Meilani Misnengria (201804059) Askep Pada Pasien HDR
Meilani Misnengria (201804059) Askep Pada Pasien HDR
Disusun oleh:
Meilani Misnengrisa
(20180059)
Makalah ini merupakan bentuk tugas yang diberikan oleh ibu Siti Khodijah, M.Kep
kepada kami mahasiswa semester VI prodi D3 Keperawatan supaya dapat lebih
meningkatkan pengetahuan tentang harga diri rendah pada mata kuliah keperawatan jiwa.
Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan kemudahan dalam menyusun
makalah ini.
2. Ibu Ima Rahmawati, M selaku ketua program studi D3 Keperawatan STIKES
BINA SEHAT PPNI
3. Hj. DR. Lilik M.A., M.Kes selaku PJMK mata kuliah keperawatan jiwa
4. Siti Khodijah, M.Kep selaku dosen pengajar yang telah memberikan tugas
makalah ini
5. Serta teman-teman yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari dari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun dari dosen dan rekan-rekan mahasiswa-mahasiswi,
demi kesempurnaan makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini bisa menjadi tambahan
pelajaran dan dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Meilani Misnengria
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................................1
TINJAUAN TEORI....................................................................................................................................1
1.1 DEFINISI.......................................................................................................................................1
1.2 TANDA DAN GEJALA....................................................................................................................2
1.3 PROSES TERJADINYA HARGA DIRI RENDAH.................................................................................3
1.4 KONSEP ASKEP.......................................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................15
TINJAUAN KASUS.................................................................................................................................15
2.1 TRIGGERCASE.............................................................................................................................15
2.2 FENOMENA SEHAT JIWA............................................................................................................15
2.3 MODEL KEPERAWATAN.............................................................................................................16
2.4 TERAPI MODALITAS YANG COCOK.............................................................................................18
BAB III..................................................................................................................................................19
ASUHAN KEPERAWATAN.....................................................................................................................19
3.1 PENGKAJIAN..............................................................................................................................19
3.2 ANALISA DATA...........................................................................................................................22
3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN........................................................................................................23
3.4 POHON MASALAH......................................................................................................................23
3.5 NURSING CARE PLANE (NCP).....................................................................................................23
3.6 STRATEGI PELAKSANA (SP).........................................................................................................25
3.7 IMPLEMENTASI & EVALUASI......................................................................................................26
BAB IV..................................................................................................................................................29
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK) PERTEMUAN KE 1...........................29
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN ( SPTK ) PERTEMUAN KE 2...........................32
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN ( SPTK ) PERTEMUAN KE 3...........................35
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................37
ii
BAB I
TINJAUAN TEORI
1.1 DEFINISI
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (stuart and sundeen, 1995).
Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah atau harga diri
yang tinggi. Jika individu sering gagal, maka cenderung harga diri rendah. Harga diri
diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek utama adalah dicintai dan menerima
penghargaan dari orang lain (keliat, 1994). Biasanya harga diri sangat rentan terganggu
pada saat remaja dan usia lanjut. (MUHTN, 2015)
Branden (2001) mendefinisikan self-esteem sebagai cara pandang individu
terhadap dirinya, bagaimana seseorang menerima dirinya dan menghargainya sebagai
individu yang utuh. Nilai yang kita taruh atas diri kita sendiri berdasar penilaian kita
sejauh mana memenuhi harapan diri. Harga diri yang tinggi merupakan nilai yang positif
yang kita lekatkan pada diri yang berakar dari peneriman diri sendiri tanpa syarat,
walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, dan kegagalan, tetapi tetap merasa sebagai
seseorang yang penting dan berharga (dariuszky, 2004)
Centi paul (1993) menggambarkan self-esteem sebagai penilaian diri terhadap
sejauh mana self image kita mencapai ideal self. Semakin lebar jurang antara self image
dengan ideal self, maka semakin rendah penilaian terhadap diri dan menimbulkan
penolakan diri (self rejection). Menurut maslow (maramis,2004), self esteem merupakan
salah satu kebutuhan dari setiap individu yang harus dipenuhi untuk mencapai aktualisasi
diri sebagai puncak kebutuhan individu.
Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk
kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak berdaya, pesimis, tidak
ada harapan dan putus asa.(depkes ri.2000). gangguan harga diri adalah evaluasi diri dan
perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif yang dapat diekspresikan
langsung maupun tidak langsung. Harga diri rendah adalah evaluasi diri atau perasaan
tentang diri atau kemampuan diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang
lama.
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan
diri. Adanya perasaan hilangnya percaya diri, merasa gagal karena tidak mampu
mencapai keinginan sesuai ideal diri.(keliat 2001).
Harga diri rendah adalah evaluasi diri atau perasaan tentang diri atau kemampuan
diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang lama. Jadi harga diri rendaah
adalah suatu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya kepercayaan diri dan gagal
mencapai tujuan yang dieksprsikan secara langsung maupun tidak langsung, penurunan
diri ini dapat bersifat situasional maupun kronis atau pun menahun.
1.2 ETIOLOGI
Harga diri rendah seringdisebabkan karena adanya koping individu yang tidak efektif
akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya system pendukung kemunduran
perkembangan ego, pengulangan umpan balik yang negatif, difungsi system keluarga
serta terfikasi pada tahap perkembangan awal (Townsend, M.C. 1998: 366). Menurut
Carpenito, koping individu tidak efektif adalah keadaan dimana sesorang individu
mengalami atau beresiko mengalami suatu ketidakmampuan dalam mengalami
stresorinternal atau lingkungan dengan adekuat karena ketidakadekuatan sumber-sumber
(fisik, psikologi, perilaku atau kognitif).
Harga diri rendah diakibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang. Hal ini
mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan. Tantangan yang rendah
menyebabkan upayah yang rendah. Selanjutnya hal ini menyebabkan penampilan
seseorang yang tidak optimal. Sringkali penyebab terjadinya harga diri rendah adalah
pada masa kecil sering di salahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat
individu mencapai masa remaja keberadaanya kurang diahargai dan tidak diberi
kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal di sekolah,
perkerjaan ataupun pergaulan. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung
mengucilkan dan menuntut lebih dari kemapuannya.
1) Faktor Biologis
2) Faktor Psikologis
3) Faktor Sosial
1.3 TANDA DAN GEJALA
Tanda yang menunjukkan harga diri rendah menurut (muhtin,2015) :
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit, dan akibat tindakan terhadap
penyakit. Misalnya, malu dan sedih karena rambut menjadi botak setelah
menjalani terapi kemoterapi pada kanker.
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri, misalnya ini tidak akan terjadi jika saya
kerumah sakit, menyalahkan atau mengejek dan mengkritik diri sendiri.
3. Merendahkan martabat, misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya orang
bodoh, dan tidak tau apa-apa.
4. Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri klien tidak ingin bertemu dengan
orang lain, lebih suka menyendiri, percaya diri kurang, klien sukar mengambil
keputusan. Misalnya, memilih alternatif tindakan mencederai diri akibat harga diri
rendah disertai harapan yang suram, mungkin dengan mengakhiri hidupnya.
Sedangkan menurut Carpenito, L.J (2003:352):
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit. Misalnya: malu dan sedih karena rambut menjadi botak setelah
mendapat terapi sinar pada kanker.
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya: ini tidak akan terjadi jika saya
segera ke rumah sakit, menyalahkan atau mengejek dan mengkritik diri sendiri.
3. Merendah martabat. Misalnya: saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya orang
bodoh dan tidak tau apa-apa
4. Percaya diri kurang. Misalnya: klien sukar mengambil keputusan, misalnya
tentang memilih alternatif tindakan
5. Ekspresi malu atau merasa bersalah dan khawatir, menolak diri sendiri.
6. Perasaan tidak mampu
7. Pandangan hidup yang pesimisme
8. Tidak berani menatap lawan bicara
9. Lebih banyak menunduk
10. Penolakan terhadap kemampuan diri
11. Kurang memperhatikan perawatan diri (kuku panjang dan kuku kotor, rambut
panjang dan lusuh, gigi kuning, kulit kotor)
12. Data Obyektif:
a. Produktifitas menurun
b. Perilaku distruktif pada diri sendiri
c. Perilaku distruktif pada orang lain
d. Penyalahgunaan zat
e. Menarik diri dari hubungan sosial
f. Ekspresi wajah malu dan merasa bersalah
g. Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)
h. Tampak mudah tersinggung/mudah marah.
1. Identitas klien
perkenalan dan kontrak dengan klien tentang : nama mahasiswa, nama
panggilan, nama klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik yang akan
dibicarakan. Tanyakan catat usia klien dan nomer RM, tanggal pengkajian, dan
sumber data yang didapat.
2. Alasan masuk
Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau dirawat
dirumah sakit, apakah sudah tau penyakit sebelumnya, apa yang sudah dilakukan
oleh keluarga untuk mengatasi masalah ini. Pada klien dengan harga diri rendah
klien menyendiri, tidak mampu menatap lawan bicara, merasa tidak mampu.
3. Faktor predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana
hasil pengobatan sebelumya apakah pernah melakukan atau mengalami
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam
keluarga dan tindakan kriminal. Menanyakan kepada klien dan keluarga apkah
ada yang mengalami gangguan jiwa, menyakan kepada klien tentang pengalaman
yang tidak menyenangkan. Pada klien dengan perilaku kekerasan faktor
predisposisi, faktor precipitasi klien dari pengalaman masa lalu yang
menyenangkan, adanya riwayat anggota keluarga yang gangguan jiwa dan adanya
riwayat penganiayaan.
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan
orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergangtungan kepada orang lain, ideal diri yang
tidak realistis.
4. Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan dan tanyakan
apakah ada keluhan fisik yang dirasakan. Memeriksa apakah ada kekurangan
pada kondisi fisiknya. Pada klien harga diri rendah terjadi peningkatan tekanan
darah, peningkatan frekuensi nadi.
5. Psikososial
a. Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola
komunikasi pengambilan keputusan dan pola asuh. Penelusuran genetik
yang menyebabkan atau menurunkan gangguan jiwa merupakan hal yang
sulit dilakukan saat ini
b. Konsep diri
Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang
disukai. Pada klien harga diri rendah cenderung merendahkan diri
sendiri, perasaan tidak mampu dan rasa bersalah terhadap diri sendiri.
Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum dirawat kepuasan klien terhadap status
dan posisinya, kepuasan klien sebagai laki-laki atau perempuan,
keunikan yang dimiliki sesuai dengan jenis kelaminnya dan posisinya.
Klien dengan harga diri rendah lebih banyak menunduk, kurang
percaya diri, dan tidak berani menatap lawan bicara.
Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga atau pekerjaan atau kelompok
masyarakat, kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi atau
perannya, perubahan yang terjadi saat klien sakit dan dirawat,
bagaimana perasaan klien tersebut terhadap perubahan. Pada klien
HDR tidak mampu melakukan perannya secara maksimal, Hal ini
ditandai dengan kurangnya percaya diri dan motivasi yang kurang dari
individu tersebut.
Ideal diri
Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas, peran
dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan klien terhadap
lingkungan, harapan klien terhadap penyakitnya, bagaimana jika
kenyataan tidak sesuai dengan harapannya. Pada klien dengan harga
diri rendah klien cenderung percaya diri kurang, selalu merendahkan
martabat, dan penolakan terhadap kemampuan dirinya.
Harga diri
Yaitu penilaian tentang nilai personal yang diperoleh dengan
menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal
dirinya. Pada klien dengan harga diri rendah merasa malu terhadap
dirinya sendiri, rasa bersalah terhadap dirinya sendiri, merendahkan
martabat, pandangan hidup yang pesimis, penolakan terhadap
kemampuan diri, dan percaya diri kurang.
c. Hubungan sosial
Tanyakan orang yang paling berarti dalam hidup klien, tanyakan upaya
yang biasa dilakukan bila ada masalah, tanyakan kelompok saja yang
diikuti dalam masyarakat, keterlibatan atau peran serta dalam kegiatan
kelompok atau masyarakat hambatan dalam berhubungan dengan orang
lain, minat dalam berinteraksi dengan orang lain. Dalam hal ini orang yang
mengalami harga diri rendah cenderung menarik diri dari lingkungan
sekitarnya dan klien merasa malu.
d. Spiritual
Nilai keyakinan kegiatan ibadah atau menjalankan keyakinan,
kepuasan dalam menjalankan keyakinan. Pada klien harga diri rendah
cenderung berdiam dan tidak melaksanakan fungsi spiritual.
6. Status mental
a. Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki apakah
ada yang tidak rapi, penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak
sesuai, cara berpakaian tidak seperti biasanya, kemampuan klien dalam
berpakaian, dampak ketidakmampuan berpenampilan baik atau bepakaian
terhadap status psikologi klien. Pada klien dengan harga diri rendah rambut
tampak kotor dan lusuh, kuku panjang badan hitam, kulit kotor gigi kuning.
b. Pembicaraan
Klien dengan harga diri rendah bicaranya cebderung gagap, sering
terhenti / blocking, lambat, membisu, menghindar, dan tidak mampu
memulai pembicaraan.
c. Aktivitas motorik
Pada klien dengan harga diri rendah sering merunduk, tidak berani
menatap lawan bicara, dan merasa malu.
d. Afek dan emosi
Klien cebderung datar (tidak ada perubahan roman muka pada saat ada
stimulus yang menyenangkan atau menyedihkan)
e. Interaksi selama wawancara
Pada klien dengan harga diri rendah klien kontak kurang (tidak mau
menatap lawan bicara)
f. Proses pikir
Arus pikir
Klien dengan harga diri rendah cenderung blocking (pembicaraan
terhenti tiba-tiba tanpa gangguan dari luar kemudian dilanjutkan
kembali)
Bentuk pikir
Autistik : bentuk pikiran yang berupa fantasi atau lamunan untuk
memuaskan keinginan yang tidak dapat dicapainya.
Isi pikir
- Pikiran rendah diri : selalu merasa bersalah pada dirinya
sendiri dan penolakan terhadap kemempuan diri. Klien
menyalakan, menghina dirinya, terhadap hal-hal yang
pernah dilakukan ataupun belum pernah dilakukan.
- Rasa bersalah : pengungkapan diri negatif
- Pesimis : berpandangan bahwa masa depan dirinya yang
suram tentang banyak hal didalam kehidupannya.
g. Tingkat kesadaran
Klien dengan harga diri rendah tingkat kesadarnnya composmentis, namun ada
gangguan orientasi terhadap orang lain.
h. Memori
Klien dengan harga diri rendah mampu mengingat memori dalam jangka
panjang maupun pendek.
i. Tingkat konsentrasi
Tingkat konsentrasi klien harga diri rendah menurun karena pemikiran dirinya
sendiri merasa tidak mampu.
j. Kemampuan penilaian atau pengambilan keputusan
klien dengan harga diri rendah menentukan tujuan dan mengambil keputusan
karena selalu terbayang ketidakmampuan untuk dirinya sendiri.
k. Daya titik
Mengingkari penyakit yang diderita : klien tidak menyadari gejala penyalit
(perubahan fisik dan emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu minta
pertolongan atau klien menyangkal keadaan penyakitnya, klien tidak mau
bercerita tentang penyakitnya. Menyalahkan hal-hal diluar dirinya :
menyalahkan orang lain atau lingkungan yang menyebabkan timbulnya
penyakitatau masalah sekarang.
7. Kebutuhan perencanaan pulang
a. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
b. Kegiatan hidup sehari-hari
8. Mekanisme koping
Bagaimana dan jelaskan reaksi klien bila menghadapi suatu
permasalahan, apakah menggunakan cara-cara yang adatif seperti bicara dengan
orang lain, mampu menyelesaikan masalah, teknik relaksasi, aktivitas konstruktif,
olahraga, dll ataukah menggunakan cara-cara mal adaptif seperti minum alkohol,
merokok, reaksi lambat atau berlebihan, menghindar, mencederai diri atau yang
lainnya.
Pada proses pengkajian, data penting yang perlu dikaji adalah
b) Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
2. Isolasi sosial : menarik diri
3. Koping individu tidak efektif
Pohon masalah
Diagnosa perencanaan
Tujuan Kriteria evaluasi intervensi rasional
keperawatan
Gangguan Tujuan khusus I : Kriteria evaluasi : 1.1 Bina hubungan saling Hubungan
konsep diri : Klien dapat Klien dapat percaya. saling percaya
harga diri membina hubungan mengungkapkan a) Sapa klien akan
rendah saling percaya. perasaannya dengan ramah, menimbulkan
Ekspresi wajah baik verbal kepercayaan
bersahabat. maupun non klien pada
Ada kontak verbal perawat
mata b) Perkenalkan diri sehingga akan
Menunjukan dengan sopan. memudahkan
rasa senang. c) Tanya nama dalam
Mau berjabat lengkap klien dan pelaksanaan
tangan. nama panggilan tindakan
Mau menjawab yang di sukai selanjutnya
salam. klien.
Klien mau d) Jelaskan tujuan
duduk pertemuan, jujur
berdampingan dan menempati
Klien mau janji.
mengutarakan e) Tunjukan sikap
masalah yang di empati dan
hadapi. menerima klien
apa adannya.
f) Beri perhatian
pada klien.
1.2 beri kesempatan
untuk mengungkapkan
perasaannya tentang
penyakit yang di
deritannya.
1.3 sediakan waktu
untuk mendengarkan
klien.
1.4 katakan pada klien
bahwa ia adalah seorang
yang berharga dan
bertanggung jawab serta
mampu menolong
dirinnya sendiri.
Tujuan khusus 2 : Kriteria evaluasi : 2.1 diskusikan Pujian akan
Klien dapat Klien mampu kemampuan dan aspek meningkatkan
mengidentifikasi mempertahan positiff yang di miliki harga diri
kemampuan dan kan aspek klien dan beri pujian / klien.
askep. yang positif. reinforcement. Atas
kemampuan
mengungkapkan
perasaannya.
2.2 saat bertemu klien,
hindarkan pemberian
nilai negative. Utamakan
pemberian pujian yang
realistis.
Tujuan khusus 3 : Kriteria evaluasi : 3.1 diskusikan Peningkatan
Klien dapat menilai Kebutuhan kemampuan klien yang kemampuan
kemampuan yang klien masih dapat di gunakan mendorong
dapat di gunakan. terpenuhi. saat sakit. klien untuk
Klien dapat 3.2 diskusikan juga mandiri.
melakukan kemampuan yang dapat
aktivitas di lanjutkan penggunaan
terarah. di rumah sakit dan di
rumah nanti.
d) Implementasi
1. SP 1 pasien :
1) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
2) Menilai kemampuan yang dapat dilakukan sekarang.
3) Memilih kemampuan yang akan dilatih
4) Memilih kemampuan pertama yang di pilih.
5) Memasukan dalam jadwal kegiatan klien,
2. SP 2 pasien :
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien (SP 1)
2) Melatih kemampuan kedua yang di miliki klien.
3) Melatih kemampuan yang dipilih
4) Memasukan kedalam jadwal kegiatan harian
3. SP 3 pasien :
1) Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 dan SP 2)
2) Memilih kemampuan ketiga yang dapat dilakukan.
3) Melatih kemampuan yang dipilih.
4) Memasukan kedalam jadwal klien.
4. SP 1 keluarga :
1) Mendiskusikan masalah yang di rasakan keluarga dalam merawat
klien.
2) Menjelaskan pengertian , tanda dan gejala harga diri rendah serta
proses terjadinnya.
3) Menjelaskan cara merawat klien dengan harga diri rendah.
4) Bermain peran dalam dalam merawat pasien harga diri rendah.
5) Menyusun RTL, keluarga atau jadwal keluarga untuk merawat klien.
5. SP 2 keluarga :
1) Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1)
2) Melatih keluarga merawat langsung klien dengan HDR.
3) Menyusun RTL keluarga atau jadwal keluarga untuk merawat klien.
6. SP 3 keluarga :
1) Evaluasi kemampauaan keluarga (SP 1)
2) Evaluasi kemampuan klien
3) Rencana tindak lanjut kelurga dengan follow up dan rujukan.
e) Evaluasi
Adapun hal-hal yang dievaluasikan pada klien dengan gangguan konsep diri
harga diri rendah antara lain :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. Klien dapat mengidentifikasikan kemampuan dan aspek positif. Yang dimiliki
3. Klien dapat menilai kemampan yang dapat dilakikan di rumah sakit.
4. Klien dapat membuat jadwal kegian sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan
kemampuannya.
6. Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada.
7. Klien dapat mengidentifikasi perubahan citra tubuh.
8. Klien dapat menerima realita perubahsn struktur, bentuk atau fungsi tubuh.
9. Klien dapat menyusun rencana cara menyelesaikan masalah yang di hadapi.
10. Klien dapat melakukan tindakan penampilan integritas tubuh.
BAB II
TINJAUAN KASUS
2.1 TRIGGERCASE
Kasus :
Tn. A diantar oleh keluarganya yayasan griya cinta kasih II dengan tujuan
mengkonsultasikan perilaku Tn. A yang belakangan ini berubah menjadi tertutup dan
sering melamun dan tidak mau melakukan kegiatan apapun. Di dalam proses
memenuhi kebutuhan hidup dan orang tuanya, Tn A juga mengatakan merasa gagal
menjadi seorang anak yang tidak mampu membanggakan orang tua. Dan orang tua
itulah yang membuat Tn. A selalu merasa tidak berguna , merasa tidak mampu dan
tidak percaya pada dirinya sendiri. Pada saat diajak berbicara klien selalu menunduk,
tidak bisa memulai pembicaraan, tidak mau menatap lawan bicara, nada bicara lambat
dengan suara yang pelan, dan saat ditengah pembicaan kien sering bloking dan
Klien bersama orang tua datang ke yayasan griya cinta kasih II untuk konsultasi
2. Faktor Precipitasi
Tn A merasa gagal menjadi seorang anak yang tidak mampu membanggakan orang
tua. Dan orang tua selalu membanding-bandingkan dengan anak tetangganya yang
sudah sukses. Hal itulah yang membuat Tn. A selalu merasa tidak berguna , merasa
3. Penilaian primer
Bahwa perilaku muncul pada saat Tn A pengangguran dan orang tuanya terus
4. Penilaian sekunder
Klien semakin hari menunjukkan sikap dan prilaku yang sedikit menyimpang,
pendekatan dari orang tua kurang dan dukungan dari keluarga kurang, sehingga
keadaan pasien semakin meburuk dan keluarga tidak sanggup merawatnya, sehingga
keluarga memutuskan untuk membawa klien konsultasi sampai klien harus dirawat
5. Koping
Tn A yang belakangan ini berubah menjadi tertutup dan sangat datar dalam
menghadapi suatu masalah, Tn A cenderung diam, sering melamun dan tidak mau
Menurut penulis model yang cocok digunakan untuk pasien dengan maslah HDR
adalah model eksistensi karena dalam kasus ini pasien merasa dirinya tidak
berguna lagi karena dikeluarkan dari pekerjaannya dan orang tua selalu
b) Proses terapeutik
Pada proses awal kita harus memberikan pengertian kepada pasien tentang
memahami bahwa kemampuan setiap individu tidak sama. Kalau keluarga bisa
memahami kondisi ini baru lah kita bisa mengubah cara pandang hidup pasien
2. Model Psikoanalisa
Model keperawatan yang juga cocok untuk klien dengan masalah HDR adalah
model psikoanalisa, karena keadaan orang tua klien yang selalu membeda-
bedakan klien dengan anak tetangga yang tidak bisa menjadi seperti yang
b) Proses terapeutik
Terapi ini dilakukan dengan menjalin hubungan antara perawat dan klien untuk
merubah perilaku klien sesuai dengan TUK : pasien dapat membina hubungan saling
percaya.
2. Terapi Kognitif
Individu belajar mengembangkan pola pikir yang rasional, terhadap peristiwa yang
Terapi yang dilakukan dengan modifikasi lingkungan klien atau kelompok untuk
4. Terapi Perilaku
Terapi ini dilakukan untuk membantu pasien dapat melakukan kegiatan sesuai
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Tn A
Umur : 25
Agama : islam
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan :-
Suku / bangsa : Jawa / indonesia
Alamat : Mulyorejo, Sukun, Kota Malang
Bahasa yang dipakai : Bahasa jawa
Tanggal masuk : 26 April 2020
Tanggal pengkajian : 19 April 2021
2. Alasan Masuk
Alasan klien masuk adalah perilaku Tn. A yang belakangan ini berubah menjadi
tertutup dan sangat datar dalam menghadapi suatu masalah, Tn A cenderung diam,
mondar-mandir, sering melamun dan tidak mau melakukan kegiatan apapun. Tn. A
sudah menunjukkan pandangan hidup yang pesimis. Pada saat diajak berbicara klien
selalu menunduk, tidak bisa memulai pembicaraan, tidak mau menatap lawan bicara,
nada bicara lambat dengan suara yang pelan, dan saat ditengah pembicaan kien
Didalam keluarga klien tidak ada yang mengalami gangguan jiwa, klien mulai
lawang ± 11 bulan. Pada pengalaman masa lalunya klien selalu bisa memenuhi
tuntutan keluarganya, namun karena kondisi dirinya yang sekarang ini klien tidak
1. Psikososial
a. Genogram:
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki HDR
Perempuan HDR
b. Konsep diri
1) Gambaran diri: klien cenderung merendahkan dirinya sendiri, perasaan
tidak mampu, rasa bersalah terhadap diri sendiri.
2) Identitas diri: saat diajak berinteraksi klien tampak menunduk, kurag
percaya diri, dan tidak menatap lawan bicara.
3) Peran: hubungan dan peran keluarga, teman dan masyarakat kurang baik,
pasien serig menunduk saat diajak bicara
4) Ideal diri: klien tampak selalu menunduk saat diajak bicara
5) Harga diri: klien mengatakan kurang percaya diri dan tertekan selalu
disalahkan orangtuanya dikarenakan tidak dapat memenuhi tuntutan
orangtuanya
5. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti : orang tua
b. Peran serta kegiatan kelompok/ masyarakat : klien suka merenung, mengurung
diri di dalam kamar dan tidak mau bertemu dengan siapapun.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Klien merasa tidak
bergunalagi bagi orang lain terutama bagi orang tuannya.
6. Spiritual
Klien mengikuti ibadah yang ada di musollah panti tersebut tetapi terkadang hanya
berdiam diri saja
7. Status mental
Jelaskan : rambut klien rapi, pasien tidak mandi dan mengganti bajunya
selama 3 hari, klien hanya mencuci muka saat pagi saja
Saat bercerita tentang masalahnya klien tidak terdapat perubahan raut wajah
pada saat ada stimulus menyenangkan atau menyedihkan
Saat berinteraksi klien hanya menunduk dan tidak mau menatap mata perawat
f. Proses Pikir
1) Arus fikir : bloking
Klien cenderung bloking saat berbicara ( pembicaraan terhenti tiba-tiba
tanpa gangguan dari luar kemudian dilanjutkan kembali )
2) Bentuk pikir : ostitik
Klien sering berpikir berupa fantasia atau lamunan untuk memuaskan
keinginan yang tidak bisa dicapainya
3) Isi Pikir
- Pikiran rendah diri : klien selalu menyalahkan dan menghina dirinya
sendiri
- Rasa bersalah : pengungkapan diri negatif
- Pesimis : berpandangan bahwa masa depannya suram karena usahanya
selama ini tidak bisa memenuti tuntutan keluarganya
a. Tingkat kesadaran : Composmentis
Klien sadar sepenuhnya, tidak ada gangguan orientasi terhada tempat, waktu,
dan orang
b. Tingkat konsentrasi : menurun
Klien serig meganggap dirinya tidak mampu dan takut untuk berinteraksi
c. Kemampuan penilaian atau pengambilan keputusan
Klien tidak bisa mengambil keputusan sendiri karena selalu menganggap
dirinya tidak mampu dan takut gagal
d. Daya tilik
Mengingkari penyakit yang diderita : klien tidak menyadari gejala penyakit
(perubahan fisik dan emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu pertolongan
orang lain
DO:
- Saat komunikasi pasien tidak melakukan kontak mata
- Pada saat berbicara selalu menunduk
- Bicara lambat dan suara pelan
- Klien bicara jika ada yang mengajak bicara.
- Ekspresi pasien cenderung datar
DS Isolasi Sosial
- Klien mengatakan lebih suka menyendiri
- Klien mengatakan sulit bila memulai pembicaraa
DO
- Klien kesulitan dalam berkomunikasi
dengan teman.
- Klien tidak bisa memulai pembicaraan.
- Kontak mata klien kurang saat berkomunikasi
DS: Peran Individu
- Klien mengatakan dirinya sudah lama tidak Tidak Efektif
bekerja
DO
- Klien merasa tidak berguna karena sudah lama
tidak bekerja.
A. PROSES KEPERAWATAN
Kondisi klien: pengasuh mengatakan sdr.A menjadi tertutup. Sering ingin merasa
takut, setiap didatangi orang tidak dikenal selalu menundukkan kepala, berbicara
lambat dengan suara lemah,kontak mata kurang, dan ekspresi waja klien tampak
dattar
Diagnosa keperawatan: gangguan konsep harga diri rendah kronis
Tujuan khusus:
a. TUK 1: Pasien dapat membina hubungan saling percaya.
b. TUK 2 : Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
c. TUK 3 : Pasien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
Tindakan keperawatan SP 1:
a. Bina hubungan saling percaya (BHSP)
1) Sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal
2) Perkenalkan diri dengan sopan
3) Tanyakan nama pasien
4) Jelaskan tujuan pertemuan
5) Tunjukkan sikap empati dan menerima pada apa adanya
6) Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasarpasien.
b. Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien.
2) Setiap bertemu pasien dihindarkan dari memberi penilaian negatif.
3) Utamakan memberi pujian yang realistic
c. Pasien dapat menilai kemampuan yang digunakan
1) Diskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat digunakan
selama sakit.
2) Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaan.
B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. Tahap orientasi
1) Salam terapeutik
“ Selamat pagi, perkenalkan nama saya Meilani Misnengria biasanya
dipanggil meilani. Saya mahasiswa dari Stikes Bina Sehat PPNI
Mojokerto. Kalau boleh tahu nama saudara siapa ? dan senangnya
dipanggil apa ?”.
2) Evaluasi / Validasi
“ Bagaimana perasaan saudara pagi ini ? Apakah saudara masih ingat
kenapa dibawa ke sini ?”.
3) Kontrak
- Topik : saudara bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang
kemampuan atau hal- hal positif yang biasanya anda
lakukan?
- Tempat : saudara ingin bercakap-cakap dimana ? Bagaimana
jika di taman rumah sakit saja.
- Waktu : saudara ingin bercakap-cakap berapa lama ?
Bagaimana kalau 15 menit saja?
4) Tahap Kerja
- Saudara. A, kalau saya boleh tahu kegiatan apa saja yang biasanya
anda lakukan di rumah? Atau hobi saudara itu apa saja ?” (sambil
membuat daftar)
- “Oh saudara suka meluki dan membaca. Bagus sekali dan sangat
kreatif.
- Kira- kira dari hobi yang saudara sebutkan tadi, mungkin ada hobi lain
yang biasanya saudara lakukan,?
- Jadi saudara suka bermain musik? Kira- kira dari hobi yang telah
disebutkan oleh saudara tadi, mungkin dapat kita lakukan
sekarang.Bagaimana jika kita melukis?
- “ Oh, saudara sudah capek ya. Kalau begitu kita lakukan nanti saja.
Apakah saudara setuju ?”
5) Tahap Terminasi
1) Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan saudara setelah berbincang-bincang sebentar dengan
saya?
2) Evaluasi Objektif
Apa saja tadi kemampuan atau kebiasaan yang saudara lakukan sehari-
hari di rumah? Bagus sekali, ada kemampuan positif yang biasanya anda
lakukan di rumah.
6) Rencana Tindak Lanjut
“ Baiklah, nanti kita akan berlatih kegiatan yang sudah kita sepakati. Tapi,saya
harapkan saudara mencoba mengingat – ingat lagi kegiatan lain yang ingin
dilakukan selama ini.
7) Kontrak
- Topik
“ Baiklah, saya rasa cukup perbincangan kita untuk pertemuan kali ini.
Nanti akan kita lanjutkan untuk melatih kegiatan yang telah kita sepakati
pada pertemuan berikutnya.”
- Tempat
Saudara ingin melakukan kegiatan melukis dimana? Bagaimana kalau di
tempat yang sama ?
- Waktu
Menurut saudara,enaknya nanti jam berapa kita melakukan kegiatan
melukis? Bagaimana jika besok jam 09.00 WIB? Baiklah terima kasih
saudara atas kerjasamanya, sampai jumpa nanti.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN ( SPTK )
PERTEMUAN KE 2
4) Tahap kerja
- Ini daftar kegiatan saudara yang kita bicarakan tadi pagi, apakah masih
ada kemampuan lain yang belum kita bicarakan?
- Nah, coba kita liat satu- persatu dari daftar kemampuan saudara. Menurut
saudara kemampuan apa yang masih bisa saudara lakukan di rumah
sakit? dan bisa kita latih sekarang?
- Oh saudara memilih untuk menggambar desain. Peralatan apa saja yang
saudara butuhkan untuk melukis?
- Ini kertas dan pensilnya. saudara bisa mulai menggambar sekarang
(perawat memberi dukungan pada klien untuk melukis).
- Wah… bagus sekali dan sangat kreatif lukisan saudara. Saya senang
melihatnya.
5) Tahap Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
- Bagaimana perasaan bapak setelah melakukan kegiatan melukis tadi?”
b. Evaluasi Objektif
- Klien bisa menyebutkan kembali peralatan yang digunakan untuk melukis
dan menceritakan arti dari gambar tersebut
A. Proses Keperawatan
Kondisi : Klien telah mengetahui beberapa kemampuan dan aspek positif yang
dimilikinya. klien lebih kooperatif dengan lingkungan.
Diagnosa : Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah
Tujuan :TUK 4 : Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki.
TUK 5 : klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan
kemampuannya.
Tindakan Keperawatan SP 3 (Pasien)
1) Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 dan 2)
2) Memilih kemampuan kedua yang dapat dilakukan
3) Melatih kemampuan yang dipilih
4) Masukkan jadwal kegiatan pasien
B. Strategi Komunikasi
1. Tahap Orientasi
1) Salam Terapeutik
“ Selamat pagi, bagaimana keadaan hari ini? saya lihat saudara pagi ini
sudah mulai segar?”
2) Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan saudara pagi ini ?
Apakah masih ingat dengan kegiatan yang saudara lakukan kemarin sore?
3) Kontrak
- Topik :
Nah, kalau kemarin saudara menggambar, sekarang kita akan latih
lagi kemampuan bapak yang lain. Apakah saudara setuju?
- Tempat :
Saudara ingin kita bercakap- cakapnya dimana? Bagaimana jika
di Taman belakang rumah sakit aja?
- Waktu :
Kira-kira saudara butuh waktu berapa lama? Bagaimana kalau 15
menit saja?
4) Tahap Kerja
- Ini daftar kegiatan saudara yang kita bicarakan kemarin. Yang ini
sudah kita lakukan kemarin. Sekarang saudara pilih kegiatan mana yang
akan kita lakukan?
- “Apa yang sdr. A rasakan selama sdr. R dirawat disini? O…R merasa
sendirian?
- “Siapa saja yang A kenal diruangan ini? “ohhh…belum ada yang kenal
- “Apa yang menghambat A dalam berteman atau bercakap-cakap
dengan pasien yang lain?” jadi, Sdr A tidak pernah mengikuti kegiatan
bersama pasien yang lain serta menarik diri dari lingkungan, karena
merasa takut dengan pasien yang ada disekitarnya yang menganggapnya
aneh & tidak bisa berinteraksi, akhirnya ia menarik diri dari lingkungan
yang ada disini.
- “Menurut A apa saja keuntungannnya kalau kita mempunyai teman?
Ada teman bercakap-cakap”.
- “Wah benar, ada teman bercakap-cakap. Apa lagi? Bisa bertukar pikiran
(sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) nah kalau kerugiannya
tidak mempunyai teman apa ya sdr. A? ya, apa lagi? (sampai pasien
dapat menyebutkan beberapa) jadi banyak juga ruginya tidak punya
teman ya. Kalau begitu, sdr. A ingin belajar bergaul dengan orang lain?
Apa sdr. A bersedia?”
1. Tahap Terminasi
1) Evaluasi subyektif:
“Bagaimana perasaan sdr. A setelah kita bercakap-cakap tadi?”
2) Evaluasi obyektif:
“Sdr. A tadi sudah menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang ain
dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain dengan baik sekali”
2. Rencana tindak lanjut:
“Baiklah, nanti kita akan berlatih kegiatan yang sudah kita sepakati. Tapi saya
berharap, dipertemuan selanjunya sdr. A dapat mengingat-ngingat yang kita
bicarakan tadi.”
3. Kontrak:
- Topik
‘Baiklah, karena waktunya sudah habis. Bagaimana kalau pertemuan
selanjunya kita belajar berkenalan dengan orang lain?” apakah sdr. R
bersedia?”
“Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan harianya.”
- Tempat
“Saudara A ingin berlatih berkenalan dimana?” Bagaimana kaalau ditempat
yang sama?”
- Waktu
“Menurut sdr. A Mau jam berapa belatih berkenalannya?” bagaimana Besok
pagi jam 10.00 saya akan datang kesini untuk mengajak sdr. A berlatih
berkenalan. Bagaimana, sdr. A mau kan?” “Baiklah, sampai jumpa. Selamat
pagi”
DAFTAR PUSTAKA
Amin Hua Nurarif, S., & Hardi kusuma, S. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawataan
Berdasarkan Diagnosa MedisDan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: Mediactions jogja.
Anna Keliat, Budi, dkk.1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.