BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Kecamatan Mengwi merupakan salah satu dari 5 kecamatan di Kabupaten Badung yang terletak
di sebelah Utara dan berbatasan dengan Kabupaten Tabanan dan Kota Denpasar. Kecamatan
Mengwi dengan luas 82.000 Ha atau 19,6% dari luas wilayah Kabupaten Badung secara
administrasi terdiri dari 20 desa/kelurahan. Lokasi Kecamatan Mengwi sangat strategis, berada
pada poros segitiga orientasi pergerakan di Bali yaitu ke arah barat (Tabanan, Jembrana dan
Jawa), ke utara (Buleleng) dan selatan - timur (Denpasar, Wilayah Bali Timur dan Lombok).
Wilayah Kecamatan Mengwi juga sekaligus terletak pada koridor pusat-pusat pertumbuhan Kota
Denpasar, Kota Tabanan serta pusat-pusat aktivitas pariwisata Kuta, Ubud, Bedugul, dan Tanah
Lot.
Kecamatan Mengwi diarahkan sebagai Pusat Wilayah Pembangunan Badung Tengah dengan
pusat di Kawasan Mangupura yang terdiri dari 9 Desa/Kelurahan meliputi Desa/Kelurahan
Sading, Sempidi, Abianbase, Kekeran, Kapal, Lukluk, Mengwi, Mengwitani dan Gulingan dengan
luas kurang lebih 3.587 ha (tiga ribu lima ratus delapan puluh tujuh hektar). Pembangunan
Kawasan Mangupura disertai fungsi sebagai pusat pelayanan fasilitas kabupaten, pusat
pemerintahan kabupaten, Ibukota Kabupaten, pengembangan pertanian lahan basah, pusat
perdagangan dan aneka industri, pusat pelayanan angkutan darat dan pusat permukiman.
Beberapa kegiatan untuk mendukung fungsi tersebut adalah : pembangunan Terminal
Penumpang Regional Mengwi, pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Badung dan
pembangunan Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung. Fungsi diatas makin dipertegas melalui
SK Bupati No. 73/2000 tentang Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Mengwi.
Lokasi Kawasan Mangupura yang strategis selanjutnya juga menyebabkan wilayah Mangupura
menjadi orientasi pengembangan perumahan massal, pengkaplingan tanah, baik yang dilakukan
oleh perorangan maupun developer. Kawasan Mangupura merupakan kawasan yang cenderung
berkembang pesat karena adanya fungsi kawasan perkotaan (ibukota kabupaten) dan fungsi
pusat pemerintahan.
Oleh karena itu diperlukan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan
Mangupura yang mencakup rencana pemanfaatan ruang kawasan/kecamatan dalam bentuk
fungsi-fungsi kegiatan pemanfaatan ruang atau blok-blok peruntukan fungsi kegiatan yang
disusun untuk penyiapan perwujudan ruang dalam rangka pelaksanaan program-program
pembangunan kawasan.
Kecenderungan terjadinya percampuran budaya lokal dan budaya perkotaan yang heterogen
seiring ditetapkannya Kawasan Mangupura sebagai Kawasan Perkotaan.
Terdapat sebaran kawasan-kawasan suci atau tempat suci serta aktivitas budaya.
Terdapat kawasan Pura Taman Ayun yang menjadi tempat kegiatan sosial budaya
masyarakat Badung dan Bali serta menjadi Warisan Budaya Dunia.
Cathus Patha Agung Kabupaten Badung telah ditetapkan di Cathus Patha Mengwi.
Kelangkaan fasilitas publik berupa taman kota sebagai pusat interaksi sosial masyarakat
Badung, sekaligus sebagai ruang terbuka hijau publik.
E. Isu Transportasi
Kawasan Perkotaan Mangupura harus memiliki aksesbilitas yang merata untuk dijangkau
dari seluruh wilayah Kabupaten Badung dan terintegrasi dengan pencapaian aksesbilitas
wilayah sekitar yang lebih luas.
Kawasan Perkotaan Mangupura pada dasarnya merupakan simpang utama transportasi Bali
yaitu tempat pembagian arus lalu lintas kea rah utara (Kabupaten Buleleng), kea rah timur
(Gianyar), ke arah selatan (Kota Denpasar) serta ke arah barat (Negara), sehingga
dibutuhkan manajemen transportasi dan guna lahan yang saling mendukung sesuai
fungsinya sehingga mempunyai aksesbilitas tinggi dari seluruh kawasan di Bali maupun antar
provinsi.
Terdapat Terminal Regional Tipe A Mengwi di Desa Mengwi sebagai terminal penumpang
induk.
F. Isu Ekonomi
Sektor kegiatan yang masih dominan adalah sektor pertanian, namun diperkirakan akan
terus menyusut.
Sektor kegiatan yang sangat berkembang adalah sektor perumahan, sektor perdagangan
dan jasa, sektor kegiatan pemerintahan, sektor industri kecil dan sektor transportasi.
Terdapat pasar Beringkit sebagai pasar umum wilayah dan pasar hewan utama di provinsi
Bali yang didukung beberapa pasar umum skala kecil lainnya dan pasar desa adat.
Sedangkan sektor informal telah berkembang di seluruh kawasan, terutama di pusat-pusat
kegiatan desa dan pada jalan-jalan utama kawasan.
G. Isu Infrastruktur
Pengembangan kota baru secara langsung membutuhkan pengembangan dan
pembangunan infrastruktur penunjang untuk melayani kebutuhan masyarakat kota.
Posisi Kawasan Perkotaan Mangupura pada koridor pengembangan Kawasan Metropolitan
Sarbagita sehingga membutuhkan koordinasi penanganan infrastruktur perkotaan antar
wilayah di Sarbagita, seperti penyediaan air baku dan air bersih, pengelolaan persampahan,
pengelolaan air limbah, integrasi sistem pelayanan angkutan umum dan lainnya.
a. Penentuan lokasi berbagai kegiatan yang mempunyai kesamaan fungsi dan lingkungan
permukiman dengan karakteristik tertentu;
b. Alat operasionalisasi dalam sistem pengendalian dan pengawasan pelaksanaan
pembangunan fisik kabupaten/kota yang dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah,
swasta dan/atau masyarakat;
c. Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang untuk setiap bagian wilayah sesuai dengan
fungsinya didalam struktur ruang kabupaten/kota secara keseluruhan; dan
d. Ketentuan bagi penetapan kawasan yang diprioritaskan untuk disusun program
pengembangan kawasan dan pengendalian pemanfaatan ruangnya pada tingkat BWP atau
Sub BWP.
untuk seluruh kawasan perkotaan baik yang sudah ada maupun yang direncanakan pada wilayah
Kabupaten/Kota.
RDTR ditetapkan dengan Perda Kabupaten/Kota. Dalam hal ini ditetapkan sebagai Perda
terpisah dari peraturan zonasi sebelum keluarnya pedoman ini. Maka peraturan zonasi
ditetapkan dengan Perda Kabupaten/Kota tersendiri.
Tabel I.1
Luas Desa / Keluarahan di Kawasan Perkotaan Mangupura
Total Presentase Luas Presentase Luas
No Desa/Keluarahan Luas Terhadap Kota Terhadap Kabupaten
(Ha) Mangupura Badung
1 Abianbase 401 11,18 0,96
2 Sempidi 346 9,65 0,83
3 Sading 284 7,92 0,68
4 Lukluk 314 8,75 0,75
5 Kapal 562 15,67 1,34
6 Kekeran 405 11,29 0,97
7 Mengwitani 420 10,54 1,00
8 Mengwi 378 10,54 0,90
9 Gulingan 477 13,30 1,14
Total Luas 3.587 100 8,57
Sumber : BPS Badung 2013, diolah
Peta I.1
Orientasi Wilayah Kawasan Perkotaan Mangupura
Peta I.2
Kawasan Perkotaan Mangupura Berdasarkan Wilayah Administrasi
l. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaaan Sumber Daya Air
m. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah
n. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11 Tahun 2009 tentang Pedoman
Persetujuan Substansi dalam Rancangan Penetapan Peraturan Daerah tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota, berserta Rencana Rincinya.
o. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2009 tentang Pedoman
Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup.
p. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri
Komunikasi dan Informatika dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 18
Tahun 2009 tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Bersama Menara
Telekomunikasi.
q. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan
Perkotaan
r. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
s. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010 tentang Penertiban dan Pendayagunaan
Tanah Terlantar
t. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang.
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang, maksud dan tujuan, fungsi dan
manfaat, kedudukan RDTR, ruang lingkup perencanaan, dasar hokum serta
sistematika pelaporan
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai tinjauan kebijakan pembangunan yang meliputi
bahasan tentang tinjauan terhadap RTRW Kabupaten Badung, konsep dan strategi
pengembangan tata ruang, rencana struktur ruang, Perda Kabupaten Badung tentang
jalur hijau serta tinjauan kebijakan dan strategi RTRW Badung.
BAB III RONA KAWASAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai aspek-aspek fisik dasar dan guna lahan, kondisi
kependudukan dan sosial budaya, kondisi perekonomian kawasan, kondisi sistem
transportasi, kondisi sarana dan prasarana serta kondisi faasilitas umum.
BAB IV POTENSI DAN PERMASALAHAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai hasil analisis wilayah yang lebih luas, analisis
sumber daya alam dan fisik atau lingkungan, analisis sosial budaya, analisis
kependudukan, analisis ekonomi dan sektor unggulan, analisis sumber daya buatan,
analisis kecendeerungan pengembangan kegiatan perkotaan, analisis sistem
tansportasi kawasan, analisis identifikasi wilayah pengembangan serta analisis
potensi dan masalah pengembangan yang tercermin dari analisis SWOT.
BAB V TUJUAN PENATAAN BWP
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tujuan penataan BWP yang merupakan nilai
atau kualitas terukur yang akan dicapai sesuai dengan arahan pencapaian
sebagaimana ditetapkan dalam RTRW dan merupakan alasan disusunnya RDTR.
BAB VI RENCANA JARINGAN PRASARANA
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai rencana-rencana terkait dengan jaringan
prasarana yang merupakan pengembangan hirarki sistem jaringan prasarana yang
ditetapkan dalam rencana struktur ruang yang termuat dalam RTRW Kabupaten/Kota.
BAB VII RENCANA POLA RUANG
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai rencana pola ruang dalam RDTR yang
merupakan distribusi subzone peruntukan yang antara lain meliputi hutan lindung,
zona yang memberikan perlindungan terhadap zona dibawahnya, zona perlindungan
setempat, perumahan, perdagangan dan jasa, perkantoran dan industri.
BAB VIII PENENTUAN SUB BWP
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai penetapan Sub BWP yang merupakan upaya
dalam rangka operasionalisasi rencana tata ruang yang diwujudkan kedalam rencana
penanganan Sub BWP yang diprioritaskan.