Carpenito,Lynda Juall.2009.Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinik edisi 9 .


Jakarta : EGC.

Muhtin, A.(2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi.Yogyakarta : CV ANDI


OFFSET.

Stuart,G.W &Sudeen,S.J.1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan).Edisi 3, Jakarta :


EGC.

Towsend,Mary C. 1998. Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai