Anda di halaman 1dari 9

Perkembangan Ekonomi Digital di Indonesia

Pada era saat ini, dunia sudah memasuki revolusi industri 4.0 yang berdasar
pada teknologi dan dapat mengubah seluruh rangkaian dan manajemen dalam
setiap cabang industri, seperti indutri keuangan atau sering disebut sebagai
financial technology and digital banking. Teknologi ini berkembang pesat di
Indonesia, yang ditandai dengan munculnya beberapa perusahaan startup, seperti
layanan sistem pembayaran dan transfer uang, tabungan dan pinjaman, asuransi,
layanan penyedia informasi keuangan, dsb.

Perubahan yang terjadi dalam teknologi keuangan dan perbankan digital


menunjukkan bahwa teknologi dapat menjadi strategi yang baik dalam
memudahkan akses layanan keuangan. Hal ini sejalan dengan kebiasaan
pelanggan yang membutuhkan layanan tanpa harus datang ke kantor bank, kantor
asuransi, atau perusahaan keuangan. Dengan tersedianya layanan digital bank dan
produk sangat menarik perhatian konsumen, termasuk individu dan aktor bisnis,
yang tergabung dalam Micro, Small ad Medium Enterprises (MSMEs).

Saat ini, layanan keuangan dalam perbankan digital yang sudah


berkembang dengan baik, antara lain internet banking, mobile banking, AMS
banking, ATM, e-money, phone banking, dan aplikasi keuangan lainnya. Produk
perbankan digital sebenarnya bertujuan untuk memotivasi pelanggan untuk lebih
setia dan ikut serta dalam menerapkan gaya hidup yang modern.

Singapore, Jepang, dan UK merupakan 3 negara keuangan pusat


internasional yang dapat membuktikan dampak yang signifikan dari teknologi
keuangan. Melalui pengalaman ketiga negara ini, dapat dilihat bahwa institusi
perbankan sangat diuntungkan karena mereka dapat mengurangi biaya operasi dan
menigkatkan dana dari pelanggan dengan biaya yang rendah, termasuk
memperluas layanan. Keberadaan ekonomi digital dapat menjadi kesempatan baru
sekaligus ancaman serius bagi industri perbankan yang harus beralih ke perbankan
digital untuk dapat mempertahankan pelanggannya serta dapat menarik pelanggan
baru.
Indonesia membutuhkan sektor keuangan yang kuat dan stabil untuk
mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang baik di masa depan. Artinya, bank,
asuransi, pasar modal, dan perusahaan startup harus didororng agar pertumbuhan
credit tahunan tidak lagi ditingkat 10-12%. Hal ini dimaksudkan agar kapasitas
sektor keuangan dapat meningkat lima kali lipat dari posisi saat ini, seperti yang
telah dicapai oleh Singapura dan Thailand.

Dalam perekonomian Indonesia, sistem keuangan memiliki peran penting,


terutama dalam hal menyediakan fasilitas layanan keuangan. Di mana secara
kelembagaan, sistem keuangan terbagi menjadi dua, yaitu lembaga keuangan
penyimpanan dan non-penyimpanan. Mengapa sistem keuangan sangat
diperlukan? Karena sistem keuangan dapat diterapkan untuk menghindari krisis
moneter, dan untuk dapat mewujudkan itu, dibutuhkan yang namanya stabilitas.

Stabilitas keuangan sendiri dapat diartikan sebagai kondisi di mana


penetapan harga, pengalokasian dana, dan manajemen risiko dapat menunjang
atau mendukung pertumbuhan ekonomi. Sistem keuangan yang stabil dapat
terlihat ketika sistem tersebut dapat mengalokasikan keuangan sumberdaya dan
mampu mencegah gangguan-gangguan yang terjadi pada kegiatan-kegiatan
sektor. Kondisi yang stabil pada sistem keuangan diharapkan dapat berdampak
langsung pada lembaga keuangan sebagai kolektor dan distributor dana public,
yang nantinya dapat mempengaruhi jumlah uang beredar di masyarakat Indonesia,
dan membuat inflasi undercontrol. Jumlah uang beredar dapat dikendalikan
langsung oleh Bank Indonesia melalui kebijakan moneter, tetapi beda halnya
dengan permintaan uang, di mana permintaan uang sepenuhnya dipengaruhi oleh
perilaku konsumen.

Menurut pandangan klasik, permintaan uang digambarkan dalam teori


kuantitas uang. Sedangkan teori permintaan uang bermula dari pandangan (teori)
A. Marshall. Kemudian, menurut pandagan J.M. Keynes, permintaan uang dibagi
menjadi tiga motif, yaitu motif transaksi, motif precautionary (motif kehati-
hatian), dan motif spekulasi. Menurut Keynes, orang akan mengingini jumlah
uang lebih banyak dari kebutuhan mereka, karena terdapat asumsi bahwa uang
tunai itu adalah bentuk kekayaan terbaik yang dimiliki seseorang.

Permintaan uang berkembang, ditambah dengan hadirnye ide-ide William J.


Baumol dan James Tobin di mana suku bunga dan biaya perantara sangat
berpengaruh pada permintaan uang. Kemajuan teknologi akan menyebabkan
penurunan rata-rata kas yang dimiliki oleh tiap individu. Namun, James Tobin
berpendapat bahwa itu merupakan inkonsistensi antara penerimaan dan
pengeluaran, sehingga hal itu memaksa individu untuk menyiapkan alat atau
instrument untuk bertransaksi dan instrument itu belum tentu dalam bentuk tunai
atau kas. Maka dari itu, seiring dengan perkembangan zaman, permintaan uang
tidak lagi hanya dipengaruhi oleh pendapatan dan suku bunga, tetapi juga
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti misalnya sistem pembayaran, serta
fasilitas kredit.

Era industry 4.0 menuntut teknologi di semua bidang. Hal itu membuat
kehidupan sosial-ekonomi, serta jenis pekerjaan yang ingin dicapai pun kini
berubah. Contoh nyatanya terjadi di bank, di mana nasabah kini pergi ke bank
hanya untuk membuka akun baru dan menyetor uang tunai. Setelah itu, segala
bentuk transaksi akan dilakuka mereka menggunakan fasilitas non-fisik dan self-
service. Hal ini tidak hanya terjadi di bank, namun juga pada asuransi,
transportasi, perdagangan ritel, dan masih banyak lagi.

Salah satu perkembangan teknologi keuangan di Indonesia adalah dalam


bentuk e-bisnis. E-bisnis tidak hanya sebatas aktivitas jual-beli, namun juga
mencakup melayani dan berkolaborasi dengan mitra bisnis lain. Menurut Bank
Indonesia, teknologi keuangan adalah penggunaan teknologi dalam sistem
keuangan yang menghasilkan produk, layanan, teknologi, atau model bisnis baru.
Kriteria untuk teknologi keuangan inovatif, yaitu bermanfaat bagi masyarakat,
banyak yang menggunakan, dan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia. Dan kini, perbankan juga sudah menyediakan layanan keuangan
melalui teknologi digital berbasis internet. Hal ini membuat pelanggan menjadi
lebih loyal, hingga memperluas jasa bank tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu.

Dalam melakukan penelitian mengenai ekonomi digital ini dilakukan


penyelidikan berdasarkan pengguna internet, perkembangan pesat terhadap
teknologi keuangan, dan permintaan pelanggan untuk melakukan pembayaran
melalui kartu serta mengapa dan bagaimana hal tersebut dapat terjadi guna
membuat sebuah fakta dapat lebih mudah dipahami dan jika memungkinkan dapat
menghasilkan suatu hipotesis yang baru. Maka dari itu, penelitian ini termasuk
kategori kualitatif dan penelitian ini dilakukan untuk menganalisis mengenai
kondisi dan masalah perekonomian yang muncul, serta mengobservasi fenomena
tentang ekonomi digital di Indonesia.

Alasan selanjutnya bahwa penelitian kualitatif ini bukanlah “value-free”,


yang artinya aktifitas bisnis dan manajemen dalam sistem keuangan tergantung
dari beberapa nilai-nilai, norma, kebudayaan dan kebiasaan dalam lingkungan
ekonomi digital. Dari penelitian ini, diupayakan dapat menginterpretasikan secara
mendalam dan komperhensif serta menganalisis dan memahami penerapan
teknologi digital di dunia bisnis Indonesia. Penilitian ini dilakukan dengan
menggunakan data primer dari 100 responden dan data sekunder dari berbagai
sumber yang dapat dipertanggungjawabkan keakuratannya.

Selain itu, dalam penelitian ini juga menggunakan interaksionisme simbolik


dan model fenomenologi eksistensial untuk dapat memahami makna yang muncul
dan esensi dari pengaruh ekonomi digital, terutama untuk mengembangkan
UMKM agar dapat bersaing dalam pasar. Penelitian juga dilakukan dengan sangat
teliti untuk menjaga validitas dan reliabilitas agar hasilnya dapat benar-benar
relevan dengan fenomena ekonomi digital yang berkembang pesat di Indonesia.

Perkembangan zaman sudah memasuki Revolusi Industri 4.0 dimana


teknologi digital juga telah berkembang sangat pesat. Pekerjaan apapun dapat
dilakukan dengan mudah, karena peran dari internet sangat besar bagi kehidupan
manusia. Pertumbuhan ekonomi, luasnya lapangan pekerjaan, dan semakin
banyak layanan publik merupakan dampak dari teknologi digital. Hanya saja
banyak masyarakat yang tidak menyadari bahwa teknologi digital bisa menjadi
peluang bisnis baru.

Sebelum masyarakat mengenal teknologi digital, semua harus dilakukan


secara manual seperti bertransaksi. Sekarang masyarakat bisa membawa ATM
maupun kartu kredit dan bahkan handphone saja untuk melakukan pembayaran.
Dengan perkembangan teknologi, semua menjadi lebih mudah, praktis, cepat dan
efisien. Apalagi jika bertransaksi dalam jumlah yang besar, cukup dengan
membawa ATM atau Kartu kredit.

Tahun 2008, masyarakat diperkenalkan kembali dengan adanya E-Money


(electronic money) yaitu transaksi dalam berbasis kartu yang disediakan oleh
berbagai macam bank yang ada di Indonesia. Tentu saja benefit yang diberikan
berbeda-beda. Setiap bank memiliki cara tersendiri untuk menawarkan produknya
yang berinovatif dan maju dari segala sistem seperti keamanan bertransaksi.

Manfaat E-money sangat beragam bahkan pemerintah mewajibkan


penggunaan e-money bagi pengguna jalan Toll. Pemerintah telah menyiapkan
pembaca uang elektronik hingga 20 jenis uang elektronik yang berbeda serta
menyediakan lebih banyak konter untuk mengisi ulang uang elektronik sehingga
pengguna merasa nyaman.

Generasi sekarang yang dikenal dengan Generasi X dan Y lebih cepat


mengenal teknologi seperti ponsel pintar. Generasi ini juga tampak fasih dalam
menjalankan ponsel beserta apliksi yang terletak di dalamnya. Terutama generasi
muda yang lebih cepat paham dan tanggap terhadap teknologi digital. Teknologi
digital membantu dan mengubah cara bekerja menjadi lebih kolaboratif, edukatif
dan menjadi termotivasi untuk memunculkan hal-hal yang baru hingga mencapai
puncak karir.

Tahun 2018, teknologi semakin berkembang pesat dimana opsi


pembayaran jauh lebih baik, ponsel pintar semakin berkembang, cepatnya durasi
dalam pengiriman barang, penggunaan robot chat untuk menjawab pertanyaan
konsumen, serta kupon loyalitas pelanggan yang dapat meningkatkan pengunjung
dan penjualan.

Terdapat sejumlah survei yang menyatakan terkait penggunaan e-money


atau e-toll yang hanya dapat digunakan ketika melewati jalan tol dan penipuan
ketika melakukan transaksi online termasuk penyalahgunaan kartu ATM dan kartu
kredit saat melakukan pembayaran di kasir sehingga memberatkan pihak yang
sering menggunakan fasilitas tersebut. Demikian pula, bisnis online kini telah
merajalela sehingga semakin diminati oleh banyak konsumen dan secara bertahap
akan bergeser dari bisnis offline dikarenakan perbedaan harga yang signifikan
terhadap barang yang sama.

Perkembangan Ekonomi Digital di Indonesia meningkat pesat sehingga


perlu dibangun kolaborasi antara pelaku jasa keuangan konvensional dan
teknologi keuangan sebagai upaya mengangkat industri jasa keuangan nasional.
Perusahaan berbasis teknologi besar telah menyediakan halaman pinjaman peer to
peer bekerja sama dengan bank untuk sumber daya investasi. Adapun keberadaan
mekanisme gateway pembayaran nasional atau infrastruktur yang
mengintegrasikan beberapa saluran pembayaran untuk memfasilitasi transaksi
pembayaran elektronik yang berfungsi untuk melindungi hak konsumen.

Kolaborasi antara penyedia jasa keuangan dan perbankan sangat penting


supaya layanan teknologi keuangan dapat meningkatkan akses yang adil,
memajukan industri keuangan secara lebih efisien untuk mempertahankan modal
dan kegiatan produksi UMKM, dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi
Indonesia didorong dengan adanya peraturan pemerintah yang mengakomodasi
implikasi pengembangan inovasi teknologi keuangan. Beberapa bisnis startup
mencoba masuk ke sektor pertanian untuk membantu dengan kesulitan modal
meskipun resiko modal tinggi. Perusahaan pendanaan berbasis teknologi
keuangan kemudian menyalurkan kredit lebih cepat dan terbukti mampu
mengatasi rendahnya inklusi keuangan di luar Jawa. Teknologi Informasi kini
dapat menjadi sarana penghubung antara petani dan investor didorong dengan
adanya pinjaman peer to peer lending yang berbasis teknologi informasi.

Sebelum adanya peranan internet, para pelaku bisnis melakukan aktivitas


mereka secara tradisional dengan membuka outlet dan toko kemudian konsumen
datang untuk melihat barang secara fisik dan konsumen menawar untuk
mendapatkan harga yang murah sebaliknya, para pedagang membuat strategi
mendapatkan keuntungan dalam kapasitas besar. Keberadaan internet
mengakibatkan perubahan pada pola perdagangan yakni konsumen kini dapat
dengan mudah bertransaksi menggunakan gadget melalui bisnis online.

Banyak pebisnis muda yang memulai bisnis online karena bisnis online
tidak memerlukan modal yang besar. Banyak UMKM yang berdiri dengan
menyesuaikan pola bisnis di Era Ekonomi Digital agar dapat mempertahankan
bisnisnya dalam persaingan pasar yang semakin ketat.

Terdapat sekitar 4,6 Juta UMKM yang berhasil meningkatkan saluran


penjualan produk online tiga tahun silam dan pada tahun 2020, pemerintah telah
menargetkan bisnis yang serupa dengan UMKM menambah saluran penjualan
online ke 8 Juta Bisnis. Upaya memasukkan UMKM ke dalam platform toko
online dilakukan untuk memperluas penjualan dengan menggandakan kontribusi
UMKM terhadap Produk Domestik Bruto termasuk penciptaan devisa dan
penciptaan lapangan kerja.

Penggunaan online telah terbukti efektif dalam memacu volume penjualan


dan perluasan pasar yang mampu meningkatkan ekspor non minyak dan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Layanan industri keuangan
berbasis investasi berkembang sehingga dikenal sebagai equity crowdfunding
(EC). Pada prinsipnya, EC digunakan oleh sejumlah individu yang berlatar
belakang ivestor dan pengusaha yang memakai modal untuk membiayai usaha
bisnis baru dengan memanfaatkan aksestabilitas jaringan media sosial dan
platform crowdfunding. UMKM dan pemula mendapat peluang di luar pasar
modal dan perbankan dengan hadirnya EC yang mengimplementasi layanan
penawaran saham oleh perusahaan untuk menjual saham langsung ke investor
melalui sistem elektronik menggunakan jaringan internet dan memberikan
pengembalian uang dalam bentuk kepemilikan saham.

Saat ini teknologi digital telah memainkan peran yang sangat penting dalam
membantu aktivitas, termasuk didalamnya adalah menyediakan barang dan jasa
dengan mudah. Hubungan teknologi digital dengan ketersediaan produk dan
layanan, baik bidang perbankan maupun non-perbankan sangat disukai dan
membantu masyarakat. Tak hanya individu, teknologi digital berhasil menarik
simpati masyarakat bagik individu dan pelaku bisnis. Dengan adanya
perekonomian berbasis digital, pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita
Indonesia dapat terbantu, sehingga dapat mewujudkan pemerataan pendapatan,
peningkatan pendapatan perkapita, peningkatan inklusi keuangan, dan akses
keuangan. Sisi negatif dari teknologi digital terkait dengan ekonomi adalah
stabilitas keuangan, ketika data dan dokumen pribadi diakses oleh pihak lain
melalui jaringan internet, yang memungkinkan terjadinya kerugian ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA

Tayibnapis, Ahmad Zafrullah and Wuryaningsih, Lucia Endang and Gora,


Radita (2018) The Development of Digital Economy in Indonesia. IJMBS
International Journal of Management and Business Studies, 8 (3). pp. 14-18. ISSN
2230-9519 (Online) | ISSN : 2231-2463 (Print)

Anda mungkin juga menyukai