Anda di halaman 1dari 2

Nama : Ratu Diah Sinta Wardani

Nim : 191151018
Kelas : D3 Kebidanan/4
Artikel Kesehatan Ibu dan Anak serta Pentingnya Peran Ibu dalam Tumbuh Kembang Anak

Menurut WHO dalam Early Childhood: Development and Disability berikut adalah faktor-
faktor yang mempengaruhi perkembangan anak:

 Tingkat kemiskinan (Poverty)


 Stigma dan diskriminasi masyarakat ataupun keluarga
 Interaksi orang tua dan anak
 Institutionalization (tata cara yang berlaku di negara atau tempat tinggal)
 Kekerasan, pemanfaatan, eksploitasi, dan pengabaian pada anak
 Humanitarian situation (situasi kemanusiaan yang ada di wilayah tempat tinggal)
 Akses terhadap sarana dan prasarana yang terbatas

Demi tercapainya perkembangan anak yang optimal dibutuhkan peran pemerintah dalam
membentuk kebijakan serta memaksimalkan pelayanan kesehatan serta sarana dan prasarana
pendidikan yang dibutuhkan untuk menunjang tumbuh kembang anak. Selain itu, peran
lingkungan dan keluarga khususnya orang tua sangatlah penting dalam membentuk fungsi
sosial anak.

Peran ibu dalam mendidik anak, membentuk karakter, dan keberhasilan tumbuh kembang
anak dinilai lebih besar dari pada ayah ataupun anggota keluarga lainnya. Hal ini disebutkan
atas dasar asumsi bahwa ibu memiliki waktu tatap muka dengan anak relatif lebih banyak
daripada anggota keluarga lainnya. Namun, dewasa ini dual carrier family semakin
meningkat. Dimana ibu juga turut berperan dalam mencari nafkah, sehingga peran ibu dalam
menstimulasi perkembangan anak akan berbeda dengan ibu yang tidak bekerja. Partisipasi
ibu yang bekerja di Indonesia meningkat menjadi 47,24% pada 2010.

Peran merupakan perilaku/ sikap yang diharapkan sesuai dengan posisi/ fungsi sosial yang
diberikan. Sebagai ibu selaiknya berperan sebagai pendidik pertama dan utama dalam tumbuh
kembang anak. Pada penelitian yang dilakukan oleh Efa Imama, et.al tentang “Perbedaan
Peran Ibu dalam Stimulasi Perkembangan Anak Usia Pra Sekolah pada Ibu Bekerja dan
Tidak Bekerja di Wilayah Kerja Puskesmas Banyu Urip, Surabaya” didapatkan hasil bahwa,
kelompok ibu yang bekerja mendapatkan hasil peran stimulasi perkembangan anak pra
sekolah paling banyak pada hasil cukup, kemudian kurang, dan yang terkecil adalah hasil
baik. Ibu yang bekerja paling sering melakukan stimulasi sosial dan kemandirian daripada
perkembangan motorik halus dan bahasa. Hal ini disebabkan oleh ibu yang sibuk bekerja
seringkali merasa lelah saat pulang ke rumah, sehingga akan sulit menemukan cara kreatif
untuk berbagi keceriaan dengan anak termasuk di akhir pekan. Padahal hal-hal kecil yang tiap
hari dilakukan oleh ibu yang tidak bekerja bersama dengan anaknya nyatanya memiliki
dampak yang cukup besar dalam perkembangan dan komunikasi serta fungsi sosial bagi
anak.

Sedangkan pada ibu yang tidak bekerja mendapatkan hasil baik dan cukup secara seimbang
dan sangat sedikit yang hasilnya kurang dalam memenuhi perannya. Stimulasi perkembangan
anak pra sekolah yang dilakukan oleh ibu yang tidak bekerja adalah sama/ seimbang antara
stimulasi motorik, bahasa, sosial, ataupun kemandirian. Hal ini dapat terjadi karena ibu yang
tidak bekerja memiliki waktu luang yang lebih banyak dihabiskan untuk berinteraksi dengan
anaknya. Selain itu, hubungan emosional dan kedekatan antara ibu dan anak juga bisa
terjalin.
Stimulasi yang dimaksud dalam perkembangan anak pra sekolah antara lain:

 Menemani anak bermain


 Melatih anak dengan berbagai permainan edukatif
 Mengajari anak berbagai hal baru
 Menemani anak dalam setiap kegiatan

Anak yang mendapatkan stimulasi lebih banyak dan berulang pada setiap aspek akan
memberikan kesempatan pada anak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal.

Referensi :

 Efa Imama NM, Makhfudli, Elida U, 2013, Perbedaan Peran Ibu dalam Stimulasi
Perkembangan Anak Usia Prasekolah pada Ibu Bekerja dan Tidak Bekerja di Wilayah
Kerja Puskesmas Banyu Urip Surabaya, Fakultas keperawatan, Universitas Airlangga,
Surabaya.
 Shamsa Samani, Salma Rattani, Xaher Gul, Nousheen Pradhan, MOTHER’S ROLE
IN CHILD DEVELOPMENT, Khan University.
 WHO, UNICEF, 2012, Early Childhood: Development and Disability; A discussion
paper, Inis Communication, Malta.

Anda mungkin juga menyukai