Kti Prima Putra 2
Kti Prima Putra 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
yang mengalami gangguan jiwa, mulai dari tingkat ringan hingga berat.
fungsi psikologis atau perilaku yang tidak sesuai dengan norma lokal dan
seseorang, yang secara klinik cukup bermakna, dan yang secara khas
berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih
juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena
dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 14 juta orang
jiwa berat, seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak
2
1,7 per 1.000 penduduk. Dinas Kesehatan Jawa Tengah menyebutkan bahwa
penderita, tahun 2016 meningkat menjadi 260.247 orang dan 2017 bertambah
memengaruhi persepsi pasien, cara berpikir, bahasa, emosi dan perilaku sosial
perilaku kekerasan yaitu marah, pandangan mata tajam, otot tegang, nada
berbagai macam terapi tersebut terapi modalitas adalah terapi yang paling
dari terapi modalitas adalah pasien dapat terus bekerja dan tetap berinteraksi
dengan keluarga, teman dan sistem pendukung yang ada ketika menjalani
terapi (Nasir & Muhith, 2011). Contoh terapi modalitas yaitu pendidikan
restrain, terapi derivat tidur, terapi aktivitas kelompok, dan terapi okupasi
(Prabowo, 2014). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakuka oleh
paling efektif menurut pasien perilaku kekerasan di ruang rawat inap laki laki
yang paling efektif untuk mengontrol perilaku kekerasan adalah dengan nafas
dalam.
kekerasan akan beresiko dalam mencederai diri sendiri, orang lain dan
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
secara komprehensif.
2. Tujuan Khusus
D. MANFAAT
1. Bagi masyarakat
Hasil laporan kasus dapat dijadikan salah satu acuan panduan perawat
Soerojo Magelang
3. Bagi Penulis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. SKIZOFRENIA
7
1. Pengertian
retak atau pecah (split), dan “phren” yang artinya pikiran, yang selalu
khas dan fundamental dalam pikiran dan persepsi yang disertai dengan
2. Etiologi
penyebabnya adalah:
b. Faktor biologi
8
(Yosep, 2014).
3. Gejala Skizofrenia
dan simtom negatif. Simtom positif berupa delusi atau waham, halusinasi,
berupa alam perasaan (affect) “tumpul” dan “mendatar”, menarik diri atau
orang lain, suka melamun (day dreaming), kontak emosional amat miskin,
sukar diajak bicara, pendiam dan pola pikir stereotip (Muhyi, 2011).
a. Gejala positif
2) Halusinasi
sumber suara atau penderita melihat sesuatu padahal tidak ada objek
apa-apa.
dan lainnya.
4) Perilaku Aneh
b. Gejala negatif
5) Hilangnya atensi
4. Fase Skizofrenia
perjalanan penyakit skizofrenia terdiri dari tiga fase yaitu fase akut, fase
stabilisasi dan fase stabil (Reverger, 2012). Ketiga fase tersebut dengan
fase psikotik. Sebelum fase psikotik muncul, terdapat fase premorbid dan
luang dan fungsi perawatan diri juga muncul pada fase prodormal. Simtom
positif seperti curiga mulai berkembang di akhir fase prodromal dan berarti
sudah mendekati fase psikotik. Masuk ke fase akut psikotik, simtom positif
11
dilakukan terapi dan pada fase stabil terlihat simtom negatif dan residual
B. PERILAKU KEKERASAN
1. Definisi
dirinya sendiri maupun orang lain disertai dengan amuk dan gaduh
oleh seseorang. Respon ini dapat menimbulkan kerugian aik pada diri
dapat dibagi menjadi dua, seperti perilaku kekerasan secara verbal dan
fisik baik pada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan baik secara
2. Etiologi
sebagai berikuti:
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor Biologik
2) Teori Psikologik
1) Teori psikoanalisa
3) Learning theory
4) Teori Sosiokultural
sendiri.
5) Aspek Religiusitas
b. Faktor Presipitasi
ekonomi.
dewasa.
sebagai berikut:
15
a. Fisik: muka merah dan tegang, mata melotot atau pandangan tajam,
orang lain atau melukai diri sendiri, merusak lingkungan, amuk atau
agresif.
orang lain, menyinggung perasan orang lain, tidak peduli dan kasar.
3. Manifestasi Klinis
a. Fisik
b. Verbal
c. Perilaku
d. Emosi
e. Intelektual
f. Spiritual
g. Sosial
h. Perhatian
seksual.
b. Faktor Risiko :
mnengancam)
e. Gangguan psikosis.
f. Impulsif.
g. Intoksikasi patologis.
i. Ketersediaan senjata
j. Komplikasi perinatal
k. Komplikasi prenatal
l. Menyalakan api
lain)
5. Rentang Respon
Keterangan:
a. Asertif
b. Frustasi
menemukan alternatif
c. Pasif
d. Agresif
e. Kekerasan
6. Penatalaksanaan
1. Strategi preventif
1) Kesadaran diri
masalah pasien.
2) Pendidikan pasien
3) Latihan asertif
2. Strategi antisipasif
1) Komunikasi
2) Perubahan lingkungan
3) Tindakan perilaku
4) Psikofarmakologi
b. Memecahkan perabot
c. Melempar barang
d. Membakar rumah
e. Memperlihatkan permusuhan
KEKERASAN
1. Pengkajian
dihadapi pasien.
2. Pohon Masalah
3. Diagnosa Keperawatan
dan saat ini pasien tidak melakukan perilaku kekerasan tetapi pernah
4. Perencanaan
sebagai berikut:
dilakukannya.
dilakukannya.
kekerasannya
Tabel 2.1 Kriteria hasil dan skala dalam perencanaan pasien dengan
Skala
No Indikator
Awal Akhir
Menahan diri dan mengumpulkan niat
1 - -
melukai diri sendiri
Menggunakan strategi koping yang
2 - -
efektif
Menggunakan pengobatan yang
3 - -
diterapkan
Berpartisipasi dalam aktivitas yang
4 - -
meningkatkan kesehatan
Keterangan skala :
2 : Jarang menunjukan
3 : Kadang-kadang menunjukan
4 : Sering menunjukan
Intervensi :
tepat.
Intervensi :
Intervensi
Tabel 2.2 Intervensi pada pasien dengan perilaku kekeran (Sutejo, 2017)
Diagnosa Perencanaan
Keperawata Tujuan (Tuk/Tum) Kriteria Evaluasi Interverensi Rasional
n
Resiko Tum: Pasien menunjukan tanda- 1.1 Bina hubungan saling Kepercayaan dari
perilaku Pasien dan keluarga tanda percaya kepada percaya dengan pasien merupakan hal
kekerasan mampu mengatasi perawat meliputi: mengemukakan prinsip yang akan memudah
atau mengendalikan a. Ekspresi wajah komunikasi terapeutik: perawat dalam
risiko perilaku cerah, tersenyum a. Mengucapkan salam melakukan pendekatan
kekerasan. b. Mau berkenalan terapeutik. Sapa keperawatan atau
Tuk 1: c. Bersedia pasien dengan ramah, interverensi
Pasien dapat menceritakan baik verbal ataupun selanjutnya terhadap
membina hubungan perasaanya. non verbal. pasien.
saling percaya. d. Ada kontak mata. b. Berjabat tangan
e. Bersedia dengan pasien.
mengungkapkan c. Perkenalkan diri
masalah. dengan sopan.
d. Tanyakan nama
lengkap pasien dan
nama panggilan yang
disukai pasien.
e. Jelaskan tujuan
pertemuan.
f. Membuat kontrak
topic, waktu, dan
28
Tuk 3: Kriteria Evaluasi: 3.1 Diskusikan dan motivasi Deteksi dini dapat
Pasien dapat Setelah 3x interverensi, pasien untuk mencegah tindakan
mengidentifikasi pasien dapat menceritakan menceritakan kondisi yang bisa
tanda-tanda perilaku tanda-tanda perilaku fisik saat perilaku membahayakan pasien
kekerasan. kekerasan secara: dan lingkungan
29
keyakinan agamanya
masing-masing.
cara perawatan
terhadap pasien.
8.6 Beri pujian kepada
keluarga setelah
peragaan.
8.7 Tanyakan perasaan
keluarga setelah
mencoba cara yang
dilatihkan.
5. Implementasi
komunikasi terapeutik:
disukai pasien.
pasien.
pasien.
kekerasan tersebut
e. Diskusikan dengan pasien akibat negatif atau kerugian dari cara atau
1) Diri sendiri.
2) Orang lain/keluarga.
3) Lingkungan.
a) Cara fisik: nafas dalam, pukul bantal atau kasur, olah rag.
orang lain.
sempurna.
marah/jengkel.
perilaku kekerasan.
keluarga.
dilatihkan.
c) Waktu pemakaian.
40
d) Cara pemakaian.
biasa
6. Evaluasi
BAB III
Karya tulis ini menggunakan studi kasus dengan desain studi kasus
Fokus studi yang menjadi kajian utama dari masalah yang diangkat
1. Tempat
2. Waktu
dilaksanakan selama 3 hari mulai dari tanggal 15 bulan 01 tahun 2020 dimulai
E. PENGUMPULAN DATA
langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari
1. Anamnesa
kepada pasien, suami dan keluarga yang terlibat langsung guna mendapatkan
2. Dokumentasi
keadaan pasien yang bersumber dari pemeriksaan maupun dari sumber lain
yang menunjang seperti buku observasi pasien seperti identitas pasien maupu
3. Observasi
pasien untuk mengetahui keadaan dan situasi terkini yang dialami pasien
BAB IV
Pada bab ini dibahas tentang hasil dan pembahasan dari pelaksanaan asuhan
keperawatan jiwa risiko perilaku kekerasan pada Tn. S dengan resiko perilaku
A. Hasil
1. Identitas Pasien
2. Alasan Masuk
dan mengalami kesulitan tidur khususnya malam hari. Setelah kejadian itu
3. Faktor Predisposisi
ada sekitar 5 tahun ditinggal pergi oleh seorang perempuan yang dicintainya.
4. Fator Presipitasi
6. Pemeriksaan Fisik
data bahwa keadaan umum Tn. S cukup dengan tanda-tanda vital dalam batas
x/Menit, Suhu 36,5℃. Berat badan 78 kg dengan tinggi badan tinggi badan
167 cm.
7. Genogram
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Penderita
47
: Menikah
Penjelasan:
a. Pengambil Keputusan
keluarga
8. Konsep Diri
a. Citra tubuh
tubuhnya sebagai anugerah dari Allah SWT dan perannya dalam keluarga
adalah sebagai anak. Tn.S merasa tidak puas sebagai anak karena selama
b. Identitas diri
Rumah Sakit dan merasa dirinya sudah tidak berguna lagi. Pasien
mengetahui bahwa pasien bernama Tn. S, pasien tinggal bersama ayah, ibu
48
c. Peran diri
d. Ideal diri
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan beraktivitas normal lagi seperti
biasanya. Pasien merasa minder dan malu sama tetangganya karena sudah
e. Harga diri
9. Hubungan sosial
masyarakat. Tn.S juga malu dan minder berhubungan dengan orang lain
yang paling berarti adalah ibunya. Tn.S mengatakan bahwa keadaan saat ini
adalah cobaan dari Allah SWT dan yakin bahwa dia pasti sembuh. Kegiatan
e. Masalah ekonomi
Kebutuhan sehari-hari pasien dibantu oleh orang tua pasien akan tetapi
menjalani pengobatan
a. Penampilan
penampilan Tn. S terlihat cukup rapi dan pemakaian baju tidak terbalik.
50
b. Pembicaraan
Pembicaraan Tn. S lambat dan dengan nada keras dan kurang dapat
c. Aktivitas motorik
Tn. S pada saat pengkajian terlihat tenang, namun saat tidak berinteraksi
menjalani aktivitasnya.
d. Alam perasaan
e. Afek
kosong, terlihat bingung, pada saat awal dikaji dan menjawab pertanyaan
pengkaji agak lama dengan nada cepat dan keras. Tn. S tidak memiliki
g. Persepsi
h. Proses pikir
Saat diajak berbicara pasien menjawab pertanyaan dengan nada suara yang
i. Isi pikir
pikirannya.
j. Tingkat kesadaran
k. Memori
1) Jangka panjang
2) Saat ini
m. Kemampuan penilaian
meminum obat agar cepat sembuh dengan bantuan motivasi dari orang lain
a. Makan
Pasien makan 3x sehari dengan menu yang diinginkan, minum air putih
b. BAB/ BAK
Pasien mampu BAB/ BAK secara mandiri tanpa bantuan, pasien BAB 1x/
c. Mandi
Pasien mau mandi 2x sehari pada pagi hari dan sore hari menggunakan
sabun
d. Berpakaian/ berhias
sesuai
e. Istirahat tidur
Pasien mengatakan lebih sering tidur, baik pada siang hari maupun malam
perawatan pasien selalu patuh dalam meminum obat setelah makan sesuai
dengan dosis yang dianjurkan dan tidak membuang obat yang diberikan.
53
f. Pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan selalu kontrol secara lanjut dan kontrol ditemani oleh
istrinya.
bersama istrinya.
malam hari. Data objektif yang ditemukan pada pasien yaitu saat dilakukan
wawancara nada keras dan kurang dapat dimengerti, pandangan tajam, pasien
16. Perencanaan
Diagnosa Perencanaan
Keperawata Tujuan (Tuk/ Kriteria Evaluasi Interverensi Rasional
n Tum)
Resiko Tum: Pasien menunjukan tanda- 1.2 Bina hubungan saling percaya Kepercayaan dari pasien
perilaku Pasien mampu tanda percaya kepada dengan mengemukakan prinsip merupakan hal yang
kekerasan mengatasi atau perawat meliputi: komunikasi terapeutik: akan memudah perawat
mengendalikan a. Ekspresi wajah cerah, a. Mengucapkan salam dalam melakukan
risiko perilaku tersenyum terapeutik. Sapa pasien pendekatan keperawatan
kekerasan. b. Mau berkenalan dengan ramah, baik verbal atau interverensi
Tuk 1: c. Bersedia ataupun non verbal. selanjutnya terhadap
Pasien dapat menceritakan b. Malakukan jabat tangan pasien.
membina perasaanya. dengan pasien.
hubungan saling d. Ada kontak mata. c. Meperkenalkan diri dengan
percaya. e. Bersedia sopan.
mengungkapkan d. Menanyakan nama lengkap
masalah. pasien dan nama panggilan
yang disukai pasien.
e. Mejelaskan tujuan
pertemuan.
f. Membuat kontrak topic,
waktu, dan tempat setiap
kali bertemu pasien.
g. Menunjukan sikap empati
dan menerima pasien apa
adanya.
h. Memberi perhatian kepada
pasien dan perhatian
55
keluarga.
8.4 Meperagakan cara
merawat pasien
(menangani PK).
8.5 Memberi kesempatan
keluarga untuk
memperagakan ulang
cara perawatan terhadap
pasien.
8.6 Memberi pujian kepada
keluarga setelah
peragaan.
8.7 Menanyakan perasaan
keluarga setelah
mencoba cara yang
dilatihkan.
Mendiskusikan dan
memotivasi pasien untuk
menceritakan kondisi
psikologis saat terjadi
perilaku kekerasan.
Mendiskusikan dan
memotivasi pasien untuk
menceritakan kondisi
hubungan dengan orang lain
saat terjadi perilaku
kekerasan.
16 Januari Resiko Mendiskusikan dengan pasien S: pasien mengatakan
2020 Perilaku seputar perilaku kekerasan apabila mendengar
Kekerasan yang dilakukanya selama ini bisikan emosinya
muncul pasien sering
memecahkan dan
merusak barang yang
ada di rumah
O: Pasien tampak tegang
dan dan mata melotot,
nada suara meningkat
saat menceritakan
A: Resiko perilaku
kekerasan TUK 4
P: Lanjutkan Intervensi
16 Januari Resiko Mendiskusikan dengan pasien S: pasien mengatakan
2020 Perilaku seputar cara konstruktif atau belum bisa melalukan
Kekerasan cara-cara sehat dalam kegiatan fisik secara
mengungkapkan kemarahan mandiri dan harus
dibimbing. pasien
mengatakan bersedia
untuk melakukan cara-
cara sehat untuk
mengungkapkan
kemarahan
O:pasien tampak
mengpraktekan dan
64
B. Pembahasan
1. Pengkajian
No Teori Pengkajian
merusak lingkungan dan amuk/ barang barang di rumah
agresif)
status pasien dan dari pemeriksaan fisik. Dalam proses pengkajian penulis
Tn. S hanya menjawab dengan suara cepat dengan nada tinggi serta tidak
terjalin kontak mata karena pasien tampak gelisah namun penulis mencoba
tersebut berarti bahwa gangguan jiwa terjadi pada individu dalam fase
responden, diperoleh mean umur responden adalah 32,56 tahun dengan usia
individu hanya perhatian terhadap diri sendiri dan kurang perhatian terhadap
orang lain.
dirinya sendiri maupun orang lain disertai dengan amuk dan gaduh gelisah
menimbulkan kerugian baik pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
malam hari. Faktor presipitasi yang muncul pada Tn. S yaitu sering merasa
2. Diagnosa Keperawatan
dan objektif pada Tn. S yaitu resiko perilaku kekerasan. Berdasarkan data
adalah risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri karena didapatkan data
subjektif yaitu pesien tampa sadar memanjat atap rumah, sering mendengar
kesulitan tidur. Data objektif yang ditemukan pada pasien yaitu pasien
gelisah dan nada bicara keras. Hal tersebut sesuai pohon masalah menurut
Nina (2015) bahwa cause dari resiko perilaku kekerasan terhadap koping
diagnose yang memiliki resiko lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain
karena jika pasien kambuh dapat membahayan diri sendiri dan orang lain.
kekerasan terbagi dua yaitu dari dalam diri klien sendiri dan dari
3. Intervensi
dengan orang lain saat terjadi perilaku kekerasan. Diskusikan dengan pasien
pasien akibat negatif atau kerugian dari cara atau tindakan kekerasan yang
dilakukanya.
Diskusikan cara yang mungkin dipilih serta anjurkan pasien memilih cara
berbagai cara untuk mencegah dan mengelola perilaku agresif pasien dengan
dapat dilakukan yaitu dengan bersikap tenang, bicara lembut, bicara tidak
sesuai dengan waktu yang sudah disepakati bersama. Selain itu Menurut
yang dilakukan oleh Zelianti (2011) tentang pengaruh tehnik relaksasi nafas
dalam terhadap tingkat emosi klien perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa
signifikan antara tehnik relaksasi nafas dalam terhadap tingkat emosi klien
perilaku kekerasan.
4. Implementasi
frustasi dan menarik diri. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut Suryaka
71
berperilaku agresif.
secara umum yang dilakukan pada pasien dengan perilaku agresif/ perilaku
antisipasi atau respon emosi lainnya (Stuart & Laraia, 2015). Pernyataan-
pada klien dengan perilaku kekerasan juga perlu mengacu kepada emosi
klien.
bina hubungan saling percaya dengan klien, berjabat tangan dan duduk
5. Evaluasi
tujuan dan kriteria hasil yang sudah tercapai dan yang belum tercapai
keadaaan yang sedang dialaminya dengan ikhlas, pasien sudah tidak merasa
yang sudah dilatih oleh perawat secara mandiri, dan merasa puas karena
pasien sudah mampu untuk mengontrol perilaku kekerasan baik secara fisik
berpedoman pada teori Moorhead, Johnson, Maas dan Swanson (2015) yaitu
menahan diri dari niat untuk melukai diri sendiri, menggunakan strategi
BAB V
A. Kesimpulan
terhadap diri sendiri pada Tn. S di RSJ Dr Soerojo Magelang selama 3 hari dari
tanggal 14 Januari 2020 sampai dengan 16 Januari 2020, maka kesimpulan yang
diperoleh yaitu:
mengurung diri dalam kamar, mengamuk dan tampak murung serta tidak ada
kontak mata disebabkan oleh faktor psikologik. Tanda dan gejala yang
muncul yaitu kedua pasien terkadang berbicara dengan nada yang keras dan
cepat.
2. Diagnosa keperawatan pada Tn. S sesuai dengan data subjektif dan objektif
pelaksanaan.
yang telah ditetapkan dan disesuaikan dengan keadaan pasien seperti bina
terjadi.
B. Saran
1. Pasien
Pasien mampu mengatasi perasaan yang membuat pasien merasa ingin marah
dan mengamuk dengan cara yang tepat, sehingga tidak melakukan tindakan
2. Keluarga
3. Masyarakat
4. Rumah Sakit
dapat diminimalisir.
5. Institusi
Hasil laporan kasus ini hendaknya dapat dijadikan sebagai referensi bagi
kekerasan.
77
DAFTAR PUSTAKA
Putri, A., Mc Eldowney, R., Richardson, F., & He, F. (2012). Family’s Beliefs About
A Family Member With A Mental Illness In Javanese Culture.
Safitri, M. (2010). Perbedaan kualitas hidup antara pasien skizofrenia gejala positif
dan gejala negatif menonjol. Karya Tulis Ilmiah strata satu, Universitas
Negeri Sebelas Maret Surakarta, Surakarta
78
Yosep, I dan Titin S. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika
Aditama