Oleh:
Riswan (19050102094)
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat,
Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga saya dapat merampungkan penyusunan makalah
mata kuliah Hadist Ekonomi dengan judul " Distribusi" tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin saya upayakan dan didukung
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk
itu tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu saya dalam merampungkan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena
itu, dengan lapang dada saya membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca
yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................2
BAB I.............................................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................4
BAB II............................................................................................................................5
PEMBAHASAN............................................................................................................5
A. Distribusi...............................................................................................................5
1. Pengertian distribusi........................................................................................5
3. Tujuan distribusi............................................................................................23
BAB III........................................................................................................................29
PENUTUP...................................................................................................................29
Simpulan..................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................30
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai agama yang membawa rahmat bagi alam semesta, Islam telah
mengatur seluruh aspek kehidupan manusia termasuk dalam bidang ekonomi di
antaranya adalah distribusi dan konsumsi. Salah satu tujuannya adalah untuk
mewujudkan keadila baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun individu.
Konsumsi adalah sebuah kegitan yang penting, bahkan dianggap karena
paling penting. Alasan mengapa konsumsi dianggap paling penting adalah
kegiatan dimana untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, untuk bertahan
hidup. Begitu pula dengan distribusi, yang dimana tujuan distribusi salah satunya
adalah untuk mencegah kepemilikan harta hanya pada golongan tertentu saja.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian?
2. bagaimana konsep Hadis mengenai distribusi?
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Distribusi
1. Pengertian distribusi
Secara bahasa, distribusi berasal dari bahasa Inggris distribution yang
berarti penyaluran dan pembagian. Adalah penyaluran, pembagian, atau
pengiriman barang atau jasa kepada bebapa orang atau tempat. 1 Secara istilah
distribusi diartikan sebagai suatu proses penyaluran atau penyampaian barang
atau jasa dari produsen ke konsumen dan para pemakai.
Distribusi atau penyaluran barang dan jasa ini mempunyai peran yang
sangat penting dalam kegiatan produksi dan konsumsi. Distribusi berperan
dalam menjembatani produsen dan konsumen dalam perputaran roda
perekonomian masyarakat. Tanpa distribusi, barang atau jasa yang diproduksi
oleh produsen tidak akan sampai ditangan konsumen yang mana akan
menyebabkan kegiatan produksi dan konsumsi tidak lancer. Dengan kata lain
produksi, distribusi, dan konsumsi adalah tiga hal yang saling terikat dan tidak
bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya.
2. Konsep distribusi dalam Islam menurut Hadis
Rasulullah sangat menganjurkan umat Islam untuk mendistribusikan
sebagian harta dan penghasilan untuk membantu saudara-suadara yang
kekurangan dalam ekonominya. Distribusi yang dimaksud Nabi dibagi
menjadi dua jenis, yang pertama adalah distribusi barang dan jasa yang berupa
penyaluran atau penyampaian barang dan jasa dari produsen ke konsumen dan
para pemakai, yang kedua adalah penyaluran sebagian harta kepada
orangorang yang membutuhkan sebagai wujud solidaritas sosial.
5
Distribusi jenis pertama adalah bentuk distribusi yang berorientasi pada
profit taking (keuntungan) atau dengan kata lain distribusi ini adalah sebagai
salah satu upaya untuk tersalurkannya barang-barang hasil produksi supaya
sampai pada konsumen yang kemudian produsen mendapatkan laba dari
penjualan barang yang didistribusikan tersebut. Untuk distribusi jenis kedua
adalah bentuk distribusi yang tidak berorientasi pada profit taking (tidak
memperoleh keuntungan secara langsung), namun keuntungannya diperoleh
dikemudian hari atau di akhirat.2 Untuk jenis distribusi yang berupa aktivitas
ibadah dan sosial, Rasullulah menganjurkan untuk segera dilakukan oleh tiap
Muslim yang mampu.
Dalam ekonomi Islam penekanan dalam distribusi adalah pada
penyaluran harta kekayaan yang diberikan kepada beberapa pihak baik
individu, masyarakat, ataupun negara. Ekonomi Islam menghendaki agar suatu
barang didistribusikan kepada pihak-pihak yang berhak menerimanya.
Distribusi tidak saja terjadi dalam dunia bisnis, tetapi juga dalam aktivitas
ibadah dan sosial seperti zakat, infak, dan sedekah
“Dari Ma’bad ibn Khalid, katanya: Aku mendengar Haritsah ibn Wahab
berkata, katanya: Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda,
“Bersedekahlah, karena (suatu saat akan datang masa) di mana seseorang
berjalan untuk memberikan sedekahnya, tetapi orang yang akan diberinya
(menolak) seraya berkata, ‘Seandainya kamu membawanya kemarin,
niscaya aku menerimanya, tetapi kalau saat ini aku tidak
membutuhkannya’. Maka tidak ada orang yang mau menerima sedekah
itu.” (HR. al-Bukhari dan Muslim, lafal Hadis tersebut riwayat alBukhari).
6
Dari hadis di atas jelas bahwa Rasulullah sangat menganjurkann
kepada umat Muslim yang mampu agar menyegerakan dalam
mendistribusikan sebagian hartanya, sebelum datang suatu masa ketika
sudah tidak ada lagi orang yang mau menerimanya.
7
“Barang siapa menimbun makanan pokok orang Muslim, niscaya Allah
akan menimpakan kepadanya penyakit kusta dan perdagangannya
bangkrut”. (HR. Ibnu Majah).
َضان
َ ص ْو ِم َر َم ِ ْ َال ْبي. َو َح ّج،إيِ ْتا َِ ِء ال ّزكا َ ِة
َ َو،ت
8
Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi Jakarta:
9
Baitullah, dan puasa Ramadhan”. (HR. al-Bukhari, Muslim, dan lainlain).
Rasulullah bersabda:
سل َم ب ََع َث ُم َعاذاً الِ َى ال ْي َم ِن فَذ َك َر َ صل َى هللاُ عَليَ ِْه َو َ ض َى هللاُ عَن ُْه َما
َ ِىcََِ َان النب ِ س َر ٍ َ عَنْ اب ْ ِن عَبا
تر ُدَُ ََْغنيِاَئ ِه ْم فcَْ ْم َوال ِه ْم ت ُْؤ َخ ُذ ِمنْ اcََْ صدقَةً فِى اَ َض عَليَ ِْه ْم َ ان هللاَ قَ ِدا ْفت َر
َ : ْيفِي ِْه
cََْ الح ِد
َْ
(فِى فُقَ َرائ ِه ْم )متفق عليه واللفظ للبخار
,َش َمة َْ َو,َُcَ َوكاَتبُِه,َُ َوشَا ِهده,َُcَ َو ُم ْوكلُِه,َ ِلال ّرباcَ َِ سل َّم آك
ِ الوا َ صل ّى هللاُ عَليَ ِْه َو َ ِس ْو ُل هللا ُ ل َعنَ َر
َِِعcَ َو َمان, َش َمة
ِ ْوcََْ ستْ َوال ْ ُم
َُcَ َوال ْ ُم َحل َّل َوال ْ ُم َحل َّل لُه, صدقَ ِة
ّ ال
2. Sedekah
Sedekah menurut Al Jurjani adalah pemberian yang diberikan
untuk mengharapkan pahala dari Allah SWT. Sedangkan menurut Al
Raghib al Asfahani sedekah adalah harta yang dikeluarkan manusia
untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT., seperti zakat. Bedanya
sedekah untuk kategori sunnah dan zakat untuk kategori wajib. 3Secara
umum sedekah adalah pemberian yang diberikan baik oleh orang yang
10
kaya ataupun tidak dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada
Allah SWT.
Menurut Rasullulah, konsep sedekah dalam Islam ada dua, yaituyang
pertama adalah amal-amal ibadah seperti tasbih, takbir, tahmid,tahlil,
dan lain sebagainya dan yang kedua adalah memberikan hartakepada
ْسا ِمن ً َ عَنْ أبَ ِى ذ َّر أنَّ نا,orang yang membutuhkan. Seperti dalam Hadis
سو َل هللاِ ذ َه َب ُ يا َ َر: سل َّم َ سل َّمقَال ُوا للِنبّ ِّى
َ صل ّى هللاُ عَليَ ِْه َو َ صل ّى هللاُ عَليَ ِْه َو
َ ب النبّ ِّى cََْ أ
ِ ْص َحا
: قَا َل.ْم ََْوال ِه ْمcَ ضو ِل أ ُ ُcُِصدقُّونَ بِف
َ َُصَُو ُم َويت
cَ ُصَُو ُمونَ ك َما ن
cَ صُل ّى َوي َ ْهاُل لدثّ ُو ِر بلِ ُُجو ِرcََْ أ
َ يصُل ّونَ ك َما ن
َتْح ِميد ٍة cََْ ُّصدقَةٌ َوكل َ صدقَةً َوك ُّل ت َك ْبيِ َر ٍة َ ْسبيِ َح ٍة cََْ صدقُّونَ إنِّ ب ِك ُّل ت َّ ْمما َ تcُ ُْ س قَ ْد َج َع َل هللاُ ل َك َْ َأ َولي
ْمcُ ُْ أح ِدك
َ ض ِع ُْ صدقَةٌ َوفِى ب َ ْه ٌى عَنْ ُمن ْك َ ٍرcََْ صدقَةٌ َون َ وف ِ ْم ٌر باِل َْم ْع ُرcََْ صدقَةٌ َوأ َ َْهليِل ٍةcََْ صدقَةٌ َوك ُّل ت َ
ض َع َها فِى َ : أْج ٌر قَا َل
cََْ ْمcُ ُْ أرأيَ ْت
َ لْو َو َ َ أحدنُا
cََْ َُ فِي َهاcََُ َوي َك ُونُ لُهcَش ْه َوتُه َ سو َل هللاِ أيَأ َ ْت ِى ُ يا َ َر: قَال ُوا.ٌصدقَة َ
َِكإ ِذاcََِ َام أ َكاَنَ عَليَ ِْه ِفي َْها ِو ْز ٌر فَك َذل
ٍ َح َر
11
seseorang untuk bersedekah dengan materi, bahkan apabila tidak
mempunyai materi untuk disedekahkan, ia dituntut bekerja agar dapat
memenuhi kebutuhan pribadinya lalu menyedekahkan sebagian
hartanya. Rasulullah bersabda,
ٍ لم
ِ س َ سل َّم قَالَ َع
ْ لى ك ُّل ُم َ صلىّاهللُ عَليَ ِْه َو ْ ْدcُُْ س ِعي
َ ْردةَ عَنْ أبَيِ ِه عَنْ َجدهِّ عَنْ النبّ ِّيcُُْ بنُ أبَ ِي ب َ َ َحدثّنَا
َِcَ ْمcََْ ق قَال ُوافَإ ْ ِن ل
يِج ْد قَا َل ُّ صَد َ َسهُ َويتَ ََ ُع ن ْفcَِِد ِهفَينَ َْْفcَ ِيِج ْد قَا َل ي َْع َم ُل بيَِcَ ْمcََْ صدقَةٌ فَقَال ُوا يا َ نبَيِّاهللِ فَ َمنْ ل َ
َُcَش ّرفَإنِهَّا لُه ّ سكْ عَنْ ال ِ ْمcُ ُْ وف َول ْي ِ يِج ْدقَا َل فَل ْي َْع َم ْل باِل َْم ْع ُر َِcَ ْمcََْ وف قَال ُوا فَإ ْ ِن ل َ اج ِة ال َمْل ُْه َْ َِعينُ ذاcُ ُِ ي
َ الح
(صدقَةٌ)رواه البخارى
َ
“Said ibn Abi Burdah bercerita kepada kami dari ayahnya dari
kakeknya dari Nabi Saw, ia bersabda, “Atas tiap Muslim (dianjurkan)
sedekah”. Para sahabat bertanya, “Wahai Nabi Allah, (bagaimana)
bagi orang yang tidak mendapatkan (harta untuk disedekahkan)? Rasul
menjawab, “Hendaklah ia bekerja lalu membiayai dirinya dan
bersedekah”. Mereka berkata lagi, “Bagaimana kalau ia masih belum
mendapatkannya?” Sabda Nabi, “Hendaklah ia menolong orang yang
membutuhkannya”. Mereka bertanya lagi, “Bagaimana kalau ia masih
belum bisa mendapatkannya?”. Nabi menjawab, “Hendaklah ia
berbuat baik dan mencegah dari kejahatan, karena sesungguhnya ia
adalah sedekah”. (HR. al-Bukhari).
3. Infak
Adalah sedekah yang diberikan kepada orang lain jika kondisi
keuangan rumah tangga sudah berada di atas nisab. Muslim tidak
dituntut untuk mendistribusikan hartanya untuk infak sebelum
memenuhi kewajiban membayar zakat19, namun demikian Rasulullah
menganjurkan agar seseorang menginfakkan sebagian hartanya
secaraikhlas serta sembunyi-sembunyi sehingga orang lain tidak
mengetahuinnya. Rasulullah bersabda,
12
Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi Jakarta:
13
ْعةٌ يظُلِ ُّه ْم هللاُ ت َعَال َى فِيcََْ سب
َ :سل َّم قَا َل َ ض َي هللاُ عَن ْهُ عَنْ النبّ ِّي
َ صل َى هللاُ عَليَ ِْه َو ِ عَنْ أبَ ِي ُه َري َْرةَ َر
َ
لِن
َِ َc َِِد َو َر ُجcَ اج
ِ سَ َهللاِ َو َر ُج ٌل قَل ْبهُُ ُم َعلقٌّفِي ال َْمcشأ فِي ِعباَد َِِة ّ ْل َوشcٌٌْ ِما ٌم عَدcََِ يْو َم َل ظ ِّل إلِّظلِهُّ إ
َ َاب ن cََْ ِّظلِه
ب َو َج َما ٍل فَقَا َل إنِ ّيٍ نص ِْ ٌَ ذاَتُ َمcٌاجت َم َعا عَليَ ِْه َوتفَ ّرقَاعَليَ ِْه َو َر ُج ٌل د َعت ْهُ ا ْم َرأَة ْ ِتحابا ّ فِي هللا َ
ُ ِش َمالهُُ َماتنُ ْف
ً ِمينهُُ َو َر ُج ٌل ذ َك َر هللاُ َخاليِاcََِ ق ي َcَْ َِصدقَ ٍة ف
ِ ْعل َمcََْ أْخفَاهَا َحتّ َل ت َِcَ ق ب
َّ صد َ
َ أخافُاهللَ َو َر ُج ٌل ت
ضتْ عَي ْناَهُ )رواه َ فَفَا
(البخارى
“Dari Abu Hurayrah r.a. dari Nabi Saw, ia bersabda, “Tujuh golongan
yang akan mendapat naungan Allah pada saat tidak ada naungan
kecuali naungan-Nya, yaitu pemimpin yang adil, seorang pemuda yang
tumbuh dewasa dalam ibadah kepada Allah, seorang yang hatinya
terikat dengan masjid, dua orang sahabat yang saling mencintai karena
Allah yang berkumpul dan berpisah karena-Nya, seorang laki-laki
yang diajak (untuk berbuat mesum) oleh seorang perempuan
bangsawan dan cantik lalu (menolaknya seraya) berkata,
‘sesungguhnya aku takut kepada Allah’, seorang yang bersedekah dan
menyembunyikannya sehingga tangan kiri tidak tahu apa yang
diinfakkan oleh tangan kanannya, dan seseorang yang berzikir kepada
Allah sendirian lalu meneteskan air matanya”. (HR. al-Bukhari)
14
Seorang kepala rumah tangga berkewajiban memberikan nafkah
kepada orang-orang atau sesuatu yang menjadi tanggungannya.
Rasulullah bersabda:
سل َّم َ ض َي هللاُ عَن ُْه َعنْ النبّ ِّي
َ صل ّى هللاُ عَليَ ِْه َو ِ يرةَ َر َ ُّيب أنَه
َْ س ِم َع أبَا َ ه َُر ِّ س
َ س ِعيد بنْ ُم
َ ْعَن
ْ
(ُعَُو ُل )رواه البخارىcَ ِمنْ تcََِ ْه ِر ِغن ًى َوابدْأَ بcََْ صدقَ ِة َما كاَنَ َعنْ ظ
ّ َخي ُْر ال:قَا َل
ُض ُل ِدي ْن َ ٍر ينُ ْفِقُ ُهال ّر ُج ُل ِدي ْنا َ ٌر ينُ ْفِقُهَ cَ أ َْْف: سل َّم
َ صل ّى هللاُ عَليَ ِْه َو
َ ِس ْو َل هللاُ ْوَْباَنَ قَا َل قَا َل َرcَ عَنْ ث
سبيِ ِْلَ ْص َحاب ِه فِى cََْ َسبيِ ِْل هللاِ َو ِدي ْنا َ ٌر ينُ ْفِقُهُ عَلى َ عَل َى ِعياَل ِه َو ِدي ْنا َ ٌرينُ ْفِقُهُ ال ّر ُج ُل عَل َى داَبتّ ِه فِى
(هللاِ )رواه مسلم
“Dari Tsawban katanya: Rasulullah Saw bersabda, “Dinar paling
utama yang dinafkahkan oleh seseorang adalah dinar yang
dinafkahkan kepada keluarganya dan dinar yang dinafkahkan
seseorang pada binatang yang (dikendarainya) di jalan Allah, serta
dinar yang dinafkahkan pada sahabat-sahabatnya di jalan Allah”. (HR.
Muslim).
سبيِ ِْل هللاِ َو ِدي ْنا َ ٌر َ َُ ِفىcَ ْقتُهcَ ِدي ْنا َ ٌر أنَ َْْف: سل َّم َ صل ّى هللاُ عَليَ ِْه َو َ ِس ْو َل هللاُ عَنْ أبَ ِى ُه َري َْرةَ قَا َل قَا َل َر
الذى ِّ أْج ًرا ْ تصد ْقّتَ ب ِه عَل َى ِم
cََْ َُُم َهاcَ ْعظcََْ َِِك أcَ ْهلcََْ َُ عَلىَأcََ ْقتُهcسكيِ ْ ٍن َو ِدي ْنا َ ٌر أنَ َْْف َ َُفِى َرقَب ٍةَ َو ِدي ْنا َ ٌرcََ ْقتُهcأنَ َْْف
(َِِك)رواه مسلمcَ ْهلcََْ َُ عَل َى أcَ ْقتُهcَأنَ َْْف
15
untuk keluarga, yang kemudian disusul pemberian nafkah untuk
sahabat, orang miskin, budak, dan binatang peliharaan.
َْ َ قَا َل هللاُ تبَا َ َركَ َوت َعَال َى يا: سل َّم قَا َل
ابن آد َم َ عَنْ أبَ ِى ه َُري َْرةَ ي َب ْل ُُغ ب ِه النبّ ِّي
َ صل ّى هللاُ عَليَ ِْه َو
(ْك)رواهمسلمcََْ َق عَلي ْ ِق أنُ ْف
ْ ِأنَ ْف
“Dari Abu Hurayrah, ia menyampaikan dari Nabi Saw sabdanya,
“Allah Tabaraka wa ta’ala berfirman: “Wahai manusia, nafkahkanlah
(hartamu), niscaya Aku akan memberi nafkah kepadamu”. (HR.
Muslim).5
5. Warisan
Warisan adalah pembagian harta yang ditinggalkan oleh orang
yang sudah meninggal kepada para ahli warisnya. Rasulullah
memerintahkan agar harta warisan didistribusikan kepada yang berhak
menerimanya, sebagaimana sabda Rasulullah:
16
َِcَ أل ْ ِحقُواَ ال ْفَ َر: سل َّم
َِ َى فَ ُه َوcَِها فَ َما بِقcََِ ْهلcََْ ِ ائِضبأ َ صل ّى هللاُ عَليَ ِْه َو ُ س قَا َل قَا َل َر
َ ِسو ُل هللا ٍ ّ عَنْ اب ْ ِن عَبا
(َْلى َر ُج ٍل ذ َك َ ٍر )رواهمسلم
َ ْوcَ ل
“Dari Ibn ‘Abbas, katanya Rasulullah Saw bersabda, “Berikanlah harta
warisan kepada yang berhak menerimanya, jika ada sisanya maka
diberikan kepada anak laki-laki yang pertama”. (HR. Muslim)
17
“Dari Umm Kurz al-Ka’biyyah, katanya, aku mendengar Rasulullah
Saw bersabda, “(Akikah) itu untuk anak laki-laki dua ekor kambing
dan untuk anak perempuan satu ekor kambing”. (HR. Abu Dawud)
7. Waqaf
Adalah menahan suatu benda untuk diambil manfaatnya
untukkepentingan umum sesuai dengan syariat Islam. Wakaf
dianjurkanuntuk dilaksanakan dalam rangka untuk memberikan
manfaat kepadamasyarakat, misalnya wakaf untuk tempat ibadah,
Lembaga pendidikan, panti asuhan yatim piatu, panti jompo, dan lain
sebagainya
Jakarta:
18
“Sesungguhnya Allah (memperbolehkan) kepadamu sedekah dengan
sepertiga hartamu pada saat ajal akan menjemputmu, sebagai suatu
tambahan terhadap kebaikan-kebaikanmu”.
9. Musa’adah
Musa’adah merupakan bantuan yang diberikan kepada orang lain
yang sedang terkena musibah atau mengalami kesulitan dan ini
merupakan sesuatu yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah Saw.
Rasulullah bersabda,
ِ ًَ ِمنْ ك َُرcًْربَةcُُْ س عَنْ ُمؤْ ِم ٍن ك
ب َ َّ َمنْ نف: سل َّم
َ صل ّى هللاُ عَليَ ِْه َو ُ عَنْ أبَ ِى ُه َري َْرةَ قَا َل قَا َل َر
َ ِسو ُل هللا
19
baik dan Allah tidak menerima kecuali yang baik, maka sesungguhnya
Allah menerima dengan tangan kanan-Nya kemudian Ia menumbuhkan
bagi pemiliknya sebagaimana salah seorang di antara kalian membesarkan
anak unta hingga (tampak) seperti gunung”. (HR. Bukhari Muslim dengan
redaksi Bukhari)
Dalam Hadis dari Abu Hurayrah r.a., dia berkata, “Rasulullah Saw
bersabda,
ص ُرهُ عَليَ ِْه cََْ َُ فِي ِْهcَْن لُهcُ ُْ َْم ي َكcَْ ل, ق ب ِه
ِْ َوكاَنَإ, أْج ٌر َّ صَد
َ َمنْ َج َم َع َما ًل َح َرا ًما ث ُّم ت
“Barangsiapa mengumpulkan harta yang haram, kemudian dia bersedekah
dengannya, maka dia tidak mendapatkan pahala dan memikul dosanya.
Jakarta:
20
Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dalam shahih
keduanya dan al-Hakim.
f. Waktu distribusi yang paling baik saat masih sehat, mempunyai sifat kikir,
dan mencintai dunia
Ketika manusia dalam keadaan sehat dan cinta terhadap dunianya
(hartanya) melebihi cintanya terhadap akhirat, biasanya sifat enggan dan
keberatan untuk mengeluarkan sebagian hartanya tinggi pada saat itu.
Namun, ketika kematian didepan mata, ajal hampir menjemput sedekah itu
tidak banyak berarti kecuali warisan dan wasiat yang memang diberikan
ketika menjelang ajal tiba. Rasulullah bersabda,
“Dari Abu Hurayrah r.a., katanya: Seorang laki-laki datang kepada Nabi
Saw dan berkata, “Wahai Rasulullah, sedekah apakah yang paling besar
pahalanya? Rasulullah menjawab, “Kamu bersedekah sedangkan kamu
dalam keadaan sehat dan kikir, kamu takut kefaakiran dan ingin kaya, dan
Jakarta:
21
jangan menunda-nunda hingga nyawa sampai tenggorokan kemudian
kamu berkata: harta ini untuk si anu, yang ini untuk si anu, padahal si anu
itu sudah mempunyai bagian sendiri”. (HR. al- Bukhari)
22
Dari Abdullah bin Mas’ud r.a., dia berkata, “Rasulullah Saw
bersabda,
ْم َر ٍةcََْ ق ت
ّ ش cََْ ْم َو ْج َههُ الن َّر َوcُ ُْ أحد ُك
ِ لْوب َ قِّ َليِت
3. Tujuan distribusi
Sebagaimana produksi dan konsumsi, distribusi juga mempunyai
tujuan, di antaranya adalah sebagai berikut:
Pertama, menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat.
Kebutuhan dasar masyarakat seperti kebutuhan pada makanan dan minuman
merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan kalau tidak, akan
terjadi kesulitasn bahkan kematian. Manusia harus terus berusaha untuk
mempertahankan kehidupannya dengan melakukan pemenuhan kebutuhan
primernya sebatas yang dibutuhkan dan tidak berlebihan. Mereka juga harus
mendistribusikan barang-barang untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Kedua, mengurangi ketidaksamaan pendapatan dan kekayaan dalam
masyarakat. Apabila terjadi perbedaan ekonomi yang mencolok antara yang
kaya dan yang miskin akan mengakibatkan adanya sifat saling benci yang
pada akhirny amelahirkan sikap permusuhan dan perpecahan dalam
masyarakat. Meskipun demikian, Islam mengakui adanya perbedaan jumlah
harta antar-individu dalam masyarakat. Karena itu, ada yang kaya dan ada pula
yang miskin, tetapi jurang pembeda di antara mereka tidak boleh terlalu lebar
sehingga mengakibatkan disintegrasi sosial.
Ketiga, untuk menyucikan jiwa dan harta dari segala bentuk kotoran
lahir ataupun batin. Kotoran ini dapat berupa sifat kikir, tamak, rakus, boros,
dan sebagainya. Orang yang mampu mendistribusikan hartanya akan terhindar
dari sifat-sifat negative tersebut dan akan menguatkan tali persaudaraan antar
Jakarta:
23
sesama manusia. Jiwa dan harta orang yang melakukan derma disucikan
melalui distribusi harta yang diberikan kepada orang yang membutuhkannya.
Keempat, untuk membangun generasi yang unggul karena generasi
muda merupakan penerus dalam sebuah kepemimpinan suatu bangsa. Dengan
ekonomi yang mapan, suatu bangsa dapat membentuk generasi yang unggul.
Islam mengajarkan agar umatnya meninggalkan generasi yang kuat dari segi
fisik, cerdas dari segi otak, professional dari segi kerja dan karya, dan unggul
dari segi ilmu.
Kelima, untuk mengembangkan harta dari dua sisi spiritual dan
ekonomi. Dari segi spiritual, akan bertambah nilai keberkahan harta dan dari
segi ekonomi, dengan adanya distribusi harta kekayaan, maka akan
mendorong terciptanya produktifitas dan daya beli masyarakat akan
meningkat.
Keenam, untuk pendidikan dan mengembangkan dakwah Islam melalui
ekonomi, misalnya pada pemberian zakat kepada orang yang baru masuk
Islam (mualaf) sehingga lebih mantap dalam menjalankan agama Islam yang
baru dianutnya.Distribusi harta ke masjid-masjid, lembaga-lembaga
pendidikan Islam, dan sebagainya termasuk dalam kategori ini, sehingga
diharapkan kegiatan-kegiatan keislaman menjadi semarak karena ditopang
dengan dana yang memadai.
Ketujuh, untuk terbentuknya solidaritas social di kalangan masyarakat.
Tujuan distribusi adalah terpenuhinya kebutuhan orang-orang yang kurang
mampu sehingga tercipta solidaritas di dalam masyarakat Muslim,
terbentuknya ikatan kasih sayang di antara individu dan kelompok dalam
masyarakat, terkikisnya sebab kebencian dalam masyarakat yang dapat
berdampak pada terealisasinya keamanan dan ketentraman masyarakat, serta
terciptanya keadilan dalam distribusi yang mencakup pendistribusian
sumbersumber kekayaan.
4. Prinsip-prinsip distribusi dalam ekonomi Islam
Distribusi menempati posisi penting dalam teori ekonomi mikro Islam
karena pembahasan distribusi tidak hanya berkaitan dengan aspek ekonomi
saja, tetapi juga aspek social dan politik. Agar distribusi memberikan
24
signifikansi yang memadai, maka perlu diperhatikan prinsip-prinsip distribusi
sebagai berikut :
a. Prinsip keadilan dan pemerataan
Kedilan dalam distribusi merupakan tujuan pembangunan yang
menuntut komitmen umat Islam untuk merealisasikannya. Keadilan
distribusi tercermin pada adanya keinginan memenuhi batas minimal
pendapatan riil. Islam tidak bertujuan pada terjadinya pendistribusian yang
berimbang, boleh saja terjadi selisih kekayaan setelah kebutuhan pokok
terpenuhi.
Keadilan dalam distribusi dimaksudkan sebagai suatu kebebasan
melakukan aktivitas ekonomi yang berada dalam bingkai etika dan
normanorma Islam. Kebebasan yang tidak terbatas sebagaimana dianut
ekonomi kapitalis akan mengakibatkan ketidaksetaraan antara
pertumbuhan produksi dengan hak-hak orang-orang yang tidak mampu
sehingga mempertajam jurang pemisah antara orang-oranf kaya dengan
orang-orang miskin yang pada akhirnya akan menghancurkan tatanan
sosial. Distribusi dalam ekonomi kapitalis dilakukan dengan cara
memberikan kebebasan memiliki dan kebebasan berusaha bagi semua
individu masyarakat, sehingga setiap individu masyarakat bebas
memperoleh kekayaan sejumlah yang ia mampu sesuai dengan faktor
produksi yang dimilikinya dengan tidak memperhatikan apakah
pendistribusian tersebut merata dirasakan oleh semua individu masyarakat
atau hanya bagi sebagian saja.
Jakarta:
25
orang saja, tetapi harus menyebar kepada seluruh masyarakat. Islam
menginginkan persamaan kesempatan dalam meraih harta kekayaan,
terlepas dari tingkatan sosial, kepercayaan, dan warna kulit.Kedua,
hasilhasil produksi yang bersumber dari kekayaan nasional harus dibagi
secara adil. Ketiga, Islam tidak mengizinkan tumbuhnya harta kekayaan
yang melampaui batas-batas yang wajar apalagi jika diperoleh dengan cara
yang tidak dibenarkan. Untuk mengetahui pertumbuhan dan pemusatan,
Islam melarang penimbunan harta (ikhtikar) dan memerintahkan untuk
membelanjakannya demi kesejahteraan masyarakat.
26
Pada masa Rasulullah dan para sahabatnya, persaudaraan dan
kasih saying ini terpelihara dengan baik. Mereka saling membantu satu
sama lain baik dalam urusan agama maupun dunia, termasuk dalam
urusan ekonomi. Persaudaraan dan kasih sayang akan memperkuat
persatuan dankesatuan umat Islam yang kadang-kadang mendapatkan
hambatan dan rintangan sehingga mereka dapat saja terpecah belah
dan saling bermusuhan. Allah memerintahkankan agar umat Islam
senantiasa berpegang teguh dengan tali agama Allah dan tidak bercerai
berai.
Prinsip persaudaraan dan kasih sayang tersebut tidak berarti
bahwa umat Islam tidak boleh melakukan aktivitas ekonomi dengan
non Muslim. Islam memperbolehkan umatnya bertransaksi dengan
siapapun asalkan sejalan dengan prinsip-prinsip transaksi Islam tanpa
membedakan agama, ras, dan bangsa. Islam menganjurkan
persaudaraan dan kasih sayang dalam distribusi agar supaya umat
Islam menjadi kuat secara ekonomi, sosial, politik, budaya, dan
sebagainya.
c. Prinsip solidaritas sosial
Prinsip solidaritas social merupakan salah satu prinsip pokok
dalam distribusi harta kekayaan. Islam menghimbau adanya solidaritas
sosial dan menggariskan dan menentukannya dalam suatu sistem
tersendiri seperti zakat, sedekah, dan lain-lain. Zakat dan sedekah
merupakan lembaga keuangan penting bagi masyarakat Muslim dan
memiliki peran pokok dalam merealisasikan kepedulian sosial dan
redistribusi pendapatan antarumat Islam. Selain peran itu, zakat juga
memeiliki peran penting dalam proses pembangunan ekonomi.
Menurut Syawqi Ahmad Dunya, zakat memiliki peran investasi karena
mengarah langsung kepada sumber daya pengadaan produksi manusia
dalam masyarakat.
Prinsip solidaritas sosial dalam ekonomi Islam mengandung
beberapa elemen dasar, yaitu: (a) sumber daya alam harus dinikmati
oleh semua makhluk Allah, (b) Adanya perhatian terhadap fakir
27
miskin terutama oleh orang-orang kaya, (c) kekayaan tidak boleh
dinikmati dan hanya beredar di kalangan orang-orang kaya saja, (d)
adanya perintah Allah untuk berbuat kebaikan kepada orang lain, (e)
umat Islam yang tidak punya kekayaan dapat menyumbangkan
tenaganya untuk kegiatan social, (f) larangan berbuat baik karena ingin
dipuji orang lain (riya’), (g) larangan memberikan bantuan yang
disertai dengan perilaku menyakiti, (h) distribusi zakat harus diberikan
kepada orang-orang yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an sebagai
pihak yang berhak menerimanya (mustahiq zakat), (i) anjuran untuk
mendahulukan distribusi harta kepada orang-orang yang menjadi
tanggungan kemudian kepada masyarakat, (j) anjuran agar distribusi
disertai dengan doa agar tercapai ketenangan batin dan kestabilan
ekonomi masyarakat, dan (k) larangan berlebihan (boros) dalam
distribusi ekonomi di kalangan masyarakat.
28
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Distribusi dapat diartikan sebagai suatu proses penyaluran atau
penyampaian barang atau jasa dari produsen ke konsumen dan para pemakai.
29
DAFTAR PUSTAKA
Diana, Ilfi Nur, Hadis-Hadis Ekonomi, Yogyakarta: Uin Malang Press (Anggota IKAPI),
2008.
Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi, cet. ke-2, Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015.
Rodin, Dede, Tafsir Ayat Ekonomi, Semarang: CV. Karya Abadi Jaya, 2015.
E-book: Al-Indunisi, Ahmad Nahrawi Abdus Salam, Ensiklopedia Imam Syafi’i, Jakarta
Utara: Hikmah, 2008.
E-book: Himawan, Candra dan Neti Suriana, Sedekah: Hidup Berkah Rezeki Melimpah,
Yogyakarta: Pustaka Albana (Anggota Ikapi), 2013.
E-book: Swara, Puspa dan Syamsul Rizal Hamid, 1500++ Hadis & Sunah Pilihan ,
Puspa Swara, 2017.