Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN DASAR PROFESI


PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI ALVI
DI RUANG KERINCI RSUD dr SAIFUL ANWAR MALANG

Oleh:

Mohammad Muchlas
NIM : P17212205007

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI URIN DAN FEKAL

Konsep Dasar
1. Pengertian

Eliminasi merupakan suatu proses pengeluaran zat-zat sisa yang tidak


diperlukan oleh tubuh. Eliminasi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu
eliminasi urine dan eliminasi fekal. Eliminasi urine berkaitan dengan
sistem perkemigan, sedangkan eliminasi fekal erat kaitannya dengan
saluran pencernaan.

2. Anatomi Fisiologi
a. Eliminasi Urine

Sistem yang berperan dalam eliminasi urine adalah sistem perkemihan.


Dimana sistem ini terdiri darri ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.
Proses pembentukan urine di ginjal terdiri dari 3 proses yaitu: filtrasi,
reabsorbsi, dan sekresi.
1. Filtrasi
Proses filtrasi berlangsung di glomelurus, proses ini terjadi karena
permukaan aferen lebih besar dari permukaan eferen
2. Reabsorbsi
Proses reabsorbsi terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari
glukosa, sodium, klorida, fosfat, dan ion karbonat
3. Sekresi
Pada proses sekresi ini sisa reabsorbsi diteruskan keluar.
b. Eliminasi Fekal
1. Mulut
Gigi berfungsi untuk menghancurkan makanan pada awal proses
pencernaan. Mengunyah dengan baik dapat mencegah terjadinya
luka parut pada permukaan saluran pencernaan. Setelah dikunyah
lidah mendorong gumpalan makanan ke dalam faring, dimana
makanan bergerak ke esofagus.
2. Esofagus
Esofagus adalah sebuah tube yang panjang. Sepertiga bagian atas
adalah terdiri dari otot yang bertulang dan sisanya adalah otot yang
licin. Permukaannya diliputi selaput mukosa yang mengeluarkan
secret mukoid yang berguna untuk perlindungan.
3. Lambung
Pergerakan makanan melalui lambung dan usus dimungkinkan
dengan adanya peristaltic, yaitu gerakan kontraksi dan relaksasi
secara bergantian oleh otot yang mendorong substansi makanan
dalam gerakan menyerupai gelombang. Rata-rata waktu yang
diperlukan untuk mengosongkan kembali lambung setelah makan
adalah 2 sampai 6 jam.
4. Usus halus
usus halus terdiri dari duodenum, jejunum, dan ileum. Usus
menerima makanan yang sudah berbentuk chyme (setengah padat)
dari lambung untuk mengabsorbsi air, nutrient, potassium,
bikarbonat, dan enzim.
5. Usus besar
kolon terdiri dari sekum yang berhubungan langsung dengan usus
halus, kolon ascendent, transversum, descendent, sigmoid, dan
rectum.Fungsi utama kolon adalah absorbsi air dan nutrien, proteksi
dengan mensekresikan mucus yang akan melindungi dinding usus
trauma oleh feses dan aktivitas bakteri, dan menghantarkan sisa
makanan sampai ke anus dengan cara berkontraksi.
6. Anus.
Anus berfungsi dalam proses eliminasi zat sisa. Proses eliminasi
fekal adalah suatu upaya pengosongan intestin. Pusat refleks ini
terdapat pada medula dan spinal cord. Refleks defekasi timbul
karena adanya feses dalam rektum.
3. Etiologi / Faktor-faktor yang Mempengaruhi
a. Eliminasi Urine
1. Diet dan asupan (intake)
Jumlah dan tipe makanan mempengaruhi output urine, seperti protein dan
sodium mempengaruhi jumlah urine yang keluar.
2. Respon keinginan awal untuk berkemih
Kebiasaan mengabaikan respon awal untuk berkmeih dan hanya pada akhir
keinginan berkemih mejadi lebih kuat mengakibatkan urine banyak tertahan
di kandung kemih, sehingga kapasitas kandung kemih lebih dari normal
3. Gaya hidup
Ketersediaan fasilitas toilet atau kamar mandi dapat mempengaruhi
eliminasi urin
4. Stres psikologis
Meningkatnya stres seseorang dapat meningkatkan frekuensi keinginan
berkemih.
5. Tingkat aktivitas
Aktifitas sangat dibutuhkan dibutuhkan dalam mempertahankan tonus otot.
Eliminasi urin membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik untuk
tonus sfingter internal dan eksternal.
6. Tingkat perkembangan
Misal pada wanita hamil kapasitas kandung kemihnya menurun karena
adanya tekanan dari fetus
7. Kondisi penyakit
Saat seorang sakit, produksi urin nya sedikit hal ini disebabkan oleh
keinginan untuk minum sedikit.

b. Eliminasi fekal
1. Usia dan perkembangan : pada bayi sistem pencernaannya belum
sempurna, sedangkan pada lansia proses mekaniknya berkurang karena
berkurangnya kemampuan fisiologis
2. Diet : ini bergantung pada kualitas, frekuensi, dan jumlah makanan yang
dikonsumsi
3. Pemasukan cairan, normalnya 2000-3000 ml/hari. Asupan cairan yang
kurang menyebabkan feses menjadi keras.
4. Aktifitas fisik : merangsang peristaltik usus sehingga peristaltik usus
meningkat
5. Faktor psikologik : perasaan cemas atau takut akan menmpengaruhi
peristaltik atau motilitas usus sehingga dapat menyebabkan diare
6. Tonus otot, tonus otot terutama abdomen yang ditunjang dengan aktivitas
yang cukup akan membantu defekasi.
7. Kehamilan: menekan rektum
8. Operasi dan anestesi
9. Obat-obatan
Beberapa obat dapat menimbulkan efek konstipasi. Laksatif dan katartik
dapat melunakkan feses dan meningkatkan peristlatik.
10. Test diagnostik: barium enema dapat menyebabkan konstipasi
11. Kondisi patologis
Beberapa penyakit pencernaan dapat menyebabkan diare dan konstipasi.

4. Gangguan/ Masalah
a. Eliminasi urin
1. retensi urin : akumulasi urine yang nyata didalam kandung kemih akibat
ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih
2. dysuria : adanya rasa sakit atau kesulitan berkemih
3. polyuria : produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal,
seperti 2500 ml/hari tanpa adanya intake cairan.
4. Inkontinensia urine : ketidaksanggupan sementara atau permanen oto
sfingter eksternal untuk mengontrol keluarnya urine dari kantong kemih
5. Urinari supresi : berhenti memproduksi urine secara mendadak.
b. Eliminasi fekal
1. Konstipasi : penurunan frekuensi defekasi, yang diikuti oleh
pengeluaran feses yang lama atau keras dan kering
2. Impaksi : merupakan akibat dari konstipasi yang tidak
diatasi. Impaksi adalah kumpulan feses yang mengeras,
mengendap di dalam rektum, yang tidak dapat dikeluarkan.

3. Diare : peningkatan jumlah feses dan peningkatan


pengeluaran feses yang cair dan tidak berbentuk. Diare
adalah gejala gangguan yang mempengaruhi proses
pencernaan, absorbsi, dan sekresi di dalam saluran GI.

4. Inkontinensia: ketidakmampuan mengontrol keluarnya feses


dan gas dari anus
5. Flatulen : penyebab umum abdomen menjadi penuh, terasa
nyeri, dan kram.
6. Hemoroid : vena-vena yang berdilatasi, membengkak
dilapisan rectum

c. Patofisiologi Gangguan Eliminasi Fekal

Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum.


Hal ini juga disebut bowel movement. Frekwensi defekasi pada
setiap orang sangat bervariasi dari beberapa kali perhari sampai 2
atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga bervariasi setiap
orang. Ketika gelombang peristaltik mendorong feses kedalam
kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam rektum
dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk
defekasi.
Defekasi biasanya dimulai oleh dua refleks defekasi yaitu refleks
defekasi instrinsik. Ketika feses masuk kedalam rektum,
pengembangan dinding rektum memberi suatu signal yang
menyebar melalui pleksus mesentrikus untuk memulai gelombang
peristaltik pada kolon desenden, kolon sigmoid, dan didalam
rektum. Gelombang ini menekan feses kearah anus.
Begitu gelombang peristaltik mendekati anus, spingter anal
interna tidak menutup dan bila spingter eksternal tenang maka
feses keluar.
Refleks defekasi kedua yaitu parasimpatis. Ketika serat saraf
dalam rektum dirangsang, signal diteruskan ke spinal cord (sakral
2 – 4) dan kemudian kembali ke kolon desenden, kolon sigmoid
dan rektum. Sinyal – sinyal parasimpatis ini meningkatkan
gelombang peristaltik, melemaskan spingter anus internal dan
meningkatkan refleks defekasi instrinsik. Spingter anus individu
duduk ditoilet atau bedpan, spingter anus eksternal tenang dengan
sendirinya.
Pengeluaran feses dibantu oleh kontraksi otot-otot perut dan
diaphragma yang akan meningkatkan tekanan abdominal dan oleh
kontraksi muskulus levator ani pada dasar panggul yang
menggerakkan feses melalui saluran anus. Defekasi normal
dipermudah dengan refleksi paha yang meningkatkan tekanan di
dalam perut dan posisi duduk yang meningkatkan tekanan
kebawah kearah rektum. Jika refleks defekasi diabaikan atau jika
defekasi dihambat secara sengaja dengan mengkontraksikan
muskulus spingter eksternal, maka rasa terdesak untuk defekasi
secara berulang dapat menghasilkan rektum meluas untuk
menampung kumpulan feses. Cairan feses di absorpsi sehingga
feses menjadi keras dan terjadi konstipasi.

5. Asuhan Keperawatan Teoritis

a. Pengkajian

1) identitas klien
meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan
identitas penanggung jawab.
2) keluhan utama (alasan dirawat di rumah sakit)
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan
mengganggu oleh klien pada saat perawat mengkaji, dan
pengkajian tentang riwayat keluhan utama seharusnya
mengandung unsur PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality,
Regio, Skala, dan Time)
3) riwayat kesehatan sekarang

kaji status kesehatan pasien saat dilakukannya pengkajian.

4) riwayat kesehatan dahulu (perawatan di rs terakhir)

riwayat kesehatan dahulu terutama yang berkaitan dengan


gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi urin dan fekal.
Ataupun riwayat dirawat di rumah sakit atau pembedahan.

5) riwayat kesehatan keluarga

mengkaji riwayat kesehatan keluarga untuk mengetahui


apakah ada penyakit keturunan di keluarga pasien
6). pola persepsi dan penanganan kesehatan

kaji persepsi pasien terhadap penyakitnya, dan penggunaan


tembakau, alkohol, alergi, dan obat-obatan yang dikonsumsi
secara bebas atau resep dokter
7). pola nutrisi/metabolisme

mengkaji diet khsusus yang diterapkan pasien, perubahan


BB, dan gambaran diet pasien dalam sehari untuk
mengetahui adanya konsumsi makanan yang mengganggu
eliminasi urin atau fekal
8). pola eliminasi

kaji kebiasaan defekasi dan/atau berkemih serta masalah


yang dialami. Ada atau tidaknya konstipasi, diare,
inkontinensia, retensi, dan gangguan lainnya. Kaji
penggunaan alat bantu.

9) pola aktivitas/ olahraga

pola aktivitas terkait dengan ketidakmampuan pasien yang


disebabkan oleh kondisi kesehatan tertentu atau penggunaan
alat bantu yang mempengaruhi kebiasaan eliminasi pasien
10). pola istirahat tidur
kebiasaan tidur pasien dan masalah yang dialami
11). pola kognitif – perseptif
kaji status mental pasien, kemampuan bicara, ansietas,
ketidaknyamanan, pendengaran dan penglihatan.
12). pola peran hubungan
pekerjaan pasien, sistem pendukung, ada/tidaknya masalah
keluarga berkenaan dengan masalah di rumah sakit.
13). pola seksualitas/ reproduksi
kaji adanya masalah seksualitas pasien.
14). pola koping – toleransi stres
keadaan emosi pasien, hal yang dilakukan jika ada masalah, dan
penggunaan obat untuk menghilangkan stres.
15). pola keyakinan-nilai
agama yang dianut pasien dan pengaruhnya terhadap kehidupan.
16). pemeriksaan fisik
a) Abdomen
Pembesaran, pelebaran pembuluh darah vena, distensi bladder,
pembesaran ginjal, nyeri tekan, tenderness, bising usus.
b) Genetalia wanita
Inflamasi, nodul, lesi, adanya sekret dari meatus, keadaan atropi
jaringan vagina.
c) Genetalia laki-laki
Kebersihan, adanya lesi, terderness, adanya pembesaran skrotum.
d) Intake dan output cairan
o Kaji intake dan output cairan dalam sehari (24 jam).
o Kebiasaan minum di rumah.
o Intake, cairan infus, oral, makanan, NGT.
o Kaji perubahan volume urine untuk mengetahui
ketidakseimbangan cairan.
o Output urine dari urinal, cateter bag, drainage
ureterostomy, sistostomi.
o Karakteristik urine : warna, kejernihan, bau, kepekatan.

17). pemeriksaan penunjang


Pemeriksaan urine (urinalisis):
 Warna (N : jernih kekuningan)
 Penampilan (N: jernih)
 Bau (N: beraroma)
 pH (N:4,5-8,0)
 Berat jenis (N: 1,005-1,030)
 Glukosa (N: negatif)
 Keton (N:negatif)
Kultur urine (N: kuman patogen negatif).

18). terapi
terapi yang diberikan baik oral maupun parenteral yang diberikan dalam
pemenuhan atau gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi urin dan fekal

2. Diagnosa Keperawatan

 Konstipasi  Gangguan eliminasi urine


 Diare
 Inkontinensia urine
 Inkontinensia defekasi
 Retensi urine
1. KONSTIPASI
Dx Keperawatan Tujuan Keperawatan Rencana Tindakan
No. Dx
(SDKI) (SLKI) (SIKI)

D.0049 Dx Keperawatan: Konstipasi  Eliminasi Fekal Manajemen Konstipasi


Setelah dilakukan asuhan keperawatan  Periksa tanda dan gejala
Definisi: Penurunan defekasi normal selama ……x24 jam. Diharapkan konstipasi
yang disertai pengeluaran feses sulit “Eliminasi Fekal” pasien membaik dengan  Periksa pergerakan usus,
dan tidak tuntas serta feses kerig dan kriteria hasil : karakteristik feses
banyak (frekuensi, konsistensi,
 Kontrol pengeluaran feses meningkat volume dan warna)
Berhubungan dengan (penyebab):  Keluhan defekasi lama dan sulit  Identifikasi faktor risiko
Fisiologis menurun konstipasi (mis, obat-
 Penurunan motilitas  Mengejan saat defekasi Menurun obatan, tirah baring dan
gastrointestinal  Distensi abdomen Membaik diet rendah serat)
 Ketidakadekuatan pertumbuhan  Konsistensi feses Membaik  Monitor tanda dan gejala
gigi  Peristaltik usus Membaik ruptur usus dan/atau
 Ketidakcukupan diet peritonitis
 Ketidakcukupan asupan serat  Anjurkan diet tinggi serat
 Aganglionik (mis. Penyakit  Lakukan masase abdomen,
Hircsprung) jika perlu
 Kelemahan otot abdomen  Lakukan evakuasi feses
Psikologis secara manual, jika perlu
 Konfusi  Berikan enema aau rigasi,
 Depresi jika perlu
 Gangguan emosional  Anjurkan peningkatan
Situasional asupan cairan, jika tidak
 Perubahan kebiasaan makan ada kontraindikasi
 Ketidakadekuatan toileting  Latih buang air besar
 Efek agen farmakologis secara teratur
 Ketidakteraturan kebiasaan  Ajarkan cara mengatasi
defekasi konstipasi/impaksi
 Kebiasaan menahan dorongan  Konsultasi dengan tim
defekasi medis tentang
 Perubahan lingkungan penurunan/peningkatan
frekuensi suara usus
Dibuktikan dengan:  Kolaborasi penggunaan
Gejala dan Tanda Mayor: obat pencahar, jika perlu
Subjektif:
 Defekasi kurang dari 2 kali
seminggu
 Pengeluaran feses lama dan sulit
Objektif:
 Feses keras
 Peristaltik usus menurun

Gejala dan Tanda Minor:


Subjektif:
 Mengejan saat defekasi
Objektif:
 Disensi abdomen
 Kelemahan umum
 Teraba massa pada rektal
2. DIARE
Dx Keperawatan Tujuan Keperawatan Rencana Tindakan
No. Dx
(SDKI) (SLKI) (SIKI)

D. 0020 Dx Keperawatan : Diare  Tujuan A: eliminasi fekal Manajemen diare


Rencana Tindakan :
Definsi: pengeluaran feses yang Observasi
sering, lunak dan tidak berbentuk Setelah dilakukan asuhan keperawatan  a. Identifikasi penyebab diare
selama ……x24 jam maka Eliminasi  b. Identifikasi gejala infaginasi
Berhubungan dengan (penyebab): Fekal “membaik” dengan kriteria hasil: (tangisan keras, kepucatan
fisiologis pada bayi)
 a. Inflamasi gastrointestinal  Kontrol pengeluaran feses  c. Monitor warna, volume,
 b. Iritasi gastrointestinal  Keluhan defekasi lama dan sulit frekuensi, dan konsistensi tinja
 c. Proses infeksi  Mengejan saat defekasi  d. Monitor tanda dan gejala
 d. Malabsorbsi  Distensi abdomen hipovolemia
Psikologis  Teraba massa pada rektal  e. monitor iritasi kulit dan
 a. Kecemasan  Urgency ulserasi kulit di daeran
 b. Tingkat stres tinggi  Nyeri abdomen perineal
Situasional  Kram abdomen  f. Monitor jumlah pengeluaran
 a. Terpapar kontaminan  Konsistensi feses diare
 b. Terpapar toksin  Frekuansi defekasi Terapeutik
 c. Penyalahgunaan laksatif  Peristaltik usus  a. Berikan asupan cairan oral
 d. Penyalahgunaan zat (larutan garam gula, oralit,
 e. Program pengobatan (agen pedialyte, renalyte)
tiroid, analgesik, pelunak feses,  b. Pasang jalur intravena
ferosulfat, antasida, cimetidine  c. Berikan cairan intravena
dan antibiotik) jika perlu
 f. Perubahan air dan makanan  d. Ambil sampel darah untuk
 g. Bakteri pada air pemeriksaan darah lengkap
Dibuktikan dengan: dan elektrolit
Gejala dan Tanda Mayor:  e. Ambil sampel feses untuk
Subjektif: - kultur jika perlu
Objektif: Edukasi
 a. Defekasi lebih dari 3 kali dalam  a. Anjurkan makanan porsi
24 jam kecil dan sering secara
 b. Feses lembek atau cair bertahap
 b. Anjurkan menghindari
Gejala dan Tanda Minor: makanan berbentuk gas, pedas
Subjektif: dan mengandung laktosa
 a. Urgency  c. Anjurkan melanjutkan
 b. Nyeri atau kram abdomen pemberian ASI
Objektif: Kolaborasi
 a. Frekuensi peristaltik meningkat  a. Kolaborasi pemberian obat
 b. Bising usus hiperaktif antimotilitas (loperamide,
difenoksilat)
Kondisi klinis terkait:  b. Kolaborasi pemberian obat
 a. Kanker kolon antipasmodic/spasmolitik
 b. Diverticulitis (papaverin, ekstrak
 c. Iritasi usus belladonna, mebeverine)
 d. Crohn’s disease  c. Kolaborasi pemberian obat
 e. Ulkus peptikum pengeras feses (atapulgit,
smektit, kaolin pektin)

Pemantauan cairan
Rencana Tindakan
Observasi
 a. Monitor frekuensi dan
kekuatan nadi
 b. Monitor frekuensi nafas
 c. Monitor tekanan darah
 d. Monitor berat badan
 e. Monitor waktu pengisian
kapiler
 f. Monitor elastisitas dan
turgor kulit
 g. Monitor jumlah, warna dan
berat jenis urin
 h. Monitor kadar albumin dan
protein total
 i. Monitor hasil pemeriksaan
serum
 j. Monitor intake dan output
cairan
 k. Identifikasi tanda-tanda
hipovolemia
 l. Identifikasi tanda-tanda
hipervolemia

Manajemen cairan
Rencana Tindakan
Observasi
 a. Monitor status hidrasi
 b. Monitor berat badan harian
 c. Monitor berat badan
sebelum dan sesudah dianalisis
 d. Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium (hemaktokrit,
Na, K, Cl, berat jenis urin,
BUN)
 e. Monitor status
hemodinamik (MAP, CVP,
PAP, PCWP, jika ada)
Terapeutik
 a. Catan intake output dan
hitung balance cairan 24 jam
 b. Berikan asupan cairan,
sesuai kebutuhan
 c. Berikan cairan intravena,
jika perlu
Kolaborasi
 a. Kolaborasi pemberian
deuretik, jika perlu

Menejemen elektrolit
Rencana tindakan:
Observasi
 a. Identifikasi tanda dan gejala
ketersediaan kadar elektrolit
 b. Identifikasi penyebab
ketidakseimbangan elektrolit
 c. Identifikasi kehilangan
elektrolit melalui cairan
 d. Monitor kadar elektrolit
 e. Monitor efek samping
pemberian suplemen elektrolit
Terapeutik
 a. Berikan cairan, jika perlu
 b. Berikan diet yang tepat
(tinngi kalium, rendah
natrium)
 c. Pasang akses intravena, jika
perlu
Edukasi
 a. Jelaskan jenis, penyebab
dan penanganan
ketidakseimbangan elektrolit
Kolaborasi
 a. Kolaborasi pemberian
suplemen elektrolit sesuai
indikasi

Dukungan perawatan diri :


BAB/BAK
Rencana tindakan :
Observasi
 a. Identifikasi kebiasaan
BAK/BAB sesuai usia
 b. Monitor integritas kulit
pasien
Terapeutik
 a. Suka pakaian yang
diperlukan untuk memudahkan
eliminasi
 b. Dukung penggunaan
toilet/commode/pispot/urinal
secara konsisten
 c. Latih BAK/BAB sesuai
jadwal, jika perlu
 d. Sediakan alat bantu
(kateter/urinal)
Edukasi
 a. Anjurkan BAK/BAB secara
rutin
 b. Anjurkan ke kamar mandi/
toilet, jika perlu
3. INKONTINENSIA FEKAL
Dx Keperawatan Tujuan Keperawatan Rencana Tindakan
No. Dx
(SDKI) (SLKI) (SIKI)

D. 0041 Dx. Keperawatan: Inkontinensia Kontinensia Fekal Latihan Eliminasi Fekal


fekal Setelah dilakukan asuhan Definisi: mengajari suatu
Definisi: perubahan kebiasaan keperawatan selama ……x24 kemampuan melatih usus unuk
buang air besar dari pola normal jam “kontinensia fekal” dievakuasi pada interval terntentu
yang ditandai dengan pengelaran membaik dengan kriteria hasil:  Monitor peristaltic usus secara
feses secara involunter (tidak  Pengontrolan teratur
disadari) pengeluaran feses  Anjurkan waktu yang
Berhubungan dengan meningkat konsisten untuk buang air
(penyebab):  Defekasi membaik besar
 Kerusakan susuan saraf  Frekuensi buang air besar  Anjurkan konsumsi makanan
motoric bawah membaik tertentu, sesuai program atau
 Penurunan tonus otot hasil konsultasi
 Gangguan kognitif Perawatan Inkontinensia Fekal
 Penyalahgunaan laktasif Definisi: mengidentifikasi dan
 Kehilangan fungsi merawat pasien yang mengelamai
pengendalian sfingter pengeluaran feses secara involunter
rectum (tidak disadari)
 Pascaoperasi pullthrough  Monitor diet dan kebutuhan
dan penutupan kolostomi cairan
 Ketidakmampuan  Bersihkan daerah perianal
mencapai kamar kecil dengan sabun dan air
 Diare kronis  Jaga kebersihan tempat tidr
 Stress berlebihan dan pakaian
Dibuktikan dengan:  Laksanakan program latihan
Gejala dan Tanda Mayor usus (bowel training), jika
Subjektif: perlu
 Tidak mempu mengontrol  Jadwalkan BAB di tempat
pengeluaran feses tidur jika perlu
 Tidak mampu menunda  Berikan celana
defekasi pelindung/pembalut, sesuai
Objektif: kebutuhan
 Feses keluar sedikit-sedikit
dan sering

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif: -
Objektif:
 Bau feses
 Kulit perianal kemerahan
3. Implementasi
pencegahan, pengaturan posisi dan intervensi mandiri. Tindakan
keperawatan mencangkup tindakan mandiri dan kolaborasi
Tindakan mandiri : aktivitas perawat yang dilakukan atau yang
didasarkan pada kesimpulan sendiri dan bahan petunjuk dan
perintah tenaga kesehatan lain. Tindakan kolaborasi: tindakan yang
dilaksanakan atas hasil keputusan bersama dengan dokter dan
petugas kesehatan lain.

4. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan
yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana
ksehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
dengan cara melibatkan pasien.
S = subjektif
O = objektif
A = Analisa
P = Planni
DAFTAR PUSTAKA

Wartonah dan Tarwoto. 2004. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses. Keperawatan.
Salemba Medika : Jakarta.

Yoga. 2009. Mengenal dan Mencegah Embeien atau Hemoroid. (Online), (Imade
http://imadeharyoga.wordpress.com/2009/06/17/60/), diakses tanggal 4
Oktober

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2017, SDKI, SLKI, Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia, 2018

Nurarif, A., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC – NOC Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta: Penerbit Maediaction
Jogja.

Anda mungkin juga menyukai