Dr. Adrianti
NIP. 19711028199803 2 001
Mengetahui
Ketua Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Andalas
PENDAHULUAN
Salah satu strategi untuk memenuhi kebutuhan energi listrik yang terus
kebutuhan listriknya sendiri dengan memanfaatkan sumber energi yang ada pada
listrik pada jaringan distribusi atau pada sisi jaringan pelanggan [2]. Kelebihan
sistem ini dibanding sistem kelistrikan yang terpusat (konvensional) adalah dapat
besar dan rumit, jaringan transmisi pendek dan dapat menggunakan sumber energi
aliran arus listrik dimulai dari sumber pembangkit (grid) menuju ke bagian hilir
jaringan. Instalasi pembangkit tersebar (PT) dapat mengubah arah aliran arus jika
jaringan atau bahkan ke grid. Akibatnya, relai akan membaca arus dari PT
dilakukan tanpa mengubah sistem proteksi yang telah ada [5], sehingga pada
lokasi yang tidak sesuai, dianjurkan untuk tidak ditempatkan pembangkit tersebar.
di berbagai bus sistem. Semakin ke hilir dari sumber pembangkit, maka semakin
maloperasi pada sistem proteksi. Hal ini dikarenakan penambahan PT pada sistem
ini dapat menyebabkan naiknya arus kondisi normal yang dirasakan oleh relai,
sebab titik lokasi penempatan serta kapasitas yang dipakai sudah melebihi daya
yang dibutuhkan beban. Sehingga arus dari PT disuplai ke sistem distribusi. dan
relai merasakan arus kondisi normal yang lebih besar dari pada setting. Oleh
hilir grid.
relai yang terlebih dahulu beroperasi adalah relai 3 padahal yang seharusnya
beroperasi terlebih dahulu adalah relai 10. Begitupun pada lampiran 2, saat
daerah perlindungannya.
Pada penelitian ini, permasalahan proteksi yang maloperasi akibat
diupayakan penambahan relai dan perbaikan setting relai yang sudah ada.
pada sinkron mencapai tahap steady state, sedangkan induksi hanya sampai tahap
generator induksi [4]. Hal ini disebabkan karena reaktansi generator sinkron lebih
1. Relai yang ada tidak dapat mengamankan sistem setelah penempatan PT,
karena itu, perlu dikaji di titik mana saja perlu ditambahkan relai dan apa
2. Bagaimana koordinasi relai yang paling baik agar sistem dapat terlindungi
dilakukan dapat bekerja dengan tepat untuk berbagai kondisi output dari
PT?
1.3 Tujuan Penelitian
Konfigurasi tersebut terdiri atas dua bagian yaitu penambahan relai baru dan
1. Relai proteksi yang digunakan yaitu relai arus lebih (OCR) dan relai arus
3. Kondisi islanding (grid terputus dari sistem distribusi) tidak dibahas dalam
penelitian ini.
Device Coordination
Bab I Pendahuluan
TINJAUAN PUSTAKA
pada sistem tenaga listrik yang menyebabkan arus yang mengalir menjadi besar,
sehingga dapat merusak peralatan bila sistem proteksi tidak bekerja dengan tepat.
terdiri dari 2, yaitu gangguan simetris dan gangguan tak simetris [6].
pada setiap fasanya, sehingga arus dan tegangan masing-masing fasa tetap
dianalisa hanya dari komponen urutan positifnya saja karena besar arus gangguan
hubung singkat tiga fasa sama dengan besar arus urutan positif [6] sebagaimana
Vf
Ia
Z1 (2.1)
Dimana:
singkat pada satu atau dua fasa pada sistem kelistrikan tiga-fasa, karena itu
gangguan ini menyebabkan sistem menjadi tidak simetris. Gangguan tak simetris
hubung singkat pada salah satu fasa saluran ke tanah. Gangguan satu fasa ke tanah
Vf
Ia
Z1 Z 2 Z 0 (2.2)
V a 0=−Z 0 I a 1 (2.3)
V a 1=V f −Z 1 I a 1 (2.4)
V a 2=−Z 2 I a 1 (2.5)
1
Ia0 =Ia1=Ia 2= Ia (2.6)
3
Gambar 2. 2 Rangkaian hubung singkat satu fasa ke tanah
(gangguan di fasa a)
Dimana :
hubung singkat antara dua fasa saluran penghantar pada sistem kelistrikan tiga
fasa. Representasi gangguan antar fasa dalam rangkaian urutan diperlihatkan pada
Vf
I a1
Z1 Z 2 (2.7)
Dimana :
Pada gangguan hubung singkat fasa ke fasa, arus saluran tidak mengandung
komponen urutan nol dikarenakan tidak ada gangguan yang terhubung ke tanah
[6].
2.1.2.3 Gangguan antar fasa ke tanah
adanya hubung singkat antara dua fasa saluran penghantar ke tanah. Gangguan
fasa a ke tanah)
Persamaan arus gangguan antar fasa ke tanah adalah sebagai berikut [5]:
VF
I a1 =
ZZ
Z1 + 0 2
Z2 +Z0 ` (2.8)
Keterangan :
yang tinggi adalah salah satu syarat wajib yang harus dipenuhi oleh suatu proteksi
dalam sistem tenaga listrik. Peralatan proteksi harus dapat bekerja secara cepat
memisahkan bagian yang terganggu dari bagian lain yang belum terkena
yang lebih besar. Untuk efektifitas dan efisiensi, maka setiap peralatan proteksi
yang dipasang harus disesuaikan dengan kebutuhan dan tingkat resiko peralatan
[7].
Proteksi cadangan bekerja bila relai utama gagal dan proteksi ini berada
dilokasi yang lebih jauh dari gangguan, sehingga daerah yang diputuskan
menjadi lebih luas. Waktu operasi lebih lambat dari pada relai utamanya.
Kepekaan suatu sistem proteksi ditentukan oleh nilai terkecil dari besaran
penggerak berhubungan dengan nilai minimum arus gangguan dalam daerah yang
dilindunginya.
Selektif berarti suatu sistem proteksi harus dapat memilih bagian sistem
yang harus diisolir apabila relai proteksi mendeteksi gangguan. Bagian yang
dipisahkan dari sistem yang sehat sebisanya adalah bagian yang terganggu saja.
demikian, segala tindakannya akan tepat dan akibat gangguan dapat dieliminir
2.2.1.3 Kecepatan
serta kadang- kadang gangguan sistem bersifat sementara, maka relai yang
semestinya bereaksi dengan cepat kerjanya perlu diperlambat (time delay), seperti
t op=t p+ t cb (2.9)
Keterangan :
2.2.1.4 Keandalan
sebagaimana yang diharapkan. Sistem proteksi disebut tidak andal bila gagal
bekerja pada saat dibutuhkan atau bekerja pada saat proteksi itu tidak seharusnya
bekerja. Keandalan relai dikatakan cukup baik bila mempunyai harga 90-99 %.
b. Security : tidak boleh salah kerja / tidak boleh bekerja saat tidak terjadi
Sebagai contoh, dalam satu tahun terjadi gangguan sebanyak 27 kali dan relai
25
Keandalan relai = x 100 %=92.6 %
27
2.2.1.5 Ekonomis
maksimum dengan harga yang minimum. Sehingga, tetap ekonomis dengan tidak
Ada berbagai jenis relai proteksi. Berikut ini akan dibahas jenis-jenis relai
Relai arus lebih adalah jenis relai yang beroperasi berdasarkan arus yang
melewatinya, ia akan bekerja bila arus yang mengalir melebihi nilai settingnya (I
set). Relai arus lebih memiliki kemampuan untuk memonitor arus yang mengalir
di daerah proteksinya.
singkat dan dapat digunakan sebagai pengaman beban lebih (overload). Selain itu
juga berfungsi sebagai pengaman utama pada jaringan distribusi dan sub transmisi
radial dan pengamanan cadangan untuk generator, trafo tenaga dan saluran
transmisi [10].
karakteristik, yaitu:
Relai ini bekerja seketika ketika arus yang mengalir melebihi nilai
settingnya, relai akan bekerja dalam waktu beberapa mili detik (10 – 20 ms) yaitu
tanpa penundaan waktu. Relai ini pada umumnya dikombinasikan dengan relai
arus lebih dengan karakteristik waktu tertentu (definite time) atau waktu terbalik
Keterangan:
BB = Bus-bar A = Tanda bahaya (Alarm)
PMT = Pemutus (Circuit Breaker) R = Relay arus lebih seketika
TC = Kumparan pemutus (Triping Coil) DC = Sumber arus searah
- = Polaritas negatif sumber arus searah I = Arus beban
+ = Polaritas positif sumber arus searah CT = Transformator arus
Ir = Arus yang melewati kumparan relai
2.2.2.1.2 Relai arus lebih waktu tertentu (definite time Overcurrent relay)
Relai ini akan memberikan perintah trip pada PMT pada saat terjadi
gangguan hubung singkat dan besarnya arus gangguan melampaui arus settingnya
(Is). Pada relai arus lebih waktu tertentu, jangka waktu kerja relai tidak
Relai ini akan bekerja dengan waktu relai mulai pick-up sampai dengan
selesainya kerja relai tergantung dari besarnya arus yang melewatinya. Semakin
besar arus gangguan yang mengalir, maka semakin cepat waktu kerja relai.
berikut:
gangguan yang rendah untuk koordinasi antar relai dimana kapasitas hubung
beberapa relai, perbedaan kapasitas hubung singkat diantara lokasi relai dan
inverse. Ketika very inverse relay gagal dalam hal selektivitas, extremely inverse
melawan overheating.
Sedangkan lamanya waktu kerja relai inverse, very inverse dan extremely
inverse menurut IEC 60255 dapat dilihat pada persamaan dibawah ini:
0.14 xTMS
top
Standard Inverse PSM 0.02 1 (2.10)
13.5 xTMS
top
Very Inverse PSM 1 (2.11)
80 xTMS
top
Extremely Inverse PSM 2 1 (2.12)
Setelan waktu kerja relai arus lebih didapat dengan menggunakan rumus kurva
lokasi gangguan. Berikut persamaan untuk menghitung setting arus dan time dial
sek CT
Ipick-up= Iset x (2.14)
prim CT
If 0.02
Td =
ts x [( ) ]
Iset
−1
(2.15)
0.14
Dimana:
bekerja berdasarkan arah arus yang sudah diset. Arah arus ini dapat dideteksi oleh
relai karena adanya input tegangan yang dapat memberikan torka hanya untuk
arah arus gangguan tertentu. Relai ini berfungsi untuk mengamankan peralatan
DOCR ini mempunyai dua buah parameter ukur yaitu tegangan dan arus
yang masuk ke dalam relai untuk membedakan arah arus ke depan atau ke
belakang. Untuk membedakan arah arus tersebut, salah satu fasa dari arus harus
Pada relai arus lebih berarah, tegangan masukan pada relai menimbulkan
sedangkan arus masukan pada relai menghasilkan fluksi φi yang tertinggal dari
tegangan sebesar sudut φ [18]. Kedua fluksi akan menghasilkan torsi maksimum
singkat antar fasa sedangkan GFR mendeteksi gangguan hubung singkat ke tanah
[5].
skala kecil (<10 MW) yang diletakkan dekat area beban. Pemasangannya pada
jaringan distribusi dapat memberikan dampak yang positif dan negatif terhadap
transmisi yang panjang dan gardu induk berkapasitas besar dan dapat mencegah
Besarnya tenaga air yang tersedia dari suatu sumber air bergantung pada
tinggi dan debit air. Sehingga, total energi yang tersedia dari suatu reservoir air
merupakan energi potensial air. Dengan demikian, potensi daya air yang tersedia
berdasarkan energi potensial dapat ditulis dalam bentuk persamaan berikut [15] :
PG=ρ x g x Q x Hg (2.16)
Dimana :
P= ρ x g x Q x He x Eff (2.17)
Dimana :
Eff = efisiensi
beroperasi secara efisien selama rentang aliran tertentu (misalnya turbin propeller
mengubah arah dan besar arus baik saat kondisi normal maupun kondisi gangguan
[4]. Perubahan tersebut bisa mempengaruhi sistem proteksi yang sudah terpasang,
sehingga sistem proteksi tersebut mungkin tidak bekerja seperti yang diharapkan
jaringan
aliran arus listrik dimulai dari sumber pembangkit (grid) menuju ke bagian hilir
jaringan. Instalasi Pembangkit Tersebar (PT) dapat mengubah arah aliran arus jika
outputnya melebihi permintaan lokal [4]. Untuk kondisi ini, PT mengekspor listrik
pada besarnya arus, seperti: relai arus lebih, fuse dan recloser. Jika Pembangkit
Tersebar mengekspor energi yang relatif tinggi dalam jaringan distribusi, maka
arus yang terbaca oleh relai lebih besar daripada arus yang disetting pada relai,
sehingga sistem proteksi akan beroperasi pada kondisi tidak adanya gangguan [4].
Relai arus lebih disetting lebih besar dari arus normal maksimum dalam
saluran distribusi, rumusnya dapat dilihat pada persamaan (2.18) berikut. Oleh
karena itu, relai akan beroperasi ketika arus yang mengalir pada saluran melebihi
(2.18)
Keterangan:
𝐼𝑠𝑒𝑡 = setting arus primer pada relai arus lebih
𝐼𝑚𝑎𝑥 = arus pada beban maksimum di saluran
𝛽 = margin = 1.05 – 1.3
Kondisi ini dapat diatasi dengan menaikkan setting relai atau mengganti
jenis relai menjadi relai arus lebih berarah. Rancangan ini akan memberikan
pengaruh pada koordinasi relai yang lain, oleh karena itu, dibutuhkan setting
ulang relai secara keseluruhan pada jaringan untuk menentukan koordinasi relai
yang baru.
jaringan
arus gangguan ke jaringan ketika terjadi gangguan pada sistem distribusi. Oleh
gangguan yang terbaca oleh relai proteksi pada jaringan bisa meningkat ataupun
menurun tergantung pada posisi Pembangkit Tersebar dan bagian yang terganggu
[4]. Perubahan arus gangguan yang terbaca oleh relai bisa menyebabkan
kegagalan operasi pada relai atau bahkan operasi yang tak diinginkan untuk
yang terbaca oleh relai berdasarkan pada lokasi penempatannya sebagai berikut:
1. Lokasi Pembangkit Tersebar (PT) berada di bagian hilir relai dan gangguan
yang terjadi di bagian hilir PT seperti pada gambar 2.10 berikut. Arus
grid. Untuk kondisi ini, relai yang berada di bagian hulu PT akan membaca
arus gangguan yang lebih kecil dibanding pada saat PT tidak ada. Hal ini akan
yang mengalami gangguan seperti pada gambar 2.11 berikut. Untuk kondisi
bagian yang terganggu, relai R1 membaca arus yang mengalir melebihi arus
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Umum
dibawah ini :
Mulai x
kumpulkan data
dan literatur beri gangguan pada titik yang
telah ditenukan
Dengan menggunakan
software etap, gambar
single line diagram dan tidak
Apakah setting rele
beri penambahan relai arah bekerja dengan baik
di titik-titik yang
diperlukan disekitar
pembangkit tersebar Ya
Belum
1. Sebuah Laptop (PC) Core i3 Processor, Memori 2 GB, 2.3 GHz, 500 GB,
lunak yang mendukung analisa sistem tenaga listrik. Perangkat ini mampu bekerja
dalam keadaan offline untuk simulasi tenaga listrik, online untuk pengelolaan data
2. Short-Circuit Analysis
4. Harmonic Analysis
8. DC Short-Circuit Analysis
sistem tenaga listrik. Sehingga, dapat melakukan simulasi pada jaringan distribusi
pengguna untuk bekerja secara langsung dengan tampilan gambar single line
adalah :
data sistem yang akan diteliti beserta literatur-literatur yang mendukung penelitian
tersebut.
tenaga listrik berupa single line diagram pada software ETAP 12.6 dan
penambahan relai arus lebih berarah (DOCR) di saluran yang dekat dengan
pembangkit tersebar
simulasi gangguan hubung singkat (Short Circuit Analysis) pada berbagai titik
gangguan untuk mengetahui arus nominal dan arus gangguan hubung singkat
berikut:
sekunder CT
I pick up=I set x
primer CT
I fault
PSM =
I pickup
β
t op=TMS ×
[ ( PSM )α −1 ]
Kecuali untuk relai yang berada di area pembangkit tersebar (PT), arus pick up
gangguan di titik lain yang bukan daerah operasi relai tersebut (gangguan
eksternal) dengan nilai arus gangguan terbesar yang dibaca relai sebagai arus pick
up.
setting relai
kumanis, bus 6, bus 5, bus 4, bus 10, bus 3, dan bus 2. Pemberian gangguan
relai bekerja dengan baik? Jika ya, kapasitas divariasikan. Jika tidak, perlu
dilakukan analisa hubung singkat dan setting ulang relai proteksi yang
bermasalah.
4.1. Pendahuluan
Pada bab ini membahas mengenai data sistem distribusi, hasil pengujian
Analisys Program 12.6 (ETAP. 12.6). Untuk studi kasus yang dipilih yaitu pada
Tegangan : 20 kV
Merk : PASTI
Kapasitas : 20 MVA
Tegangan : 150 / 20 kV
Inominal 20 kV : 577,35
Ratio CT : 1000 / 5
setelah penambahan PT
penambahan PT
4.2.4 Data penyulang
tegangan 20 kV pada bus. Arus beban maks yang mengalir pada penyulang
incoming sijunjung 165 A dengan jenis kabel AAAC 150 mm2, dengan panjang
saluran 10.270 Km dengan rasio CT 400/5 yang berguna untuk studi kasus setting
relai.
tegangan 20 kV pada bus . Arus beban maks yang mengalir pada penyulang
incoming sijunjung 72 A dengan jenis kabel AAAC 150 mm2, dengan panjang
saluran 15.180 Km dengan rasio CT 100/5 yang berguna untuk studi kasus setting
relai.
tegangan 20 kV pada bus . Arus beban maks yang mengalir pada penyulang
incoming sijunjung 52 A dengan jenis kabel AAAC 150 mm2, dengan panjang
saluran 24.5 Km dengan rasio CT 100/5 yang berguna untuk studi kasus setting
relai.
Tabel 4.4 merupakan data penyulang outgoing feeder III Kumanis dengan
tegangan 20 kV pada bus . Arus beban maks yang mengalir pada penyulang
saluran 75 Km dengan rasio CT 60/5 yang berguna untuk studi kasus setting relai.
Jenis PT yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu berupa generator
sinkron, karena pada saat gangguan generator sinkron menyuplai arus gangguan
(PT)
dibagian hilir saluran dari bus 3 ke bus 6 dipasang relai 12 untuk membaca arus
dari PT, sehingga relai tersebut yang akan mengamankan daerah yang terganggu
tanpa harus memutus sistem proteksi pada saluran ke PT. Relai 12 bertugas untuk
membaca arus dari PT, oleh sebab itu diperlukan jenis relai arah pada jaringan
distribusi ini. Untuk memutus arus gangguan yang berasal dari grid, ditempatkan
relai arus lebih berarah (relai 3) dibagian hulu saluran yang sama.
singkat pada sistem. Aliran daya diperlukan untuk melihat arus nominal pada
masing-masing saluran, sedangkan hasil analisa hubung singkat diperlukan untuk
koordinasi relai.
kondisi, yaitu; besar beban minimum, beban maksimum dan nilai arus nominal
ketika PT terputus dari jaringan. Selanjutnya, dilihat nilai arus nominal yang
paling besar pada masing-masing kondisi sebagai arus nominal untuk setting relai.
Gambar 4.3 memperlihatkan hasil simulasi aliran daya pada ETAP 12.6. dengan
Hasil simulasi aliran daya berdasarkan pada gambar 4.3 disajikan dalam
tabel 4.6.
Hasil simulasi aliran daya berdasarkan single line diagram pada gambar
mengalami kerusakan).
Hasil simulasi aliran daya berdasarkan single line diagram pada gambar
hubung singkat yang melewati masing-masing relai. Untuk relai yang berada di
dekat lokasi penempatan PT, simulasi arus gangguan hubung singkat dilakukan di
berbagai titik diluar daerah proteksinya kemudian dilihat nilai arus gangguan
terbesar yang melewati masing-masing relai untuk digunakan sebagai setting relai
tersebut. Hasil perhitungan hubung singkat secara keseluruhan pada ETAP 12.6
gambar 4.7 diatas memperlihatkan bahwa arus gangguan hubung singkat yang
melewati relai 2 sebesar 823 A. Untuk kondisi ini, relai 2 disetting dengan besar
arus gangguan yaitu 823 A. Selanjutnya menentukan time dial dengan arus
gambar 4.8 diatas memperlihatkan bahwa arus gangguan hubung singkat yang
melewati relai 1 sebesar 1070 A. Untuk kondisi ini, relai 1 disetting dengan besar
arus gangguan yaitu 1070 A. Selanjutnya menentukan time dial dengan arus
pada gambar 4.9 diatas memperlihatkan bahwa arus gangguan hubung singkat
yang melewati relai 10 sebesar 4880 A. Untuk kondisi ini, relai 10 disetting
dengan besar arus gangguan yaitu 4880 A. Selanjutnya menentukan time dial
pada gambar 4.10 diatas memperlihatkan bahwa arus gangguan hubung singkat
dibawahnya (relai 1, relai 2 dan relai 3). Oleh karena nilai Td (Time dial) pada
relai 1 paling besar diantara relai 2 dan relai 3, maka relai 4 di setting dengan
pada gambar 4.11 diatas memperlihatkan bahwa arus gangguan hubung singkat
yang melewati relai 5 sebesar 632 A. Relai 5 berkoordinasi dengan relai 4 dan
relai 10. Oleh karena relai 4 memiliki nilai Td yang paling besar, maka untuk
kondisi ini, relai 5 disetting dengan besar arus gangguan yaitu 632 A. Selanjutnya
.
4.3.2.6 Perhitungan hubung singkat di lokasi gangguan pada bus 6
gambar 4.12 diatas memperlihatkan bahwa arus gangguan hubung singkat yang
melewati relai 3 sebesar 264 A. Untuk kondisi ini, relai 3 disetting dengan besar
arus gangguan yaitu 264 A. Selanjutnya menentukan time dial dengan arus
yang melewati relai 14, relai 13 dan relai 12 sebesar 303 A. Untuk kondisi ini,
relai 14, relai 13 dan relai 12 disetting dengan besar arus gangguan yaitu 303 A.
berbagai lokasi gangguan pada masing-masing relai. Dari hasil analisa hubung
Relai 14
Hasil dari simulasi ETAP di dapat hasil aliran daya dan hubung singkat sebagai
berikut:
Inom = 12.9 A
Ifault = 0.303 kA
Ts = 0.1 s
¿ 14.19 A
Maka diperoleh nilai pick-up yaitu:
Sekunder CT
I sekunder =I set x
Primer CT
5
¿ 14.19 A x
100
¿ 1.1825 A
if α
Td=
Ts x [( ) ]
Iset
−1
Keterangan:
Td = time dial
Ts = waktu setting
If = arus hubung singkat
Iset = arus setting
α, β = konstanta
0.02
393
Td=
0.1 x [( ) ]
14.19
−1
0.14
¿ 0.109 s
Relai 12
Hasil dari simulasi ETAP di dapat hasil aliran daya dan hubung singkat sebagai
berikut:
Inom = 4.9 A
Ifault = 0.303 kA
Ts = 0.1 s
¿ 5.39 A
Maka diperoleh nilai pick-up yaitu:
Sekunder CT
I sekunder =I set x
Primer CT
5
¿ 5.39 A x
60
¿ 0.449 A
if α
Td=
Ts x [( ) ]
Iset
−1
0.02
303
Td=
0.1 x [( ) ]
5.39
−1
0.14
¿ 0.445 s
Untuk hasil perhitungan dengan menggunakan arus nominal dari simulasi aliran
daya, relai 12 mengalami maloperasi pada gangguan 3 phasa di bus 4. Oleh sebab
itu, arus setting relai 12 ditentukan dari analisa hubung singkat saat lokasi
gangguan di bus 4 yaitu 93 A. Arus setting pada relai 12 diasumsikan lebih besar
adalah:
Ifault = 0.303 kA
Ts = 0.1 s
I set =94.92 A
Sekunder CT
I sekunder =I set x
Primer CT
5
¿ 94.92 A x ¿ 7.91 A
60
if α
Td=
Ts x [( ) ]
Iset
−1
0.02
393
Td=
0.1 x [( ) ]
94.92
−1
0.14
¿ 0.05 s
Relai 13
Hasil dari simulasi ETAP di dapat hasil aliran daya dan hubung singkat sebagai
berikut:
Inom = 16.4 A
Ifault = 0.303 kA
¿ 18.04 A
Sekunder CT
I sekunder =I set x
Primer CT
5
¿ 18.04 A x
60
¿ 1.503 A
if α
Td=
Ts x [( ) ]
Iset
−1
0.02
393
Td=
0.6 x [( ) ]
18.04
−1
0.14
¿ 0.1 s
Untuk hasil perhitungan dengan menggunakan arus nominal dari simulasi aliran
daya, relai 13 mengalami maloperasi pada gangguan 3 phasa di bus 4. Oleh sebab
itu, arus setting relai 13 ditentukan dari analisa hubung singkat saat lokasi
gangguan di bus 4 yaitu 93 A. Arus setting pada relai 13 diasumsikan lebih besar
adalah:
Ifault = 0.303 kA
I set =94.92 A
Sekunder CT
I sekunder =I set x
Primer CT
5
¿ 94.92 A x
60
¿ 7.91 A
if α
Td=
Ts x [( ) ]
Iset
−1
0.02
303
Td=
0.6 x [( ) ]
94.92
−1
0.14
¿ 0.124 s
Relai 3
Hasil dari simulasi ETAP di dapat hasil aliran daya dan hubung singkat sebagai
berikut:
Inom = 12.1 A
Ifault = 0.264 kA
¿ 13.31 A
Sekunder CT
I sekunder =I set x
Primer CT
5
¿ 13.31 A x
60
¿ 1.1092 A
if α
Td=
Ts x [( ) ]
Iset
−1
0.02
264
Td=
0.6 x [( ) ]
13.31
−1
0.14
¿ 0.264 s
Relai 2
Hasil dari simulasi ETAP di dapat hasil aliran daya dan hubung singkat sebagai
berikut:
Inom = 25.9 A
Ifault = 0.823 kA
Saat Ts= 0.6 s, relai 2 mengalami maloperasi ketika gangguan di bus 5. Relai 2
gagal beroperasi, sehingga relai 12 terlebih dahulu trip. Oleh karena itu, Ts R2
Ts = 0.5 s
I set =1.1 x 25.9 A ¿ 28.49 A
Sekunder CT
I sekunder =I set x
Primer CT
5
¿ 28.49 A x
100
¿ 1.4245 A
if α
Td=
Ts x [( ) ]
Iset
−1
0.02
823
Td=
0.6 x [( ) ]
28.49
−1
0.14
¿ 0.248 s
Relai 1
Hasil dari simulasi ETAP di dapat data aliran daya dan hubung singkat sebagai
berikut:
Inom = 28.1 A
Ifault = 1.07 kA
Saat Ts= 0.6 s, relai 1 mengalami maloperasi ketika gangguan di bus 5. Relai 1
gagal beroperasi, sehingga relai 12 terlebih dahulu trip. Oleh karena itu, Ts R1
Ts = 0.5 s
¿ 30.91 A
5
I sekunder =30.91 A x
100
¿ 1.5455 A
if α
Td=
Ts x [( ) ]
Iset
−1
0.02
1070
Td=
0.6 x
30.91 [( ) ] −1
0.14
¿ 0.262 s
Relai 4
Hasil dari simulasi ETAP di dapat data aliran daya dan hubung singkat sebagai
berikut:
Inom = 65.6 A
Ifault = 2.13 kA
Ts = Ts R1 + 0.5 s
0.14 0.14
0.02 0.02
Ts R1 = Td R1 x If 2 = 0.262 x 2130 = 0.41 s
[( ) ]
I set
−1 [( ) ]
30.91
−1
Dimana:
If2 = arus gangguan di pangkal saluran relai 1
I set = arus setting relai 1
¿ 72.16 A
5
¿ 72.16 A x ¿ 0.902 A
400
if α
Td=
Ts x [( ) ]
Iset
−1
0.02
2130
Td=
0.91 x [( ) ]
72.16
−1
0.14
¿ 0.458 s
Relai 10
Hasil dari simulasi ETAP di dapat data aliran daya dan hubung singkat sebagai
berikut:
Inom = 1.8 A
Ifault = 4.88 kA
Ts = 0.1 s
¿ 1.98 A
Sekunder CT
I sekunder =I set x
Primer CT
5
¿ 1.98 A x
100
¿ 0.099 A
if α
Td=
Ts x [( ) ]
Iset
−1
β
0.02
4880
Td=
1.1 x [( ) ]
1.98
−1
0.14
¿ 0.121 s
Relai 5
Hasil dari simulasi ETAP di dapat data aliran daya dan hubung singkat sebagai
berikut:
Inom =9A
Ifault = 0.632 kA
Ts = Ts R1 + 0.5 s
0.14 0.14
0.02 0.02
Ts R4 = Td R4 x If 2 = 0.458 x 4740 = 0.73 s
[( )
I set
−1 ] [(72.16 ) −1 ]
Dimana:
If2 = arus gangguan di pangkal saluran relai 4
I set = arus setting relai 4
Sekunder CT
I sekunder =I set x
Primer CT
5
¿ 9.9 A x
400
¿ 0.1237 A
if α
Td=
Ts x [( ) ]
Iset
−1
β
0.02
632
Td=
1.23 x [( ) ]
9.9
−1
0.14
¿ 0.764 s
atau tidak setelah penempatan PT. Pada pengujian koordinasi, jaringan distribusi
normal dapat diperlihatkan oleh hasil running aliran daya pada gambar 4.13
berikut.
Gambar 4. 13 Tampilan Hasil running aliran daya kondisi normal dengan
penambahan PT 2000 kW
sebesar 16.4 A atau daya sebesar 566 kVA. Berdasarkan hasil running aliran
daya, arus yang mengalir ke feeder 3 sebesar 12.9 A, pada feeder 2 sebesar 25.9
A, dan arus yang mengalir pada feeder 1 sebesar 28.1 A. Pada feeder 4, besar arus
yang mengalir yaitu 89.9 A dan arus yang mengalir pada bus 2 sebesar 61 A.
4.4.1.1 Lokasi gangguan di F3 Kumanis
(gangguan di F3 Kumanis)
Pada kondisi diberi gangguan 3 fasa pada saluran F3 Kumanis, maka CB 9 yang
gagal bekerja, maka CB 3 akan trip untuk memutus arus gangguan yang berasal
dari grid. Jika CB 3 gagal, maka CB 4 yang akan trip. Untuk memutus arus
gangguan yang berasal dari PT, CB 8 yang akan trip untuk mengamankan
gangguan. Koordinasi relai bekerja dengan benar dan setting relai teruji dengan
baik untuk penempatan PT 2000 kW. Saat gangguan 2 phasa dan 1 phasa ke tanah
pada bus yang sama, koordinasi relai sama seperti saat diberi gangguan 3 phasa.
Oleh sebab itu, penambahan PT untuk kondisi ini masih dapat mengamankan
jaringan.
(gangguan di bus 6)
Pada kondisi ini diberi gangguan 3 fasa pada bus 6, maka CB 3 akan bekerja
untuk memutus arus gangguan dari grid dan CB 8 trip untuk memutus arus
gangguan yang berasal dari PT seperti gambar 4.15. Apabila CB 3 gagal bekerja,
maka CB 4 akan trip. Tetapi jika CB 4 gagal, maka CB 6 yang akan trip untuk
mengamankan gangguan. Koordinasi relai bekerja dengan benar dan setting relai
teruji dengan baik untuk penempatan PT 2000 kW. Saat gangguan 2 phasa dan 1
phasa ke tanah pada bus yang sama, koordinasi relai sama seperti saat diberi
gangguan 3 phasa. Oleh sebab itu, penambahan PT untuk kondisi ini masih dapat
mengamankan jaringan.
bekerja untuk memutus arus gangguan dari PT dan CB 3 trip untuk memutus arus
gangguan yang berasal dari grid seperti gambar 4.16. Apabila CB 7 gagal bekerja,
maka CB 8 akan trip. Sedangkan, jika CB 3 yang gagal, maka CB 4 yang akan
trip untuk mengamankan gangguan. Koordinasi relai bekerja dengan benar dan
setting relai teruji dengan baik untuk penempatan PT 2000 kW. Saat gangguan 2
phasa dan 1 phasa ke tanah pada bus yang sama, koordinasi relai sama seperti saat
diberi gangguan 3 phasa. Oleh sebab itu, penambahan PT untuk kondisi ini masih
(gangguan di bus 5)
Pada kondisi ini diberi gangguan 3 fasa pada bus 5, maka CB 2 yang akan
bekerja, maka CB 4 akan trip. Tetapi jika CB 4 gagal, maka CB 6 yang akan trip
untuk mengamankan gangguan. Koordinasi relai bekerja dengan benar dan setting
relai teruji dengan baik untuk penempatan PT 2000 kW. Saat gangguan 2 phasa
dan 1 phasa ke tanah pada bus yang sama, koordinasi relai sama seperti saat diberi
gangguan 3 phasa. Oleh sebab itu, penambahan PT untuk kondisi ini masih dapat
mengamankan jaringan.
(gangguan di bus 4)
Pada kondisi ini diberi gangguan 3 fasa pada bus 4, maka CB 1 yang akan
akan trip. Tetapi jika CB 4 gagal, maka CB 6 yang akan trip untuk mengamankan
gangguan seperti gambar 4.18. Koordinasi relai bekerja dengan benar dan setting
relai teruji dengan baik untuk penempatan PT 2000 kW. Saat gangguan 2 phasa
dan 1 phasa ke tanah pada bus yang sama, koordinasi relai sama seperti saat diberi
gangguan 3 phasa. Oleh sebab itu, penambahan PT untuk kondisi ini masih dapat
mengamankan jaringan.
(gangguan di bus 3)
Pada kondisi ini diberi gangguan 3 fasa pada bus 3, maka CB 7 akan
bekerja untuk memutus arus gangguan dari PT dan CB 4 akan trip untuk memutus
arus gangguan yang berasal dari grid seperti gambar 4.19. Apabila CB 7 gagal
bekerja, maka CB 8 akan trip. Sedangkan, jika CB 4 yang gagal, maka CB 6 yang
akan trip untuk mengamankan gangguan. Koordinasi relai bekerja dengan benar
dan setting relai teruji dengan baik untuk penempatan PT 2000 kW. Saat
gangguan 2 phasa dan 1 phasa ke tanah pada bus yang sama, koordinasi relai
sama seperti saat diberi gangguan 3 phasa. Oleh sebab itu, penambahan PT untuk
(gangguan di bus 2)
Pada kondisi ini diberi gangguan 3 fasa pada bus 2, maka CB 7 akan
bekerja untuk memutus arus gangguan dari PT dan CB 6 akan trip untuk memutus
arus gangguan yang berasal dari grid seperti gambar 4.20. Apabila CB 7 gagal
bekerja, maka CB 8 akan trip. Sedangkan, jika CB 6 yang gagal, maka CB 4 yang
akan trip untuk mengamankan gangguan. Koordinasi relai bekerja dengan benar
dan setting relai teruji dengan baik untuk penempatan PT 2000 kW. Saat
gangguan 2 phasa dan 1 phasa ke tanah pada bus yang sama, koordinasi relai
sama seperti saat diberi gangguan 3 phasa. Oleh sebab itu, penambahan PT untuk
akan bekerja untuk memutus arus gangguan dari grid dan CB 7 akan trip untuk
memutus arus gangguan yang berasal dari PT seperti gambar 4.21. Apabila CB 5
gagal bekerja, maka CB 6 akan trip. Sedangkan, jika CB 7 yang gagal, maka CB 8
yang akan trip untuk mengamankan gangguan. Koordinasi relai bekerja dengan
benar dan setting relai teruji dengan baik untuk penempatan PT 2000 kW. Saat
gangguan 2 phasa dan 1 phasa ke tanah pada bus yang sama, koordinasi relai
sama seperti saat diberi gangguan 3 phasa. Oleh sebab itu, penambahan PT untuk
bekerja untuk memutus arus gangguan dari grid dan CB 7 akan trip untuk
memutus arus gangguan yang berasal dari PT seperti gambar 4.22. Apabila CB 4
gagal bekerja, maka CB 6 akan trip. Sedangkan, jika CB 7 yang gagal, maka CB 8
yang akan trip untuk mengamankan gangguan. Koordinasi relai bekerja dengan
benar dan setting relai teruji dengan baik untuk penempatan PT 2000 kW. Saat
gangguan 2 phasa dan 1 phasa ke tanah pada bus yang sama, koordinasi relai
sama seperti saat diberi gangguan 3 phasa. Oleh sebab itu, penambahan PT untuk
normal dapat diperlihatkan oleh hasil running aliran daya pada gambar 4.23
berikut.
Gambar 4. 23 Tampilan Hasil running aliran daya kondisi normal dengan
penambahan PT 1000 kW
sebesar 16.4 A atau daya sebesar 566 kVA. Berdasarkan hasil running aliran
daya, arus yang mengalir ke feeder 3 sebesar 12.9 A, pada feeder 2 sebesar 25.9
A, dan arus yang mengalir pada feeder 1 sebesar 28.1 A. Pada feeder 4, besar arus
yang mengalir yaitu 89.9 A dan arus yang mengalir pada bus 2 sebesar 51 A.
(gangguan di F3 Kumanis)
akan bekerja untuk memutus arus gangguan dari grid dan CB 8 akan trip untuk
memutus arus gangguan yang berasal dari PT seperti gambar 4.24. Apabila CB 9
gagal bekerja, maka CB 3 akan trip. Jika CB 3 gagal, maka CB 4 yang akan
bekerja. Koordinasi relai bekerja dengan benar dan setting relai teruji dengan baik
untuk penempatan PT 1000 kW. Saat gangguan 2 phasa dan 1 phasa ke tanah
pada bus yang sama, koordinasi relai sama seperti saat diberi gangguan 3 phasa.
Oleh sebab itu, penambahan PT untuk kondisi ini masih dapat mengamankan
jaringan.
4.4.2.2 Lokasi gangguan di bus 6
(gangguan di bus 6)
Pada kondisi ini diberi gangguan 3 fasa pada bus 6, maka CB 3 akan
bekerja untuk memutus arus gangguan dari grid dan CB 8 akan trip untuk
memutus arus gangguan yang berasal dari PT seperti gambar 4.25. Apabila CB 3
gagal bekerja, maka CB 4 akan trip. Jika CB 4 gagal, maka CB 6 yang akan
bekerja. Koordinasi relai bekerja dengan benar dan setting relai teruji dengan baik
untuk penempatan PT 1000 kW. Saat gangguan 2 phasa dan 1 phasa ke tanah
pada bus yang sama, koordinasi relai sama seperti saat diberi gangguan 3 phasa.
Oleh sebab itu, penambahan PT untuk kondisi ini masih dapat mengamankan
jaringan.
4.4.2.3 Lokasi gangguan di ujung saluran 10
Pada kondisi ini diberi gangguan 3 fasa pada ujung saluran 10, maka CB 3
akan bekerja untuk memutus arus gangguan dari grid dan CB 7 akan trip untuk
memutus arus gangguan yang berasal dari PT seperti gambar 4.26. Apabila CB 3
gagal bekerja, maka CB 4 akan trip. Sedangkan, jika CB 7 yang gagal, maka CB 8
yang akan trip untuk mengamankan gangguan. Koordinasi relai bekerja dengan
benar dan setting relai teruji dengan baik untuk penempatan PT 1000 kW. Saat
gangguan 2 phasa dan 1 phasa ke tanah pada bus yang sama, koordinasi relai
sama seperti saat diberi gangguan 3 phasa. Oleh sebab itu, penambahan PT untuk
(gangguan di bus 5)
Pada kondisi ini diberi gangguan 3 fasa pada Bus 5, maka CB 2 yang akan
akan trip. Jika CB 4 gagal, maka CB 6 yang akan trip seperti gambar 4.27.
Koordinasi relai bekerja dengan benar dan setting relai teruji dengan baik untuk
penempatan PT 1000 kW. Saat gangguan 2 phasa dan 1 phasa ke tanah pada bus
yang sama, koordinasi relai sama seperti saat diberi gangguan 3 phasa. Oleh sebab
(gangguan di bus 4)
Pada kondisi ini diberi gangguan 3 fasa pada bus 4, maka CB 1 yang akan
akan trip. Jika CB 4 gagal, maka CB 6 seperti gambar 4.28. Koordinasi relai
bekerja dengan benar dan setting relai teruji dengan baik untuk penempatan PT
1000 kW. Saat gangguan 2 phasa dan 1 phasa ke tanah pada bus yang sama,
koordinasi relai sama seperti saat diberi gangguan 3 phasa. Oleh sebab itu,
(gangguan di bus 3)
Pada kondisi ini diberi gangguan 3 fasa pada bus 3, maka CB 4 akan
bekerja untuk memutus arus gangguan dari grid dan CB 7 akan trip untuk
memutus arus gangguan yang berasal dari PT seperti gambar 4.29. Apabila CB 4
gagal bekerja, maka CB 6 akan trip. Sedangkan, jika CB 7 yang gagal, maka CB 8
yang akan trip untuk mengamankan gangguan. Koordinasi relai bekerja dengan
benar dan setting relai teruji dengan baik untuk penempatan PT 1000 kW. Saat
gangguan 2 phasa dan 1 phasa ke tanah pada bus yang sama, koordinasi relai
sama seperti saat diberi gangguan 3 phasa. Oleh sebab itu, penambahan PT untuk
(gangguan di bus 2)
Pada kondisi ini diberi gangguan 3 fasa pada bus 2, maka CB 6 akan
bekerja untuk memutus arus gangguan dari grid dan CB 7 akan trip untuk
memutus arus gangguan yang berasal dari PT seperti gambar 4.30. Apabila CB 6
gagal bekerja, maka CB 4 akan trip. Sedangkan, jika CB 7 yang gagal, maka CB 8
yang akan trip untuk mengamankan gangguan. Koordinasi relai bekerja dengan
benar dan setting relai teruji dengan baik untuk penempatan PT 1000 kW. Saat
gangguan 2 phasa dan 1 phasa ke tanah pada bus yang sama, koordinasi relai
sama seperti saat diberi gangguan 3 phasa. Oleh sebab itu, penambahan PT untuk
Pada kondisi ini diberi gangguan 3 fasa dari bus 2 ke bus 10, maka CB 5
akan bekerja untuk memutus arus gangguan dari grid dan CB 7 akan trip untuk
memutus arus gangguan yang berasal dari PT seperti gambar 4.31. Apabila CB 5
gagal bekerja, maka CB 6 akan trip. Sedangkan, jika CB 7 yang gagal, maka CB 8
yang akan trip untuk mengamankan gangguan. Koordinasi relai bekerja dengan
benar dan setting relai teruji dengan baik untuk penempatan PT 1000 kW. Saat
gangguan 2 phasa dan 1 phasa ke tanah pada bus yang sama, koordinasi relai
sama seperti saat diberi gangguan 3 phasa. Oleh sebab itu, penambahan PT untuk
Pada kondisi ini diberi gangguan 3 fasa dari bus 2 ke bus 3, maka CB 4
akan bekerja untuk memutus arus gangguan dari grid dan CB 7 akan trip untuk
memutus arus gangguan yang berasal dari PT seperti gambar 4.32. Apabila CB 4
gagal bekerja, maka CB 6 akan trip. Sedangkan, jika CB 7 yang gagal, maka CB 8
yang akan trip untuk mengamankan gangguan. Koordinasi relai bekerja dengan
benar dan setting relai teruji dengan baik untuk penempatan PT 1000 kW. Saat
gangguan 2 phasa dan 1 phasa ke tanah pada bus yang sama, koordinasi relai
sama seperti saat diberi gangguan 3 phasa. Oleh sebab itu, penambahan PT untuk
terputus dari jaringan) pada kondisi normal dapat diperlihatkan oleh hasil running
distribusi. Berdasarkan hasil running aliran daya, arus yang mengalir pada feeder
3 sebesar 12.1 A, pada feeder 2 sebesar 25.7 A, dan arus yang mengalir pada
feeder 1 sebesar 27.8 A. Pada feeder 4, besar arus yang mengalir yaitu 89.7 A dan
(gangguan di F3 Kumanis)
akan trip seperti gambar 4.34. Sedangkan, pada CB 7 dan CB 8 tidak bekerja
karena tidak ada arus yang mengalir dari PT. Koordinasi relai bekerja dengan
benar dan setting relai teruji dengan baik pada saat PT terputus dari jaringan. Saat
gangguan 2 phasa dan 1 phasa ke tanah pada bus yang sama, koordinasi relai
sama seperti saat diberi gangguan 3 phasa. Oleh sebab itu, pada kondisi ini masih
(gangguan di bus 6)
Pada kondisi ini diberi gangguan 3 fasa pada bus 6, maka CB 3 yang akan
gambar 4.35. Sedangkan, pada CB 8 tidak bekerja karena tidak ada arus yang
mengalir dari PT. Koordinasi relai bekerja dengan benar dan setting relai teruji
dengan baik pada saat PT terputus dari jaringan. Saat gangguan 2 phasa dan 1
phasa ke tanah pada bus yang sama, koordinasi relai sama seperti saat diberi
gangguan 3 phasa. Oleh sebab itu, pada kondisi ini masih dapat mengamankan
jaringan.
Pada kondisi ini diberi gangguan 3 fasa pada ujung saluran 10, maka CB 3
seperti gambar 4.36. Sedangkan, pada CB 7 dan CB 8 tidak bekerja karena tidak
ada arus yang mengalir dari PT. Koordinasi relai bekerja dengan benar dan setting
relai teruji dengan baik kondisi PT terputus dari jaringan. Saat gangguan 2 phasa
dan 1 phasa ke tanah pada bus yang sama, koordinasi relai sama seperti saat diberi
gangguan 3 phasa. Oleh sebab itu, penambahan PT untuk kondisi ini masih dapat
mengamankan jaringan.
(gangguan di bus 5)
Pada kondisi ini diberi gangguan 3 fasa pada bus 5, maka CB 2 yang akan
akan trip. Jika CB 4 gagal, maka CB 6 yang akan trip untuk mengamankan
gangguan seperti gambar 4.37. Koordinasi relai bekerja dengan benar dan setting
relai sesuai saat PT terputus dari jaringan. Saat gangguan 2 phasa dan 1 phasa ke
tanah pada bus yang sama, koordinasi relai sama seperti saat diberi gangguan 3
phasa. Oleh sebab itu, penambahan PT untuk kondisi ini masih dapat
mengamankan jaringan.
(gangguan di bus 4)
Pada kondisi ini diberi gangguan 3 fasa pada bus 4, maka CB 1 yang akan
akan trip. Jika CB 4 gagal, maka CB 6 yang akan trip untuk mengamankan
gangguan seperti gambar 4.38. Koordinasi relai bekerja dengan benar dan setting
relai sesuai saat PT terputus dari jaringan. Saat gangguan 2 phasa dan 1 phasa ke
tanah pada bus yang sama, koordinasi relai sama seperti saat diberi gangguan 3
phasa. Oleh sebab itu, penambahan PT untuk kondisi ini masih dapat
mengamankan jaringan.
(gangguan di bus 3)
Pada kondisi ini diberi gangguan 3 fasa pada bus 3, maka CB 4 yang akan
akan trip seperti gambar 4.39. Koordinasi relai bekerja dengan benar dan setting
relai teruji dengan baik kondisi PT terputus dari jaringan. Saat gangguan 2 phasa
dan 1 phasa ke tanah pada bus yang sama, koordinasi relai sama seperti saat diberi
gangguan 3 phasa. Oleh sebab itu, penambahan PT untuk kondisi ini masih dapat
mengamankan jaringan.
(gangguan di bus 2)
Pada kondisi ini diberi gangguan 3 fasa pada bus 2, maka CB 6 yang akan
bekerja karena tidak adanya arus gangguan yang melewati masing-masing relai
kecuali relai 5. Koordinasi relai bekerja dengan benar dan setting relai teruji
kondisi PT terputus dari jaringan. Saat gangguan 2 phasa dan 1 phasa ke tanah
pada bus yang sama, koordinasi relai sama seperti saat diberi gangguan 3 phasa.
Oleh sebab itu, penambahan PT untuk kondisi ini masih dapat mengamankan
jaringan.
yang akan mengamankan gangguan seperti gambar 4.41. jika CB 5 gagal, maka
CB 6 yang akan trip. Sedangkan, CB yang lainnya tidak bekerja karena tidak
adanya arus gangguan yang melewati masing-masing relai kecuali relai 10 dan
relai 5. Koordinasi relai bekerja dengan benar dan setting relai teruji dengan baik
kondisi PT terputus dari jaringan. Saat gangguan 2 phasa dan 1 phasa ke tanah
pada bus yang sama, koordinasi relai sama seperti saat diberi gangguan 3 phasa.
Oleh sebab itu, penambahan PT untuk kondisi ini masih dapat mengamankan
jaringan.
maka CB 6 akan trip seperti gambar 4.42. Sedangkan, CB yang lainnya tidak
bekerja karena tidak adanya arus gangguan yang melewati masing-masing relai
kecuali relai 4 dan relai 5. Koordinasi relai bekerja dengan benar dan setting relai
teruji dengan baik kondisi PT terputus dari jaringan. Saat gangguan 2 phasa dan 1
phasa ke tanah pada bus yang sama, koordinasi relai sama seperti saat diberi
gangguan 3 phasa. Oleh sebab itu, penambahan PT untuk kondisi ini masih dapat
mengamankan jaringan.
gangguan
CB yang trip pada variasi output PT 2000 kW, ditunjukkan pada tabel 4.10. Dapat
Dari tabel 4.10 menunjukkan bahwa, ketika variasi output PT 2000 kW,
koordinasi proteksi pada jaringan tidak terganggu. Dapat dilihat dari simulasi
Proteksi Proteksi
Lokasi Proteksi
Cadanga Cadangan Keterangan
gangguan Utama
n1 2
F3 Kumanis CB 9 CB 3 CB 4 Sesuai
CB 8 Sesuai
Bus 6 CB 3 CB 4 CB 6 Sesuai
CB 8 Sesuai
Ujung CB 7
CB 8 Sesuai
saluran 10
CB 3 CB 4 Sesuai
Bus 5 CB 2 CB 4 CB 6 Sesuai
Bus 4 CB 1 CB 4 CB 6 Sesuai
Bus 3 CB 7 CB 8 Sesuai
CB 4 CB 6 Sesuai
Bus 2 CB 7 CB 8 Sesuai
CB 6 CB 4 Sesuai
Bus 2 ke CB 5
CB 6 Sesuai
Bus 10
CB 7 CB 8 Sesuai
Bus 2 ke CB 7
CB 8 Sesuai
Bus 3
CB 4 CB 6 Sesuai
CB yang trip pada variasi output PT 1000 kW, ditunjukkan pada tabel 4.11. Dapat
dilihat kondisi gangguan dari Bus 2 ke Bus 10, CB 5 yang akan mengamankan
gangguan terlebih dahulu. Jika gagal, CB 6 akan memutus arus gangguan dari grid
sedangkan CB 7 memutus arus gangguan yang berasal dari PT. jika CB 7 gagal,
CB 8 yang trip.
Dari tabel 4.11 dapat disimpulkan bahwa, ketika variasi output PT 1000
kW, koordinasi proteksi pada jaringan tidak terganggu. Dapat dilihat dari simulasi
CB yang trip untuk kondisi PT terputus dari jaringan, ditunjukkan pada tabel 4.12.
gangguan terlebih dahulu. Jika gagal, maka CB 6 yang akan trip untuk
mengamankan jaringan.
Ujung CB 3 CB 4
CB 6
saluran 10
Bus 5 CB 2 CB 4 CB 6 Sesuai
Bus 4 CB 1 CB 4 CB 6 Sesuai
Bus 3 CB 4 CB 6 Sesuai
Bus 2 CB 6 Sesuai
Bus 2 ke CB 5
CB 6 Sesuai
Bus 10
Bus 2 ke CB 4
CB 6 Sesuai
Bus 3
Dari tabel 4.12 dapat disimpulkan bahwa ketika PT terputus dari jaringan,
koordinasi proteksi pada jaringan tidak terganggu. Dapat dilihat dari simulasi
5.1. Kesimpulan
Dari hasil simulasi dan analisa yang dilakukan dalam Tugas Akhir ini,
berarah dan 1 unit relai arus lebih dapat mengamankan jaringan distribusi
maloperasi saat terjadi gangguan di luar daerah proteksinya. Satu unit relai
dari PT dan yang lainnya memutuskan arus gangguan yang berasal dari
grid.
baik. Hal ini ditandai dengan kesesuaian antara hasil simulasi koordinasi
5.2. Saran
[3] Putra, Rizky Pratama. Ontoseno Penangsang, dan Adi Soeprijanto. 2012.
Andalas.
Universitas Andalas.
[6] Stevenson. W. D. Jr. 1990. Analisis Sistem Tenaga Listrik edisi keempat.
Jakarta: Erlangga.
[7] Badruzzaman, Yusnan, dan Rizki Liddinillah. 2013. Kinerja Ground Fault
[9] Alawiy, Muhammad Taqiyyuddin. 2006. Proteksi Sistem Tenaga Listrik Seri
[10] Sistem Tenaga Listrik. Diakses Tanggal 27 Febuari 2017 pukul 21.30 WIB.
http://eprints.polsri.ac.id/435/3/BAB%20II.pdf
[11] Rush, Peter. 2005. Network Protection & Automation Guide. London: Areva.
[12] Syarat-syarat Relay Proteksi. Diakses pada 27 Febuari 2017 pukul 22.00
http://www.scribd.com/doc/239483176/Syarat-syarat-Relay-
Proteksi#scribd.
[13] Hartono, Bambang Prio. Eko Nurcahyo, Teguh Herbasuki. 2017. Analisis
Teknologi Nasional.
[14] Permana, Surya Fajar. 2016. Analisis Pengaruh Pemasangan Distributed
Muhammadiyah Surakarta.
[15] Siregar, Donal. 2011. Studi Pemanfaatan Distributed Generation (DG) pada