(1) Manusia Indonesia sebagai warga negara dan warga masyarakat mempunyai
kedudukandan hak yang sama.
(2) Dalam menggunakan hak-haknya selalu memperhatikan dan mempertimbangkan
kepentingan negara dan masyarakat.
(3) Karena mempunyai kedudukan, hak serta kewajiban yang sama maka pada
dasarnya tidak dibenarkan memaksakan kehendak pada pihak lain.
(4) Sebelum mengambil keputusan, terlebih dahulu diadakan musyawarah.
(5) Keputusan diusahakan ditentukan secara musyawarah.
(6) Musyawarah untuk mencapai mufakat, diliputi oleh suasana dan semangat
kebersamaan. (Suhadi, 1998).
Pada akhir abad ke-18 di Eropa terutama di Inggris terjadillah suatu revolusi
dibidang ilmu pengetahuan kemudian berkembang kearah revolusi teknologi dan
industri. Perubahan tersebut membawa perubahan orientasi kehidupan masyarakat
baik di bidang sosial, ekonomi, maupun politik. Paham liberalisme berkembang dari
akar-akar rasionalisme yaitu paham yang meletakkan rasio sebagai sumber kebenaran
tertinggi, materialism yang meletakkan materi sebagai nilai tertinggi, empirisme yang
mendasarkan atas kebenaran fakta empiris (yang dapat ditangkap dengan indera
manusia), serta individualisme yang meletakkan nilai dan kebebasan individu sebagai
nilai tertinggi dalam kehidupan masyarakat dan negara.
Berpangkal dari dasar ontollogis bahwa manusia pada hakikatnya adalah
sebagai makhluk individu yang bebas. Manusia menurut paham liberalisme
memandang bahwa manusia sebagai manusia pribadi yang utuh dan lengkap dan
terlepas dari manusia lainnya. Manusia sebagai individu memiliki potensi dan
senantiasa berjuang untuk dirinya sendiri. Dalam pengertian inilah maka dalam hidup
masyarakat bersama akan menyimpan potensi konflik, manusia akan menjadi ancaman
bagi manusia lainnya yang menurut istilah Hobbes disebut “ homo homoni lupus “
sehingga manusia harus membuat suatu perlindungan bersama. Atas dasar
kepentingan bersama. Negara menurut Liberalisme harus tetap menjamin kebebasan
individu, dan untuk itu maka manusia secara bersama-sama mengatur negara.
Atas dasar ontologis hakikat manusia tersebut maka dalam kehidupan
masyarakat bersama yang disebut negara, kebebasan individu sebagai basis demokrasi
bahkan hal ini merupakan unsur yang fundamental. Dasar-dasar demokrasi inilah yang
merupakan referensi model demokrasi di berbagai negara pada awal abad ke-19
(Poepowardoyo, 1989). Namun demikian dalam kapasitas manusia sebagai rakyat
dalam negara, maka sering terjadi perbedaan persepsi. Liberalisme tetap pada suatu
prinsip bahwa rakyat adalah merupakan ikatan dari individu-individu yang bebas, dan
ikatan hukumlah yang mendasari kehidupan bersama dalam negara.
Berdasarkan latar belakang timbulnya paham liberalisme yang merupakan
sintesa dari beberapa paham antara lain paham, materialisme, rasionlisme, empirisme,
dan individualisme maka dalam penerapan ideologi tersebut dalam negara senantiasa
didasari oleh aliran-aliran serta paham-paham tersebut secara keseluruhan. Kebebasan
manusia dalam realisasi denokrasi senantiasa mendasarkan atas kebebasan individu di
atas segala-galanya. Rasio merupakan hakikat tingkatan tertinggi dalam negara,
sehingga dimungkinkan akan berkedudukan lebih tinggi dari pada nilai religius. Hal ini
harus dipahami karena demokrasi akan mencakup seluruh sendi-sendi kehidupan
dalam masyarakat bangsa dan negara, antara lain bidang politik, ekonomi, sosial,
kebudayaan, ilmu pengetahuan bahkan kehidupan keagamaan atau kehidupan religius.
Atas dasar inilah perbedaan sifat serta karakter bangsa sering menimbulkan gejolak
dalam menerapkan demokrasi yang hanya mendasarkan pada paham liberalisme.
Termasuk di Indonesia sendiri pada era reformasi ini yang tidak semua orang
memahami makna demokrasi sehingga penerapan yang di paksa kan yang tidak sesuai
dengan kondisi objektif bangsa dalam kenyataannya menimbulkan banyak konflik.
Pemahaman atas eksistensi rakyat dalam suatu negara inilah yang merupakan
sumber perbedaan konsep, antara lain terdapat konsep yang menekankan bahwa
rakyat adalah sebagai suatu kesatuan integral dari elemen-elemen yang menyusun
negara, bahkan komunisme menekankan bahwa rakyat adalah merupakan suatu
totalitas di atas eksistensi individu.