Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Ilmu Manajemen Volume 7 Nomor 4 – Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Negeri Surabaya 2019


PENGUNGKAPAN ENTERPRISE RISK MANAGEMENT PADA BANK
KONVENSIONAL DI BURSA EFEK INDONESIA

Rachel Adinda Oktavia


Universitas Negeri Surabaya
racheloktavia@mhs.unesa.ac.id
Yuyun Isbanah
Universitas Negeri Surabaya
yuyunisbanah@unesa.ac.id

Abstract

This study aim to analyze the influence of good corporate governance, auditors reputation, risk committee,
ownership concentration, and chief risk officer on enterprise risk management disclosure in conventional banks
on the Indonesia Stock Exchange. The samples used in this research are 59 conventional banks listed on the
Indonesia Stock Exchange from 2013-2017. This research used multiple linear regression analysis with SPSS 23
to test the hypothesis. The result shows that auditors reputation, board size, audit committee, and risk committee
had significant influence toward enterprise risk management disclosure but public ownership, institutional
ownership, chief risk officer and ownership consentration didn’t had significant influence toward enterprise risk
management disclosure.

Keywords: audit committee; auditors’ reputation; board size; enterprise risk management; risk committee.

PENDAHULUAN mewajibkan bank umum untuk membentuk


Komite Pemantau Risiko. Regulasi ketat yang
Perusahaan selalu mengalami perkembangan mengatur penerapan manajemen risiko
dalam aktivitas bisnisnya. Dengan berbagai diwajibkan bagi bank konvensional agar
perkembangan dari kompleksitas bisnis di pelaksanaan program manajemen risiko dapat
perusahaan, maka tidak dapat terlepas dari terlaksana dengan baik (Agista & Mimba,
hambatan atau risiko yang dihadapi. 2017).
Perusahaan akan tergerak untuk melakukan
suatu pengendalian risiko dikarenakan adanya Regulasi ini dilatarbelakangi adanya berbagai
hambatan-hambatan risiko yang dihadapi kasus mengenai pemanipulasian laporan
(Wijananti, 2015). Sehingga, perusahaan keuangan perusahaan yang kerap terjadi dan
melaksanakan program enterprise risk merugikan para stakeholder. Laporan keuangan
management yang dilakukan untuk mengatur perusahaan dimanipulasi oleh manajemen
semua risiko serta melakukan suatu perusahaan dengan cara laba ditinggikan agar
pengendalian risiko yang kemudian akan perusahaan mendapatkan kreditur, laba
dievaluasi sebagai bentuk pertanggungjawaban direndahkan agar perusahaan mendapatkan
perusahaan dalam mengelola risiko yang pajak yang rendah. Hal ini sangat merugikan
dihadapi (Manurung & Kusumah, 2016). para stakeholder karena para pemegang saham
tidak mendapatkan transparansi informasi
Perusahaan yang telah menerapkan program tentang hal-hal yang benar terjadi di
manajemen risiko akan mendukung perusahaan. Sehingga, dampak yang
pelaksanaan pengungkapan enterprise risk ditimbulkan dari pemanipulasian laporan
management. Perkembangan enterprise risk keuangan perusahaan adalah stakeholder tidak
management meningkat dilandasi dengan dapat mengambil keputusan yang benar untuk
adanya regulasi yang diterbitkan oleh Bank berinvestasi (Sulistyaningsih & Gunawan,
Indonesia No 5/8/PBI/2003 tentang penerapan 2016).
manajemen risiko di bank umum. Kemudian,
Bank Indonesia juga menerbitkan peraturan Dalam upaya meminimalisir adanya
kembali yaitu Peraturan Bank Indonesia No kecurangan dalam pelaporan keuangan
81/PBI/2006 yang mengatur tentang penerapan perusahaan, Bank Indonesia memiliki strategi
tata kelola perusahaan bagi bank umum dengan yaitu dengan menerbitkan peraturan untuk

954
Jurnal Ilmu Manajemen Volume 7 Nomor 4 – Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Surabaya 2019
mewajibkan bank umum dalam penerapan keberadaan regulasi di sektor keuangan
prinsip Good Corporate Governance dan meningkatkan kematangan implementasi
penerapan manajemen risiko agar dalam manajemen risiko di Indonesia. Bank
pelaporan keuangan perusahaan, bank umum merupakan sub sektor yang pertama kali
tidak melakukan manipulasi terkait informasi regulasinya diterapkan mengenai penerapan
keuangan dan juga mengungkapkan risiko- Good Corporate Governance bagi bank umum
risiko yang sedang dihadapi agar para dengan pembentukan komite pemantau risiko.
stakeholder bisa mengambil keputusan yang Adanya risiko yang dihadapi bank, sehingga
tepat dalam berinvestasi. Regulasi yang penilaian transparansi informasi sangat penting
mewajibkan bank umum ini mempengaruhi terutama pada perusahaan sektor keuangan.
tingkat kematangan manajemen risiko sektoral. Sehingga, bank yang merupakan sub sektor
Kematangan manajemen risiko dinilai dari keuangan adalah sektor yang memiliki tingkat
bagaimana perusahaan dapat mengelola dan kematangan manajemen risiko lebih tinggi
mengevaluasi manajemen risiko di dalam karena adanya regulasi dibanding sektor
kegiatan usahanya. Perusahaan dikatakan lainnya (Zakiyah & Gunawan, 2017).
memiliki tingkat kematangan manajemen risiko
apabila perusahaan memiliki regulasi mengenai KAJIAN PUSTAKA DAN
pengelolaan manajemen risiko yang baik dan PENGEMBANGAN HIPOTESIS
telah melakukan pengungkapan manajemen
risiko. Ketika tingkat kematangan manajemen Agency Theory
risiko semakin tinggi, bisa dikatakan kinerja Kristiono, Zulbahridar, & Azhar (2014)
perusahaan semakin baik dalam mengelola berpendapat bahwa manajemen yang
manajemen risiko (Meizaroh & Lucyanda, merupakan pihak agent cenderung mempunyai
2011). Berikut ini merupakan grafik tingkat lebih banyak informasi yang dibutuhkan oleh
kematangan manajemen risiko sektoral periode stakeholder yang merupakan pihak principal.
2017 yang dijelaskan pada gambar 1. Informasi-informasi dibutuhkan bagi
stakeholders dalam pengambilan keputusan
Kematangan Manajemen Risiko Sektoral investasi.

Keuangan Manufaktur Pertambangan Manajemen perusahaan berusaha memenuhi


Jasa Lain Pertanian Pergudangan kebutuhan informasi dengan melakukan
Jaminan Sosial Real Estate Perdagangan program enterprise risk management secara
4,63 4,58 4,32 4,3 4,21
3,73 3,67 3,33
efektif. Dengan melakukan program
2,8 manajemen risiko, perusahaan dapat
meningkatkan nilai perusahaan dan juga
Persentase
menurunkan biaya agensi karena program
manajemen risiko dapat membantu
Sumber: CRMS Indonesia, 2017 stakeholders dalam menentukan berbagai
Gambar 1. KEMATANGAN MANAJEMEN kebijakan untuk berinvestasi (Zakiyah &
RISIKO SEKTORAL Gunawan, 2017).

Berdasarkan pada gambar 1, menunjukkan Signalling Theory


bahwa tingkat kematangan manajemen risiko Teori ini muncul karena adanya permasalahan
setiap sektor berbeda-beda. Dari hasil tersebut, asimetri informasi yang terjadi dari pihak
menunjukkan bahwa sektor keuangan memiliki stakeholders dengan pihak manajemen. Dalam
rata-rata tingkat kematangan manajemen risiko teori sinyal mengemukakan bahwa perusahaan
lebih tinggi dari sektor lainnya yaitu 4,63%. tergerak untuk melakukan suatu keterbukaan
Sektor-sektor yang memiliki regulasi ketat informasi kepada pihak luar (Setiawan, 2016).
mengenai manajemen risiko seperti sektor
keuangan memiliki rata-rata tingkat Perusahaan menggunakan signalling theory
kematangan yang lebih tinggi dibandingkan agar mendapatkan suatu citra dan reputasi
sektor lain yang belum diregulasi seperti sektor perusahaan dan disertai dengan nilai
real estate, pergudangan, atau pertanian. Hal perusahaan yang meningkat. Pengungkapan
ini mengindikasikan bahwa, efektifitas enterprise risk management akan menunjukkan

955
Rachel Adinda Oktavia & Yuyun Isbanah. Pengungkapan Enterprise Risk Management pada Bank
Konvensional di Bursa Efek Indonesia

suatu sinyal yang baik dikarenakan perusahaan menggunakan jumlah saham yang dimiliki
telah menerapkan prinsip transparan informasi masyarakat kemudian dibagi dengan jumlah
yang merupakan prinsip good corporate saham yang beredar dengan rumus (2) seperti
governance (Zakiyah & Gunawan, 2017). berikut.
Saham yang dimiliki publik
Stakeholder Theory KP = x 100 ................. (2)
Total saham yang beredar
Stakeholder theory mengasumsikan bahwa
perusahaan di dalam menjalankan suatu Kepemilikan Institusional
kegiatan operasional usahanya, tidak hanya Kepemilikan institusional adalah kepemilikan
mementingkan suatu tujuan ataupun berbagai saham yang dimiliki oleh pemegang saham
strategi yang harus dilakukan, namun juga yang merupakan suatu institusi seperti institusi
harus mempertimbangkan manfaat yang akan keuangan, pemerintah, institusi berbadan
dirasakan oleh pihak stakeholder (Zakiyah & hukum dan lainnya (Wijananti, 2015). Menurut
Gunawan, 2017). Fitriyani (2010), untuk menghitung
kepemilikan institusional yaitu dengan
Pengungkapan risiko oleh perusahaan sangat menggunakan jumlah saham yang dimiliki
berguna bagi para stakeholder untuk pemilik saham institusi dibagi jumlah saham
pengambilan keputusan dalam menanamkan yang beredar dengan rumus (3) seperti berikut.
saham. Dengan mengungkapkan informasi,
perusahaan juga turut mendukung pelaksanaan 𝐾I =
𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑖 𝑖𝑛𝑠𝑡𝑖𝑡𝑢𝑠𝑖
𝑥 100 ............. (3)
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟
enterprise risk management yang sangat
berguna untuk memenuhi kebutuhan informasi
bagi para stakeholder (Kristiono et al., 2014). Ukuran Dewan Komisaris
Tugas dan wewenang dari dewan komisaris
Enterprise Risk Management yaitu bertanggung jawab untuk menerapkan
Enterprise risk management ialah prosedur program manajemen risiko secara aktif dan
untuk mengelola risiko, mengidentifikasi mengawasi jalannya manajemen perusahaan
sampai mengevaluasi risiko agar tercapai (Zakiyah & Gunawan, 2017). Menurut
tujuan perusahaan tanpa terhambat oleh risiko- Wijananti (2015), variabel ukuran dewan
risiko tersebut serta dapat membantu komisaris dihitung dengan cara menjumlahkan
stakeholder di dalam pengambilan suatu seluruh anggota dewan komisaris yang ada di
keputusan investasi. Pengungkapan manajemen perusahaan seperti rumus (4) berikut.
risiko dapat memberikan manfaat ketika
∑UDK = Jumlah anggota dewan komisaris ....... (4)
perusahaan mengungkapkan informasi-
informasi kepada pihak yang berkepentingan
Komite Audit
sehingga para stakeholder akan mendapatkan
Komite audit bertanggungjawab sebagai
keuntungan dalam penerapan manajemen risiko
perantara antara pemegang saham dengan
(Handayani & Yanto, 2013). Menurut
dewan komisaris serta pihak manajemen dalam
Ardiansyah & Adnan (2014), pengungkapan
menangani fungsi pengendalian perusahaan
enterprise risk management dihitung dengan
(Kristiono et al., 2014). Menurut
indeks dari COSO yang menghasilkan rumus
Miftakhurahman (2015), variabel komite audit
(1) sebagai berikut.
dihitung dengan cara menjumlahkan anggota
Jumlah item yang diungkapkan komite audit di perusahaan seperti rumus (5)
ERM = .....................(1)
108 berikut.
Kepemilikan Publik ∑KOMIT = Jumlah anggota komite audit ......... (5)
Persentase kepemilikan saham yang dimiliki
oleh masyarakat merupakan kepemilikan Reputasi Auditor
publik. Semakin besar persentasi kepemilikan Reputasi auditor merupakan hal yang penting
publik yang dimiliki maka menimbulkan bagi perusahaan yang menggunakan jasa Big
tuntutan kepada perusahaan di dalam Four karena auditor yang termasuk dalam Big
mengungkapkan informasi yang dibutuhkan Four memberikan tekanan kepada perusahaan
oleh pemegang saham (Ardiansyah & Adnan, sehingga perusahaan akan meningkatkan
2014). Menurut Sulistyaningsih & Gunawan pengelolaan manajemen risiko yang akan
(2016), untuk menghitung kepemilikan publik

956
Jurnal Ilmu Manajemen Volume 7 Nomor 4 – Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Surabaya 2019
berdampak pada meningkatnya fungsi kepemilikan publik berpengaruh positif
pengawasan risiko (Handayani & Yanto, 2013). terhadap pengungkapan manajemen risiko.
Menurut Nindita & Siregar (2012), perhitungan Tetapi, hasil penelitian dari Ardiansyah &
reputasi auditor ini dilakukan dengan cara Adnan (2014) menunjukkan kepemilikan
melihat apabila perusahaan menggunakan jasa publik tidak memiliki pengaruh terhadap
auditor Big Four akan diberi nilai 1 jika tidak pengungkapan manajemen risiko.
menggunakan akan diberi nilai 0.
H1: Kepemilikan publik berpengaruh
Risk Committee terhadap pengungkapan enterprise risk
Tugas dan wewenang risk management management pada bank konvensional di
committee yaitu mengidentifikasi adanya risiko, Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017
melakukan pengelolaan risiko serta
mengevaluasi jalannya program manajemen Pemegang saham institusional mempunyai
risiko secara efektif (Miftakhurahman, 2015). wewenang untuk mengontrol pihak manajemen
Menurut Jatiningrum & Fauzi (2011), perusahaan. Di dalam persentase kepemilikan
perhitungan variabel risk committee dilakukan institusional perusahaan semakin tinggi maka
dengan melihat apabila perusahaan membentuk berdampak pada meningkatnya fungsi
risk committee sudah terpisah dari komite audit pengawasan perusahaan dalam pelaksanaan
diberi nilai 1 dan jika risk committee masih program manajemen risiko (Wijananti, 2015).
tergabung dengan komite audit diberi nilai 0. Penelitian dari Mohd Sanusi, Motjaba Nia,
Roosle, Sari, & Harjitok (2017) menunjukkan
Konsentrasi Kepemilikan hasil yang tidak berpengaruh terkait dengan
Konsentrasi kepemilikan merupakan persentase kepemilikan institusional terhadap
kepemilikan yang dominan di dalam pengungkapan manajemen risiko dan hasil
perusahaan (Agista & Mimba, 2017). Menurut penelitian dari Saidah (2014) terdapat
Handayani & Yanto (2013), rumus (6) signifikan positif terhadap pengungkapan
konsentrasi kepemilikan dapat dihitung dengan manajemen risiko.
cara sebagai berikut.
H2: Kepemilikan institusional berpengaruh
Kepemilikan saham terbesar (Rp)
OC = x 100%.........(5) terhadap pengungkapan enterprise risk
Total saham perusahaan (Rp)
management pada bank konvensional di
Chief Risk Officer Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017
Chief risk officer memiliki peran penting yaitu
bekerjasama dengan komite manajemen risiko Suatu perusahaan yang memiliki jumlah dewan
untuk mendirikan program manajemen risiko ideal maka akan dapat mengurangi pengaruh
yang efisien dan menyebarluaskan informasi manajemen yang bersifat opportunistic
risiko untuk seluruh perusahaan (Kinasih, sehingga dewan dapat melakukan fungsi
2016). Menurut Agista & Mimba (2017), pengawasan secara efektif di dalam
perhitungan variabel chief risk officer dihitung meningkatkan pengungkapan enterprise risk
dengan cara apabila di dalam suatu perusahaan management. Jumlah dewan komisaris yang
terdapat chief risk officer akan diberi nilai 1 besar memiliki insentif lebih untuk
namun jika belum terdapat chief risk officer memberikan pengawasan dalam praktik
akan diberi nilai 0. pengungkapan risiko (Ardiansyah & Adnan,
2014). Penelitian yang dilakukan Setiawan
Hubungan antar Variabel (2016) menghasilkan ukuran dewan komisaris
Semakin banyaknya kepemilikan saham publik tidak memiliki pengaruh terhadap
maka pihak yang membutuhkan informasi pengungkapan enterprise risk management.
terkait risiko yang dihadapi perusahaan akan Tetapi, dari Ashfaq, Zhang, Munaim, & Razzaq
semakin banyak. Kondisi tersebut diikuti (2016) menghasilkan ukuran dewan komisaris
dengan tekanan terhadap perusahaan yang berpengaruh yang positif terhadap
semakin besar untuk mengungkapkan informasi pengungkapan manajemen risiko.
perusahaan kepada investor (Ruwita & Harto,
2013). Penelitian dari Sulistyaningsih & H3: Ukuran dewan komisaris berpengaruh
Gunawan (2016) menunjukkan variabel terhadap pengungkapan enterprise risk

957
Rachel Adinda Oktavia & Yuyun Isbanah. Pengungkapan Enterprise Risk Management pada Bank
Konvensional di Bursa Efek Indonesia

management pada bank konvensional di (2016) yang tidak memiliki pengaruh terhadap
Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017 pengungkapan manajemen risiko.

Komite audit yang independen dapat H6: Risk committee berpengaruh terhadap
memberikan pengawasan yang baik terhadap pengungkapan enterprise risk
manajemen. Perusahaan yang memiliki management pada bank konvensional di
proporsi komite audit independen yang lebih Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017
tinggi akan berdampak pada pengungkapan
risiko yang lebih luas sehingga biaya agensi Konsentrasi kepemilikan berarti suatu
dapat dikurangi (Prastiti & Meiranto, 2013). kepemilikan saham yang lebih dominan di
Penelitian menurut Miftakhurahman (2015) dalam suatu perusahaan yang dimiliki oleh
menunjukkan hasil yang tidak berpengaruh. individu maupun institusi. Dengan adanya
Tetapi, penelitian menurut Saidah (2014) persentase kepemilikan yang besar, maka akan
menunjukkan hasil yang berpengaruh terkait memberikan kemampuan untuk mengendalikan
dengan komite audit terhadap pengungkapan manajemen dalam mengambil sebuah
enterprise risk management. keputusan, meminimalkan biaya agensi, serta
melakukan peningkatan dalam peran
H4: Komite audit berpengaruh terhadap pengawasan program manajemen risiko secara
pengungkapan enterprise risk efektif (Agista & Mimba, 2017).
management pada bank konvensional di
Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017 H7: Konsentrasi kepemilikan berpengaruh
terhadap pengungkapan enterprise risk
Reputasi auditor membantu dalam management pada bank konvensional di
pengungkapan enterprise risk management Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017
perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan
pengelolaan manajemen risiko karena Big Four Peran chief risk officer di dalam perusahaan
memberikan sebuah panduan mengenai praktik yaitu berupaya untuk menerapkan program
tata kelola perusahaan dengan baik dan juga manajemen risiko untuk membantu perusahaan
mendukung pelaksanaan pengungkapan dalam mencapai tujuan usaha dengan
enterprise risk management secara efektif menerapkan program sistem manajemen risiko
(Sulistyaningsih & Gunawan, 2016). Penelitian dengan baik (Agista & Mimba, 2017). Hasil
yang dilakukan Andarini & Januarti (2016) dari penelitian Meizaroh & Lucyanda (2011)
menunjukkan bahwa reputasi auditor tidak menunjukkan terdapat pengaruh positif antara
berpengaruh terhadap enterprise risk chief risk officer terhadap pengungkapan
management. Sedangkan penelitian dari manajemen risiko. Namun, penelitian dari
Jatiningrum & Fauzi (2011) menunjukkan Kinasih (2016) menunjukkan tidak berpengaruh
reputasi auditor berpengaruh positif terhadap antara chief risk officer terhadap pengungkapan
pengungkapan enterprise risk management. manajemen risiko.yang membantu agar
program manajemen risiko dapat berjalan
H5: Reputasi auditor berpengaruh terhadap secara efektif.
pengungkapan enterprise risk
management pada bank konvensional di H8: Chief risk officer berpengaruh terhadap
Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017 pengungkapan enterprise risk
management pada bank konvensional di
Risk committee memiliki tugas dan wewenang Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017
yaitu membentuk suatu strategi yang digunakan
risiko dapat terlaksana, mengelola risiko METODE PENELITIAN
dengan baik, menerapkan manajemen risiko
dan mengevaluasi agar dapat berjalan lebih Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
baik (Handayani & Yanto, 2013). Penelitian kausalitas untuk mengetahui adakah pengaruh
yang dilakukan oleh Handayani & Yanto variabel independen diantaranya kepemilikan
(2013) menunjukkan pengaruh yang positif publik, kepemilikan institusional, reputasi
terhadap pengungkapan manajemen risiko. auditor, konsentrasi kepemilikan, risk
Tetapi, berbeda dengan hasil penelitian Kinasih committee, ukuran dewan komisaris, chief risk
officer, komite audit terhadap variabel

958
Jurnal Ilmu Manajemen Volume 7 Nomor 4 – Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Surabaya 2019
dependen yaitu pengungkapan enterprise risk institusional sebesar 0,691, variabel ukuran
management. Populasi penelitian ini dewan komisaris sejumlah 0,733, variabel
menggunakan Bank Konvensional pada Bursa komite audit sebesar 0,102, variabel reputasi
Efek Indonesia periode 2013-2017 dengan auditor sebesar 0,938, variabel risk committee
sampel sebanyak 59 data. Penelitian ini sebesar 0,262, variabel konsentrasi kepemilikan
menggunakan purposive sampling dengan sebesar 0,414, dan variabel chief risk officer
menggunakan data yang sudah dipublikasikan sebesar 0,637. Sehingga, dikatakan bahwa
terlebih dahulu pada www.idx.co.id dan model regresi lolos dari heteroskedastisitas.
website di masing-masing bank konvensional
yang telah berbentuk laporan tahunan, serta Hasil Uji Autokorelasi
menggunakan informasi yang didapat dari Berdasarkan hasil uji autokorelasi, diketahui
website masing-masing bank konvensional. bahwa asymp. Sig 2 tailed sebesar 0,088.
Karena hasil asymp. sig 2 tailed lebih dari 0,05
Sebelum dilakukan uji hipotesis, dilakukan uji maka model tidak terdapat autokorelasi.
asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas,
uji multikolonieritas, uji heterokedastisitas, uji Hasil Uji Linieritas
autokorelasi, dan uji linieritas. Teknik analisis Berdasarkan hasil uji linieritas, didapatkan nilai
data menggunakan regresi linier berganda C2 hitung sebesar 1,298 dan nilai C2 tabel
dengan program SPSS 23. Setelah analisis sebesar 67,5481. Jika C2 hitung < dari C2 tabel
regresi linier berganda dilakukan, maka dapat maka dikatakan linier. Oleh karena itu,
dilakukan uji hipotesis yakni dengan dikatakan bahwa model memiliki bentuk linier.
melakukan beberapa uji seperti uji F, uji t, dan Setelah uji asumsi klasik, dilakukan analisis
koefisien determinasi (Ghozali, I 2016:99). regresi linier berganda dengan persamaan
regresi linier berganda pada tabel 1. dapat
HASIL DAN PEMBAHASAN dijelaskan sebagai berikut.

Hasil Uji Asumsi Klasik ERM = 0,717 + 0,015UDK + 0,007KA − 0,039RA +


Pengujian ini untuk mengetahui apakah model 0,079RC + e ............................................... (7)
regresi menunjukkan korelasi yang signifikan
maka diperlukan uji asumsi klasik. Uji asumsi Keterangan:
klasik dilakukan agar model regresi ERM = Enterprise risk management
mempunyai hasil yang baik dan dapat UDK = Ukuran dewan komisaris
dikatakan Best Linier Unbiased Estimator. KA = Komite Audit
RA = Reputasi Auditor
Hasil Uji Normalitas RC = Risk committee
Berdasarkan pada uji normalitas Kolmogorov- E = Standard error
Smirnov menunjukkan bahwa nilai asymp. sig
(2-tailed) sebesar 0,200 yang kurang dari 0,05. Hasil Uji F
Model dikatakan memenuhi asumsi normalitas Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat bahwa hasil F
dikarenakan data residual berdistribusi normal. hitung sebesar 18,636. Karena nilai F hitung
sebesar 18,636 lebih besar dari nilai F tabel
Hasil Uji Multikolonieritas sebesar 2,13 dan probabilitas signifikan lebih
Berdasarkan hasil uji multikolonieritas, kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,000 maka
menghasilkan nilai tolerance yang tidak kurang variabel kepemilikan publik, kepemilikan
dari 0,10 nilai variance inflation factor (VIF) institusional, ukuran dewan komisaris, komite
lebih dari 10. Jadi dikatakan bahwa dalam audit, reputasi auditor, risk committee,
model regresi tersebut tidak ada gejala konsentrasi kepemilikan, chief risk officer
multikolonieritas antar variabel independen. secara simultan memiliki pengaruh terhadap
pengungkapan enterprise risk management.
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas, Hasil Uji t
menunjukkan signifikansi unstandardized Berdasarkan tabel 1, menunjukkan bahwa
residual dari variabel kepemilikan publik variabel ukuran dewan komisaris, komite audit,
sejumah 0,998, variabel kepemilikan reputasi auditor, dan risk committee secara

959
Rachel Adinda Oktavia & Yuyun Isbanah. Pengungkapan Enterprise Risk Management pada Bank
Konvensional di Bursa Efek Indonesia

parsial memiliki nilai signifikansi kurang dari Pengaruh Kepemilikan Publik terhadap
0,05 sedangkan variabel kepemilikan publik, Pengungkapan Enterprise Risk Management
kepemilikan institusional, konsentrasi
Hasil uji t menunjukkan hasil bahwa H1 ditolak
kepemilikan dan chief risk officer memiliki
dan H0 diterima yaitu variabel kepemilikan
nilai signifikansi lebih dari 0,05 sehingga
publik tidak memiliki pengaruh secara parsial
dijelaskan bahwa variabel di atas memiliki
terhadap pengungkapan enterprise risk
pengaruh terhadap variabel dependen yaitu
management. Hasil penelitian ini sesuai dengan
pengungkapan enterprise risk management.
penelitian yang telah dilakukan oleh
Sedangkan, variabel kepemilikan publik,
Ardiansyah & Adnan (2014).
kepemilikan institusional, konsentrasi
kepemilikan dan chief risk officer tidak Penjelasan dari hasil penelitian tidak sesuai
memiliki pengaruh terhadap variabel dengan stakeholder theory. Pada faktanya
pengungkapan enterprise risk management. manajemen dalam suatu perusahaan akan lebih
selektif dalam pengungkapan berbagai
Tabel 1. informasi yang dibutuhkan. Hal ini dikarenakan
HASIL UJI REGRESI LINIER makin banyaknya suatu informasi yang
BERGANDA diungkapkan kepada pemegang saham akan
membutuhkan pula biaya yang besar untuk
Model B Std. T Sig melakukan pengungkapan enterprise risk
Error management. Sehingga, perusahaan hanya akan
(Constant) 28.88 mengungkapkan suatu informasi yang dapat
.717 .025 .000
8 diakses oleh pemegang saham apabila
KP .000 .000 -.623 .536
keuntungan manfaat yang akan diperoleh juga
KI -7.906E-
5
.000 -.301 .765 sebanding dengan besarnya biaya yang telah
UDK .015 .003 5.350 .000 dikeluarkan dalam pengungkapan enterprise
KA .007 .003 2.106 .040 risk management (Fitriyani et al., 2010).
RA -
-.039 .012 .002 Hasil dari penelitian ini juga didukung dengan
3.300
RC .079 .015 5.225 .000 data dari Bank Rakyat Indonesia Agroniaga
KK .000 .000 -.527 .600 yang mengalami fluktuatif dari tahun 2013-
CRO .016 .009 1.809 .076 2017. Hal tersebut diikuti dengan nilai
Dependent: ERM pengungkapan enterprise risk management
Uji F .000 yang juga mengalami fluktuatif setiap tahunnya
Sumber: Output SPSS mulai dari 0,80 pada tahun 2013, kemudian
pada tahun 2014 sebesar 0,83 lalu tahun 2015
Hasil Koefisien Determinasi (R2) meningkat sebesar 0,85 dan pada tahun 2016
hanya meningkat sebesar 0,86 dan tahun 2017
Tabel 2.
menurun menjadi 0,80.
KOEFISIEN DETERMINASI
Pengaruh Kepemilikan Institusional
Model R R Adjuste Std.
Square dR Error of
terhadap Pengungkapan Enterprise Risk
Square the Management
Estimate Hasil uji t menunjukkan bahwa H2 ditolak dan
1 .865a .749 .709 .02800 H0 diterima yaitu kepemilikan institusional
Sumber: Output SPSS tidak memiliki pengaruh terhadap
pengungkapan enterprise risk management.
Hasil tabel 2 menunjukkan bahwa 70,9% Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
pengungkapan enterprise risk management yang telah dilakukan oleh Zakiyah & Gunawan
dipengaruhi oleh beberapa variabel diantaranya (2017).
adalah ukuran komite audit, reputasi auditor, Penjelasan dari penelitian ini tidak sesuai
komite audit dan risk committee sedangkan dengan agency theory yang mengemukakan
29,1% dijelaskan oleh beberapa variabel lain bahwa semakin tingginya keberadaan jumlah
yang tidak termasuk pada variabel di dalam investor institusional maka perusahaan dapat
model regresi ini seperti ukuran perusahaan, berperan aktif dalam tata kelola perusahaan
leverage dan profitabilitas (Setiawan, 2016).

960
Jurnal Ilmu Manajemen Volume 7 Nomor 4 – Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Surabaya 2019
termasuk dalam meningkatkan pengungkapan enterprise risk management dari Bank Mandiri
enterprise risk management. Hal ini bisa yang memiliki hasil dari tahun 2013-2017
diindikasikan bahwa investor institusional tetap sebesar 0,93. Sehingga, ukuran dewan
mendapatkan suatu keterbukaan informasi komisaris yang ideal akan meningkatkan
terkait dengan pengungkapan enterprise risk pengungkapan enterprise risk management.
management yang dilakukan oleh bank
konvensional meskipun nilai kepemilikan Pengaruh Komite Audit terhadap
institusional mengalami penurunan ataupun Pengungkapan Enterprise Risk Management
peningkatan (Frianty, 2016). Hasil uji t menunjukkan bahwa H4 diterima dan
H0 ditolak. Oleh karena itu, artinya variabel
Hasil dari penelitian ini juga didukung dengan komite audit memiliki pengaruh terhadap
data dari Bank Sinarmas dimana pada tahun pengungkapan enterprise risk management.
2013-2017 nilai kepemilikan institusional Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
mengalami fluktuatif. Namun, hal tersebut yang telah dilakukan oleh (Saidah, 2014).
bertolak belakang dengan nilai pengungkapan
Penjelasan dari penelitian ini sesuai dengan
enterprise risk management yang dimana
agency theory. Dengan keberadaan komite
mengalami peningkatan. Sehingga, besar
audit di perusahaan, maka pengelolaan internal
kecilnya kepemilikan institusional tidak
dapat terstruktur dengan baik serta pengawasan
mempengaruhi nilai pengungkapan enterprise
jalannya manajemen risiko dapat terlaksana
risk management karena bank konvensional
sehingga dapat mencegah pihak manajemen
tetap mendukung pelaksanaan keterbukaan
bertindak opportunistic yang mengakibatkan
akses informasi.
kerugian yang dirasakan pemilik perusahaan
yang merupakan pihak principal (Saidah,
Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris
2014).
terhadap Pengungkapan Enterprise Risk
Management
Hasil penelitian juga didukung dengan data dari
Hasil uji t menunjukkan bahwa H3 diterima dan
Bank Banten dimana pada tahun 2013-2017
H0 ditolak. Oleh karena itu, variabel ukuran
jumlah anggota komite audit mengalami
dewan komisaris terbukti memiliki pengaruh
peningkatan. Hal ini juga didukung dengan
terhadap pengungkapan enterprise risk
meningkatnya nilai enterprise risk management
management. Penelitian ini sesuai dengan hasil
dari Bank Banten setiap tahunnya. Sehingga,
penelitian yang telah dilakukan oleh Saidah
komite audit independen yang lebih tinggi akan
(2014).
berdampak pada pengungkapan risiko yang
lebih luas sehingga biaya agensi dapat
Penjelasan dari penelitian ini sesuai dengan
dikurangi.
agency theory yang mengemukakan bahwa
jumlah dewan komisaris memiliki wewenang
Pengaruh Reputasi Auditor terhadap
untuk dapat meningkatkan suatu fungsi
Pengungkapan Enterprise Risk Management
pengawasan di dalam manajemen perusahaan
Hasil uji t menunjukkan H0 ditolak dan H5
dan dapat memberikan suatu nasihat kepada
diterima. Oleh karena itu, reputasi auditor
direksi agar dapat mengambil keputusan secara
berpengaruh terhadap enterprise risk
bijaksana. Ketika di perusahaan memiliki
management. Hasil ini sesuai dengan penelitian
ukuran dewan komisaris yang ideal maka dapat
yang dilakukan oleh (Jatiningrum & Fauzi,
meningkatkan peluang untuk saling
2011).
memberikan informasi agar meningkatkan
kualitas pengungkapan dan keputusan sehingga Penjelasan dari penelitian ini sesuai dengan
dapat menerapkan program manajemen risiko signalling theory yang mengemukakan bahwa
secara efektif (Zakiyah & Gunawan, 2017). perusahaan yang menggunakan jasa auditor Big
Four akan mendapat tekanan yang lebih luas
Hasil penelitian juga didukung dengan data dari
untuk mengungkapkan enterprise risk
Bank Mandiri yang dari tahun 2013-2017
management. Perusahaan yang sudah
memiliki jumlah dewan komisaris yang ideal
menggunakan Kantor Akuntan Publik Big Four
yaitu sebanyak 8 anggota. Hal tersebut
biasanya memperoleh kepercayaan lebih dari
didukung dengan nilai pengungkapan
para stakeholders maupun yang lainnya,

961
Rachel Adinda Oktavia & Yuyun Isbanah. Pengungkapan Enterprise Risk Management pada Bank
Konvensional di Bursa Efek Indonesia

sehingga perusahaan akan melakukan dan wewenangnya sehingga menghindari


pengungkapan enterprise risk management adanya tumpang tindih tugas.
secara efektif (Sulistyaningsih & Gunawan,
2016). Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan
terhadap Pengungkapan Enterprise Risk
Hasil penelitian juga didukung dengan data dari Management
Bank Ekonomi Raharja yang dimana pada Hasil menunjukkan bahwa H7 ditolak dan H0
tahun 2013-2017 memakai Kantor Akuntan diterima. Sehingga, variabel konsentrasi
Publik Big Four di perusahaannya. Hal ini kepemilikan tidak berpengaruh terhadap
didukung dengan nilai pengungkapan pengungkapan enterprise risk management.
enterprise risk management Bank Ekonomi Hasil sesuai dengan penelitian yang telah
Raharja yang meningkat setiap tahunnya. dilakukan oleh Kinasih (2016).
Sehingga, perusahaan yang memakai Kantor
Akuntan Publik Big Four menjamin secara Penjelasan dari penelitian ini tidak sesuai
penuh bahwa perusahaan akan melakukan dengan agency theory. Besar atau tidaknya
pengungkapan enterprise risk management konsentrasi kepemilikan dalam suatu
secara lengkap. perusahaan maka perusahaan tetap akan
memberikan kemudahan dalam keterbukaan
Pengaruh Risk Committee terhadap akses informasi bagi pemegang saham yang
Pengungkapan Enterprise Risk Management terkonsentrasi sehingga pemegang saham dapat
mempertimbangkan berbagai keputusan
Hasil uji t menunjukkan bahwa H6 diterima dan
investasi dengan baik serta dapat melaksanakan
H0 ditolak. Oleh karena itu, dapat dikemukakan
pengungkapan manajemen risiko dengan baik
bahwa variabel risk committee berpengaruh
(Manurung & Kusumah, 2016).
terhadap pengungkapan enterprise risk
management. Penelitian ini sesuai dengan hasil
Hasil ini juga didukung dengan data dari Bank
penelitian yang telah dilakukan Handayani &
J Trust yang konsentrasi kepemilikan
Yanto (2013).
mengalami fluktuatif dari tahun 2013-2017.
Walau konsentrasi kepemilikan di Bank J Trust
Penjelasan dari penelitian ini sesuai dengan
mengalami fluktuatif hal ini tidak didukung
signalling theory yang mengemukakan bahwa
dengan nilai pengungkapan enterprise risk
pembentukan komite manajemen risiko agar
management pada Bank J Trust yang cukup
dapat mengatur pengelolaan risiko di
baik yaitu sebesar 0,89. Hal ini
perusahaan dengan baik dan juga meningkatkan
mengindikasikan bahwa besar atau tidaknya
citra baik perusahaan karena telah menerapkan
konsentrasi kepemilikan di dalam suatu
program manajemen risiko. Keberadaan komite
perusahaan tidak berpengaruh terhadap
manajemen risiko yang terpisah dari komite
pengungkapan enterprise risk management
audit membantu perusahaan agar lebih berfokus
karena pemegang saham tetap mendapatkan
terhadap pengelolaan risiko dan juga dalam
keterbukaan akses informasi yang dibutuhkan.
mengatur pengendalian internal di dalam
perusahaan dan juga mengevaluasinya serta
Pengaruh Chief Risk Officer terhadap
dapat membuat kerangka kerja manajemen
Pengungkapan Enterprise Risk Management
risiko yang lebih terstruktur dan mendalam
Hasil uji t menunjukkan bahwa H8 ditolak dan
sehingga program manajemen risiko dapat
H0 diterima. Oleh karena itu, variabel chief risk
lebih terlaksana dengan matang (Meizaroh &
officer tidak berpengaruh terhadap
Lucyanda, 2011).
pengungkapan enterprise risk management.
Hasil penelitian juga didukung dengan data dari Hasil sesuai dengan penelitian yang telah
Bank Tabungan Negara yang dimana pada dilakukan oleh (Kinasih, 2016).
tahun 2013-2017 memiliki risk committee
untuk pengelolaan risiko di perusahaan. Penjelasan dari penelitian ini tidak sesuai
Sehingga, dengan dibentuknya risk committee dengan agency theory Perusahaan yang tidak
yang terpisah dari komite audit membantu memiliki chief risk officer pun tetap dapat
perusahaan dalam penerapan program melaksanakan pengungkapan manajemen risiko
manajemen risiko yang lebih terstruktur dan dengan baik karena wewenang itu dapat
komite audit tetap dapat melaksanakan tugas dilakukan dan dikelola oleh komite manajemen

962
Jurnal Ilmu Manajemen Volume 7 Nomor 4 – Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Surabaya 2019
risiko, komite pemantau risiko maupun penelitian ini yaitu hanya menggunakan objek
bekerjasama dengan komite audit dalam penelitian dari bank konvensional saja sehingga
pengelolaan risiko di dalam perusahaan hasil penelitian tidak bisa secara menyeluruh
sehingga tercapainya pengendalian risiko dan perlu adanya penelitian yang lebih
dengan baik (Kinasih, 2016). mendalam mengenai pengungkapan enterprise
risk management dari tahun ke tahun.
Hasil penelitian ini juga didukung dengan data
dari China Construction Bank (CCB) yang DAFTAR PUSTAKA
dimana pada tahun 2013-2015 tidak memiliki
chief risk officer namun pada tahun 2016-2017 Agista, G. G., & Mimba, N. P. S. H. (2017).
memiliki chief risk officer di dalam perusahaan. Pengaruh Corporate Governance Structure
Tetapi, hal itu tidak membuat nilai dan Konsentrasi Kepemilikan Pada
pengungkapan enterprise risk management Pengungkapan Enterprise Risk
menurun. Sehingga, dengan ada atau tidaknya Management. Jurnal Akuntansi, 20, 438–
chief risk officer dalam perusahaan maka 466.
perusahaan tetap dapat mengelola risiko dengan
baik yang dibantu oleh komite manajemen Andarini, P., & Januarti, I. (2016). Hubungan
risiko, komite pemantau risiko ataupun komite Karakteristik Dewan Komisaris dan
audit. Perusahaan terhadap Keberadaan Komite
Manajemen Risiko pada Perusahaan Go
KESIMPULAN Public Indonesia. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan, 9(423), 83–99.
Variabel kepemilikan publik, kepemilikan
institusional, konsentrasi kepemilikan dan chief Ardiansyah, L. O. M., & Adnan, M. A. (2014).
risk officer tidak berpengaruh terhadap Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas
pengungkapan enterprise risk management Pengungkapan Enterprise Risk
sedangkan variabel ukuran dewan komisaris, Management. Jurnal Akuntansi dan
komite audit, reputasi auditor dan risk Keuangan, 23(2), 1–14.
committee berpengaruh terhadap pengungkapan
enterprise risk management. Ashfaq, K., Zhang, R., Munaim, A., & Razzaq,
N. (2016). An Investigation Into The
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Determinants Of Risk Disclosure In
dilakukan, maka sebagai saran yakni bagi bank Banks: Evidence From Financial Sector
konvensional untuk dapat meningkatkan Of Pakistan. International Journal Of
kualitas pengungkapan enterprise risk Economics And Financial Issues, 6(3),
management seperti ukuran dewan komisaris, 1049–1058.
komite audit, reputasi auditor dan risk
committee. Selanjutnya bagi investor sebaiknya Fitriyani, F., Fathimiyah, V., & Zulfikar, R.
tidak berpedoman pada kinerja perusahaan (2010). Pengaruh Struktur Kepemilikan
ataupun nilai perusahaan saja namun juga harus terhadap Risk Management Disclosure.
mempertimbangkan hal lain seperti Jurnal Akuntansi dan Keuangan,
pengungkapan enterprise risk management 1(August), 1–26.
yang sangat penting untuk pengambilan
keputusan investasi. Selain itu, hendaknya bank Frianty, N. J. (2016). Determinan
konvensional dapat meningkatkan standar Pengungkapan Enterprise Risk
kerangka kerja manajemen risiko yang lebih Management pada Perusahaan Sektor
baik sehingga investor dapat memperoleh Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek
manfaat dari adanya pengungkapan enterprise Indonesia Tahun 2014. Jurnal Akuntansi
risk management serta bank konvensional dapat dan Keuangan, 30(4), 1-11.
menggunakan kerangka manajemen risiko yang
mulai diterapkan di Indonesia seperti kerangka Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis
kerja manajemen risiko ISO 31000 sehingga Multivariete dengan Program IBM SPSS
terdapat keterbaruan dari item pengungkapan 23 (8th Ed.). Semarang: Badan Penerbit
manajemen risiko. Keterbatasan dalam Universitas Diponegoro.

963
Rachel Adinda Oktavia & Yuyun Isbanah. Pengungkapan Enterprise Risk Management pada Bank
Konvensional di Bursa Efek Indonesia

Handayani, B. D., & Yanto, H. (2013). Effects Of Corporate Governance


Determinan Pengungkapan Enterprise Structures On Enterprise Risk
Risk Management. Jurnal Keuangan dan Management Practices In Malaysia.
Perbankan, 17(3), 333–342. International Journal Of Economics And
Financial Issues, 7(1), 6–13.
Jatiningrum, C., & Fauzi. (2011). Pengaruh
Corporate Governance dan Konsentrasi Nindita, C., & Siregar, S. V. (2012). Analisis
Kepemilikan pada Pengungkapan Pengaruh Ukuran Kantor Akuntan Publik
Enterprise Risk Management (ERM). terhadap Kualitas Audit di Indonesia.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 1, 21– Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 14(2),
22. 91–104.

Kinasih, A. P. (2016). Pengaruh Proporsi Prastiti, A., & Meiranto, W. (2013). Pengaruh
Komisaris Independen, Konsentrasi Karakteristik Dewan Komisaris dan
Kepemilikan, Keberadaan Chief Risk Komite Audit Terhadap Manajemen Laba.
Officer dan Risk Management Committee Jurnal Akuntansi, 2(4), 1–12.
serta Ukuran Perusahaan terhadap
Pengungkapan Enterprise Risk Ruwita, C., & Harto, P. (2013). Analisis
Management pada Perusahaan Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Corporate Governance terhadap
Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Pengungkapan Risiko Perusahaan.
Keuangan, 1(Februari), 1–11. Diponegoro Journal Of Accounting,
2(2007), 1–13.
Kristiono, Zulbahridar, & Azhar, A. (2014).
Pengaruh Struktur Kepemilikan, Struktur Saidah, S. (2014). Pengaruh Mekanisme
Modal dan Ukuran Perusahaan terhadap Corporate Governance terhadap
Risk Management Disclosure pada Pengungkapan Risiko Perusahaan (Studi
Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Empiris pada Laporan Tahunan
Bursa Efek Indonesia. Jurnal Keuangan Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar
dan Perbankan, 106(11), 1–15. di BEI Periode 2011-2013). Jurnal
Akuntansi dan Keuangan, 34(11), 1–25.
Manurung, D. T. H., & Kusumah, R. W. R.
(2016). Telaah Enterprise Risk Setiawan, D. (2016). Pengaruh Karakteristik
Management melalui Corporate Dewan Komisaris, Rasio Keuangan dan
Governance dan Konsentrasi Ukuran Perusahaan terhadap
Kepemilikan. Jurnal Akuntansi Pengungkapan Manajemen Risiko
Multiparadigma, (204), 335–348. Perusahaan Consumer Goods di BEI
Periode 2010-2015. Jurnal Akuntansi dan
Meizaroh, & Lucyanda, J. (2011). Pengaruh Keuangan, 1(Oktober), 1–22.
Corporate Governance dan Konsentrasi
Kepemilikan pada Pengungkapan Sulistyaningsih, & Gunawan, B. (2016). Risk
Enterprise Risk Management. Jurnal Management Disclosure (Studi Empiris
Akuntansi dan Keuangan, 1(Juli), 1–30. pada Perusahaan Manufaktur yang
1338 Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
2014). Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Miftakhurahman, R. (2015). Pengaruh Islam, 1(1).
Komisaris Independen, Komite Audit,
Risk Management Committee dan Wijananti, S. P. (2015). Pengaruh Corporate
Reputasi Auditor terhadap Enterprise Risk Governance dan Karakteristik Perusahaan
Management pada Perusahaan BUMN di terhadap Pengungkapan Enterprise Risk
Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Management pada Perusahaan Non
Keuangan, 39(5), 1–25. Keuangan Periode 2011-2013. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan, 1(Maret), 1–26.
Mohd Sanusi, Z., Motjaba Nia, S., Roosle, N.
A., Sari, R. N., & Harjitok, A. (2017). Zakiyah, N. Y., & Gunawan, B. (2017).

964
Jurnal Ilmu Manajemen Volume 7 Nomor 4 – Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Surabaya 2019
Pengaruh Mekanisme Corporate
Governance, Ukuran Perusahaan terhadap
Risk Management Disclosure. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan, 9(1), 1–18.

965

Anda mungkin juga menyukai