Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

URETEROLITHIASIS (BATU URETER)

WAHYU RAHARJO

D0018048

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN DAN NERS

STIKES BAKTI MANDALA HSADA SLAWI

TAHUN 2018
1. Pengertian
Ureterolithiasis adalah kalkulus atau batu di dalam ureter (Sue Hinchliff, 1999
Hal 451). Batu ureter pada umumnya berasal dari batu ginjal yang turun ke
ureter. Batu ureter mungkin dapat lewat sampai ke kandung kemih dan
kemudian keluar bersama kemih. Batu ureter juga bisa sampai ke kandung
kemih dan kemudian berupa nidus menjadi batu kandung kemih yang besar.
Batu juga bisa tetap tinggal di ureter sambil menyumbat dan menyebabkan
obstruksi kronik dengan hidroureter yang mungkin asimtomatik. Tidak jarang
terjadi hematuria yang didahului oleh serangan kolik. (R. Sjamsuhidajat, 1998).

2. Anatomi dan Fisiologi


Ureter adalah suatu saluran muskuler berbentuk silinder yang menghantarkan
urin dari ginjal menuju kandung kemih. Panjang ureter adalah sekitar 20-30
cm dengan diameter maksimum sekitar 1,7 cm di dekat kandung kemih dan
berjalan dari hilus ginjal menuju kandung kemih. Ureter dibagi menjadi pars
abdominalis, pelvis,dan intravesikalis. Dindingnya terdiri atas mukosa yang
dilapisi oleh sel-sel transisional, otot-otot polos sirkuler dan longitudinal yang
dapat melakukan gerakan peristaltik (berkontraksi) guna mengeluarkan urine
ke buli-buli. Secara anatomis terdapat beberapa tempat yang ukuran
diameternya relative lebih sempit daripada di tempat lain Sehingga batu atau
benda-benda lain yang berasal dari ginjal seringkali tersangkut. Tempat-
tempat penyempitan itu antara lain adalah :
a. Pada perbatasan antara pelvis renalis dan ureter atau pelvi-ureter junction
b. Tempat ureter menyilang arteri iliaka di rongga pelvis
c. Pada saat ureter masuk ke buli-buli
Sistem perdarahan ureter bersifat segmental dan berasal dari pembuluh arteri
ginjal, gonad, dan buli-buli dengan hubungan kolateral kaya sehingaa
umumnya perdarahan tidak terancam pada tindak bedah ureter. Persyarafan
ureter bersifat otonom
3. Etiologi
Pembentukan batu meliputi idiopatik, gangguan aliran kemih, gangguan
metabolisme, infeksi saluran kemih oleh mikroorganisme berdaya membuat
urease (Proteus mirabilis), dehidrasi, benda asing, jaringan mati (nekrosis
papil) dan multifaktor.
Banyak teori yang menerangkan proses pembentukan batu di saluran kemih;
tetapi hingga kini masih belum jelas teori mana yang paling benar.

Beberapa teori pembentukan batu adalah:

a. Teori Nukleasi
Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu sabuk batu
(nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan yang kelewat jenuh
(supersaturated) akan mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya
membentuk batu. Inti batu dapat berupa kristal atau benda asing di saluran
kemih.
b. Teori Matriks
Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin, dan
mukoprotein) merupakan kerangka tempat diendapkannya kristal-kristal
batu.
c. Penghambatan Kristalisasi
Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal,
antara lain : magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa
peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat itu berkurang, akan
memudahkan terbentuknya batu di dalam saluran kemih (Basuki, 2000)
4. Insiden
penyakit ini dapat menyerang penduduk di seluruh dunia tidak terkecuali
penduduk di negara kita. Angka kejadian penyakit ini tidak sama di berbagai
belahan bumi. Di negara-negara berkembang banyak dijumpai pasien batu buli-
buli sedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai penyakit batu saluran
kemih bagian atas; hal ini karena adanya pengaruh status gizi dan aktivitas
pasien sehari-hari. Di Amerika Serikat 5 – 10% penduduknya menderita
penyakit ini, sedangkan di seluruh dunia rata-rata terdapat 1 – 12 % penduduk
menderita batu saluran kemih (Basuki, 2000).

5. Patofisiologi
Komposisi batu saluran kemih yang dapat ditemukan adalah dari jenis urat,
asam urat, oksalat, fosfat, sistin, dan xantin. Batu oksalat kalsium kebanyakan
merupakan batu idiopatik. Batu campuran oksalat kalsium dan fosfat biasanya
juga idiopatik; di antaranya berkaitan dengan sindrom alkali atau kelebihan
vitamin D. Batu fosfat dan kalsium (hidroksiapatit) kadang disebabkan
hiperkalsiuria (tanpa hiperkalsemia). Batu fosfat amonium magnesium
didapatkan pada infeksi kronik yang disebabkan bakteria yang menghasilkan
urease sehingga urin menjadi alkali karena pemecahan ureum. Batu asam urin
disebabkan hiperuremia pada artritis urika. Batu urat pada anak terbentuk
karena pH urin rendah (R. Sjamsuhidajat, 1998 Hal. 1027). Pada kebanyakan
penderita batu kemih tidak ditemukan penyebab yang jelas. Faktor
predisposisi berupa stasis, infeksi, dan benda asing. Infeksi, stasis, dan litiasis
merupakan faktor yang saling memperkuat sehingga terbentuk lingkaran setan
atau sirkulus visiosus. Jaringan abnormal atau mati seperti pada nekrosis
papila di ginjal dan benda asing mudah menjadi nidus dan inti batu. Demikian
pula telor sistosoma kadang berupa nidus batu (R. Sjamsuhidajat, 1998 Hal.
1027).

6. Manifestasi Klinis
Gerakan pristaltik ureter mencoba mendorong batu ke distal, sehingga
menimbulkan kontraksi yang kuat dan dirasakan sebagai nyeri hebat (kolik).
Nyeri ini dapat menjalar hingga ke perut bagian depan, perut sebelah bawah,
daerah inguinal, dan sampai ke kemaluan.
Batu yang terletak di sebelah distal ureter dirasakan oleh pasien sebagai nyeri
pada saat kencing atau sering kencing. Batu yang ukurannya kecil (<5 mm)
pada umumnya dapat keluar spontan sedangkan yang lebih besar seringkali
tetap berada di ureter dan menyebabkan reaksi peradangan (periureteritis)
serta menimbulkan obstruksi kronik berupa hidroureter/hidronefrosis (Basuki,
2000).

7. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Terlihat pembesaran pada daerah pinggang atau abdomen sebelah atas.
Pembesaran ini mungkin karena hidronefrosis.
b. Palpasi
Ditemukan nyeri tekan pada abdomen sebelah atas. Bisa kiri, kanan atau
dikedua belah daerah pinggang. Pemeriksaan bimanual dengan memakai dua
tangan atau dikenal juga dengan nama tes Ballotement. Ditemukan
pembesaran ginjal yang teraba disebut Ballotement positif.
c. Perkusi
Ditemukan nyeri ketok pada sudut kostovertebra yaitu sudut yang dibentuk
oleh kosta terakhir dengan tulang vertebra

8. Tes Diagnostik
a. Air kemih
1) Mikroskopis endapan: sedimen urin yang menunjukkkan adanya
leukosituria, hematuria, kristal-kristal pembentuk batu.
2) Makroskopis: didapatkan gross hematuri
3) Biakan: menunjukkan adanya pertumbuhan kuman pemecah urea.
4) Sensitivitas kuman
b. Faal ginjal: Pemeriksaan ureum dan kreatinin adalah untuk melihat
fungsi ginjal baik atau tidak. Pemeriksaan elektrolit untuk memeriksa
factor penyebab timbulnya batu antara lain kadar kalsium, oksalat,
fosfat maupun urat di dalam urin.
c. Radiologis
Foto BNO-IVP untuk melihat lokasi batu, besarnya batu, apakah terjadi
bendungan atau tidak. Pada gangguan fungsi ginjal maka IVP tidak
dapat dilakukan; pada keadaan ini dapat dilakukan retrograd pielografi
atau dilanjutkan dengan antegrad pielografi, bila hasil retrograd
pielografi tidak memberikan informasi yang memadai. Pada foto BNO
batu yang dapat dilihat disebut sebagai batu radioopak, sedangkan batu
yang tidak tampak disebut sebagai batu radiolusen, berikut ini adalah
urutan batu menurut densitasnya, dari yang paling opaq hingga yang
paling bersifat radiolusent; calsium fosfat, calsium oxalat, magnesium
amonium fosfat, sistin, asam urat, xantine.
d. Foto polos perut (90% batu kemih radiopak)
e. Foto pielogram intravena (adanya efek obstruksi)
f. Ultrasonografi ginjal (hidronefrosis)
g. Foto kontras khusus:
1) Retrograd
2) Perkutan
h. Analisis biokimia batu
i. Pemeriksaan kelainan metabolik
j. Pemeriksaan kimiawi ditemukan pH urin lebih dari 7,6 menunjukkan
adanya pertumbuhan kuman pemecah urea dan kemungkinan terbentuk
batu fosfat. Bisa juga pH urin lebih asam dan kemungkinan terbentuk
batu asam urat.
k. Pemeriksaan Darah Lengkap
Dapat ditemukan kadar hemoglobin yang menurun akibat terjadinya
hematuria. Bisa juga didapatkat jumlah lekosit yang meningkat akibat
proses peradangan di ureter.

9. Penatalaksanaan Medik
a. Medikamentosa
Ditujukan untuk batu yang ukurannya < 5 mm, karena batu diharapkan
dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan mengurangi
nyeri, memperlancar aliran urine dengan pemberian diuretikum, dan
minum banyak supaya dapat mendorong batu keluar.

b. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsi)


Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali
oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu
ureter proksimal, atau batu buli-buli tanpa melalui tindakan invasif
atau pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil
sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih.

c. Endourologi

1) PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) : mengeluarkan batu


yang berada di saluran ginjal dengan cara memasukkan alat
endoskopi ke sistem kaliks melalui insisi kulit. Batu kemudian
dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu
2) Litotripsi : memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan
memasukkan alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli.
Pecahan batu dikeluarkan dengan evakuator Ellik.
3) Ureteroskopi atau uretero-renoskopi : memasukkan alat
ureteroskopi per uretram guna melihat keadaan ureter atau sistem
pielokaliks ginjal. Dengan memakai energi tertentu, batu yang
berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah
melalui tuntunan ureteroskopi atau uretero-renoskopi ini.
4) Ekstraksi Dormia : mengeluarkan batu ureter dengan
menjaringnya dengan keranjang Dormia.
5) Bedah Laparoskopi
Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih
saat ini sedang berkembang. Cara ini banyak dipakai untuk
mengambil batu ureter.
6) Bedah terbuka:
a. Pielolitotomi atau nefrolitotomi : mengambil batu di saluran
ginjal
b. Ureterolitotomi : mengambil batu di ureter
c. Vesikolitotomi : mengambil batu di vesica urinaria
d. Uretrolitotomi: mengambil batu dari uretra

10. Pencegahan
Pencegahan yang dilakukan adalah berdasarkan atas kandungan unsur
yang menyusun batu saluran kemih yang diperoleh dari analisis batu.
Umumnya pencegahan dapat berupa menghindari dehidrasi dengan minum
cukup dan diusahakan produksi urine sebanyak 2-3 liter per hari, diet
untuk mengurangi kadar zat-zat komponen pembentuk batu, aktifitas
harian yang cukup dan pemberian medikamentosa. Beberapa diet yang
dianjurkan untuk mengurangi kekambuhan adalah diet rendah protein
karena protein akan memacu ekskresi kalsium urin dan menyebabkan
suasana urin menjadi lebih asam.Diet rendah oksalat, diet rendah garam
karena natriuresis akan memicu timbulnya hiperkalsuria dan diet rendah
purin.

11. Teknik operasi ureterolitotomi

Ureterolitotomi untuk batu ureter proksimal

a) Dibuat foto polos abdomen 1 jam sebelum operasi.


b) Dengan pembiusan umum.
c) Posisi lumbotomi sesuai dengan letak batu pada sisi atas.
d) Desinfeksi lapangan pembedahan dengan larutan antiseptik.
e) Lapangan pembedahan dipersempit dengan linen steril.
f) Insisi kulit dimulai dari tepi bawah arkus kosta XI sampai ke arah
umbilikus, diperdalam  lapis  demi  lapis  dengan memotong fascia
eksterna, muskulus interkostalis dibelakang  dan muskulus oblikus
abdominis depan sampai didapatkan fasia abdominis internus. Fascia
abdominis dibuka, kemudian peritoneum disisihkan penempelannya
pada fascia.
g) Pasang retraktor.
h) Ureter dicari dengan cara membuka fascia gerota yang terletak di
depan muskulus  ileopsoas dengan ciri:

-   berupa saluran warna putih

-   tidak berdenyut

-   berjalan bersama-sama dengan arteri spermatika interna pada laki-


laki atau arteri ovarika  pada wanita.

i) Ureter ditegel dengan  kateter nelaton no. 8 di proksimal batu.


j) Raba batu dan bersihkan ureter
k) Insisi ureter dengan  mess no. 15 tepat didaerah batu
l) Keluarkan batu dengan stone tang
m) Evaluasi cairan/urin yang keluar dari ureter (jernih)
n) Lakukan sondage ke arah distal dan proksimal. Bila sondage lancar
lakukan spoeling.
o) Jahit ureter yang diinsisi dengan Dexon 4-0 secara jelujur.
p) Cuci lapangan operasi dengan PZ
q) Pasang drain redon pada fosa renalis.
r) Luka operasi ditutup lapis demi lapis

PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan merupakan pengumpulan data yang berhubungan
dengan pasien secara sistematis. Pengkajian keperawatan pada ureterolithiasis
tergantung pada ukuran, lokasi, dan etiologi kalkulus (Doenges, 1999 Hal 672).
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : pekerjaan monoton, pekerjaan di mana klien terpajan pada lingkungan
bersuhu tinggi, keterbatasan aktivitas / mobilitas sehubungan kondisi
sebelumnya.
b. Sirkulasi
Tanda : peningkatan TD / nadi, (nyeri, obstruksi oleh kalkulus) kulit hangat
dan kemerahan, pucat.
c. Eliminasi
Gejala : riwayat adanya ISK kronis, penurunan haluaran urine, distensi vesica
urinaria, rasa terbakar, dorongan berkemih, diare.
Tanda : oliguria, hematuria, piuruia, perubahan pola berkemih
d. Makanan / cairan
Gejala : mual / muntah, nyeri tekan abdomen, diet tinggi purin, kalsium
oksalat / fosfat, ketidakcukupan intake cairan
Tanda : Distensi abdominal, penurunan / tidak ada bising usus , muntah
e. Nyeri / kenyamanan
Gejala : episode akut nyeri berat, lokasi tergantung pada lokasi batu, nyeri
dapat digambarkan sebagai akut, hebat, tidak hilang dengan perubahan posisi
atau tindakan lain
Tanda : melindungi, prilaku distraksi, nyeri tekan pada area abdomen
f. Keamanan
Gejala : pengguna alkohol, demam, menggigil
g. Penyuluhan dan Pembelajaran
Gejala : riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, ISK, paratiroidisme,
hipertensi, pengguna antibiotik, antihipertensi, natrium bikarbonat,
allopurinol, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium dan vitamin
h. Pemeriksaan diagnostik
Urinalisis, urine 24 jam, kultur urine, survey biokimia, foto Rontgen, IVP,
sistoureteroskopi, scan CT, USG

Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


Dx kep./ mslh kolaborasi Tujuan Intervensi
Nyeri akut berhubungan NOC: Kontrol nyeri, NIC:
dengan agen injuri: fisik Setelah diberi a. Manajement nyeri
penjelasan selama 5 Aktifitas:
menit diharapkan 1. Lakukan penilaian terhadap
kenyamanan pasien nyeri, lokasi, karakteristik dan
meningkat faktor-faktor yang dapat menambah
Indikator: nyeri
 Menggunakan 2. Amati isyarat non verbal
skala nyeri untuk tentang kegelisaan
mengidentifikasi 3. Fasilitasi lingkungan nyaman
tingkat nyeri 4. Berikan obat anti sakit
 Klien 5. Bantu pasien menemukan
menyatakan nyeri posisi nyaman
berkurang 6. Anjurkan klien penggunaan
 Klien mampu tehnik relaksasi
istirahan/tidur b. Kelola analgetik
 Menggunakan c. Terapi relaksasi
tekhnik non d. Manajemen lingkungan
farmakologi
Cemas berhubungan dengan NOC: kontrol NIC: Penurunan kecemasan
krisis situasional kecemasan dan coping, Aktifitas:
setelah diberi 1. Bina Hub. Saling percaya
penjelasan selama 5 2. Prosedur
menit diharapkan klien 3. Hargai pengetahuan pasien
mampu mengatasi tentang penyakitnya
cemas dg: 4. Bantu pasien untuk
Indikator: mengefektifkan sumber support
Ps mampu:
 Mengungkapka
n cara mengatasi
cemas
 Mampu
menggunakan coping
 Klien tidak
tampak tegang dan
ketakutan

Resiko cedera dengan faktor NOC: control resiko NIC: surgical precaution
resiko: Gangguan persepsi Indicator: tidak terjadi Aktifitas:
sensori karena anestesi injuri 1. Tidurkan klien pada meja
operasi dengan posisi sesuai
kebutuhan
2. Monitor penggunaan
instrumen, jarum dan kasa
3. Pastikantidak ada instrumen,
jarum atau kasa yang tertinggal
dalam tubuh klien

DAFTAR PUSTAKA

1.Purnomo, B. Basuki, Dasar-dasar Urologi , cetakan I, CV. Infomedika, Jakarta,


2002

2. W.B. Saunders, Campbell’s Urology, Sixth Edition, W.B. Saunders Company,


Philadelphia Pennsylvania, 1992

3.D.R. Smith, General Urology, 10th edition, Lange Medical Publications,


California, 1981

4.Wim de Jong dan Sjamsuhidayat, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC,
Jakarta, 1998

5.“Kidney Stones in Adults” didapat dari


http://uptodate.com/patientinformation:kidneystonesin

6. “Definisi Batu Ureter” didapat dari http://wikipedia.com/batuureter


7.“Batu Ureter” didapat dari http://blogger.com/harry/batuurete

8.“ Urolithiasis: ureterolithiasis” didapat dari


http://ratihrochmat.wordpress.com/urolithiasis

9.“Definisi Urolithiasis” didapat dari http://medicinenet.com/urolithiasis

10.. “Ureterolithiasis” didapat dari http://oakbrookurology.com/ureterolithiasis

Anda mungkin juga menyukai