Anda di halaman 1dari 9

Nama: Muhammad Faishal

NIM: 195030200111113
UAS Manajemen Keuangan Kelas G

1. a. Likuiditas adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi


kemampuan finansialnya dalam jangka pendek. Nilai ideal dari ketiga analisa rasio
likuiditas ini ini adalah minimum sebesar 150%, semakin besar adalah semakin baik dan
perusahaan dalam kondisi sehat.
 Current Ratio
rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
finansial jangka pendek dengan mengunakan aktiva lancar. Rumus: aktifa
lancar/hutang lancar x 100%.
 Cash Ratio
rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
finansial jangka pendek dengan mengunakan kas yang tersedia dan berikut surat
berharga atau efek jangka pendek. Rumus: kas+efek/hutang lancar x 100%
 Quick Ratio
rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
finansial jangka pendek dengan mengunakan aktiva lancar yang lebih likuid
(Liquid Assets). Rumus: kas+efek+piutang/hutang lancar x 100%
b. Profitablitias adalah rasio atau perbandingan untuk mengetahui kemampuan
perusahaan untuk mendapatkan laba (profit) dari pendapatan (earning) terkait penjualan,
aset, dan ekuitas berdasarkan pengukuran tertentu.
 Gross Profit Margin
margin laba kotor merupakan rasio profitabilitas untuk menilai persentase laba
kotor terhadap pendapatan yang dihasilkan dari penjualan. Rumus: laba kotor/
total pendapatan x 100%
 Net Profit Margin
rasio profitabilitas untuk menilai persentase laba bersih yang didapat setelah
dikurangi pajak terhadap pendapatan yang diperoleh dari penjualan. Rumus:
Laba Bersih Setelah Pajak/Penjualan
 Return on Assets Ratio
tingkat pengembalian aset merupakan rasio profitabilitas untuk menilai persentase
keuntungan (laba) yang diperoleh perusahaan terkait sumber daya atau total aset
sehingga efisiensi suatu perusahaan dalam mengelola asetnya bisa terlihat dari
persentase rasio ini. Rumus: Laba Bersih/Total Aset
 Return on Equity Ratio
untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari investasi
pemegang saham perusahaan tersebut yang dinyatakan dalam persentase. Rumus:
Laba Bersih Setelah Pajak/Ekuitas Pemegang saham
 Return on Sales Ratio
rasio profitabilitas yang menampilkan tingkat keuntungan perusahaan setelah
pembayaran biaya-biaya variabel produksi seperti upah pekerja, bahan baku, dan
lain-lain sebelum dikurangi pajak dan bunga. Rumus: Laba sebelum Pajak dan
Bunga / Penjualan x 100%
 Return on Capital Employed
merupakan rasio profitabilitas yang mengukur keuntungan perusahaan dari modal
yang dipakai dalam bentuk persentase (%). Rumus: Laba Sebelum Pajak dan
Bunga / Modal Kerja
 Return on Investment
merupakan rasio profitabilitas yang dihitung dari laba bersih setelah dikurangi
pajak terhadap total aktiva. Rumus: ((Laba Atas Investasi – Investasi Awal)/
Investasi ) x 100 %
 Earning Per Share
merupakan rasio profitabilitas yang menilai tingkat kemampuan per lembar saham
dalam menghasilkan laba untuk perusahaan. Rumus: Laba Bersih Setelah Pajak
– Dividen Saham Preferen / Jumlah Saham Biasa yang Beredar
c. Aktivitas adalah adalah rasio yang digunakan untuk menilai efisiensi atau efektivitas
perusahaan dalam pemanfaatan semua sumber daya atau asset (aktiva) yang dimiliki oleh
suatu perusahaan. Rasio aktivitas merupakan salah satu macam macam rasio yang
melakukan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada semua aktiva yang
dimiliki sehingga fungsi akuntansi keuangan bisa berjalan dengan baik.

 Perputaran piutang (receivable turnover)

Perputaran piutang digunakan untuk mengukur kualitas dan efisiensi tingkat


perputaran piutang perusahaan dalam satu periode dengan membandingkan penjualan
dengan rata-rata piutang. Semakin tinggi rasionya, maka semakin baik kualitas dan
efisiensi perputaran piutang perusahaan.

Rumus = penjualan / piutang rata-rata x 100%

 Perputaran persediaan (inventory turnover)

Digunakan untuk mengukur tingkat kualitas dan efisiensi perputaran persediaan


perusahaan terhadap penjualan dalam satu periode tertentu. Semakin tinggi rasionya,
maka pengelolaan persediaan yang dilakukan oleh perusahaan semakin efisien.
Berikut rumusnya

Rumus = penjualan / persediaan x 100%

 Perputaran aktiva tetap (fixed asset turnover)

Rasio ini berguna untuk mengukur dan mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam
memanfaatkan aktiva tetap secara efisien dalam rangka meningkatkan penjualan.
Sama seperti sebelumnya, semakin besar berarti semakin efektif perusahaan dalam
mengelola aktiva tetapnya. Rumusnya sebagai berikut

Rumus = penjualan / aktiva tetap x 100%

 Perputaran aktiva total (total asset turnover)

Rasio ini juga melibatkan aktiva lancar dan aktiva tetap. Di mana semakin besar
rasionya, maka semakin efektif perusahaan bisa memanfaatkan seluruh aktivanya
terhadap konversi penjualan.
Rumus = penjualan / total aktiva x 100%

 Perputaran rerata tagihan (average collection turnover)

Rasio ini mengukur seberapa lama waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk
menerima tagihan dari konsumen dalam satu tahun.

Rumus = piutang x 365 / penjualan x 100%

 Perputaran modal kerja (working capital turnover)

Mengukur tingkat perputaran modal kerja bersih yaitu perbandingan antara aktiva
lancar dengan hutang lancar terhadap penjualan dalam satu periode.

Rumus = penjualan / (aktiva lancar – hutang lancar) x 100%

d. Solvabilitas adalah rasio yang menunjukkan besarnya aktiva sebuah perusahaan yang
didanai dengan utang. Artinya, seberapa besar beban utang yang ditanggung oleh perusahaan
dibandingkan dengan aktivanya. Rasio ini merupakan ukuran yang menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya.

 Debt Ratio
Rasio ini menunjukkan nilai relative antara nilai total utang total terhadap total
aktiva. Rasionya dihitung dengan membagi nilai total utang dengan total aktiva.
 Debt to Equity Ratio
Rasio ini menunjukkan nilai relative antara total utang dengan total equitas.
Rasionya dihitung dengan membagi nilai total utang dengan total equitas.
 Long Term Debt to Equity Ratio
Rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri atau equitas.
2. Michel Lebas (1995) characterizes the performance as future-oriented, designed to reflect
particularities of each organization / individual and is based on a causal model linking
components and products. He defines a ʺsuccessfulʺ business as one that will achieve the
goals set by the management coalition, not necessarily one that achieved them. Thus,
performance is dependent as much of capability and future. Unlike other authors, Michel
Lebas noted the difference between ʺa performanceʺ, ʺperformanceʺ and ʺbeing
performantʺ. ʺA performanceʺ is subject generally to a measured result, higher than that
provided for or arising from the previous results. ʺA performanceʺ thus indicates always a
positive connotation. ʺPerformanceʺ can be both positive and negative and relates to past
results.
3. a. Dana Pihak Ketiga (DPK)
b. Capital Adequacy Ratio (CAR)
c. Non Performing Loan (NPL)
d. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
e. Tingkat Suku Bunga Kredit
4. Future Value = $20.000
Bunga 6% tahun, 0,5% per bulan
Annuitas selama 12 bulan (1 tahun)

PV = FV/(1+0,06)2
= 20.000/(1+0,06)2
= 20.000/1,06
Per bulan akan membayar sebesar $1.573
Bunga yang akan didapatkan per bulan $94,3

Akhir Bulan Tabungan per Lama Faktor bunga Nilai tabungan


bulan pembungan 0,5% di akhir bulan
1 $ 1.573 1 $ 94,3 $ 1.667
2 $ 1.573 2 $ 94,3 $ 3.335
3 $ 1.573 3 $ 94,3 $ 5.002
4 $ 1.573 4 $ 94,3 $ 6.669
5 $ 1.573 5 $ 94,3 $ 8.337
6 $ 1.573 6 $ 94,3 $ 10.004
7 $ 1.573 7 $ 94,3 $ 11.671
8 $ 1.573 8 $ 94,3 $ 13.338
9 $ 1.573 9 $ 94,3 $ 15.006
10 $ 1.573 10 $ 94,3 $ 16. 673
11 $ 1.573 11 $ 94,3 $ 18.340
12 $ 1.573 12 $ 94,3 $ 20.008

5. a. EQQ =√ 2 x 90.000 x 40.000/(5.000 x 40 %)


= 6000 unit
b. Total Biaya pemesanan = D/Q x CO
= 90.000/6.000 x 40.000
= Rp 600.000
c. Q2 = 2DCo : Cui
60002 = 2 x 90.000 : 40.000 (Cu 0,04)
36.000.000 x 0,04 = 180.000 x 40.000 = CO
1.440.000 Cu = Rp 7.200.000.000
Cu = 5.000
Jadi cost per unit adalah Rp 5.000
d. Pembelian bahan baku = (D/Q) x Cu
= (90.000:6.000) x Rp 5.000 = Rp 75.000
e. Biaya penyimpanan = (6.000 unit:2) x (Rp5.000 x 0,04)
= 3.000 x 200
= Rp 600.000 (Total biaya penyimpanan)
Total biaya pengadaan bahan baku paling ekonomis
= Total biaya pemesanan + Total biaya penyimpanan
= Rp 600.000 + Rp 600.000
= Rp 1.200.000
f. Penghematan apabila mendapatkan diskon 1%
= 1% x 90.000 unit x Rp 5.000
= Rp 4.500.000
Total biaya pemesanan
= (90.000 unit:120.000 unit) x Rp 40.000
= Rp 300.000
Total biaya penyimpanan
= (120.000 unit:2) x (Rp 5.000 x (1-0,01) x 0,04)
= 6.000 x (Rp 5.000 x 0,99 x 0,04)
= 6.000 x 198
= Rp 1.188.000 (lebih hemat Rp 12.000 dari total biaya penyimpanan sebelum diskon)

6. a. NPV A dan NPV B pada tingkat bunga 12%, mana proyek yang akan anda pilih
i. NPV A
Tahun 1 0 =0
Tahun 2 0 =0
Tahun 3 15.000/(1+0,12)3 = 10.676,70 +
10.676,70
NPV A= -10.000 + 10.676,70 = Rp 676,70
ii. NPV B
Tahun 1 8.000/(1+0,12) = 7.142,85
Tahun 2 3.000/(1+0,12)2 = 2.391,58
Tahun 3 2.000/(1+0,12)3 = 1.423,56 +
10.957,99
NPV B = -10.000+10.957,99 = Rp 957,99

Alternatif yang dipilih adalah proyek B karena NPV lebih besar.

b. NPV A dan NPV B pada tingkat bunga 16%

i. Tahun 1 0 =0

Tahun 2 0 =0

Tahun 3 15.000/(1+0,16)3 = 9.609,86 +

9.609,86

NPV A= -10.000 + 9.609,86 = - Rp 390,13

ii. NPV B
Tahun 1 8.000/(1+0,16) = 6.896,55
Tahun 2 3.000/(1+0,16)2 = 2.229,48
Tahun 3 2.000/(1+0,16)3 = 1.281,31 +
10.407,34
NPV B = -10.000 + 10.407,34 = Rp 407,34

Alternatif yang dipilih adalah proyek B karena NPV lebih besar.

c.. IRR proyek A dan proyek B


i. Proyek A
Percobaan r1 = 14%
Tahun 1 0 =0
Tahun 2 0 =0
Tahun 3 15.000/(1+0,14)3 = 10.124,57 +
10.124,57
NPV 1 = -10.000 + 10.124,57 = Rp 124,57
Percobaan r2 = 15%
Tahun 1 0 =0
Tahun 2 0 =0
Tahun 3 15.000/(1+0,15) = 9.862,74+
9.862,74
NPV 2= -10.000 + 9.862,74 = - Rp 137,26
IRR = r2 + [NPV 1/(NPV 1-NPV)] x (r2-r1)
= 0,14 + [124,57/(124,57+147,26)] x (0,15-0,14)
= 0,14 + 0,00475 = 14,475%
ii. Proyek B
Percobaan r1 = 14%
Tahun 1 8.000/(1+0,14) = 7.017,14
Tahun 2 3.000/(1+0,14)2 = 2.308,40
Tahun 3 2.000/(1+0,14)3 = 1.349,94+
10.675,88
NPV 1 = -10.000+10.678,88 = Rp 675,88
Percobaan r2 = 20%
Tahun 1 8.000/(1+0,20) = 6.666,67
Tahun 2 3.000/(1+0,20)2 =2.083,40
Tahun 3 2.000/(1+0,20)3 = 1.157,40 +
9.907,4
NPV 1 = -10.000+9.907,4 = -Rp 92,6
IRR = r2 + [NPV 1/(NPV 1-NPV 2)] x (r2-r1)
= 0,14 + 0,0527 = 19,27%
d. Pada tingkat bunga 10% NPV A akan sama dengan NPV B

NPV A = (-10.000 x 1/(1+0,10)0 + (0 x 1/(1+0,10)1 + (0 x 1/(1+0,10)2 + (15.000 x


1/(1+0,10)3)

= (15.00 x 1/(1+0,01)3)

= 1.300

NPV B = (-10.000 x 1/(1+0,10)0 + (8.000x1/(1+0,10)1) + (3.000x1/(1+0,10)2) + (2.000 x


1/(1+0,10)3)

= -10.000 + 7.300 + 2.400 + 1.600

= 1.300

e.

NPV

IRR B=19,27%

IRR A=14,475% Tingkat Bunga

Anda mungkin juga menyukai