Anda di halaman 1dari 28

Sumber adalah asal sesuatu

 Sumber hukum Islam adalah asal (tempat


pengambilan) hukum Islam
 Dalam sumber
kepustakaan hukum Islam,
hukum Islam sering pula
disebut dengan dasar hukum
atau dalil hukum
ََّ ‫ٌَا أَ ٌُّ َها ا َّل ِذٌنَ آ َم ُنوا أَطِ ٌ ُعوا‬
‫َّللا َوأَطِ ٌ ُعوا‬
ً‫ازعْ ُت ْم ِف‬ َ ‫سول َ َوأُولًِ ْاْلَ ْم ِر مِن ُك ْم َفإِن َت َن‬ ُ ‫الر‬
َّ
‫ُول إِن ُكن ُت ْم‬ِ ‫س‬ ‫الره‬ ‫و‬َ ‫ه‬
‫َّللا‬
ِ ‫َشًْ ٍء َف ُر ُّدوهُ إِ َلى‬
ُ‫ك َخ ٌْ ٌر َوأَحْ َسن‬ ِ ‫ون ِب ه‬
َ ِ‫اَّلل َو ْال ٌَ ْو ِم ْاْل ِخ ِر َذل‬ َ ‫ُت ْؤ ِم ُن‬
‫وٌلا‬ ْ‫َتأ‬
ِ
"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan
taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah
dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu)
dan lebih baik akibatnya.”
‫اب َ ِ‬
‫هللا‪َ،‬‬ ‫ض َ ِب ِكتَ َِ‬ ‫ل َقَضَ ا ٌء‪َ ،‬قَا ََل َ َأ ْق ِ َْ‬ ‫ض َ َ ََ‬
‫ض َإ َذإ َ َع َر َ َ‬ ‫ف َتَ ْق ِ َْ‬ ‫َك ْي َ َ‬
‫هللا‪َ،‬قَا ََلَفَ ِب ُس نَّ َِةَ َر ُس ْو َِلَ ِ‬ ‫ِ‬
‫هللا‪َ،‬قَا ََلَ‬ ‫ابَ ِ‬ ‫قَا ََلَفَا َْنَلَ َْمَ َ َِت َْدَ ِ َفَ ِك َت َِ‬
‫ِ‬
‫هللا‪َ ،‬قَا ََل َ َأ ْج َ َِتدَُ َ َر ْأ ِ َْي َ َو ََل َأٓلُ ْو‪َ،‬‬
‫فَا َْن َلَ َْم َ َ َِت َْد َ ِ َف َ ُس نَّ َِة َ َر ُس ْو َِل َ ِ‬
‫ِ‬
‫هللا َعَلَ ْي َِه َ َو َس َََّّل َ َص ْد َر ُه‪َ َ ،‬وقَا ََلَ‬ ‫ّل َ َُ‬ ‫هللا َ َص َّ َ‬ ‫ب َ َر ُس ْو َُل َ َِ‬ ‫َض ََ‬ ‫فَ َ َ‬
‫هللا َ ََوَ‬
‫ض َ َُ‬ ‫هللا َ ِل َما َيُ ْر ِ َ‬ ‫لل َ ّ ِإّل َْي َ َوف َّ ََق َ َر ُس ْو ََل َ َر ُس ْو َِل َ َِ‬
‫إحلَ ْمدُ َِِ َ َِ‬
‫َر ُس ْو َُُل (روإهَ ٔأمحدَو ٔأبوَدإودَوَإلرتمذى)‪.‬‬
Ketika Rasulullah mengutus Mu‘adz bin Jabal
menjadi gubernur di Yaman, beliau bertanya
kpdnya, ―Dengan pedoman apa engkau akan
memutus sesuatu urusan ?‖ Jawab Muadz :
dengan Kitabullah.
Tanya Rasul : kalau tidak ada dalam Al
Quran?
Jawab Muadz : dgn sunnah Rasulullah
Tanya Rasul : kalau dlm sunnah jg tdk ada?
Jawab Muadz : sy berijtihad dgn pikiran sy
Sabda Rasul : Maha suci Allah yg telah
memberikan bimbingan kpd utusan Rasul-
Nya, dgn satu sikap yg disetujui Rasul-Nya.
(HR Abu Dawud dan Turmudzi)
Berdasarkan QS An Nisa dan hadits ttg
Muadz dpt disimpulkan bahwa :
1. Sumber hukum Islam ada 3 yaitu Al
Quran, As Sunnah dan Ijtihad (akal
pikiran)
2. Dalam penggunaan ketiga sumber
tersebut maka diprioritaskan yang
pertama, baru kemudian yang kedua
dan yang ke-3 dlm memecahkan suatu
permasalahan hukum yang tidak
terdapat secara eksplisit dalam 1 dan
2
Definisi:
- Secara Etimologis: bersungguh-sungguh
‫ِاجْ َت َه َد – ََ ٌَجْ َت ِه ُد – ِاجْ ِت َها ٌد‬

- Secara Terminologis:
Menurut Syaikh Abdul Wahab Khallaf:

َ ِ‫اإلِجْ ِت َها ُد ه َُو َب ْذ ُل ْال ُج ْه ِد لِ ْلوُ ص ُْو ِل إ‬


ْ‫لً الح ُْك ِم ال َشرْ ِعًِّ ِمن‬
‫ص ٌْلًٍِّ ِم َن اِلَ ِدله ِة ال هشرْ ِع هٌ ِة‬
ِ ‫دَ لٌِ ٍْل َت ْف‬
Artinya: “Ijtihad adalah pencurahan daya
kemampuan untuk menghasilkan hukum
(berdasarkan) dalil-dalil “syara‟” yang detail.”
1. Firman Allah SWT dalam QS Al-Anbiya': 7 ,

‫ُون‬ ِّ ‫اسأَلُوا أَ ْه َل‬


َ ‫الذ ْك ِر إِ ْن ُك ْن ُت ْم َل َت ْع َلم‬ ْ ‫َف‬
“.. maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai
“pengetahuan jika kamu tidak mengetahui”

2. Diriwayatkan oleh Umar dari Nabi Saw bersabda :,

ِ ‫َف َل ُه اَ ْج َر‬
‫ان‬ ‫اب‬
َ ‫ص‬َ َ ‫َفا‬ َ‫اج َت َهد‬
ْ ‫اَ ْل َحا ِك ُم ا َِذا‬
)‫ (بخارى و مسلم‬.‫َوا ِِن ْج َت َهدَ َفا َ ْخ َطأ َ َف َل ُه اَ ْج ٌر َوا ِح ٌد‬
“Hakim apabila berijtihad kemudian dapat mencapai
kebenaran maka ia mendapat dua pahala. Apabila ia
berijtihad kemudian tidak mencapai kebenaran, maka ia
mendapat satu pahala”.(Hadits riwayat Bukhari dan Muslim)
.”
 Masalah yang ditunjuk oleh nash yang
zhanniy, bukan yang qath’iy.
 Masalah baru yang hukumnya belum
dijelaskan oleh nash.
 Masalah baru yang hukumnya belum
diijma’kan (disepakati).
 Hukum yang ‘illatnya (alasan hukumnya)
diketahui.
Menurut Syaikh Yusuf al-Qaradawi (ahli ushul dan fikih) dalam
bukunya al-Ijtihad fi asy-Syari'ah al-Islamiyyah, ada delapan,
yaitu:
1. Memahami Al-Qur'an dengan asbab an-nuzul (sebab-sebab
turunnya ayat-ayat Al-Qur'an), ayat-ayat nasikh dan mansukh
(yang menghapuskan dan yang dihapus; Nasikh dan
Mansukh);
2. Memahami hadis, ilmu hadis dirayah-nya, hadis-hadis yang
nasikh dan mansukh, dan sebab-sebab wurud (sebab
munculnya hadis-hadis);
3. Mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang bahasa
Arab;
4. Mengetahui tempat-tempat ijmak;
5. Mengetahui ushul fikih;
6. Mengetahui maksud-maksud syariat (Maqashid Syariah);
7. Memahami masyarakat dan adat istiadatnya; dan
8. Bersifat adil dan takwa
Selain itu Al-Qardhāwi juga mengemukakan ada syarat-syarat
tambahan lain yang seyogyanya ada pada diri mujtahid, yakni
pengetahuan tentang ilmu ushuluddin, ilmu mantiq (logika), dan
cabang-cabang permasalahan fiqhiyyah—lebih-lebih dalam
konteks muqāranah (studi komparatif).
 Ijtihad mengalami masa perkembangan yang
paling pesat pada abad kedua sampai dengan
abad keempat Hijriah.
 Masa itu dikenal dengan periode pembukuan
sunah serta fikih dan munculnya mujtahid-
mujtahid terkemuka yang kemudian dikenal
sebagai imam-imam mazhab, yaitu : Imam Abu
Hanifah, Imam Malik,, Imam Syafi‘i, dan Imam
Ahmad bin Hanbal (Imam Hanbali).
Sekilas Biografi 4 Imam Mujtahid
Yang terkenal Salafsushaleh*
 Imam Abu Hanifah& Mazhabnya (Hanafiyah)
(80 H/699 M - w 150 H/769 M= 70
tahun)
 Imam Malik & Mazhabnya (Malikiyah)
(93 H/712 M – w 179 H/798 M= 86
Tahun)
 Imam Asy Syafii & Mazhabnya (Syafi‘iyah)
(150 H / 769 M - w 204 H/823 M)
 Imam Ahmad Bin Ahmad dan
Mazhabnya (Hanabilah) (164 H /783 M –
w 241 H/ 860 M)
*Sumber : Tarikh Tasyri’ Al-Islami, Syaikh Manna’ Al Qhathan)
JAWABAN :
1. KARENA MEREKA LAHIR DAN HIDUP DIMASA TERBAIK
YAKNI SALAF (3 Abad Pertama)
Dari Imran bin Hushain Ra, bahwa dia mendengar Rasulullah Saw
bersabda:
‫َخ ٌْ َر أ ُ َّمتِـً َق ْرنًِ ُث َّم ا َّل ِذ ٌْنَ ٌَلُو َن ُه ْم ُث َّم ا َّلذٌِنَ ٌَلُو َن ُه ْم‬
“Sebaik-baik umatku adalah pada masaku. Kemudian orang-orang
yang setelah mereka (generasi berikutnya), lalu orang-orang yang
setelah mereka.” (HR. Al-Bukhari)

KET :
• Masaku= Nabi dan Sahabat Ra (1 – 100 H),
• Masa setelahku = Masa Tabi’in ( 101 – 200 H), Masa Imam
Abu Hanifah & Imam Malik
• Masa Setelahku = Masa Tabi’iut Tabi’in (201 – 300 H).
Masa Imam Syafii & Imam Ahmad
1. Ijma’
2. Qiyas
3. Istihsan
4. Istishlah
5. Istishhab
6. ‘Urf
7. Syar’u Man Qablana
8. Saddudz Dzri’ah
9. Madzhab Shahabi
Definisi:
Kesepakatan ulama tentang suatu hukum
sepeninggal Nabi Muhammad Saw.

Ijma’ ada dua:


1. Ijma’ sharih: jelas pendapatnya/
mempraktikkannya.
2. Ijma’ sukuti: tidak jelas pendapatnya/diam.
Contoh ijma’:
Kesepakatan para sahabat untuk mengangkat Abu
Bakar menjadi Khalifah sepeninggal Nabi Saw.
dan kodifikasi al-Quran
 Definisi:
Menyamakan hukum suatu masalah yang belum ada
nashnya dengan hukum suatu masalah yang sudah
ada nashnya, karena adanya persamaan ‘illat.

 ‘Illat:suatu sifat yang menjadi dasar untuk


menetapkan hukum.
 Contohnya adalah :
Surat Al isra ayat 23 dikatakan bahwa perkataan
‗ah‘, ‗cis‘, atau ‗hus‘ kepada orang tua tidak
diperbolehkan karena dianggap meremehkan atau
menghina, apalagi sampai memukul karena sama-
sama menyakiti hati orang tua.
Haramnya rokok, diqiyaskan dengan segala sesuatu
yang merusak dan berbahaya bagi tubuh (QS. 2:195)
Definisi:
 Secara etimologi, istihsan berarti menganggap
baik atau mencari yang baik atau menilai
sesuatu sebagai baik.
 Sedangkan menurut istilah ushul fiqih, ialah
meninggalkan hukum yang telah ditetapkan
pada suatu peristiwa atau kejadian yang
ditetapkan berdasarkan dalil syara‘, menuju
(menetapkan) hukum lain dari peristiwa atau
kejadian itu juga, karena ada suatu dalil syara‘
yang mengharuskan untuk meninggalkannya.
Dalil yang terakhir disebut sandaran
istihsan.(Ahmad Sanusi, Ushul Fiqih)
 Dasar Hukum Istihsan
 Berdasarkan ayat al-Qur‘an yaitu ―Allah menghendaki
kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran
bagimu.‖(QS. Al-Baqarah (2): 185) dan hadis Rasulullah yakni
Anas r.a berkata ―Rasulullah SAW bersabda, sebaik-baik
agamamu adalah lebih mudah ajarannya, dan sebaik-baik
ibadah adalah yang dipahami syarat-syarat dan rukun-
rukunnya‖.
 Yang berpegang dengan dalil istihsan ialah Mazhab Hanafi
menurut mereka, istihsan sebenarnya semacam qiyas, yaitu
memenangkan qiyas khafi atas qiyas jali, karena
menetapkan hukum berdasarkan qiyas jali atau maslahah
mursalah diperbolehkan, tentulah melakukan istihsan juga
begitu karena kedua hal itu pada hakekatnya adalah sama.
Selain Mazhab Hanafi, mazhab lain yang menggunakan
istihsan ialah sebagai Mazhab Maliki dan sebagian Mazhab
Hambali.
 Pendapat istihsan menurut Mazhab Hanafi berbeda dengan
Mazhab Syafi‘i. Menurut Mazhab Hanafi istihsan ialah
semacam qiyas, dilakukan karena ada suatu kepentingan,
bukan berdasarkan hawa nafsu, sedang menurut Mazhab
Syafi‘i istihsan itu timbul karena rasa kurang enak, kemudian
pindah kepada rasa yang lebih enak.
Contohnya,
Menurut aturan syara‘, kita dilarang mengadakan
jual beli yang barangnya belum ada saat terjadi
akad. Akan tetapi menurut Istihsan, syarak
memberikan rukhsah (kemudahan atau keringanan)
bahwa jual beli diperbolehkan dengan system
pembayaran di awal, sedangkan barangnya dikirim
kemudian.
Definisi:
Menetapkan hukum berdasarkan
kemaslahatan.

Contoh:
Dalam Al Quran maupun Hadist tidak terdapat
dalil yang memerintahkan untuk membukukan
ayat-ayat Al Quran. Akan tetapi, hal ini
dilakukan oleh umat Islam demi kemaslahatan
umat. Seperti: KTP, uang, ijazah, surat nikah,
dll.
Definisi:
- Secara etimologi, istishab berarti ‫ طلب الصحبة واستمرارها‬yaitu
meminta kebersamaan, atau berlanjutnya kebersamaan
atau mencari sesuatu yang ada hubungannya
- Secara Terminologi, menurut para Ahli Ushul Fiqh yaitu :
‫استبقاءالحكم الذ ى ثبت بد لٌل فى الما ضى قا ئما فى الحا ل‬
.‫حتى ٌو جد د لٌل ٌغٌر ه‬
“Membiarkan berlangsungnya suatu hukum yang sudah ditetapkan
pada masa lampau dan masih diperlukan ketentuannya sampai
sekarang kecuali jika ada dalil lain yang merubahnya”.
Contoh:
 Seseorang yang ragu-ragu apakah ia sudah berwudhu
atau belum. Di saat seperti ini, ia harus berpegang atau
yakin kepada keadaan sebelum berwudhu sehingga ia
harus berwudhu kembali karena shalat tidak sah bila
tidak berwudhu.
 Seorang perempuan yang ditinggal suaminya pergi dan
tidak ada kabar tentang suaminya tersebut tetap
sebagai isteri yang sah.
Definisi:
 Dari segi etimologi al-„urf berasal dari kata yang terdiri dari
huruf „ain, ra‟ dan fa‟ yang berarti kenal. Dari kata ini muncul
kata ma‟rifah (yang dikenal), ta‟rif (definisi), kata ma‟ruf (yang
dikenal sebagai kebaikan), dan kata „urf (kebiasaan yang baik).
 Adapun dari segi terminologi. Kata „urf mengandung makna:
‫ظ َت َعا‬ٌ ‫ أَ ْولَ ْف‬، ‫اع َب ٌْ َن ُه ْم‬
َ ‫اعلَ ٌْ ِه ِمنْ ُك ِّل ِفعْ ٍل َش‬ َ ُ‫ماَاعْ َتادَ هُ ا هناس‬
َ ‫وسار ُْو‬
ُ‫َرفُ ْوا إِ ْطَلَ َق ُه َعلَى َمعْ َنى َخا صِّ ل َتأَله َف ُه اللُّ َغ ُة َول ٌَ َت َبادَ ُر َغٌ َْره‬
ِ ‫ِع ْندَ ِس َم‬
‫اع ِه‬
“Sesuatu yang menjadi kebiasaan manusia, dan mereka
mengikutinya dalam bentuk setiap perbuatan yang populer di antara
mereka, ataupun suatu kata yang biasa mereka kenal dengan
pengertian tertentu, bukan dlam pengertian etimologi, dan ketika
mendengar kata itu, mereka tidak memahaminya dalam pengertian
lain.
 Urf harus tidak melanggar nilai syariat
 Ulama Hanafiyah dan Malikiyah juga berhujjah
dengan hadits nabi:
َ ‫س ًنا َف ُه َو عِ ْندَ َّللاِ َح‬
. ٌ‫سن‬ َ ‫اراَ ُه ْال ُم ْسلِ ُم ْونَ َح‬
َ ‫َم‬
“Sesuatu yang dianggap baik oleh umat islam,
termasuk suatu hal yang baik pula menurut Allah”.

Urf ada dua macam:
1. „Urf shahih, contohnya peringatan maulud Nabi
Muhammad Saw., Isra‟ Mi‟raj, dll.
2. „Urf yang fasid (rusak), contohnya kebiasaan
mabuk, labuhan, dll.
Definisi:
adalah syari‟at atau ajaran-ajaran nabi-nabi sebelum
islam yang berhubungan dengan hukum, seperti
syari‟at Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa as.

Contoh : Sebagaimana dalam surat Al-Baqaroh ayat


183:
‫ب َعلَى اله ِذٌ َْن ِمنْ َق ْبلِ ُك ْم لَ َعلَ ُك ْم‬
َ ‫ص ٌَا ُم َكما َ ُك ِت‬ َ ‫ٌن أَ َم ُنوا ُك ِت‬
ِّ ‫ب َعلَ ٌْ ُك ُم ال‬ َ ‫ٌاَاَ ٌُّ َها اله ِذ‬
َ ُ‫َت هتق‬
‫ون‬
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas
kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-
orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” )QS. Al-
Baqarah:183).
Pendapat Para Ulama tentang Syar’u Man Qablana
Menurut Jumhur Ulama yang terdiri atas ulama Hanafiyah, Malikiyah,
sebagian ulama Syafi‘iyyah dan salah satu pendapat Imam Ahmad Ibnu
Hanbal menyatakan bahwa apabila hukum-hukum syari‘at sebelum
islam itu disampaikan kepada Rasulullah SAW. Melalui wahyu, yaitu AL-
Qur‘an, bukan melalui kitab agama mereka yang telah berubah, dengan
syarat tidak ada nash yang menolak hukum-hukum itu, maka umat
islam terikat dengan hukum-hukum itu
Macam-Macam Syar’u Man Qablana
Syar‘u Man Qablana dibagi menjadi dua bagian. Pertama, setiap hukum
syariat dari umat terdahulu namun tidak disebutkan dalam Al-quran
dan Sunnah. Ulama‘ sepakat bahwa macam pertama ini jelas tidak
termasuk syariat kita. Kedua, setiap hukum syariat dari umat terdahulu
namun disebutkan dalam Al-quran dan Sunnah. Pembagian kedua ini
diklasifikasi menjadi tiga, yaitu:
 1. Dinasakh syariat kita (syariat islam). Tidak termasuk syariat
kita menurut kesepakatan semua ulama. Contoh : Pada syari‘at nabi
Musa As. Pakaian yang terkena najis tidak suci. Kecuali dipotong apa
yang kena najis itu.
 2. Dianggap syariat kita melalui al-Qur‘an dan al-Sunnah. Ini
termasuk syariat kita atas kesepakatan ulama. Contoh : Perintah
menjalankan puasa.
 3. Tidak ada penegasan dari syariat kita apakah dinasakh atau
dianggap sebagai syariat kita.
Definisi:
Secara etimologis, kata as-sadd )ُّ‫السد‬
َّ ) Sadd artinya menutup
atau menyumbat, sedangkan zara‘i artinya pengantara
Secara terminologi adalah menetapkan hukum larangan atas
suatu perbuatan tertentu yang pada dasarnya diperbolehkan
maupun dilarang untuk mencegah terjadinya perbuatan lain
yang dilarang
Contoh:
 Adanya larangan meminum minuman keras walaupun hanya
seteguk, padahal minum seteguk tidak memabukan.
 Dilarang belajar main kartu karena mengarah ke perjudian,
 Zina hukumnya haram, maka melibat aurat wanita yang
menghantarkan kepada perbuatan zina juga merupakan
haram
 Shalat jum,at merupakan kewajiban maka meninggalkan
segala kegiatan untuk melaksanakan shalat jum‘at wajib
pula hukumnya.
 dll.
Definisi:
 Hukum yang ditetapkan oleh sahabat Nabi Muhammad
Saw.
 Pendapat sahabat Rasulullah SAW. tentang suatu kasus
dimana hukumnya tidak dijelaskan secara tegas dalam
Al-Qur‘an dan sunnah Rasulullah.
 Abu Hanifah menyetujui pernyataan tersebut dan
berkata, ―Apabila saya tidak mendapatkan hukum
dalam Al-Qur‘an dan sunah, saya mengambil pendapat
para sahabat yang saya kehendaki dan saya
meninggalkan pendapat orang yang tidak saya
kehendaki. Namun, saya tidak keluar dari pendapat
mereka yang sesuai dengan yang lainnya‖.
DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai