Anda di halaman 1dari 30

“Distribusi”

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Hadis Ekonomi
Dosen pengampu : Masyhuri Rifa'i, M.Ag.

Oleh:
Riswan (19050102094)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat,
Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga saya dapat merampungkan penyusunan makalah
mata kuliah Hadist Ekonomi dengan judul " Distribusi" tepat pada waktunya.
 
Penyusunan makalah semaksimal mungkin saya upayakan dan didukung
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk
itu tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu saya dalam merampungkan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena
itu, dengan lapang dada saya membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca
yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini

Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini


dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para
pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah
selanjutnya. 

Kendari, 29 Maret 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................2

BAB I.............................................................................................................................4

PENDAHULUAN.........................................................................................................4

A. Latar Belakang......................................................................................................4

B. Rumusan Masalah.................................................................................................4

BAB II............................................................................................................................5

PEMBAHASAN............................................................................................................5

A. Distribusi...............................................................................................................5

1. Pengertian distribusi........................................................................................5

2. Konsep distribusi dalam Islam menurut Hadis................................................5

3. Tujuan distribusi............................................................................................23

4. Prinsip-prinsip distribusi dalam ekonomi Islam............................................24

BAB III........................................................................................................................29

PENUTUP...................................................................................................................29

Simpulan..................................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................30

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai agama yang membawa rahmat bagi alam semesta, Islam telah
mengatur seluruh aspek kehidupan manusia termasuk dalam bidang ekonomi di
antaranya adalah distribusi dan konsumsi. Salah satu tujuannya adalah untuk
mewujudkan keadila baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun individu.
Konsumsi adalah sebuah kegitan yang penting, bahkan dianggap karena
paling penting. Alasan mengapa konsumsi dianggap paling penting adalah
kegiatan dimana untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, untuk bertahan
hidup. Begitu pula dengan distribusi, yang dimana tujuan distribusi salah satunya
adalah untuk mencegah kepemilikan harta hanya pada golongan tertentu saja.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian?
2. bagaimana konsep Hadis mengenai distribusi?

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Distribusi
1. Pengertian distribusi
Secara bahasa, distribusi berasal dari bahasa Inggris distribution yang
berarti penyaluran dan pembagian. Adalah penyaluran, pembagian, atau
pengiriman barang atau jasa kepada bebapa orang atau tempat. 1 Secara istilah
distribusi diartikan sebagai suatu proses penyaluran atau penyampaian barang
atau jasa dari produsen ke konsumen dan para pemakai.
Distribusi atau penyaluran barang dan jasa ini mempunyai peran yang
sangat penting dalam kegiatan produksi dan konsumsi. Distribusi berperan
dalam menjembatani produsen dan konsumen dalam perputaran roda
perekonomian masyarakat. Tanpa distribusi, barang atau jasa yang diproduksi
oleh produsen tidak akan sampai ditangan konsumen yang mana akan
menyebabkan kegiatan produksi dan konsumsi tidak lancer. Dengan kata lain
produksi, distribusi, dan konsumsi adalah tiga hal yang saling terikat dan tidak
bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya.
2. Konsep distribusi dalam Islam menurut Hadis
Rasulullah sangat menganjurkan umat Islam untuk mendistribusikan
sebagian harta dan penghasilan untuk membantu saudara-suadara yang
kekurangan dalam ekonominya. Distribusi yang dimaksud Nabi dibagi
menjadi dua jenis, yang pertama adalah distribusi barang dan jasa yang berupa
penyaluran atau penyampaian barang dan jasa dari produsen ke konsumen dan
para pemakai, yang kedua adalah penyaluran sebagian harta kepada
orangorang yang membutuhkan sebagai wujud solidaritas sosial.

5
Distribusi jenis pertama adalah bentuk distribusi yang berorientasi pada
profit taking (keuntungan) atau dengan kata lain distribusi ini adalah sebagai
salah satu upaya untuk tersalurkannya barang-barang hasil produksi supaya
sampai pada konsumen yang kemudian produsen mendapatkan laba dari
penjualan barang yang didistribusikan tersebut. Untuk distribusi jenis kedua
adalah bentuk distribusi yang tidak berorientasi pada profit taking (tidak
memperoleh keuntungan secara langsung), namun keuntungannya diperoleh
dikemudian hari atau di akhirat.2 Untuk jenis distribusi yang berupa aktivitas
ibadah dan sosial, Rasullulah menganjurkan untuk segera dilakukan oleh tiap
Muslim yang mampu.
Dalam ekonomi Islam penekanan dalam distribusi adalah pada
penyaluran harta kekayaan yang diberikan kepada beberapa pihak baik
individu, masyarakat, ataupun negara. Ekonomi Islam menghendaki agar suatu
barang didistribusikan kepada pihak-pihak yang berhak menerimanya.
Distribusi tidak saja terjadi dalam dunia bisnis, tetapi juga dalam aktivitas
ibadah dan sosial seperti zakat, infak, dan sedekah

Konsep distribusi dalam Islam menurut Hadis adalah sebagai berikut:

Pendistribusian sebagian harta untuk disegerakan

: ‫سل َّم يقَُو ُل‬


َ ‫ب قَا َل عَليَ ِْه َو‬ ٍ ‫س ِمعْتُ َحا ِرثةَ بنَ َو ْه‬ َ ‫صل ّى هللاُ عَن َم ْعبدَبن َخال ٍِد قَا َل‬ َ ‫س ِمعْتُ النبّ ِّي‬ َ
cََْ ‫يِج ُد َمنْ ييَ ْبلَ َهُا يقَُو ُل ال ّر ُج ُل‬
ِ ‫ْم‬cََْ ‫ِها با ِ ْل‬cََِ ‫لْو ِجئ ْتَب‬
‫س‬ َِcَ ‫بِصدقَت ِه فَ َل‬ cََِ ‫شي ال ّر ُج ُل‬ ِ ‫ْم‬cََْ ‫ْم زَ َمانٌي‬cُ ُْ ‫تصدقُّوا فَإنِ ُّه يأ َ ْت ِي عَليَ ْك‬
َ
ِ ‫ََُُخا ِر‬c ‫َظُ للِ ْب‬c‫ َوالل َْْف‬.‫ق عَليَ ِْه‬
‫ى‬ ٌ َ‫ِها ) ُمتف‬cََِ ‫لي ب‬ ِ َ‫اجة‬ َ ‫ْو َم فَ َل َح‬cََْ ‫(لقَبلِ ْت َهُا فَأ َّما الي‬

“Dari Ma’bad ibn Khalid, katanya: Aku mendengar Haritsah ibn Wahab
berkata, katanya: Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda,
“Bersedekahlah, karena (suatu saat akan datang masa) di mana seseorang
berjalan untuk memberikan sedekahnya, tetapi orang yang akan diberinya
(menolak) seraya berkata, ‘Seandainya kamu membawanya kemarin,
niscaya aku menerimanya, tetapi kalau saat ini aku tidak
membutuhkannya’. Maka tidak ada orang yang mau menerima sedekah
itu.” (HR. al-Bukhari dan Muslim, lafal Hadis tersebut riwayat alBukhari).

Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi Jakarta:

6
Dari hadis di atas jelas bahwa Rasulullah sangat menganjurkann
kepada umat Muslim yang mampu agar menyegerakan dalam
mendistribusikan sebagian hartanya, sebelum datang suatu masa ketika
sudah tidak ada lagi orang yang mau menerimanya.

b. Larangan menimbun barang (ikhtikar)


Ikhtikar yaitu membeli barang melebihi kebutuhan dengan tujuan
untuk menimbunnya, menguasai pasar, dan menjualnya dengan harga
tinggi sekehendaknya pada saat masyarakat umum membutuhkan.
Ikhtikar ini biasanya dilakukan dengan tujuan untuk dijual kembali ketika
barang yang ada di pasar mengalami kelangkaan, sehingga barang ini
ditawarkan dengan harga yang tinggi kepada konsumen. Ikhtikar adalah
salah satu aktivitas ekonomi yang dapat menimbulkan distorsi pasar dan
mengandung dosa, sebagaimana sabda Rasulullah Saw:

‫ َم ِن‬: ‫سل َّم‬


َ ‫صل ّى هللاُ عَليَ ِْه َو‬ ُ ‫عَنْ َم ْع َم ٍر قَا َل قَا َل َر‬
َ ِ‫س ْو ُل هللا‬
(‫ِئ)رواه مسلم‬cٌٌِ ‫احت َك َر فَ ُه َو َخاط‬ ْ .

“Dari Ma’mar ia berkata, Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa yang


menimbun barang, maka ia bersalah (berdosa)”. (HR.Muslim)

Hadis di atas tidak ditentukan jenis barang yang dilarang untuk


ditimbun. Terdapat perbedaan dikalangan ulama mengenai barang yang
dilarang untuk ditimbun.

Pendapat yang pertama adalah pendapat dari mazhab Hanafi,


Syafi’i, dan Hanbali. Mazhab ini berpendapat bahwa barang yang dilarang

untuk ditimbun adalah makanan pokok, didasarkan pada hadis yang


diriwayatkan oleh Umar bin Khattab r.a,

ِ َ‫لجذاَ ِم َوا ْل ْفِل‬


‫س‬ ُ ْ ِ ‫َُهللاُ با‬cَ‫ض َربُه‬ cَََْْ ‫سل ِم‬
َ ,‫ينط َعَا َم ُه ْم‬ ْ ‫َلى ال ْ ُم‬
َ ‫احت َك َر ع‬
ْ ‫َم ِن‬

Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi Jakarta:

7
“Barang siapa menimbun makanan pokok orang Muslim, niscaya Allah
akan menimpakan kepadanya penyakit kusta dan perdagangannya
bangkrut”. (HR. Ibnu Majah).

Sedangkan menurut mazhab Maliki, barang-barang yang dilarang


untuk ditimbun adalah apapun jenis barangnya yang menjadi kebutuhan
orang banyak.

c. Zakat, sedekah, nafaqah, warisan, udhhiyyah (kurban), infak, ‘aqiqah,


wakaf, wasiat, dan musa’adah (bantuan) sebagai sarana untuk
mendistribusikan sebagian kekayaan.
1. Zakat
Zakat adalah kewajiban seorang Muslim untuk menyisihkan
sebagian hartanya, untuk didistribusikan kepada kelompok tertentu (8
ashnaf). Dengan adanya zakat dapat membantu masyarakat yang
kurang mampu sehinggga perekonomian masyarakat keadaan stabil
serta dapat mempererat persaudaraan antar sesama umat Islam. Salah
satu hadis yang menganjurkan untuk membayar zakat adalah sebegai
berikut:
:Dari Ibnu Umar r.a., dia berkata, “Rasullulah Saw bersabda

‫ َو‬,َc‫صل َِِة‬ ِ َcَِ‫و إِق‬،


ّ ‫ام ال‬ َ ُُ‫سوله‬
ُ ‫أْن َل إلِهَ إ َّل هللاُ َوأنَّ ُم َح ّمدًا عَب ْدهُُ َو َر‬
cََْ َ‫ِة‬cَِ ‫ش َهاد‬ ْ ‫ِْْل‬cِ ‫ِي ا‬cََِ ُ‫بن‬
ٍ ‫َُُم عَل َى َخ ْم‬cَ ‫سل‬
َ :‫س‬

َ‫ضان‬
َ ‫ص ْو ِم َر َم‬ ِ ْ َ‫ال ْبي‬.‫ َو َح ّج‬،‫إيِ ْتا َِ ِء ال ّزكا َ ِة‬
َ ‫ َو‬،‫ت‬

“Islam dibangun di atas lima perkara: Syahadat bahwa tiada tuhan


yang berhak disembah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah
hamba dan RasulNya, mendirikan shalat, membayar zakat, haji ke

Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi Jakarta:

8
Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi Jakarta:

9
Baitullah, dan puasa Ramadhan”. (HR. al-Bukhari, Muslim, dan lainlain).

Rasulullah bersabda:

‫سل َم ب ََع َث ُم َعاذاً الِ َى ال ْي َم ِن فَذ َك َر‬ َ ‫صل َى هللاُ عَليَ ِْه َو‬ َ ‫ض َى هللاُ عَن ُْه َما‬
َ ‫ِى‬cََِ َ‫ان النب‬ ِ ‫س َر‬ ٍ َ ‫عَنْ اب ْ ِن عَبا‬
‫تر ُد‬َُ َ‫َْغنيِاَئ ِه ْم ف‬cَْ ‫ْم َوال ِه ْم ت ُْؤ َخ ُذ ِمنْ ا‬cََْ ‫صدقَةً فِى ا‬َ ‫َض عَليَ ِْه ْم‬ َ ‫ان هللاَ قَ ِدا ْفت َر‬
َ : ‫ْيفِي ِْه‬
cََْ ‫الح ِد‬
َْ
(‫فِى فُقَ َرائ ِه ْم )متفق عليه واللفظ للبخار‬

“Dari Ibn ‘Abbas r.a. bahwasanya Nabi Saw mengutus Muadz ke


Yaman lalu menyebutkan Hadis (sabda Nabi) kepadanya,
“Sesungguhnya Allah mewajibkan kepada mereka sedekah (zakat) dari
harta mereka yang diambil dari orang-orang kaya mereka dan
diberikan kepada orang-orang fakir di antara mereka”. (HR. al-Bukhari
dan Muslim, lafal Hadis tersebut riwayat Muslim).

Apabila seseorang dalam keadaan mampu namun tidak mau


mengeluarkan zakat untuk hartanya, Rasulullah melaknatnya.

Dari al-Ashbahani, dia meriwayatkan dari Ali r.a., dia berkata,

,َ‫ش َمة‬ َْ ‫ َو‬,َُcَ‫ َوكاَتبُِه‬,َُ‫ َوشَا ِهده‬,َُcَ‫ َو ُم ْوكلُِه‬,َ ‫ِلال ّربا‬cَ َِ ‫سل َّم آك‬
ِ ‫الوا‬ َ ‫صل ّى هللاُ عَليَ ِْه َو‬ َ ِ‫س ْو ُل هللا‬ ُ ‫ل َعنَ َر‬
‫ َِِع‬cَ ‫ َو َمان‬, َ‫ش َمة‬
ِ ‫ْو‬cََْ ‫ست‬ْ ‫َوال ْ ُم‬
َُcَ‫ َوال ْ ُم َحل َّل َوال ْ ُم َحل َّل لُه‬, ‫صدقَ ِة‬
ّ ‫ال‬

“Rasulullah Saw melaknat orang yang makan riba, orang yang


memberi makan dari harta riba, saksinya, penulisnya, wanita pembuat
tato di tubuhnya dan yang meminta dibuatkan tato, orang yang
menolak membayar zakat, muhallil (orang yang menghalalkan) dan
muhallal lahu (orang yang dihalalkan untuknya)”.

2. Sedekah
Sedekah menurut Al Jurjani adalah pemberian yang diberikan
untuk mengharapkan pahala dari Allah SWT. Sedangkan menurut Al
Raghib al Asfahani sedekah adalah harta yang dikeluarkan manusia
untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT., seperti zakat. Bedanya
sedekah untuk kategori sunnah dan zakat untuk kategori wajib. 3Secara
umum sedekah adalah pemberian yang diberikan baik oleh orang yang

10
kaya ataupun tidak dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada
Allah SWT.
Menurut Rasullulah, konsep sedekah dalam Islam ada dua, yaituyang
pertama adalah amal-amal ibadah seperti tasbih, takbir, tahmid,tahlil,
dan lain sebagainya dan yang kedua adalah memberikan hartakepada
ْ‫سا ِمن‬ ً َ ‫ عَنْ أبَ ِى ذ َّر أنَّ نا‬,orang yang membutuhkan. Seperti dalam Hadis
‫سو َل هللاِ ذ َه َب‬ ُ ‫ يا َ َر‬: ‫سل َّم‬ َ ‫سل َّمقَال ُوا للِنبّ ِّى‬
َ ‫صل ّى هللاُ عَليَ ِْه َو‬ َ ‫صل ّى هللاُ عَليَ ِْه َو‬
َ ‫ب النبّ ِّى‬ cََْ ‫أ‬
ِ ‫ْص َحا‬
: ‫ قَا َل‬.‫ْم ََْوال ِه ْم‬cَ ‫ضو ِل أ‬ ُ ُcُِ‫صدقُّونَ بِف‬
َ َ‫ُصَُو ُم َويت‬
cَ ‫ُصَُو ُمونَ ك َما ن‬
cَ ‫صُل ّى َوي‬ َ ‫ْهاُل لدثّ ُو ِر بلِ ُُجو ِر‬cََْ ‫أ‬
َ ‫يصُل ّونَ ك َما ن‬
َ‫تْح ِميد ٍة‬ cََْ ُّ‫صدقَةٌ َوكل‬ َ ‫صدقَةً َوك ُّل ت َك ْبيِ َر ٍة‬ َ ‫ْسبيِ َح ٍة‬ cََْ ‫صدقُّونَ إنِّ ب ِك ُّل ت‬ َّ ‫ْمما َ ت‬cُ ُْ ‫س قَ ْد َج َع َل هللاُ ل َك‬ َْ َ‫أ َولي‬
‫ْم‬cُ ُْ ‫أح ِدك‬
َ ‫ض ِع‬ ُْ ‫صدقَةٌ َوفِى ب‬ َ ‫ْه ٌى عَنْ ُمن ْك َ ٍر‬cََْ ‫صدقَةٌ َون‬ َ ‫وف‬ ِ ‫ْم ٌر باِل َْم ْع ُر‬cََْ ‫صدقَةٌ َوأ‬ َ َ‫ْهليِل ٍة‬cََْ ‫صدقَةٌ َوك ُّل ت‬ َ
‫ض َع َها فِى‬ َ : ‫أْج ٌر قَا َل‬
cََْ ‫ْم‬cُ ُْ ‫أرأيَ ْت‬
َ ‫لْو َو‬ َ َ ‫أحدنُا‬
cََْ ‫َُ فِي َها‬cَ‫َُ َوي َك ُونُ لُه‬cَ‫ش ْه َوتُه‬ َ ‫سو َل هللاِ أيَأ َ ْت ِى‬ ُ ‫ يا َ َر‬: ‫ قَال ُوا‬.ٌ‫صدقَة‬ َ

َ‫ِكإ ِذا‬cََِ َ‫ام أ َكاَنَ عَليَ ِْه ِفي َْها ِو ْز ٌر فَك َذل‬
ٍ ‫َح َر‬

cََْ َُcَ‫الحلَ ِل كاَنَ لُه‬


(‫أْج ٌر )رواه مسلم‬ َْ ‫ض َع َها فِى‬
َ ‫َو‬
“Dari Abu Dzar bahwasanya para sahabat Nabi berkata kepada Nabi
Saw: Wahai Rasulullah, orang-orang yang berharta itu pergi dengan
membawa pahala, mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka
berpuasa sebagaimana kami berpuasa, dan mereka bersedekah dengan
kelebihan harta mereka. Nabi bersabda, “Bukankah Allah telah
menjadikan sesuatu yang dapat kalian sedekahkan? Sesungguhnya tiap
tasbih adalah sedekah, tiap takbir adalah sedekah, tiap tahmid adalah
sedekah, tiap tahlil adalah sedekah, memerintah pada kebajikan adalah
sedekah, mencegah dari kemungkaran juga sedekah, dan mas kawin
salah seorang kalian adalah sedekah.” Mereka bertanya, “Wahai
Rasulullah, apakah jika salah seorang di antara kami bersetubuh
dengan istrinya terdapat sedekah padanya? Rasul menjawab,
“Bagaimana pendapat kalian jika ia melakukannya pada keharaman
(zina) bukankah hal itu mendapatkan hukuman, demikian pula jika melakukannya
secara halal akan mendapatkan pahala”. (HR. Muslim).4

Meskipun menganjurkan sedekah dengan takbir, tasbih, tahmid,


tahlil, amar ma’ruf dan nahi mungkar, Rasulullah tidak mencukupkan
sedekah hanya dengan itu, namun Rasulullah juga mendorong

Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi Jakarta:

Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi Jakarta:

11
seseorang untuk bersedekah dengan materi, bahkan apabila tidak
mempunyai materi untuk disedekahkan, ia dituntut bekerja agar dapat
memenuhi kebutuhan pribadinya lalu menyedekahkan sebagian
hartanya. Rasulullah bersabda,

ٍ ‫لم‬
ِ ‫س‬ َ ‫سل َّم قَالَ َع‬
ْ ‫لى ك ُّل ُم‬ َ ‫صلىّاهللُ عَليَ ِْه َو‬ ْ ‫ْد‬cُُْ ‫س ِعي‬
َ ‫ْردةَ عَنْ أبَيِ ِه عَنْ َجدهِّ عَنْ النبّ ِّي‬cُُْ ‫بنُ أبَ ِي ب‬ َ َ ‫َحدثّنَا‬
َِcَ ‫ْم‬cََْ ‫ق قَال ُوافَإ ْ ِن ل‬
‫يِج ْد قَا َل‬ ُّ ‫صَد‬ َ َ‫سهُ َويت‬َ َ‫َ ُع ن ْف‬c‫َِِد ِهفَينَ َْْف‬cَ ِ‫يِج ْد قَا َل ي َْع َم ُل بي‬َِcَ ‫ْم‬cََْ ‫صدقَةٌ فَقَال ُوا يا َ نبَيِّاهللِ فَ َمنْ ل‬ َ
َُcَ‫ش ّرفَإنِهَّا لُه‬ ّ ‫سكْ عَنْ ال‬ ِ ‫ْم‬cُ ُْ ‫وف َول ْي‬ ِ ‫يِج ْدقَا َل فَل ْي َْع َم ْل باِل َْم ْع ُر‬ َِcَ ‫ْم‬cََْ ‫وف قَال ُوا فَإ ْ ِن ل‬ َ ‫اج ِة ال َمْل ُْه‬ َْ َ‫ِعينُ ذا‬cُ ُِ ‫ي‬
َ ‫الح‬
(‫صدقَةٌ)رواه البخارى‬
َ
“Said ibn Abi Burdah bercerita kepada kami dari ayahnya dari
kakeknya dari Nabi Saw, ia bersabda, “Atas tiap Muslim (dianjurkan)
sedekah”. Para sahabat bertanya, “Wahai Nabi Allah, (bagaimana)
bagi orang yang tidak mendapatkan (harta untuk disedekahkan)? Rasul
menjawab, “Hendaklah ia bekerja lalu membiayai dirinya dan
bersedekah”. Mereka berkata lagi, “Bagaimana kalau ia masih belum
mendapatkannya?” Sabda Nabi, “Hendaklah ia menolong orang yang
membutuhkannya”. Mereka bertanya lagi, “Bagaimana kalau ia masih
belum bisa mendapatkannya?”. Nabi menjawab, “Hendaklah ia
berbuat baik dan mencegah dari kejahatan, karena sesungguhnya ia
adalah sedekah”. (HR. al-Bukhari).

3. Infak
Adalah sedekah yang diberikan kepada orang lain jika kondisi
keuangan rumah tangga sudah berada di atas nisab. Muslim tidak
dituntut untuk mendistribusikan hartanya untuk infak sebelum
memenuhi kewajiban membayar zakat19, namun demikian Rasulullah
menganjurkan agar seseorang menginfakkan sebagian hartanya
secaraikhlas serta sembunyi-sembunyi sehingga orang lain tidak
mengetahuinnya. Rasulullah bersabda,

12
Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi Jakarta:

Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi Jakarta:

13
‫ْعةٌ يظُلِ ُّه ْم هللاُ ت َعَال َى فِي‬cََْ ‫سب‬
َ :‫سل َّم قَا َل‬ َ ‫ض َي هللاُ عَن ْهُ عَنْ النبّ ِّي‬
َ ‫صل َى هللاُ عَليَ ِْه َو‬ ِ ‫عَنْ أبَ ِي ُه َري َْرةَ َر‬
َ
‫لِن‬
َِ َc ‫َِِد َو َر ُج‬cَ ‫اج‬
ِ ‫س‬َ ‫َهللاِ َو َر ُج ٌل قَل ْبهُُ ُم َعلقٌّفِي ال َْم‬c‫شأ فِي ِعباَد َِِة‬ ّ ‫ْل َوش‬cٌٌْ ‫ِما ٌم عَد‬cََِ ‫يْو َم َل ظ ِّل إلِّظلِهُّ إ‬
َ ‫َاب ن‬ cََْ ِّ‫ظلِه‬
‫ب َو َج َما ٍل فَقَا َل إنِ ّي‬ٍ ‫نص‬ ِْ ‫ٌَ ذاَتُ َم‬cٌ‫اجت َم َعا عَليَ ِْه َوتفَ ّرقَاعَليَ ِْه َو َر ُج ٌل د َعت ْهُ ا ْم َرأَة‬ ْ ِ‫تحابا ّ فِي هللا‬ َ
ُ ِ‫ش َمالهُُ َماتنُ ْف‬
ً ‫ِمينهُُ َو َر ُج ٌل ذ َك َر هللاُ َخاليِا‬cََِ ‫ق ي‬ َcَْ َ‫ِصدقَ ٍة ف‬
ِ ‫ْعل َم‬cََْ ‫أْخفَاهَا َحتّ َل ت‬ َِcَ ‫ق ب‬
َّ ‫صد‬ َ
َ ‫أخافُاهللَ َو َر ُج ٌل ت‬
‫ضتْ عَي ْناَهُ )رواه‬ َ ‫فَفَا‬
(‫البخارى‬

“Dari Abu Hurayrah r.a. dari Nabi Saw, ia bersabda, “Tujuh golongan
yang akan mendapat naungan Allah pada saat tidak ada naungan
kecuali naungan-Nya, yaitu pemimpin yang adil, seorang pemuda yang
tumbuh dewasa dalam ibadah kepada Allah, seorang yang hatinya
terikat dengan masjid, dua orang sahabat yang saling mencintai karena
Allah yang berkumpul dan berpisah karena-Nya, seorang laki-laki
yang diajak (untuk berbuat mesum) oleh seorang perempuan
bangsawan dan cantik lalu (menolaknya seraya) berkata,
‘sesungguhnya aku takut kepada Allah’, seorang yang bersedekah dan
menyembunyikannya sehingga tangan kiri tidak tahu apa yang
diinfakkan oleh tangan kanannya, dan seseorang yang berzikir kepada
Allah sendirian lalu meneteskan air matanya”. (HR. al-Bukhari)

Dari hadis di atas dapat diketahui bahwa apabila seseorang


menginfakkan sebagian hartanya secara sembunyi-sembunyi sehingga
orang lain tidak mengetahui yang diibaratkan dengan apa yang
diberikan tangan kanan tangan kiri tidak mengetahuinya, akan
mendapatkan naungan pada hari kiamat, dimana tidak ada naungan
selain naungan dari Allah SWT bersama dengan enam golongan yang
lain.

4. Nafaqah atau nafkah


Adalah sesuatu yang diberikan seseorang kepada orang-orang atau
sesuatu yang menjadi tanggungannya. Nafkah ini ditujukan untuk
enam orang yaitu diri sendiri, istri, suadara, pembantu wanita, budak,
dan hewan peliharaan.

Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi Jakarta:

Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi Jakarta:

14
Seorang kepala rumah tangga berkewajiban memberikan nafkah
kepada orang-orang atau sesuatu yang menjadi tanggungannya.
Rasulullah bersabda:
‫سل َّم‬ َ ‫ض َي هللاُ عَن ُْه َعنْ النبّ ِّي‬
َ ‫صل ّى هللاُ عَليَ ِْه َو‬ ِ ‫يرةَ َر‬ َ ُّ‫يب أنَه‬
َْ ‫س ِم َع أبَا َ ه َُر‬ ِّ ‫س‬
َ ‫س ِعيد بنْ ُم‬
َ ْ‫عَن‬
ْ
(‫ُعَُو ُل )رواه البخارى‬cَ ‫ِمنْ ت‬cََِ ‫ْه ِر ِغن ًى َوابدْأَ ب‬cََْ ‫صدقَ ِة َما كاَنَ َعنْ ظ‬
ّ ‫ َخي ُْر ال‬:‫قَا َل‬

“Dari Sa’id ibn al-Musayyab bahwasanya ia mendengar Abu Hurayrah


r.a. dari Nabi Saw ia bersabda, “Sebaik-baik sedekah adalah yang
berasal dari kelebihan kekayaan dan mulailah dari orang yang menjadi
tanggunganmu.” (HR. al-Bukhari).

ُ‫ض ُل ِدي ْن َ ٍر ينُ ْفِقُ ُهال ّر ُج ُل ِدي ْنا َ ٌر ينُ ْفِقُه‬َ cَ‫ أ َْْف‬: ‫سل َّم‬
َ ‫صل ّى هللاُ عَليَ ِْه َو‬
َ ِ‫س ْو َل هللا‬ُ ‫ْوَْباَنَ قَا َل قَا َل َر‬cَ ‫عَنْ ث‬
‫سبيِ ِْل‬َ ‫ْص َحاب ِه فِى‬ cََْ َ‫سبيِ ِْل هللاِ َو ِدي ْنا َ ٌر ينُ ْفِقُهُ عَلى‬ َ ‫عَل َى ِعياَل ِه َو ِدي ْنا َ ٌرينُ ْفِقُهُ ال ّر ُج ُل عَل َى داَبتّ ِه فِى‬
(‫هللاِ )رواه مسلم‬
“Dari Tsawban katanya: Rasulullah Saw bersabda, “Dinar paling
utama yang dinafkahkan oleh seseorang adalah dinar yang
dinafkahkan kepada keluarganya dan dinar yang dinafkahkan
seseorang pada binatang yang (dikendarainya) di jalan Allah, serta
dinar yang dinafkahkan pada sahabat-sahabatnya di jalan Allah”. (HR.
Muslim).

‫سبيِ ِْل هللاِ َو ِدي ْنا َ ٌر‬ َ ‫َُ ِفى‬cَ‫ ْقتُه‬cَ‫ ِدي ْنا َ ٌر أنَ َْْف‬: ‫سل َّم‬ َ ‫صل ّى هللاُ عَليَ ِْه َو‬ َ ِ‫س ْو َل هللا‬ُ ‫عَنْ أبَ ِى ُه َري َْرةَ قَا َل قَا َل َر‬
‫الذى‬ ِّ ‫أْج ًرا‬ ْ ‫تصد ْقّتَ ب ِه عَل َى ِم‬
cََْ ‫َُُم َها‬cَ ‫ْعظ‬cََْ ‫َِِك أ‬cَ ‫ْهل‬cََْ ‫َُ عَلىَأ‬cَ‫َ ْقتُه‬c‫سكيِ ْ ٍن َو ِدي ْنا َ ٌر أنَ َْْف‬ َ ‫َُفِى َرقَب ٍةَ َو ِدي ْنا َ ٌر‬cَ‫َ ْقتُه‬c‫أنَ َْْف‬
(‫َِِك)رواه مسلم‬cَ ‫ْهل‬cََْ ‫َُ عَل َى أ‬cَ‫ ْقتُه‬cَ‫أنَ َْْف‬

“Dari Abu Hurayrah, katanya: Rasulullah Saw bersabda, “Dinar yang


kamu nafkahkan di jalan Allah, dinar yang kamu nafkahkan kepada
budakmu, dan dinar yang kamu sedekahkan kepada orang-orang
miskin, serta dinar yang kamu nafkahkan kepada keluargamu, yang
paling besar pahalanya adalah dinar yang dinafkahkan kepada
keluargamu”. (HR. Muslim).

Dari ketiga hadis di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa nafkan


yang paling utama untuk didahulukan pemberiannya adalah nafkah

Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi Jakarta:

Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi Jakarta:

15
untuk keluarga, yang kemudian disusul pemberian nafkah untuk
sahabat, orang miskin, budak, dan binatang peliharaan.

Apabila seseorang memberikan nafkah kepada orang lain, maka


orang tersebut juga akan mendapatkan nafkah dari Allah SWT. Segala
sesuatu yang telah diberikan kepada orang lain tidak lantas hilang
begitu saja, tetapi akan mendapatkan balasan atau ganti dari Allah
SWT baik berupa pahala maupun dalam bentuk materi di lain waktu.
Sebagaimana disebutkan dalam hadis qudsi berikut ini:

َْ َ ‫ قَا َل هللاُ تبَا َ َركَ َوت َعَال َى يا‬: ‫سل َّم قَا َل‬
‫ابن آد َم‬ َ ‫عَنْ أبَ ِى ه َُري َْرةَ ي َب ْل ُُغ ب ِه النبّ ِّي‬
َ ‫صل ّى هللاُ عَليَ ِْه َو‬
(‫ْك)رواهمسلم‬cََْ َ‫ق عَلي‬ ْ ِ‫ق أنُ ْف‬
ْ ِ‫أنَ ْف‬
“Dari Abu Hurayrah, ia menyampaikan dari Nabi Saw sabdanya,
“Allah Tabaraka wa ta’ala berfirman: “Wahai manusia, nafkahkanlah
(hartamu), niscaya Aku akan memberi nafkah kepadamu”. (HR.
Muslim).5

5. Warisan
Warisan adalah pembagian harta yang ditinggalkan oleh orang
yang sudah meninggal kepada para ahli warisnya. Rasulullah
memerintahkan agar harta warisan didistribusikan kepada yang berhak
menerimanya, sebagaimana sabda Rasulullah:

Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi Jakarta:

16
َِcَ ‫أل ْ ِحقُواَ ال ْفَ َر‬: ‫سل َّم‬
‫َِ َى فَ ُه َو‬cَ‫ِها فَ َما بِق‬cََِ ‫ْهل‬cََْ ِ ‫ائِضبأ‬ َ ‫صل ّى هللاُ عَليَ ِْه َو‬ ُ ‫س قَا َل قَا َل َر‬
َ ِ‫سو ُل هللا‬ ٍ ّ ‫عَنْ اب ْ ِن عَبا‬
(‫َْلى َر ُج ٍل ذ َك َ ٍر )رواهمسلم‬
َ ‫ْو‬cَ ‫ل‬
“Dari Ibn ‘Abbas, katanya Rasulullah Saw bersabda, “Berikanlah harta
warisan kepada yang berhak menerimanya, jika ada sisanya maka
diberikan kepada anak laki-laki yang pertama”. (HR. Muslim)

Untuk tata cara pembagian harta warisan kebanyakan sudah


ditentukan dalam ayat al-Quran. Oleh karena itu Rasulullah
memerintah supaya pembagian warisan dilakukan berdasarkan
ketentuan ayat-ayat al-Quran, sebagaimana sabda Rasul: :
ِ ‫ْه ِل ال ْفَ َرائ‬cََْ ‫س ُموا ال َمْا َل بيَ َْن أ‬
‫ض‬ ِ ‫سل َّما ْق‬
َ ‫صل ّى هللاُ عَليَ ِْه َو‬ ُ ‫س قَا َل قَا َل َر‬
َ ِ‫سو ُل هللا‬ ٍ ّ ‫ابن عَبا‬
ِ ْ ْ‫َع ن‬
ُِ cُ ‫َِال ْفَ َر‬cَ‫ب هللاِ فَ َما ت َرَكِت‬
‫ْوَْل َى َر ُج ٍل ذ َك َر )رواه مسلم‬cَ ‫ائِض فَل‬ ِ َ ‫( عَل َى كتِا‬
“Dari Ibn ‘Abbas, katanya: Rasulullah Saw bersabda, “Bagilah harta
warisan di antara para ahli waris sesuai ketentuan kitab Allah
(alQuran), jika ada sisa yang tertinggal, maka berikan kepada anak
lakilaki yang pertama”. (HR. Muslim)

Dengan adanya hukum waris ini akan mengurangi ketidakadilan


distribusi kekayaan. Hukum waris merupakan alat penimbang yang
sangat kuat dan efektif untuk mencegah pengumpulan kekayaan hanya
pada kalangan tertentu saja saja. Dengan demikian waris bertujuan
untuk menyebarkan luaskan pembagian kekayaan dan mencegah
penimbunan harta dalam bentuk apapun.
6. Udhiyyah dan ‘aqiqah
Udhiyyah atau qurban adalah menyembelih binatang ternak pada
saat hari raya Idhul Adha dan hari tasyrik dengan tujuan untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan cara menyedekahkan
daging-daging kepada pihak-pihak yang membutuhkan misalnya fakir
dan miskin.

‘Aqiqah (akikah) adalah kegiatan pemotongan kambing untuk anak


yang dilahirkan, satu ekor kambing untuk anak perempuan dan dua
ekor kambing untuk anak laki-laki. Sebagaimana sabda Rasulullah,

‫ َع ِن ال ُْغل َِم شَاتا َ ِن‬: ‫سل َّم يقَُو ُل‬


َ ‫صل ّى الل ُه َعليَ ِْه َو‬
َ ِ‫سو َل هللا‬
ُ ‫س ِمعْتُ َر‬ cََْ َ‫ْعبيِةِّ ق‬cََْ ‫ْر ٍز ال ْك‬cُُْ ‫َع نْ أ ُّم ك‬
َ ‫الْت‬
‫الجا ِريةشَاةٌ )رواه ابو داود‬
َْ ‫( ُمكاَفِئتَا َ ِن َو َع ِن‬

17
“Dari Umm Kurz al-Ka’biyyah, katanya, aku mendengar Rasulullah
Saw bersabda, “(Akikah) itu untuk anak laki-laki dua ekor kambing
dan untuk anak perempuan satu ekor kambing”. (HR. Abu Dawud)

7. Waqaf
Adalah menahan suatu benda untuk diambil manfaatnya
untukkepentingan umum sesuai dengan syariat Islam. Wakaf
dianjurkanuntuk dilaksanakan dalam rangka untuk memberikan
manfaat kepadamasyarakat, misalnya wakaf untuk tempat ibadah,
Lembaga pendidikan, panti asuhan yatim piatu, panti jompo, dan lain
sebagainya

‫ْستأ َ ِْم ُرهُ فِي َْها فَقَا َل‬


cََْ ‫سل َّم ي‬
َ ‫صل ّى هللاُ عَليَ ِْه َو‬ َ ِّ‫بِخي ْب َر فَأتَ َى النبّي‬
َِcَ ‫ضا‬ ً ‫ْر‬cََْ ‫اب ُع َم ُر أ‬ َ ‫ص‬ َ ‫َع ِن اب ْ ِن ُع َم َر قَا َل أ‬

ِ ‫س ِعن ِدْى ِمن ْهُ فَ َماتأ َ ْ ُم ُر‬


: ‫نى ب ِه قَا َل‬ ُ cَ‫ِص ْب َما ًل قَطّ ُه َو أنَ َْْف‬cُُِ ‫ْم أ‬cََْ ‫بِخي ْب َر ل‬َِcَ ‫ضا‬ ْ ‫ص‬
ً ‫ْر‬cََْ ‫بتُ أ‬ َ ‫سو َل هللاِ إنِىّأ‬ ُ ‫يا َ َر‬
cََْ ‫ِها ُع َم ُر أنَ ُّه َل يبُا َ ُع أ‬cََِ ‫ق ب‬
‫ْصل َهُا َو َل يبُ ْتا َ ُع َو َل‬ َ ‫ قَالَفَت‬.‫ِها‬cََِ ‫صد ْقّتَ ب‬
َّ ‫صد‬ cََْ ‫ْستَ أ‬
َ ‫ْصل َهَا َوت‬ َْ ‫ش‬
cََْ ‫ئت َحب‬ ِ ‫إن‬
ِْ
ُ ‫ُث َولَي ُوه‬
(‫َب )رواه مسلم‬ ُ ‫ي ُو َر‬
“Dari Ibn ‘Umar katanya, Umar mendapatkan tanah di Khaybar lalu ia
mendatangi Nabi Saw meminta agar Nabi memerintahkan sesuatu
tentangnya. Ia berkata, wahai Rasulullah, aku mendapatkan tanah di
Khaybar, maka apa yang akan engkau perintahkan padaku tentangnya?
Rasul bersabda, “Jika kamu mau kamu tahan pokoknya dan
bersedekahlah dengannya.” Kata Ibn ‘Umar, maka ‘Umar pun
bersedekah dengannya tapi ia tidak menjual asal (pokok)-nya, tidak
mewariskan, dan tidak menghibahkan”. (HR. Muslim)

Jadilah ‘Umar mewaqafkan tanah tersebut, tidak menjualnya juga


tidak mewariskannya kepada siapapun. Buah dari tanaman yang
tumbuh di tanah tersebut hasilnya dibagikan kepada fakir miskin,
kerabat, musafir, dan untuk menjamu tamu-tamu.
8. Wasiat
Wasiat merupakan pendistribusian harta kepada orang lain setelah
pemilik harta tersebut meninggal dunia. Untuk harta yang diwasiatkan
maksimal 1/3 dari harta yang diwariskan. Ditegaskan dalam hadis
riwayat Mu’adz bin Jabal bahwa Rasululullah Saw bersabda,

Jakarta:

18
“Sesungguhnya Allah (memperbolehkan) kepadamu sedekah dengan
sepertiga hartamu pada saat ajal akan menjemputmu, sebagai suatu
tambahan terhadap kebaikan-kebaikanmu”.
9. Musa’adah
Musa’adah merupakan bantuan yang diberikan kepada orang lain
yang sedang terkena musibah atau mengalami kesulitan dan ini
merupakan sesuatu yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah Saw.
Rasulullah bersabda,
ِ ‫ًَ ِمنْ ك َُر‬cً‫ْربَة‬cُُْ ‫س عَنْ ُمؤْ ِم ٍن ك‬
‫ب‬ َ َّ‫ َمنْ نف‬: ‫سل َّم‬
َ ‫صل ّى هللاُ عَليَ ِْه َو‬ ُ ‫عَنْ أبَ ِى ُه َري َْرةَ قَا َل قَا َل َر‬
َ ِ‫سو ُل هللا‬

َ ‫س َرهللاُ عَليَ ِْه فِى الدنّ ْيا‬


َّ ‫س ٍر ي‬ َّ ‫يْوَْم ِ ال ْقِيا َ َم ِة َو َمنْ ي‬
ِ ‫س َر عَل َى ُم ْع‬ cَ ‫ب‬ ِ ‫ًًَ ِمنْ ك َُر‬c‫ْربَة‬cُُْ ‫س الل ُه َعن ْهُ ك‬
َ َّ‫الدنّ ْيا َ نف‬
‫ْد فِى‬cُُْ ‫ست َرهُ هللاُ فِىالدنّ ْيا َ َواخ ِخ َر ِة َوهللاُ فِى ع َْو ِن ال َْعب ِْد َما كاَنَ ال َْعب‬ ْ ‫ست َر ُم‬
َ ‫ِما‬cًًِ ‫سل‬ َ ْ‫اخخ َر ِة َو َمن‬
ِ ‫َو‬
(‫أِخي ِه )رواه مسلم‬ َِcَ ِ‫ع َْون‬
“Dari Abu Hurayrah katanya: Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa
meringankan duniawi dari seorang mukmin, maka Allah akan
meringankan darinya kesusahan akhirat, barangsiapa mempermudah
orang yang mendapat kesulitan, maka Allah akan mempermudahnya di
dunia dan akhirat, dan barangsiapa menutupi (aib) seorang Muslim,
maka Allah akan menutupi (aibnya) di dunia dan akhirat. Allah akan
menolong seorang hamba selama hamba itu suka menolong
saudaranya”. (HR. Muslim)

d. Distribusi hasil kekayaan berasal dari usaha yang baik


Menurut Rasulullah, harta yang didistribusikan haruslah berasal dari usaha
yang baik. Apabila seseorang mendistribusikan hartanya baik melalui zakat,
infak, sedekah, dan lain sebagainya berasal dari harta yang tidak baik (haram)
maka itu tidak ada gunanya di hadapan Allah SWT.

Sebagaimana sabda Rasulullah,

‫ب‬ cََْ ‫ْم ََْر ٍة ِمنْ ك‬cَ ‫دل ت‬


ٍ ‫ْس‬ ِْ ‫ِع‬cَ َِ ‫ق ب‬ َ ْ‫ َمن‬: ‫سل َّم‬
َّ ‫تصد‬ َ ‫صلىّاهللُ عَليَ ِْه َو‬ َ ِ‫سو ُل هللا‬ ُ ‫ض َي هللاُ عَن ْهُ قَا َل قَا َل َر‬
ِ ‫يرةَ َر‬ َْ ‫عَنْ أبَ ِى ه َُر‬
‫لوهُ َحت ّى ت َك ُونَ ِمث َْل‬ ُّ َ‫ْمف‬cُ ُْ ‫أحد ُك‬
َ ‫ِصا ِحب ِهك َما ي َرُب ّي‬ َّ ّ‫طيَ ٍّب َولَي ْقَب َُل هللاُ إ ِّل الطي‬
َِcَ ‫ِمن ِه ث ُّم ي َرُبيّ َْها ل‬cََِ ِ‫ب َوإنِّ هللاَ يتَقَبلّ َهُا بي‬
َْ (
‫ِل)متفق عليهواللفظ للبخرى‬cَ َِ ‫الجب‬

“Dari Abu Hurayrah r.a., katanya: Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa


bersedekah dengan sekantong kurma yang diperoleh dari hasil usaha yang

19
baik dan Allah tidak menerima kecuali yang baik, maka sesungguhnya
Allah menerima dengan tangan kanan-Nya kemudian Ia menumbuhkan
bagi pemiliknya sebagaimana salah seorang di antara kalian membesarkan
anak unta hingga (tampak) seperti gunung”. (HR. Bukhari Muslim dengan
redaksi Bukhari)

Dalam Hadis dari Abu Hurayrah r.a., dia berkata, “Rasulullah Saw
bersabda,
‫ص ُرهُ عَليَ ِْه‬ cََْ ‫َُ فِي ِْه‬cَ‫ْن لُه‬cُ ُْ ‫َْم ي َك‬cَْ ‫ ل‬, ‫ق ب ِه‬
ِْ ‫ َوكاَنَإ‬, ‫أْج ٌر‬ َّ ‫صَد‬
َ ‫َمنْ َج َم َع َما ًل َح َرا ًما ث ُّم ت‬
“Barangsiapa mengumpulkan harta yang haram, kemudian dia bersedekah
dengannya, maka dia tidak mendapatkan pahala dan memikul dosanya.

Jakarta:

20
Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dalam shahih
keduanya dan al-Hakim.

e. Harta yang didistribusikan menjadi milik orang yang menerima


Apabila seseorang telah mendistribusikan sebagian hartanya untuk
orang lain, maka harta itu telah menjadi hak milik orang yang meneima
dan tidak dapat diminta atau di tarik kembali. Rasulullah mengibaratkan
orang yang menarik kembali harta yang sudah diberikannya dengan seekor
anjing yang muntah dan memakannya kembali. Sebagaimana Hadis,
‫صل ّى هللاُ عَليَ ِْه‬َ ِ‫سو َل هللا‬ ُ ‫س ِم ْعتُ َر‬ َ ‫س يقَُو ُل‬ ٍ ّ ‫س ِمعْتُ اب ْنَ َعبا‬
َ ‫يب يقَُو ُل‬ِّ ‫س‬ َْ ‫ْد‬cََْ ‫س ِعي‬
َ ‫بن ال ْ ُم‬ َ ‫س ِم َع‬ َ ُّ‫عَنْ ب ُكيَ ْ ٍر أنَه‬
‫َِى ُء ث ُّم يأ َ ْك ُُل قَيأْهَُ)رواه‬cَ‫ِل ال ْكلَ ْبِيِق‬cَ َِ ‫صدقَت ِه ك َمث‬َ ‫بِصدقَ ٍة ث ُّم ي َعُو ُد فِى‬
َِcَ ‫ق‬ ُّ ‫َصد‬ َ ‫الذى يت‬ ِّ ‫َُُل‬cَ ‫إنِ َّما َمث‬: ‫سل َّم يقَُو ُل‬ َ ‫َو‬
(‫مسلم‬
“Dari Bukayr bahwasanya ia mendengar Sa’id ibn al-Musayyab berkata:
Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya perumpamaan
orang yang bersedekah kemudian meminta kembali sedekahnya itu, seperti
seekor anjing yang muntah kemudian memakan muntahannya itu”. (HR.
Muslim)

f. Waktu distribusi yang paling baik saat masih sehat, mempunyai sifat kikir,
dan mencintai dunia
Ketika manusia dalam keadaan sehat dan cinta terhadap dunianya
(hartanya) melebihi cintanya terhadap akhirat, biasanya sifat enggan dan
keberatan untuk mengeluarkan sebagian hartanya tinggi pada saat itu.
Namun, ketika kematian didepan mata, ajal hampir menjemput sedekah itu
tidak banyak berarti kecuali warisan dan wasiat yang memang diberikan
ketika menjelang ajal tiba. Rasulullah bersabda,

ُ ‫سل َّم فَقَا َل يا َ َر‬


‫سو َل‬ َ ‫صلىّاهللُ عَليَ ِْه َو‬ َ ‫ض َي هللاُ عَن ْهُ قَا َل َجا َء َر ُج ٌل إلَ َى النبّ ِّي‬ ِ ‫َع نْ أبَ ِى ُه َري َْرةَ َر‬
‫ْم ِه ُل‬cََْ ‫ ت‬: ‫نى َو َل‬ ِ ‫تخشَى ال ْفَ ْق َر َوتأ َ ْ ُم ُل‬
َ ‫الغ‬ َْ ‫يْح‬
cٌ ٌْ ‫ش ِح‬
َ ‫يْح‬cٌ ٌْ ‫ص ِح‬
َ ‫ق َوأنَ َْت‬ َ ‫ْنت‬cََْ ‫أْج ًرا قَاأَل‬
َّ ‫صد‬ cََْ ‫َُُم‬cَ ‫ْعظ‬cََْ ‫صدقَ ِة أ‬ ّ ‫ي ال‬ َّ ‫هللاِ أ‬
َْ ُ‫الحل ْقُو َم ق‬
‫ل َ ٍن )رواه البخارى‬cُُِ‫ل َ ٍن ك َذاَ َوقَدْكاَنَ لِف‬cُُِ‫ل َ ٍن ك َذاَ َولِف‬cُُِ‫لت لِف‬ ُ ْ ْ‫(حت ّى إ ِذاَ بلَ َغت‬
َ

“Dari Abu Hurayrah r.a., katanya: Seorang laki-laki datang kepada Nabi
Saw dan berkata, “Wahai Rasulullah, sedekah apakah yang paling besar
pahalanya? Rasulullah menjawab, “Kamu bersedekah sedangkan kamu
dalam keadaan sehat dan kikir, kamu takut kefaakiran dan ingin kaya, dan
Jakarta:

21
jangan menunda-nunda hingga nyawa sampai tenggorokan kemudian
kamu berkata: harta ini untuk si anu, yang ini untuk si anu, padahal si anu
itu sudah mempunyai bagian sendiri”. (HR. al- Bukhari)

Oleh karena itu Rasulullah melarang manusia untuk terlalu


mencintai hartanya. Karena harta yang dimiliki tidak akan dibawa mati.
Menurut Rasulullah harta seseorang tidak lebih dari tiga kategori, yaitu
sebagai sesuatu yang dimakan, dipaki, dan diberikan kepada orang lain.
Sebagaimana Hadis dari Abu Hurayrah r.a., dia Rasulullah Saw bersabda,

, ‫ْعط َى فَا ْقتنَ َى‬cََْ ‫أْو أ‬


cََْ , ‫س فَأبَ ْل َى‬ cََْ , ‫َن َى‬c‫ َما أ َكلَفَأ َْْف‬: ‫ٌََََل‬cٌ ‫َُ ِمنْ َمال ِه ث‬cَ‫ إنِ َّما لُه‬, ‫الي‬
َْ َ‫أْو لي‬ ِْ ‫الى َم‬ ِْ ‫ْد َم‬cُُْ ‫يقَُو ُل ال َْعب‬
ِ ّ ‫ب َوتا َ ِر كهُُ للِنا‬
‫س‬ ٌ ‫َِِكفَ ُه ُو ذاَ ِه‬cَ ‫س َوى ذاَل‬ ِ ‫َو َما‬
“Seorang hamba berkata, ‘Hartaku, hartaku’, padahal dari hartanya dia
hartanya mendapatkan tiga perkara yaitu apa yang dimakan lalu ia habis
atau apa yang dipakai lalu ia usang, atau apa yang dia berikan lalu dia
menyimpan pahalanya di akhirat. Selain itu ia adalah lenyap dan (menjadi)
barang peninggalannya untuk orang (selainnya). (HR. Muslim)

g. Orang yang mendistribusikan sebagian hartanya, didoakan oleh malaikat


dan menjauhkan wajahnya dari api neraka
Harta hanya digunakan seperlunya saja dan tidak akan dibawa mati,
maka menurut Rasulullah hendaknya sebagian harta yang dimiliki
didistribusikan kepada orang-orang yang membutuhkan agar tercipta
keharmonisan hidup dikalangan masyarakat. Begitu pentingnya distribusi
ini sehingga para malaikat senantiasa berdoa untuk itu. Sebagaimana sabda
Rasulullah,

‫العبا َ ُد ِفي ِْه إ ِّل‬


ْ ِ ‫بِح‬ cُُْ ‫ ٍْوَْم ي‬cَ ‫ِمنْ ي‬
ُِ cُ ‫ْص‬ ‫سل َّم قَا َل َما‬ َ ‫ض َي هللاُ عَن ْهُ أنَّ النبّ ِّي‬
َ ‫صل ّى هللاُ عَليَ ِْه َو‬ ِ ‫عَنْ أبَ ِى ُه َري َْرةَ َر‬
‫سكاًتلَفًَا )متفق عليه‬ ِ ‫ْع ِط ُم ْم‬cََْ ‫أ‬ ْ ‫ْع ِط ُمن ْفِقًا َ َخلفًَا َويقَُو ُل‬cََْ ‫لِنفَيقَُوأُل َحد ُهُ َما َ الل ُّه ّم أ‬
‫اخ َخ ُر الل ُّه ّم‬ َِ cَ ‫َمل َكا َ ِن ينَ ْ ِز‬
(‫واللفظ للبخارى‬
“Dari Abu Hurayrah r.a., bahwasanya Nabi Saw bersabda, “Tidaklah pada
suatu hari, seorang hamba berada pada pagi hari kecuali dua malaikat
turun, lalu salah satunya berkata: ‘Ya Allah, berikanlah ganti kepada orang
yang menginfakkan hartanya’ dan yang lain juga berkata, ‘Ya Allah,
berikanlah kerusakan kepada orang yang menahan (tidak mau
menginfakkan hartanya)”. (HR. al-Bukhari dan Muslim, sedaksi Hadis
berasal dari al-Bukhari)

22
Dari Abdullah bin Mas’ud r.a., dia berkata, “Rasulullah Saw
bersabda,
‫ْم َر ٍة‬cََْ ‫ق ت‬
ّ ‫ش‬ cََْ ‫ْم َو ْج َههُ الن َّر َو‬cُ ُْ ‫أحد ُك‬
ِ ‫لْوب‬ َ ‫ق‬ِّ َ‫ليِت‬

“Hendaknya salah seorang dari kalian melindungi wajahnya dari apai


neraka walau hanya dengan (bersedekah) separuh kurma. (Diriwayatkan
oleh Ahmad dengan sanad shahih)

3. Tujuan distribusi
Sebagaimana produksi dan konsumsi, distribusi juga mempunyai
tujuan, di antaranya adalah sebagai berikut:
Pertama, menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat.
Kebutuhan dasar masyarakat seperti kebutuhan pada makanan dan minuman
merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan kalau tidak, akan
terjadi kesulitasn bahkan kematian. Manusia harus terus berusaha untuk
mempertahankan kehidupannya dengan melakukan pemenuhan kebutuhan
primernya sebatas yang dibutuhkan dan tidak berlebihan. Mereka juga harus
mendistribusikan barang-barang untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Kedua, mengurangi ketidaksamaan pendapatan dan kekayaan dalam
masyarakat. Apabila terjadi perbedaan ekonomi yang mencolok antara yang
kaya dan yang miskin akan mengakibatkan adanya sifat saling benci yang
pada akhirny amelahirkan sikap permusuhan dan perpecahan dalam
masyarakat. Meskipun demikian, Islam mengakui adanya perbedaan jumlah
harta antar-individu dalam masyarakat. Karena itu, ada yang kaya dan ada pula
yang miskin, tetapi jurang pembeda di antara mereka tidak boleh terlalu lebar
sehingga mengakibatkan disintegrasi sosial.
Ketiga, untuk menyucikan jiwa dan harta dari segala bentuk kotoran
lahir ataupun batin. Kotoran ini dapat berupa sifat kikir, tamak, rakus, boros,
dan sebagainya. Orang yang mampu mendistribusikan hartanya akan terhindar
dari sifat-sifat negative tersebut dan akan menguatkan tali persaudaraan antar

Jakarta:

23
sesama manusia. Jiwa dan harta orang yang melakukan derma disucikan
melalui distribusi harta yang diberikan kepada orang yang membutuhkannya.
Keempat, untuk membangun generasi yang unggul karena generasi
muda merupakan penerus dalam sebuah kepemimpinan suatu bangsa. Dengan
ekonomi yang mapan, suatu bangsa dapat membentuk generasi yang unggul.
Islam mengajarkan agar umatnya meninggalkan generasi yang kuat dari segi
fisik, cerdas dari segi otak, professional dari segi kerja dan karya, dan unggul
dari segi ilmu.
Kelima, untuk mengembangkan harta dari dua sisi spiritual dan
ekonomi. Dari segi spiritual, akan bertambah nilai keberkahan harta dan dari
segi ekonomi, dengan adanya distribusi harta kekayaan, maka akan
mendorong terciptanya produktifitas dan daya beli masyarakat akan
meningkat.
Keenam, untuk pendidikan dan mengembangkan dakwah Islam melalui
ekonomi, misalnya pada pemberian zakat kepada orang yang baru masuk
Islam (mualaf) sehingga lebih mantap dalam menjalankan agama Islam yang
baru dianutnya.Distribusi harta ke masjid-masjid, lembaga-lembaga
pendidikan Islam, dan sebagainya termasuk dalam kategori ini, sehingga
diharapkan kegiatan-kegiatan keislaman menjadi semarak karena ditopang
dengan dana yang memadai.
Ketujuh, untuk terbentuknya solidaritas social di kalangan masyarakat.
Tujuan distribusi adalah terpenuhinya kebutuhan orang-orang yang kurang
mampu sehingga tercipta solidaritas di dalam masyarakat Muslim,
terbentuknya ikatan kasih sayang di antara individu dan kelompok dalam
masyarakat, terkikisnya sebab kebencian dalam masyarakat yang dapat
berdampak pada terealisasinya keamanan dan ketentraman masyarakat, serta
terciptanya keadilan dalam distribusi yang mencakup pendistribusian
sumbersumber kekayaan.
4. Prinsip-prinsip distribusi dalam ekonomi Islam
Distribusi menempati posisi penting dalam teori ekonomi mikro Islam
karena pembahasan distribusi tidak hanya berkaitan dengan aspek ekonomi
saja, tetapi juga aspek social dan politik. Agar distribusi memberikan

24
signifikansi yang memadai, maka perlu diperhatikan prinsip-prinsip distribusi
sebagai berikut :
a. Prinsip keadilan dan pemerataan
Kedilan dalam distribusi merupakan tujuan pembangunan yang
menuntut komitmen umat Islam untuk merealisasikannya. Keadilan
distribusi tercermin pada adanya keinginan memenuhi batas minimal
pendapatan riil. Islam tidak bertujuan pada terjadinya pendistribusian yang
berimbang, boleh saja terjadi selisih kekayaan setelah kebutuhan pokok
terpenuhi.
Keadilan dalam distribusi dimaksudkan sebagai suatu kebebasan
melakukan aktivitas ekonomi yang berada dalam bingkai etika dan
normanorma Islam. Kebebasan yang tidak terbatas sebagaimana dianut
ekonomi kapitalis akan mengakibatkan ketidaksetaraan antara
pertumbuhan produksi dengan hak-hak orang-orang yang tidak mampu
sehingga mempertajam jurang pemisah antara orang-oranf kaya dengan
orang-orang miskin yang pada akhirnya akan menghancurkan tatanan
sosial. Distribusi dalam ekonomi kapitalis dilakukan dengan cara
memberikan kebebasan memiliki dan kebebasan berusaha bagi semua
individu masyarakat, sehingga setiap individu masyarakat bebas
memperoleh kekayaan sejumlah yang ia mampu sesuai dengan faktor
produksi yang dimilikinya dengan tidak memperhatikan apakah
pendistribusian tersebut merata dirasakan oleh semua individu masyarakat
atau hanya bagi sebagian saja.

Karena itu, Islam menegaskan bahwa dalam harta orang-orang


kaya terdapat hak yang harus didistribusikan kepada orang-orang miskin,
sehingga harta itu tidak hanya dinikmati oleh orang-orang kaya sementara
orang-orang miskin hidup dalam kekurangan dan penderitaan.

Prinsip keadilan dan pemerataan dalam distribusi mengandung


maksud. Pertama, kekayaan tidak boleh dipusatkan kepada sekelompok

Jakarta:

25
orang saja, tetapi harus menyebar kepada seluruh masyarakat. Islam
menginginkan persamaan kesempatan dalam meraih harta kekayaan,
terlepas dari tingkatan sosial, kepercayaan, dan warna kulit.Kedua,
hasilhasil produksi yang bersumber dari kekayaan nasional harus dibagi
secara adil. Ketiga, Islam tidak mengizinkan tumbuhnya harta kekayaan
yang melampaui batas-batas yang wajar apalagi jika diperoleh dengan cara
yang tidak dibenarkan. Untuk mengetahui pertumbuhan dan pemusatan,
Islam melarang penimbunan harta (ikhtikar) dan memerintahkan untuk
membelanjakannya demi kesejahteraan masyarakat.

b. Prinsip persaudaraan dan kasih sayang


Konsep persaudaraan (ukhuwah) dalam Islam menggambarkan
solidaritas individu dan sosial dalam masyarakat Islam yang tercermin
dalam pola hubungan sesama Muslim. Rasa persaudaraan harus ditanam
dalam hati sanubari umat Islam sehingga tidak terpecah belah oleh
kepentingan duniawi. Distribusi harta kekayaan dalam Islam,
sesungguhnya sangat memperhatikan prinsip ini. Zakat, wakaf, infak,
waris, dan sebagainya diberikan kepada umat Islam agar ekonomi mereka
semakin baik.

26
Pada masa Rasulullah dan para sahabatnya, persaudaraan dan
kasih saying ini terpelihara dengan baik. Mereka saling membantu satu
sama lain baik dalam urusan agama maupun dunia, termasuk dalam
urusan ekonomi. Persaudaraan dan kasih sayang akan memperkuat
persatuan dankesatuan umat Islam yang kadang-kadang mendapatkan
hambatan dan rintangan sehingga mereka dapat saja terpecah belah
dan saling bermusuhan. Allah memerintahkankan agar umat Islam
senantiasa berpegang teguh dengan tali agama Allah dan tidak bercerai
berai.
Prinsip persaudaraan dan kasih sayang tersebut tidak berarti
bahwa umat Islam tidak boleh melakukan aktivitas ekonomi dengan
non Muslim. Islam memperbolehkan umatnya bertransaksi dengan
siapapun asalkan sejalan dengan prinsip-prinsip transaksi Islam tanpa
membedakan agama, ras, dan bangsa. Islam menganjurkan
persaudaraan dan kasih sayang dalam distribusi agar supaya umat
Islam menjadi kuat secara ekonomi, sosial, politik, budaya, dan
sebagainya.
c. Prinsip solidaritas sosial
Prinsip solidaritas social merupakan salah satu prinsip pokok
dalam distribusi harta kekayaan. Islam menghimbau adanya solidaritas
sosial dan menggariskan dan menentukannya dalam suatu sistem
tersendiri seperti zakat, sedekah, dan lain-lain. Zakat dan sedekah
merupakan lembaga keuangan penting bagi masyarakat Muslim dan
memiliki peran pokok dalam merealisasikan kepedulian sosial dan
redistribusi pendapatan antarumat Islam. Selain peran itu, zakat juga
memeiliki peran penting dalam proses pembangunan ekonomi.
Menurut Syawqi Ahmad Dunya, zakat memiliki peran investasi karena
mengarah langsung kepada sumber daya pengadaan produksi manusia
dalam masyarakat.
Prinsip solidaritas sosial dalam ekonomi Islam mengandung
beberapa elemen dasar, yaitu: (a) sumber daya alam harus dinikmati
oleh semua makhluk Allah, (b) Adanya perhatian terhadap fakir

27
miskin terutama oleh orang-orang kaya, (c) kekayaan tidak boleh
dinikmati dan hanya beredar di kalangan orang-orang kaya saja, (d)
adanya perintah Allah untuk berbuat kebaikan kepada orang lain, (e)
umat Islam yang tidak punya kekayaan dapat menyumbangkan
tenaganya untuk kegiatan social, (f) larangan berbuat baik karena ingin
dipuji orang lain (riya’), (g) larangan memberikan bantuan yang
disertai dengan perilaku menyakiti, (h) distribusi zakat harus diberikan
kepada orang-orang yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an sebagai
pihak yang berhak menerimanya (mustahiq zakat), (i) anjuran untuk
mendahulukan distribusi harta kepada orang-orang yang menjadi
tanggungan kemudian kepada masyarakat, (j) anjuran agar distribusi
disertai dengan doa agar tercapai ketenangan batin dan kestabilan
ekonomi masyarakat, dan (k) larangan berlebihan (boros) dalam
distribusi ekonomi di kalangan masyarakat.

28
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Distribusi dapat diartikan sebagai suatu proses penyaluran atau
penyampaian barang atau jasa dari produsen ke konsumen dan para pemakai.

Konsep distribusi dalam Islam menurut Hadis di antaranya adalah


pendistribusian harta harus segera dilaksanaka, larangan untuk menimbun barang,
zakat, sedekah, nafaqah, warisan, udhhiyyah (kurban), infak, ‘aqiqah, wakaf,
wasiat, dan musa’adah (bantuan) sebagai sarana untuk mendistribusikan sebagian
kekayaan, Distribusi hasil kekayaan berasal dari usaha yang baik, Harta yang
didistribusikan menjadi milik orang yang menerima, Waktu distribusi yang paling
baik saat masih sehat, mempunyai sifat kikir, dan mencintai dunia, Orang yang
mendistribusikan sebagian hartanya, didoakan oleh malaikat dan menjauhkan
wajahnya dari api neraka.

Tujuan distribusi di antaranya adalah menjamin terpenuhinya kebutuhan


dasar masyarakat, mengurangi ketidaksamaan pendapatan dan kekayaan dalam
masyarakat, untuk menyucikan jiwa dan harta dari segala bentuk kotoran lahir
ataupun batin, untuk membangun generasi yang unggul karena generasi muda
merupakan penerus dalam sebuah kepemimpinan suatu bangsa, untuk
mengembangkan harta dari dua sisi spiritual dan ekonomi, untuk pendidikan dan
mengembangkan dakwah Islam melalui ekonomi, dan untuk terbentuknya
solidaritas social di kalangan masyarakat.

Prinsip distribusi di antaranya adalah prinsip keadilan dan pemerataan,


persaudaraan dan kasih sayang, dan solidaritas sosial.

29
DAFTAR PUSTAKA

Al-Albani, Syaikh Muhammad Nashiruddin, Shahih At-Targhib Wa At-Tarhib, terj.


Izzudin Karimi, Mustofa Aini, dan Kholid Samhudi, Jakarta: Pustaka Sahifa,
2007.

Diana, Ilfi Nur, Hadis-Hadis Ekonomi, Yogyakarta: Uin Malang Press (Anggota IKAPI),
2008.

Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi, cet. ke-2, Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015.

Rodin, Dede, Tafsir Ayat Ekonomi, Semarang: CV. Karya Abadi Jaya, 2015.

E-book: Al-Indunisi, Ahmad Nahrawi Abdus Salam, Ensiklopedia Imam Syafi’i, Jakarta
Utara: Hikmah, 2008.

E-book: Hadzami, M. Syafi’i, Taudhihul Adhillah: Penjelasan tentang Dalil-dalil


Muamalah (Muamalah, Nikah, Jinayah, Makanan/ Minman, dan Lain-lain),
Jakarta: Elex Media Komputindo, 2010.

E-book: Himawan, Candra dan Neti Suriana, Sedekah: Hidup Berkah Rezeki Melimpah,
Yogyakarta: Pustaka Albana (Anggota Ikapi), 2013.

E-book: Swara, Puspa dan Syamsul Rizal Hamid, 1500++ Hadis & Sunah Pilihan ,
Puspa Swara, 2017.

E-book: Tarmizi, Erwandi, Harta Haram Muamalat Kontemporer, Jakarta: PT Erwandi


Tarmizi Konsultan, 2012.

Anda mungkin juga menyukai