1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan individu adalah
a. Faktor Genetika (Hereditas)Menurut Yusuf (2011: 21) hereditas merupakan faktor pertama yang mempengaruhi perkembangan individu. Dalam hal ini hereditas diartikan sebagai “totalitas karakteristik individu yang diwariskan orang tua kepada anak, atau segala potensi (baik fisik maupun psikis) yang dimiliki individu sejak masa konsepsi sebagai pewarisan dari pihak orang tua melalui gen-gen”. b. Faktor Lingkungan Menurut Yusuf & Nani (2011: 23) lingkungan adalah “keseluruhan fenomena (peristiwa, situasi, atau kondisi) fisik/alam atau sosial yang mempengaruhi atau dipengaruhi perkembangan individu”. Faktor lingkungan dapat di paparkan sebagai berikut, yaitu: Lingkungan keluarga Lingkungan keluarga dipandang sebagai faktor penentuan utama terhadap perkembangan anak. Menurut Yusuf & Nani (2011: 23-24) alasan tentang pentingnya peranan keluarga bagi perkembangan anak, adalah: Keluarga merupakan kelompok sosial pertama yang menjadi pusat identifikasi anak, Keluarga merupakan lingkungan pertama yang mengenal nilai-nilai kehidupan kepada anak, Orang tua dan anggota keluarga lainya merupakan “significant people” bagi perkembangan kepribadian anak, Keluarga sebagai institusi yang memfasilitaskan kebutuhan dasar insani (manusiawi), baik yang bersifat fisik-biologis, maupun sosiopsikologis. Anak banyak menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga. Lingkungan sekolah menurut Yusuf & Nani (2011: 30) sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran dan pelatih dalam rangka membantu para siswa mampu mengembang potensinya secara optimal, baik yang menyangkut aspek moral-spiritual, intelektual, emosional, sosial, maupun fisik-motoriknya. Menurut Yusuf & Nani (200: 30) beberapa faktor sekolah yang berkontribusi positif terhadap perkembangan siswa atau anak diantaranya: Kejelasan visi, misi, dan tujuan yang akan dicapai, Pengelolaan atau manajerial yang profesional. Para personel sekolah memiliki komitmen yang tinggi terhadap visi, misi, tujuan sekolah, Para personal sekolah memiliki semangat kerja yang tinggi, merasa senang, disiplin, dan rasa tanggung jawab, Para guru memiliki kemampuan akademik dan profesi yang menandai, Sikap dan perilaku guru terhadap siswa, memberikan kesempatan kepada kepada siswa untuk berpendapat atau bertanya, Para guru menampilkan perannya sebagai guru dalam cara-cara yang selaras dengan harapan siswa, begitupun siswa menampilkan perannya sebagai siswa dalam cara-cara yang selaras dengan harapan guru, Tersedia sarana-prasarana yang memadai, seperti: kantor kepala dan guru, ruang kelas, ruang laboratorium (praktikum), perlengkapan kantor, perlengkapan belajar, perpustakaan, alat peraga, halam sekolah, dan fasilitas bermain, tempat beribadah, dan toilet, Suasana hubungan sosio-emosional antar pimpinan sekolah, guru-guru, siswa, petugas administrasi, dan orang tua siswa berlangsung secara harmonis, Para personel sekolah merasa nyaman dalam bekerja karena terpenuhi kesejahteraan hidup. c. kelompok teman sebaya (Peer Group) Menurut Yusuf & Nani (2011: 41) kelompok teman sebaya sebagai lingkungan sosial bagi anak mempunyai peranan yang cukup penting bagi perkembangan dirinya. Melalui kelompok sebaya, anak dapat memenuhi kebutuhannya untuk belajar berinteraksi sosial (berkomunikasi dan bekerja sama), belajar menyatakan pendapat dan perasaan, belajar merespon atau menerima pendapat dan perasaan orang lain, belajar tentang norma-norma kelompok, dan memperoleh pengakuan dan penerima sosial. Menurut Yusuf & Nani (2011: 42) untuk mencegah terjadinya penyimpang perilaku remaja, khususnya dalam kelompok teman sebaya, maka diperhatihkan beberapa hal berikut: Orang tua perlu menjalani hubungan yang harmonis antara mereka sendiri (suami-istri) dan mereka dengan anak. Hal ini perlu, karena pada umumnya perilaku menyimpang anak disebabkan oleh keluarga yang tidak harmanis (brokum home), Orang tua perlu mencurahkan kasih sayang dan perhatian kepada anak. Dengan kasih sayang ini anak merasa betah di rumah, sehingga dia dapat mengurangi perhatiannya untuk bermain keluar, Orang tua harus menjadi suriteladan dan menanamkan nilai-nilai akhlak mulai kepada anak, sperti persaudaraan, tolong menolong, dan semangat dalam belajar, Orang tua berdiskusi dengan anak tentang cara memilih atau bergaul dengan teman, Sekolah sebagai lingkungan kedua setelah rumah, perlu diciptakan sebagai lingkungan belajar yang memfasilitas perkembang siswa, baik aspek fisik, intelektual, emosi, sosial, maupun moral-spiritual. Untuk itu, penataan sekolah sebagai lingkungan belajar sangatlah penting. d. Media Massa menurut Yusuf & Nani (2011: 43) salah satu media massa yang dewasa ini sangat menarik perhatian warga dan masyarakat, khususnya anak-anak adalah televisi. Televisi sebagai media massa elektronik mempunyai misi untuk memberikan informasi, pendidikan, dan hiburan kepada para pemirsanya. Dilihat dari sisi ini televisi bisa memberikan dampak positif bagi warga masyarakat (termasuk anak-anak), karena melalui berbagai tayangan yang disajikan mereka memperoleh: a) Berbagai informasi yang memperluas wawasan pengetahuan tentang berbagai aspek kehiidupan. b) Hiburan, baik yang berupa film maupun musik. c) Pendidikan, baik yang bersifat umum maupun agama. Namun tayangan-tayangan televisi itu disamping memberikan dampak positif, juga telah memberikan dampak negatif terhadap gaya warga masyarakat, terutama anak-anak. Tayangan televisi yang beupa hiburan, baik film maupun musik banyak yang tidak cocok ditonton oleh anak-anak. 2. sikap yang harus dimiliki dan dilakukan guru, agar guru dapat mengetahui aspirasi atau tuntutan peserta didik yang bisa dijadikan bahan pertimbangan dalam penyusunan program yang tepat bagi peserta didik, sehingga kegiatan pembelajaran pun akan dapat memenuhi kebutuhan, minat mereka dan tepat berdasarkan dengan perkembangan mereka. Beberapa dasar pertimbangan perlunya ” memahami peserta didik ” sebagai berikut: Dasar pertimbangan psikologis: bahwa suatu kegiatan akan menarik dan berhasil apabila sesuai dengan minat, bakat, kemampuan, keinginan, dan tuntutan peserta didik. Dasar pertimbangan sosiologi: bahwa secara naluri manusia akan merasa ikut serta memiliki dan aktif mengikuti kegiatan yang ada.