Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN EKOTOKSIKOLOGI

UJI BORAKS DAN FORMALIN PADA BAKSO, TAHU, DAN MIE


BASAH

Disusun Oleh :
Nama : Maiyana Fransiska
NIM : 08041181621017

LABORATORIUM EKOTOKSIKOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Universitas Sriwijaya
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kesehatan merupakan hal paling utama yang sangat diperlukan dalam diri setiap
orang, karena seluruh aktivitas yang akan kita lakukan tidak akan berjalan dengan
lancar apabila kesehatan kita terganggu. Kesehatan berhubungan dengan bahan pangan.
Bahan pangan yang dikonsumsi sangat mempengaruhi tingkat kecerdasan dan kesehatan
seseorang. secara fisik pangan yang aman adalah bahan pangan yang bersih dari bahan-
bahan yang tidak dapat dicerna oleh tubuh yaitu plastik, logam dan bahan bahan-bahan
lainnya yang mengganggu pencernaan manusia, secara kimiawi dapat berasal dari zat-
zat berbahaya yang tidak boleh digunakan dalam bahan pangan seperti formalin, boraks,
insektisida serta bahan tambahan makanan yang sangat dibatasi penggunaannya.
Penggunaan zat-zat kimia berbahaya pada bahan pangan seperti formalin, boraks dan
insektisida serta bahan tambahan makanan lainnya sangat dibatasi penggunaannya
(Sinaga, 2009).
Peran bahan tambahan pangan (BTP) khususnya bahan pengawet menjadi semakin
penting sejalan dengan kemajuan teknologi produksi bahan tambahan pangan sintetis.
Bahan pengawet umumnya digunakan untuk mengawetkan pangan yang sifatnya mudah
rusak. Berdasarkan Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 033 Tahun
2012 tentang Bahan Tambahan Pangan (BTP), jenis bahan tambahan pangan golongan
pengawet yang dilarang penggunaannya dalam produk pangan antara lain adalah
formalin dan asam borat (Cahyadi, 2009).
Formalin biasanya digunanakan sebagai bahan pengawet mayat dan pengawetan
hewan untuk penelitian. Formalin juga berfungsi sebagai desinfektan, antiseptik,
antihidrolik serta bahan baku industri pembuatan lem plywood, resin dan tekstil.
Sedangkan Asam Borat atau yang dikenal dengan nama boraks dalam kesehariannya
berfungsi sebagai pembersih, fungisisda, herbisisda dan insektisida yang bersifat toksik
pada manusia. Formalin dapat digunakan agar bahan makanan menjadi kenyal dan tahan
lama (Eka, 2013).

Universitas Sriwijaya
Produk pangan pada umumnya yang menggunakan formalin dan boraks adalah
bahan pangan segar atau makanan olahan yang mengandung kadar air tinggi, yang
tidak dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama, terutamajika disimpan pada suhu
ruang. Produk pangan yang sering diawetkan dengan formalin antara lain ikan segar,
tahu, tempe, mie basah mentah atau mie segar. Produk pangan lainnya yang juga sering
diawetkan adalah ikan asin, pengasinan ikan adalah salah satu cara pengawetan ikan
agar tidak mengalami kebusukan oleh bakteri pembusuk dengan menambahkan garam
15 sampai dengan 20% pada ikan segar. Penambahan formalin pada ikan dengan tujuan
untuk meningkatkan nilai jual dan kualitas dari ikan asin (Mirna dan Asyik, 2016).
Walaupun formalin dan boraks telah jelas dilarang penggunaannya pada makanan,
tetapi pada kenyatannya masih terdapat makanan yang dijajakan menggunakan bahan
tersebut, salah satunya adalah bakso. Bakso merupakan bola daging hasil campuran
tepung tapioka dan daging adalah salah satu makanan yang digemari oleh masyarakat
Indonesia karena harganya yang relatif murah dan mudah ditemui dimana-mana. Akses
yang mudah serta banyaknya peminat membuat para pedagang ramai-ramai
menggunakan bahan tambahan pangan mulai dari yang alami hingga bahan kimia yang
dilarang penggunaannya seperti formalin dan boraks. Hal ini bertujuan untuk mencegah
bakso menjadi rusak dan cepat basi. Bakso digunakan masyarakat sebagai bahan pangan
sehari-hari untuk dikonsumsi (Sondakh et al., 2014).
Mie basah merupakan makanan berbahan dasar tepung dan banyak dikonsumsi oleh
masyarakat karena pengolahannya relatif mudah. Mie basah mudah ditemukan dan
mempunyai banyak penggemar. Hal itu yang mendorong para pembuat mie basah
menggunakan bahan kimia seperti formalin dan boraks untuk mencari untuk lebih
banyak. Salah satu nilai plus dari mie basah adalah mempunyai kandungan protein.
Pada SNI 2987 : 2015 dipersyaratkan bahwa mie basah harus mengandung minimal 9,5
% protein (Wibowo dan Nani, 2019).

1.2. Tujuan Praktikum


Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kandungan boraks dan formalin pada
makanan yang diuji, membedakan makanan yang mengandung boraks dan formalin, dan
mengetahui metode yang digunakan dalam uji boraks dan formalin.

Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bahan Tambahan Pangan


Bahan tambahan pangan adalah senyawa yang sengaja ditambahkan ke dalam
makanan dengan jumlah dan ukuran tertentu dan terlibat dalam proses pengolahan,
pengemasan, dan atau penyimpanan. Bahan ini berfungsi untuk memperbaiki warna,
bentuk, cita rasa, dan tekstur, serta memperpanjang masa simpan, dan bukan merupakan
bahan utama. Pemakaian bahan tambahan pangan fungsinya sebagai antioksidan,
antikempal, pengasam, penetral, pengeras, pengawet, penambah gizi, dan pengawet
(Saparinto dan Hidayati, 2006).

2.2. Formalin
Formalin, disebut juga formaldehyde, methylene aldehyde atau formol, merupakan
cairan jernih yang tidak berwarna dengan bau menusuk, uapnya mampu merangsang
selaput lendir hidung dan tenggorokan sehingga mengakibatkan rasa perih terbakar.
Dapat bercampur dengan air dan alkohol, tetapi tidak bercampur dengan kloroform dan
eter. Didalam formalin mengandung sekitar 37% formaldehid dalam air, biasanya
ditambah methanol hingga 15% sebagai pengawet. Berat Molekul Formalin adalah
30,03 dengan rumus Molekul HCOH. Karena kecilnya molekul ini memudahkan
absorpsi dan distribusinya ke dalam sel tubuh.Gugus karbonil yang dimilikinya sangat
aktif, dapat bereaksi dengan gugus –NH2 dari protein yang ada pada tubuh membentuk
senyawa yang mengendap (Made, 2006).
Fungsi formalin sudah sangat umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Apabila digunakan secara benar, formalin akan banyak kita rasakan manfaatnya,
misalnya sebagai antibakteri atau pembunuh kuman dalam berbagai keperluan jenis
industri, yakni pembersih lantai, kapal, gudang dan pakaian, pembasmi lalat maupun
berbagai serangga lainnya. Dalam dunia fotografi biasanya digunakan sebagai pengeras
lapisan gelatin dan kertas. Formalin kerap digunakan sebagai bahan pembuatan pupuk
urea, produk parfum, pengawet produk kosmetika, pengeras kuku dan bahan untuk
insulasi busa (Kurniawan dan Rosiati, 2017).

Universitas Sriwijaya
2.3. Boraks
Boraks atau Natrium Tetrabonat dengan rumus molekul Na2.B4O7.10H2O
merupakan serbuk kristal lunak yang mengandung unsur boron, berwarna putih, tidak
berbau, mudah larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, pH 9,5. Boraks mempunyai
nama lain natrium biborat, natrium piroborat, natrium tetraborat yang seharusnya hanya
digunakan dalam industri non pangan. Fungsi Boraks pada dasarnya merupakan bahan
untuk pembuat solder, deterjen, pengawet kayu, pembasmi kecoa dan bahan pembuatan
kaca. Boraks sedikit larut dalam air, namun bisa bermanfaat jika sudah dilarutkan dalam
air (Asri, 2012).

2.4. Gejala Klinis Terkena Formalin Dan Boraks


2.4.1. Gejala Klinis Terkena Formalin
Formalin memiliki dampak buruk bagi kesehatan manusia. Jika tertelan formalin
dapat menyebabkan iritasi dan rasa terbakar pada mulut dan esofagus, nyeri dada atau
perut, nausea, vomitus, diare, ulkus pada gastrointestinal, perdarahan gastrointestinal,
dan juga dapat menyebabkan gagal ginjal. Meskipun telah banyak peraturan yang
melarang penggunaan formalin dalam makanan, namun pada kenyataannya masih
banyak digunakan sebagai pengawet makanan (Azrin et al., 2014).

2.4.2. Gejala Klinis Terkena Boraks


Boraks bila dikonsumsi akan mengakibatkan gejala kesehatan yang sangat buruk
yaitu akan menyebabkan penyakit ginjal, gangguan otak, dan hati. Boraks tidak hanya
diserap melalui pencernaan, namun juga melalui kulit. Boraks akan mengganggu enzim-
enzim metabolisme. Ciri-ciri keadaan umum lemah, sianosis, hipotensi. Terhirup
menyebabkan iritasi membran mukosa, tenggorokan sakit, batuk, dan gangguan pada
sistem saraf pusat. Kontak dengan kulit eritrodemik rash atau merah, iritasi dan gejala
seperti orang mabuk, deskuamasi dalam tiga sampai dengan lima hari setelah
pemaparan. Tertelan bisa menyebabkan diare, mual, muntah, gangguan pencernaan,
denyut nadi tidak beraturan, nyeri kepala, gangguan pendengaran dan juga gangguan
penglihatan, sianosis, kejang-kejang dan juga dapat menyebabkan koma. Keracunan
berat dan kematian umumnya terjadi pada bayi dan anak-anak dalam satu sampai
dengan tujuh hari dirasakan (Wibowo dan Nani, 2019).

Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu Dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 23 September 2020, praktikum ini
dilaksanakan melalui via zoom (online).

3.2. Alat Dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum berupa busen, cawan petri, cutter, korek api,
lidi, pipet tetes, dan stopwatch. Bahan yang digunakan dalam praktikum berupa bakso,
ethanol, KMNO4, mie kuning, dan tahu.

3.3. Cara Kerja


3.3.1. Formalin
Langkah pertama diamati tekstur sampel sebelum dipotong, selanjutnya
potonglah sampel yang akan diuji menjadi kecil-kecil kemudian diletakkan masing-
masing sampel di cawan petri yang berbeda satu sama lain dan diberi tanda masing-
masing pada tiap-tiap sampel. Kemudian ditetesi larutan KMNO 4 pada sampel dan
terakhir diamati perubahan warna dan teksturnya ditandai dengan perubahan warna
ungu pada sampel.

3.3.2. Boraks
Langkah pertama diamati tekstur sampel sebelum dipotong, kemudian dipotong
sampel yang akan diuji menjadi kecil-kecil kemudian diletakkan masing-masing sampel
di cawan petri yang berbeda satu sama lain dan diberi tanda pada tiap-tiap sampel.
Kemudian ditetesi larutan ethanol kemudian bakar sampel. Terakhir amati perubahan
warna pada sampel bila positif ditandai dengan nyala api berwara hijau.

Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil sebagai berikut :
4.1.1. Formalin
No Sampel Larutan Hasil
1. Bakso KMNO4 (-)
2. Tahu KMNO4 (+)
3. Mie basah KMNO4 (+)

4.1.2. Boraks
No Sampel Larutan Hasil
1. Bakso Ethanol Nyala api biasa (-)
2. Tahu Ethanol Nyala api biasa (-)
3. Mie Basah Ethanol Nyala api biasa (-)

4.2. Pembahasan

Universitas Sriwijaya
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan bahwa didapatkan hasil formalin
yang ada didalam bakso menghasilkan negatif setelah ditetesi larutan KMNO 4. Sampel
bakso yang terjadi dikatakan bahwa sampel bakso tidak mengandung formalin dan
boraks. Menurut Ndaong. et al (2014), kualitas bakso ditentukan oleh daging yang
digunakan sebagai bahan baku dan kandungan pati. Setiap orang yang memproduksi
pangan untuk diedarkan dilarang menggunakan bahan apa pun sebagai bahan tambahan
pangan yang dinyatakan terlarang atau melampaui ambang batas maksimal yang
ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat wajib ikut serta dalam pengawasan
terhadap keamanan pangan mulai dari sumbernya sampai dikonsumsi oleh masyarakat.
Penggunaan formalin dan boraks bagi masyarakat sebagai bahan tambahan pangan
agar makanan terlihat kenyal dan penyimpanan makanan menjadi tahan lama. Menurut
Habsah (2012), penggunaan formalin sebagai bahan pengawet yang berbahaya selain
bertujuan untuk mengawetkan makanan juga bertujuan agar makanan menjadi lebih
kompak atau kenyal teksturnya dan memperbaiki penampakan. Dengan jumlah sedikit
saja telah dapat memberikan pengaruh kekenyalan pada makanan sehingga menjadi
lebih kenyal, dan tahan lama. Tekstur secara umum makanan yang mengandung
formalin tidak jauh berbeda dengan makanan yang tidak mengandung formalin.
Ciri-ciri boraks berbentuk kristal putih, tidak berbau, larut dalam air, dan seimbang
suhu dan kelembaban. Efek negatif bila makanan ditambahkan dengan boraks terjadinya
gangguan pada sistem saraf, mual, diare, selera makan menurun, dan badan menjadi
lemas. Menurut Ediati. et al (2017), boraks berbentuk kristal putih, tidak berbau, larut
dalam air, dan stabil pada suhu dan tekanan normal. Apabila boraks masuk ke dalam
tubuh pada kadar tertentu dapat memunculkan efek negatif bagi kesehatan antara lain
gangguan sistem saraf, hati, ginjal, pendarahan pada lambung dan gangguan stimulasi,
bahkan bisa mengakibatkan komplikasi otak dan hati.
Ciri-ciri formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat pekat.
Manfaat formalin dalam kehidupan untuk pembunuh kuman, dan bahan pembuatan zat
warna baju. Menurut Mudzkirah (2016), Larutan formaldehid adalah cairan jernih, tidak
berwarna atau hampir tidak berwarna, dan bau menusuk. Formalin digunakan sebagai
pembunuh kuman.
BAB 5

Universitas Sriwijaya
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum yang telah didapatkan, dapat mengambil kesimpulan


sebagai berikut :
1. Sampel bakso, mie basah, dan tahu dengan pengujian api nyala negatif tanpa adanya
boraks.
2. Sampel tahu, dan mie basah ketika ditetesi dengan larutan KMNO 4 positif
mengandung formalin.
3. Efek samping bila menggunakan formalin dan boraks secara berlebihan dapat
menyebabkan gangguan pada sistem saraf.
4. Bahan tambahan pangan bila makanan aman dikonsumsi terbebas dengan kandungan
formalin ataupun bahan kimia yang lainnya.
5. Penggunaan formalin dan boraks digunakan masyarakat sebagai pewarna pada
pakaian, dan sebagai bahan pembunuh kuman.

DAFTAR PUSTAKA

Universitas Sriwijaya
Asri. 2017. Pembuatan Media Uji Formalin Dan Boraks Menggunakan Zat Antosianin
Dengan Larutan Etanol 70%. Jurnal Redoks. Vol 2(1) : 28-35.
Azrin, M., Asni, E., dan Yulisa, N. 2014. Uji Formalin Pada Ikan Asin Gurami Di Pasar
Tradisional Pekanbaru. Jom FK. Vol 1(2) : 1-12.
Cahyadi, W. 2009. Analisis Dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Bumi
Aksara. Jakarta.
Ediati, R., Prasetyoko, D., Murwani, I.K., Hartanto, R., Purwanti, E., dan Rosyidah, A.
2017. Penataan PKL Bebas Boraks Dan Formalin Menuju Produk Unggulan Sehat
Dan Higienis. Qardhul Hasan: Media Pengabdian kepada Masyarakat. Vol 3(2) :
86-98.
Eka, R. 2013. Rahasia Mengetahui Makanan Berbahaya. Titik Media Publisher.
Jakarta.

Habsah. 2012. Gambaran Pengetahuan Pedagang Mie Basah Terhadap Perilaku


Penambahan Boraks dan Formalin pada Mi Basah di Kantin-Kantin Universitas
Indonesia Depok Tahun 2012. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Universitas Indonesia. Jakarta.
Kurniawan, E., dan Rosiati. 2017. Pembuatan Media Uji Formalin Dan Boraks
Menggunakan Zat Antosianin Dengan Larutan Etanol 70%. Jurnal Redoks. Vol
2(1) : 28-35.
Made, A. 2006. Mengenal Formalin Dan Bahayanya. Penebar Swadaya. Jakarta.

Mirna, K. L., dan Asyik. 2016. Analisis Formalin Pada Ikan Asin Di Beberapa Pasar
Tradisional Kota Kendari. Journal Sains dan Teknologi Pangan. Vol (1)1: 31-36.
Mudzkirah, I. 2016. Identifikasi Penggunaan Zat Pengawet Boraks Dan Formalin Pada
Jajanan Di Kantin UIN Allaudin Makassar. Skripsi. Fakultas Kedokteran Dan
Ilmu Kesehatan. UIN Allaudin. Makassar.
Ndaong, N.A., Wuri, D.A., dan Pandie, T. 2014. Identifikasi Boraks, Formalin dan
Kandungan Gizi Serta Nilai Tipe Pada Bakso Yang Dijual Di Lingkungan
Perguruan Tinggi Di Kota Kupang. Jurnal Kajian Veteriner. Vol 2(2) : 183-192.
Saparinto., dan Hidayati, D. 2006. Bahan Tambahan Pangan. Kanisius. Yogyakarta.

Sinaga, E. J . 2009. Analisis Kandungan Formalin pada Ikan Kembung Rebus di


Beberapa Pasar Tradisional Kota Medan. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumetera Utara. Medan.
Sondakh, R.C., Joseph, W.B.S., dan Suntaka, D.A. 2014. Analisis Kandungan Formalin
Dan Boraks Pada Bakso Yang Disajikan Kios Bakso Permanen Pada Beberapa
Tempat Di Kota Bitung 2014. Article. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sam Ratulangi.

Universitas Sriwijaya
Wibowo, W.N., dan Nani, E. 2019. Analisis Kandungan Formalin, Boraks, dan Protein
Dalam Mie Basah. J. Biomedika. Vol 12(1) : 67-73.

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai