OLEH KELOMPOK 2:
KHAIRANTI WINANDA
M. AFDAL SAPUTRA
ULFATMI FIANIKA
18 BKT 11
DOSEN PEMBIMBING
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadiran ALLAH SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-nya kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah yang berjudul jenis- jenis penilaian untuk memenuhi tugas Evaluasi Pembelajaran.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi penyajian maupun
dari segi penyusunan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
yang sifatnya membangun atau perbaikan penyusunan makalah lainnya yang akan datang.
Semoga makalah ini bermanfaat, khusus bagi penulis dan umumnya bagi semua pembaca.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari-hari tanpa disadari sebenarnya kita sering membuat kegiatan
evaluasi dan selalu menggunakan prinsip mengukur,menguji dan menilai. Namun banyak
orang belum memahami secara tepat arti kata evaluasi, pengukuran, pengujian dan
penilaian bahkan masih banyak orang yang lebih cenderung mengartikan keempat kata
tersebut dengan suatu pengertian yang sama. Secara umum, orang hanya megidentikkan
kegiatan evaluasi sama dengan menilai dan menguji, karena aktivitas mengukur biasanya
telah termasuk di dalamnya. Pengukuran, penilaian,pengujian dan evaluasi merupakan
kegiatan yang bersifat hierarki. Untuk itu kita perlu memahami apa saja jenis penilaian
yang bisa dilakukan dalam kegiatan evaluasi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan jenis-jenis penilaian berdasarkan fungsinya
2. Jelaskan jenis penilaian berdasarkan cakupan kompetensi yang diukur
3.Jelaskan Jenis penilaian berdasarkan sasaran
4. Jelaskan Macam- macam tes
C. TUJUAN
1. Mengetahui jenis-jenis penilaian berdasarkan fungsinya
2. Mengetahui jenis penilaian berdasarkan cakupan kompetensi yang diukur
3. Mengetahui Jenis penilaian berdasarkan sasaran
4. Mengetahui Macam- macam tes
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENILAIAN FORMATIF
Penilaian formatif adalah penilaian hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui,
sudah sejauh manakah peserta didik “telah terbentuk” (sesuai dengan tujuan pengajaran yang
telah ditentukan) setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
Perlu diketahui bahwa istilah “formatif” itu berasal dari kata “form” yang berarti “bentuk”.
(Sudijono, 2005 : 71) Penilaian formatif ini biasa dilaksanakan di tengah-tengah perjalanan
program pengajaran, yaitu dilaksanakan pada setiap kali satuan pelajaran atau subpokok
bahasan berakhir atau dapat diselesaikan. Di sekolah-sekolah penilaian formatif ini biasa
dikenal dengan istilah “ulangan harian”. Materi dari penilaian formatif ini pada umumnya
ditekankan pada bahan-bahan pelajaran yang telah diajarkan. Butir-butir soalnya terdiri atas
butir-butir soal, baik yang termasuk kategori mudah maupun yang termasuk kategori sukar
(Sudijono, 2005 : 71). Penilaian Formatif juga berguna dalam menganalisis materi
pembelajaran, dan prestasi belajar siswa, dan efektifitas guru Wally Guyot (1978)
1. Penilaian formatif adalah mengetahui sejauh mana program yang dirancang dapat
berlangsung, sekaligus mengidentifikasi hambatan. Dengan diketahui hambatan dan
hal-hal yang menyebabkan program tidak lancar, pengambilan keputusan secara dini
dapat mengadakan perbaikan yang mendukung kelancaran pencapaian tujuan
program.
2. Untuk memastikan tujuan yang diharapkan dapat tercapai dan untuk melakukan
perbaikan suatu produk atau program.
3. Untuk mengetahui hingga dimana penguasaan peserta didik tentang materi yang
diajarkan dalam satu rencana atau satuan pelajaran.
1. Fungsi utama dari penilaian formatif adalah untuk mengetahui keberhasilan dan
kegagalan proses belajar mengajar, dengan demikian dapat dipakai untuk
memperbaiki dan menyempurnakannya.
2. Untuk mengetahui masalah dan hambatan kegiatan belajar mengajar termasuk metode
belajar dan pembelajaran yang digunakan guru, kelemahan dan kelebihan seorang
siswa.
3. Untuk memperbaiki proses pembelajaran kearah yang lebih baik dan efisien atau
memperbaiki satuan atau rencana pembelajaran.
1. Bagi Siswa
a) Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai bahan program secara
menyeluruh.
b) Merupakan penguatan bagi siswa. Dengan mengetahui bahwa penilaian yang
dikerjakan sudah menghasilkan skor yang tinggi sesuai dengan yang diharapkan,
maka siswa merasa mendapat “anggukan kepala” dari guru, dan ini merupakan suatu
tanda bahwa apa yang sudah dimiliki merupakan pengetahuan yang benar. Dengan
demikian maka pengetahuan itu akan bertambah membekas diingatan. Disamping itu
tanda keberhasilan suatu pelajaran akan memperbesar motivasi siswa untuk belajar
lebih giat, agar dapat mempertahankan nilai yang sudah baik itu atau memperoleh
lebih baik itu.
c) Usaha perbaikan. Dengan umpan balik (feed back) yang diperoleh setelah melakukan
tes siswa mengetahui kelemahan-kelemahannya. Sehingga siswa mengetahui bab
mana yang dirasa belum dikuasainya. Dengan demikian ada motivasi untuk
meningkatkan penguasaan.
d) Sebagai diagnosa. Bahwa pelajaran yang sedang dipelajari oleh siswa merupakan
serangkaian pengetahuan dan ketrampilan. Dengan mengetahui hasil penilaian
formatif, siswa dengan jelas dapat mengetahui bagian mana dari bahan pelajaran yang
masih dirasakan sulit.
a) Mengetahui sampai sejauh mana bahan yang diajarkan sudah dapat diterima oleh
siswa. Hal ini akan menentukan pula apakah guru itu harus menggantikan cara
menerangkan (strategi mengajar) atau tetap dapat menggunakan cara (strategi) yang
lama.
b) Mengetahui bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum menjadi milik
siswa. Apabila bagian yang belum dikuasai kebetulan merupakan bahan prasyarat
bagi bagian pelajaran yang lain, maka bagian itu harus diterangkan lagi, dan
barangkali memerlukan cara atau media lain untuk memperjelas. Apabila bahan ini
tidak diulangi, maka akan mengganggu kelancaran pemberian bahan pelajaran
selanjutnya, dan siswa akan semakin tidak dapat menguasainya
c) Dapat meramalkan sukses dan tidaknya seluruh program yang akan diberikan.
d) Memperbaiki program pengajaran atau satuan pelajaran di masa mendatang, terutama
dalam merumuskan tujuan intruksional, organisasi bahan. Kegiatan belajar-mengajar
dan pertanyaan penilaian.
e) Meninjau kembali dan memperbaiki tindakan mengajarnya dalam memilih dan
menggunakan metode mengajar
f) Mengulang kembali bahan pengajaran yang belum di kuasai para siswa sebelum
melanjutkan dengan bahan baru atau memberi penugasan kepada siswa untuk
memperdalam bahan yang belum di kuasainya.
Guru perlu menentukan materi pengajaran yang harus diselesaikan dalam satu tahun
akademik. Langkah yang terbaik ialah menyusun materi instruksional berdasarkan tingkat
kompleksitas. Sebelum beralih ke materi lain, guru perlu mengadakan ujian formatif untuk
menilai penguasaan pelajaratas materi yang telah diajar.
b. Menentukan aspek dan tahap penguasaan
Guru perlu menentukan aspek-aspek tertentu bagi setiap materi pengajaran yang perlu
dikuasai pelajar. Setelah aspek-aspek ditentukan, maka guru perlu pula menentukan tingkat
penguasaan pelajar terhadap aspek-aspek yang ditentukan itu. Misalnya, apabila 75% hingga
85% pelajar menguasai suatu materi, maka dapat disimpulkan bahwa kebanyakan siswa telah
menguasai materi dimaksud.
Guru perlu menyusun komponen-komponen yang terdapat dalam setiap materi pengajaran
berdasarkan taksonomi objektif pengajaran.
Ketika siswa masih lemah dalam suatu materi, sebagai tindakan susulan, guru perlu
mengulang semua materi, atau mengubah pendekatan pengajaran agar pelajar dapat
menguasai materi tersebut.
Teknik-teknik tersebut dapat dibagi ke dalam tipe tertulis dan tidak tertulis sebagai berikut.
Tertulis :
1) Ujian
2) Esai
3) Portofolio
4) Penilaian Mandiri
Tidak Tertulis:
1) Pertanyaan
2) Observasi
3) Wawancara/konferensi
4) Presentasi
5) Contoh Penilaian Formatif
Misalnya, ketika guru sedang mengajar, guru tersebut mengajukan beberapa pertanyaan-
pertanyaan kepada siswa untuk mengecek atau mendapatkan informasi apakah siswa telah
memahami apa yang telah diterangkan guru. Jika ternyata masih banyak siswa yang belum
mengerti, maka tindakan guru selanjutnya ialah menambah atau memperbaiki cara
mengajarnya sehingga benar-benar dapat diserap oleh siswa.
Dari contoh tersebut, jelas bahwa penilaian formatif tidak hanya berbentuk tes tertulis dan
hanya pada akhir pelajaran, tetapi dapat pula berbentuk pertanyaan-pertanyaan lisan atau
tugas-tugas yang diberikan selama pelajaran berlangsung ataupun sesudah pelajaran selesai.
Dalam hubungan ini maka proses dan post-tes yang bisaa dilakukan dalam sistem pelajaran
termasuk dalam penilaian formatif.
Aspek-aspek yang dinilai pada penailain formatif adalah : hasil kemajuan belajar siswa
yang ,meliputi : pengetahuan, keterampilan, sikap terhadap materi ajaragama yang di sajikan.
B. PENILAIAN SUMATIF
Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilakukan pada setiap akhir satu satuan waktu yang
didalamnya tercakup lebih dari satu pokok bahasan, dan dimaksudkan untuk mengetahui
sejauh mana peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit ke unit berikutnya. Winkel
mendefinisikan penilaian sumatif sebagai penggunaan tes-tes pada akhir suatu periode
pengajaran tertentu, yang meliputi beberapa atau semua unit pelajaran yang diajarkan dalam
satu semester, bahkan setelah selesai pembahasan suatu bidang studi.
Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan setelah sekumpulan program pelajaran
selesai diberikan. Dengan kata lain penilaian yang dilaksanakan setelah seluruh unit pelajaran
selesai diajarkan. Adapun tujuan utama dari penilaian sumatif ini adalah untuk menentukan
nilai yang melambangkan keberhasilan peserta didik setelah mereka menempuh program
pengajaran dalam jangka waktu tertentu. (Sudijono, 2007: 23) Seperti halnya penilaian
formatif yang dikatakan Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi dalam bukunya “Pengelolaan
Pengajaran”, (Rohani dan Ahmadi, 1991: 176-179),
Jadi, Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit program misalnya
penilaian yang dilaksanakan pada akhir caturwulan, akhir semester atau akhir tahun.Tujuan
penilaian ini adalah untuk mengetahui hasil yang dicapai oleh para siswa, yakni seberapa jauh
siswa telah mencapai kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum. Penilaian ini berorientasi
pada produk/hasil. Dan dapat menentukan hasil yang dicapai peserta didik dalam program
tertentu dalam wujud status keberhasilan peserta didik pada setiap akhir program pendidikan
dan pengajaran. Contohnya: Tes catur wulan,Tes akhir semester, EBTA.
Fungsi dari penilain sumatif yaitu Untuk mengetahui angka atau nilai murid setelah
mengikuti program belajar dalam satu semester.
Tujuan penilaian sumatif yaitu Untuk mengetahui taraf hasil belajar yang dicapai oleh peserta
didik setelah melakukan program pembeljaran dalam satu semester, akhirtauhn atau akhir
program pembelajaran pada suatu unit pendidikan tertentu.
Ada beberapa manfaat tes sumatif, dan 3 diantaranya yang terpenting adalah :
C. PENILAIAN DIAGNOSTIK
Apabila alat yang digunakan dalam penilaian cukup memenuhi persyaratan, maka dengan
melihat hasilnya, guru akan mengetahui kelemahan siswa. Di samping itu, diketahui pula
sebab-sebab kelemahan itu. Jadi dengan mengadakan penilaian, sebenarnya guru
mengadakan diagnosis kepada siswa tentang kebaikan dan kelemahannya. Dengan
diketahuinya sebab-sebab kelemahan ini, akan lebih mudah dicari cara untuk mengatasinya.
Fungsi Penilaian Diagnostik yaitu Untuk mengetahui masalah-masalah yang diderita atau
mengganggu peserta didik, sehingga peserta didik mengalami kesulitan, hambatan, atau
gangguan ketika mengikuti program pembelajaran dalam suatu bidang study. Kesulitan
peserta didik tersebut diusahakan pemecahannya.
Tujuan Penilaian Diagnostik yaitu Untuk membantu kesulitan atau mengatasi hambatan yang
dialami peserta didik waktu mengikuti kegiatan pembelajaran pada suatu bidang study atau
keseluruhan program pembelajaran.
Aspek-aspek yang dinilai yaitu hasil belajar yang diperoleh murid, latar belakang
kehidupannya, serta semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran.
4). Waktu pelaksanaannya
Waktu pelaksanaan Pelaksanaan tes diagnostik ini, sesuai dengan keperluan pembinaan dari
suatu lembaga pendidikan, dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan para peserta
didiknya.
D. PENILAIAN SELEKTIF
Penilaian selektif adalah penilaian yang dilaksanakan dalam rangka menyeleksi atau
menyaring. Memilih siswa untuk mewakili sekolah dalam lomba-lomba tertentu termasuk
jenis penilaian selektif. Untuk kepentingan yang lebih luas penilaian selektif misalnya seleksi
penerimaan mahasiswa baru atau seleksi yang dilakukan dalam rekrutmen tenaga kerja.
Dengan cara mengadakan penilaian guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi atau
penilaian terhadap siswanya. Penilaian itu sendiri mempunyai berbagai tujuan, antara lain:
E. PENILAIAN PENEMPATAN
Fungsi Penilaian Penempatan yaitu Untuk mengetahui keadaan peserta didik sepintas lalu
termasuk keadaan seluruh pribadinya., peserta didik tersebut ditempatkan pada posisinya.
Umapamanya peserta didik berbadan kecil jangan di tempatkan di belakang, tapi sebaiknya
di depan agar tidak mengalami kesulitan dalam PBM.
Untuk bentuk essay perlu dipertimbangkan berat ringannya di antara item soal tes yang
didasarkan pada tingkat katagori aspek yang diungkap maupun lingkup bahan yang
digunakan untuk mengungkap aspek itu.
Untuk tes objective yang jelas / ragam soalnya sama / seragam untuk seperangkat tes , cara
memberi nilainya lebih mudah dibanding dengan seperangkat tes objective yang jenis / ragam
tesnya berbeda. Bila ragamnya berbeda maka dalam memberikan nilai terakir untuk setiap
individu harus didasarkan pada bobot berat ringannya soaldalam hal ini ragam tes.
Aspek-aspek yang dinilai meliputi keadaan fisik dan psikologi, bakat, kemampuan,
pengetahuan, pegalaman keterampilan, sikap, dan aspek-aspek lain yang dianggap perlu bagi
kepentingan pendidikan peserta didik selanjutnya. Kemungkinan penilaian ini dapat juga
dilakukan setelah peserta didik mengikuti pelajaran selama satu semester, satu tahun sesuai
dengan maksud lembaga pendidikan yang bersangkutan.
4). Waktu pelaksanaan Penilaian Penempatan
Waktu pelaksanaan Penilaian ini sebaiknya dilaksanakan sebelum peserta didik menduduki
kelas tertentu sewaktu penerimaan murid baru atau setelah naik kelas pada saat memilih
jurusan.
Sebagaimana dijelaskan dalam PP. Nomor 19 tahun 2005 bahwa penilaian hasil belajar oleh
pendidik terdiri atas ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan
ulangan kenaikan kelas.
1. Ulangan Harian
Ulangan harian merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik secara periodik untuk
menilai/mengukur pencapaian kompetensi setelah menyelesaikan satu kompetensi dasar (KD)
atau lebih. Ulangan Harian merujuk pada indikator dari setiap KD. Bentuk Ulangan harian
selain tertulis dapat juga secara lisan, praktik/perbuatan, tugas dan produk. Frekuensi dan
bentuk ulangan harian dalam satu semester ditentukan oleh pendidik sesuai dengan keluasan
dan kedalaman materi.
Sebagai tindak lanjut ulangan harian, yang diperoleh dari hasil tes tertulis, pengamatan, atau
tugas diolah dan dianalisis oleh pendidik. Hal ini dimaksudkan agar ketuntasan belajar siswa
pada setiap kompetensi dasar lebih dini diketahui oleh pendidik. Dengan demikian ulangan
ini dapat diikuti dengan program tindak lanjut baik remedial atau pengayaan, sehingga
perkembangan belajar siswa dapat segera diketahui sebelum akhir semester.
Dalam rangka memperoleh nilai tiap mata pelajaran selain dengan ulangan harian dapat
dilengkapi dengan tugas-tugas lain seperti PR, proyek, pengamatan dan produk. Tugas-tugas
tersebut dapat didokumentasikan dalam bentuk portofolio. Ulangan harian ini juga berfungsi
sebagai diagnosis terhadap kesulitan belajar siswa.
Ulangan tengah semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 – 9 minggu kegiatan
pembelajaran. Cakupan ulangan tengah semester meliputi seluruh indikator yang
merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut. Bentuk Ulangan Tengah Semester
selain tertulis dapat juga secara lisan, praktik/perbuatan, tugas dan produk.
Sebagai tindak lanjut ulangan tengah semester, nilai ulangan tersebut diolah dan dianalisis
oleh pendidik. Hal ini dimaksudkan agar ketuntasan belajar siswa dapat diketahui sedini
mungkin. Dengan demikian ulangan ini dapat diikuti dengan program tindak lanjut baik
remedial atau pengayaan, sehingga kemajuan belajar siswa dapat diketahui sebelum akhir
semester.
Ulangan akhir semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester satu. Cakupan ulangan akhir semester
meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua KD pada semester satu. Ulangan
akhir semester dapat berbentuk tes tertulis, lisan, praktik/perbuatan pengamatan, tugas,
produk.
Sebagai tindak lanjut ulangan akhir semester adalah mengolah dan menganalisis nilai ulangan
akahir semester. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa. Dengan
demikian ulangan ini dapat diikuti dengan program tindak lanjut baik remedial atau
pengayaan, sehingga kemajuan belajar siswa dapat diketahui sebelum akhir tahun pelajaran.
Ulangan kenaikan kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik di akhir semester
genap untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester genap.
Cakupan ulangan kenaikan kelas meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan KD pada
semester tersebut.
Ulangan kenaikan kelas dapat berbentuk tes tertulis, lisan, praktik/perbuatan, pengamatan,
tugas dan produk. Sebagai tindak lanjut ulangan kenaikan kelas adalah mengolah dan
menganalisis nilai ulangan kenaikan kelas. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui
ketuntasan belajar siswa. Dengan demikian ulangan ini dapat diikuti dengan program tindak
lanjut baik remedial atau pengayaan, sehingga kemajuan belajar siswa untuk hal-hal yang
bersifat esensial dapat diketahui sedini mungkin sebelum menamatkan sekolah.
5. Ujian Sekolah
Ujian sekolah adalah kegiatan penilaian pencapaian kompetensi peserta didik yang dilakukan
oleh satuan pendidikan untuk memperoleh pengakuan atas prestasi belajar peserta didik dan
merupakan salah satu syarat kelulusan dari satuan pendidikan. Mata pelajaran yang diujikan
adalah kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak diujikan pada
ujian nasional, kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, serta kelompok mata
pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian yang diatur dalam Permendiknas yang
dikeluarkan oleh Depdiknas untuk tahun yang bersangkutan dan Prosedur Operasional
Standar (POS) ujian sekolah yang diterbitkan oleh BSNP.
6. Ujian Nasional
Ujian Nasional adalah kegiatan penilaian pencapaian kompetensi peserta didik yang
dilakukan oleh pemerintah untuk memperoleh pengakuan atas prestasi belajar peserta didik
dan merupakan salah satu syarat lulus dari satuan pendidikan. Pelaksanaan Ujian Nasional
(UN) mengikuti Permendiknas yang dikeluarkan setiap tahun oleh Depdiknas dan Prosedur
Operasional Standar (POS) yang diterbitkan oleh BSNP.
Berdasarkan sasarannya, penilaian hasil belajar dapat diklasifikasi atas penilaian individual
dan penilaian kelompok.
1. Penilaian individual
Penilaian individual adalah penilaian yang dilakukan untuk menilai pencapaian kompetensi
atau hasil belajar secara perorangan. Penilaian individual perlu memperhatikan nilai universal
seperti: disiplin, jujur, tekun, cermat, teliti, tanggungjawab, rendah hati, sportif, etos kerja,
toleran, sederhana, bebas, antusias, kreatif, inisiatif, tanggap dan peduli dan lain-lain.
2. Penilaian kelompok
Penilaian kelompok adalah penilaian yang dilakukan untuk menilai pencapaian kompetensi
atau hasil belajar secara kelompok. Penilaian kelompok perlu memperhatikan nilai universal
seperti: kerjasama, menghargai pendapat orang lain, kedamaian, cinta dan kasih sayang,
toleran, dan lain-lain.
Macam- Macam Tes
Sesuai dengan namanya tes seleksi digunakan untuk menyeleksi calon peserta yang
memenuhi syarat untuk mengikuti suatu program. Misalnya di sebuah perguruan tinggi
diadakan penerimaan mahasiswa baru dari kuota sebanyak 200 mahasiswa ternyata yang
daftar ada 300 mahasiswa, maka dilakukanlah tes seleksi untuk menentukan calon mahasiswa
yang diterima.
Contoh yang lainnya, sebuah perusahaan membutuhkan seorang manajer. Dari lamaran yang
masuk ada 10 orang yang memenuhi kualifikasi secara administratif. Maka Untuk
menentukan siapa yang layak menjadi manajer dilakukanlah tes seleksi.
Pada dasarnya interpretasi hasil tes yang digunakan dalam tes seleksi adalah penilaian acuan
kriteria (PAK). Jadi keberhasilan calon dapat dinyatakan diterima atau tidak didasarkan pada
kriteria yang telah ditetapkan. Tinggi rendahnya batas kriteria kelulusan ditentukan oleh
instansi masing-masing. Jika dari hasil tes tertulis ternyata jumlah calon yang lulus lebih
banyak dari formasi yang tersedia maka seleksi berikutnya dilakukan dengan menggunakan
pendekatan acuan norma (PAN) atau dengan kata lain dilakukan perangkingan.
Dengan cara Inilah kita akan memilih calon terbaik sesuai dengan jumlah formasi yang
tersedia. Seleksi berjenjang inilah yang memungkinkan kita dapat menghasilkan calon
terbaik. Tetapi kadang-kadang kita dihadapkan pada situasi dan kondisi dimana formasi atau
lowongan tersebut harus terisi sementara dari hasil tes seleksi tidak ada calon yang berhasil
memenuhi kriteria kelulusan yang telah ditetapkan.
Dalam kondisi seperti ini maka interpretasi hasil tes harus dilakukan dengan menggunakan
pendekatan penilaian acuan norma (PAN). Artinya kita harus memilih calon terbaik dari
pelamar yang ada agar formasi tersebut terisi. Tentu jika kasus ini yang terjadi maka kita
tidak dapat memperoleh calon terbaik yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Langkah selanjutnya untuk memperbaiki kualitas calon yang kurang baik maka dilakukanlah
berbagai pengayaan. Misalnya sang calon kurang baik bahasa Inggrisnya maka pimpinan
perusahaan bisa meminta calon manajer tersebut untuk mengikuti kursus bahasa Inggris.
Namun sebaliknya jika yang didapat adalah calon terbaik maka kita akan mendapatkan input
yang terbaik. Maka secara teori program atau pekerjaan akan berjalan dengan baik.
Tes penempatan adalah suatu Jenis tes yang bertujuan menempatkan calon siswa sesuai
dengan kemampuannya. Hal ini didasari pemikiran bahwa setiap siswa tidak memiliki
kecepatan belajar yang sama. Jika mereka disatukan dalam satu kelas maka akan terjadi
kesulitan dalam mengajar mereka.Saat ini tes penempatan banyak dilakukan oleh kursus-
kursus dan bimbingan belajar atau bimbel. Misalnya dalam kursus bahasa Inggris, siswa yang
sangat kurang kemampuan bahasa Inggrisnya akan ditempatkan di level paling dasar atau
basic level. Yang kemampuan bahasa Inggrisnya tingkat menengah akan ditempatkan di kelas
intermediate level. Dan yang kemampuan bahasa Inggrisnya sudah bagus akan ditempatkan
di kelas Advance level.
Saat ini di sekolah formal misalnya di sekolah dasar (SD), satu kelas diisi oleh siswa dengan
beragam kemampuan dan kecepatan belajar yang berbeda. Sehingga guru harus pandai-
pandai mengatur strategi pembelajaran yang tepat untuk melayani para siswa dengan
beragam kemampuan awal yang berbeda.
Beberapa tahun yang lalu marak sekolah yang mengadakan program kelas unggulan. Program
ini dilatarbelakangi pemikiran seperti yang dijelaskan diatas, bahwa setiap siswa mempunyai
kecepatan belajar yang berbeda. Ada pula sekolah yang menerapkan kelas akselerasi.
Perbedaannya adalah kelas unggulan tidak mengurangi waktu penyelesaian studi tetapi hanya
mengelompokkan siswa yang pintar dengan yang pintar. Sedangkan kelas akselerasi bisa
memotong waktu penyelesaian studi.
Pre test dilaksanakan sebelum proses pembelajaran dimulai. Dari mana materi pre test
diambil? Tentu diambil dari seluruh materi yang akan disampaikan dalam proses
pembelajaran. Butir soal untuk pre test dikembangkan untuk mengukur semua tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan dalam rencana pembelajaran. Mungkin kesimpulan
sementara yang muncul adalah hasil tes pasti jelek sebab siswa diberi pertanyaan tentang
materi yang belum pernah diajarkan.
Secara logika hasil pretest akan rendah tetapi anda harus ingat, pada saat ini informasi
tentang apapun dapat diterima anak melalui berbagai jenis media baik cetak maupun
elektronik. Dengan demikian tidak menutup kemungkinan sebagian bahan yang akan anda
ajarkan di sekolah telah dikuasai dengan baik oleh siswa. Jika itu yang terjadi maka anda
tidak perlu mengulang lagi mengajarkan materi yang sudah dikuasai oleh siswa Tetapi lebih
baik anda memulai proses pembelajaran dengan materi yang memang belum dipahami oleh
siswa.
Apa yang akan terjadi jika hasil tes yang anda lakukan hasilnya adalah mayoritas siswa sudah
memahami sebagian dari materi yang akan anda ajarkan. Jika anda tetap mengajarkan konsep
yang telah dikuasai dengan baik oleh siswa maka besar kemungkinan siswa tidak akan
memperhatikan lagi apa yang anda jelaskan dan Mereka cenderung membuat kegaduhan
yang tentu saja akan sangat mengganggu proses pembelajaran. Disamping itu akan terjadi
pemborosan dalam memanfaatkan waktu pembelajaran.
Untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran yang telah anda lakukan maka pada
akhir proses pembelajaran Anda dapat melakukan postest. Agar anda dapat mengetahui
apakah pembelajaran yang anda lakukan berhasil atau tidak maka tes yang Anda gunakan
pada saat pretest dan posttest harus mengukur tujuan yang sama. Tes yang digunakan pada
saat pre-test dan post-test sebaiknya bukan tes yang sama tetapi tes yang mengukur tujuan
pembelajaran yang sama. Artinya, soalnya berbeda tetapi tujuan yang diukur sama.
Tes diagnostik merupakan tes yang dilaksanakan untuk mengetahui penyebab kesulitan
belajar yang dialami siswa. Materi tes diagnostik dikembangkan dari konsep-konsep yang
sulit dipahami siswa. Dari hasil tes diagnostik maka guru akan dapat menemukan kesulitan
belajar yang dialami siswa. Selanjutnya guru harus berupaya untuk mencari penyebab
kesulitan belajar tersebut dan sekaligus berupaya untuk mencari cara menghilangkan
penyebab kesulitan belajar itu sehingga siswa dapat berhasil menyelesaikan semua program
pembelajaran yang telah anda rancang.
Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa dalam mempelajari suatu konsep atau suatu mata
pelajaran akan berbeda antara siswa satu dengan siswa yang lain. Jadi walaupun tes
diagnostik dilakukan secara klasikal (di dalam kelas) tetapi terapi atau tindak lanjut dari
setiap kesulitan tersebut harus tetap dilakukan secara Individual.
Jika dari hasil tes diagnostik ditemukan ada siswa yang mengalami kesulitan dalam
mempelajari suatu mata pelajaran atau suatu konsep maka guru harus melacak apa yang
menjadi penyebab kesulitan belajar tersebut, apakah kesulitan tersebut bersumber dari dalam
diri siswa atau bersumber dari luar diri siswa.
Mencari informasi apakah selama ini siswa tersebut mempunyai hambatan fisik dan psikis
selama mengikuti proses pembelajaran. Jika tidak ada hambatan yang berarti dari sisi fisik
dan psikis mata pencaharian penyebab mulai diarahkan kepada proses pembelajaran yang
telah dilakukan.Ketidaktepatan guru dalam memilih metode. Untuk menjelaskan suatu
konsep maka guru harus menggunakan metode yang tepat dengan konsep tersebut.
Tes formatif merupakan salah satu jenis tes yang diberikan kepada siswa setelah siswa
menyelesaikan satu bab atau satu unit pembelajaran. Tes formatif tidak dimaksudkan untuk
memberi nilai kepada siswa tetapi hasil tes formatif akan dimanfaatkan untuk memonitor
apakah proses pembelajaran yang baru saja dilaksanakan telah dapat mencapai tujuan
pembelajaran atau belum.Jika dari hasil tes formatif ternyata terdapat sejumlah tujuan
pembelajaran yang belum dapat dikuasai siswa maka guru harus mencari penyebab. Apakah
penyebab tersebut karena adanya masalah pada diri siswa atau karena proses pembelajaran
yang membosankan.
Setelah dapat menentukan penyebabnya maka guru harus mengulang kembali proses
pembelajaran tersebut baik itu secara individual atau secara klasikal sampai siswa dapat
mencapai tujuan pembelajaran. Yang menjadi fokus dalam pelaksanaan tes formatif adalah
ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Tes formatif tidak dimaksudkan untuk mencari penyebab kesulitan belajar siswa. Karena tes
untuk mencari penyebab kesulitan belajar siswa adalah tes diagnostik.
Tes sumatif adalah jenis Tes yang dilakukan pada akhir pembelajaran dan dimaksudkan
untuk mengukur keberhasilan siswa dalam menguasai keseluruhan tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan. Butir soal yang dikembangkan pada tes sumatif harus dapat mengukur
ketercapaian seluruh tujuan pembelajaran yang ditetapkan.Tujuan pembelajaran pada setiap
mata pembelajaran pasti berbeda. Misalnya tujuan pembelajaran matematika tentunya akan
berbeda dengan tujuan pembelajaran PKN. Demikian juga tujuan pembelajaran IPA akan
berbeda dengan tujuan pembelajaran
Bagi siswa: Tes sumatif bagi siswa akan dapat mendorong siswa tersebut untuk
meningkatkan prestasi nya. Dengan demikian ia akan berusaha untuk belajar lebih keras agar
pada semester berikutnya prestasinya akan lebih baik dari sekarang.
Bagi guru: Hasil tes sumatif akan menjadi dasar bagi guru untuk memperbaiki proses
pembelajaran yang akan datang.
Bagi orang tua: Orang tua akan memperoleh gambaran tentang prestasi anaknya di sekolah
lewat tes sumatif. Untuk itu maka para guru hendaknya selalu membagikan hasil tes sumatif
kepada siswa agar hasil tersebut dapat disampaikan kepada orang tuanya.
Kepala sekolah: Hasil tes sumatif akan dapat dimanfaatkan oleh kepala sekolah untuk
mengetahui sejauh mana ketercapaian tujuan pembelajaran yang ditetapkan dalam kurikulum
Lebih jauh lagi hasil tes sumatif dapat digunakan sebagai pembanding dengan hasil serupa
yang dicapai oleh sekolah lain.
DAFTAR PUSTAKA
Nasution, noehi. Adi suryanto. 2008. Evaluasi pengajaran. Jakarta: Universitas Terbuka
Andreas susilo . 08 Juni 2011. pengertian ,fungsi dan contoh dari tes formatif, sumatif,
penempatan, dan diagnostik!
http://andreassusiloeko.blogspot.com/2011/06/pengertian-fungsi-dan-contoh-dari-
tes.html (online) tanggal diakses 13 Februari 2015