Disusun Oleh :
Nama : Maiyana Fransiska
NIM : 08041181621017
LABORATORIUM EKOTOKSIKOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Universitas Sriwijaya
BAB 1
PENDAHULUAN
Universitas Sriwijaya
Produk pangan pada umumnya yang menggunakan formalin dan boraks adalah
bahan pangan segar atau makanan olahan yang mengandung kadar air tinggi, yang
tidak dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama, terutamajika disimpan pada suhu
ruang. Produk pangan yang sering diawetkan dengan formalin antara lain ikan segar,
tahu, tempe, mie basah mentah atau mie segar. Produk pangan lainnya yang juga sering
diawetkan adalah ikan asin, pengasinan ikan adalah salah satu cara pengawetan ikan
agar tidak mengalami kebusukan oleh bakteri pembusuk dengan menambahkan garam
15 sampai dengan 20% pada ikan segar. Penambahan formalin pada ikan dengan tujuan
untuk meningkatkan nilai jual dan kualitas dari ikan asin (Mirna dan Asyik, 2016).
Walaupun formalin dan boraks telah jelas dilarang penggunaannya pada makanan,
tetapi pada kenyatannya masih terdapat makanan yang dijajakan menggunakan bahan
tersebut, salah satunya adalah bakso. Bakso merupakan bola daging hasil campuran
tepung tapioka dan daging adalah salah satu makanan yang digemari oleh masyarakat
Indonesia karena harganya yang relatif murah dan mudah ditemui dimana-mana. Akses
yang mudah serta banyaknya peminat membuat para pedagang ramai-ramai
menggunakan bahan tambahan pangan mulai dari yang alami hingga bahan kimia yang
dilarang penggunaannya seperti formalin dan boraks. Hal ini bertujuan untuk mencegah
bakso menjadi rusak dan cepat basi. Bakso digunakan masyarakat sebagai bahan pangan
sehari-hari untuk dikonsumsi (Sondakh et al., 2014).
Mie basah merupakan makanan berbahan dasar tepung dan banyak dikonsumsi oleh
masyarakat karena pengolahannya relatif mudah. Mie basah mudah ditemukan dan
mempunyai banyak penggemar. Hal itu yang mendorong para pembuat mie basah
menggunakan bahan kimia seperti formalin dan boraks untuk mencari untuk lebih
banyak. Salah satu nilai plus dari mie basah adalah mempunyai kandungan protein.
Pada SNI 2987 : 2015 dipersyaratkan bahwa mie basah harus mengandung minimal 9,5
% protein (Wibowo dan Nani, 2019).
Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Formalin
Formalin, disebut juga formaldehyde, methylene aldehyde atau formol, merupakan
cairan jernih yang tidak berwarna dengan bau menusuk, uapnya mampu merangsang
selaput lendir hidung dan tenggorokan sehingga mengakibatkan rasa perih terbakar.
Dapat bercampur dengan air dan alkohol, tetapi tidak bercampur dengan kloroform dan
eter. Didalam formalin mengandung sekitar 37% formaldehid dalam air, biasanya
ditambah methanol hingga 15% sebagai pengawet. Berat Molekul Formalin adalah
30,03 dengan rumus Molekul HCOH. Karena kecilnya molekul ini memudahkan
absorpsi dan distribusinya ke dalam sel tubuh.Gugus karbonil yang dimilikinya sangat
aktif, dapat bereaksi dengan gugus –NH2 dari protein yang ada pada tubuh membentuk
senyawa yang mengendap (Made, 2006).
Fungsi formalin sudah sangat umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Apabila digunakan secara benar, formalin akan banyak kita rasakan manfaatnya,
misalnya sebagai antibakteri atau pembunuh kuman dalam berbagai keperluan jenis
industri, yakni pembersih lantai, kapal, gudang dan pakaian, pembasmi lalat maupun
berbagai serangga lainnya. Dalam dunia fotografi biasanya digunakan sebagai pengeras
lapisan gelatin dan kertas. Formalin kerap digunakan sebagai bahan pembuatan pupuk
urea, produk parfum, pengawet produk kosmetika, pengeras kuku dan bahan untuk
insulasi busa (Kurniawan dan Rosiati, 2017).
Universitas Sriwijaya
2.3. Boraks
Boraks atau Natrium Tetrabonat dengan rumus molekul Na2.B4O7.10H2O
merupakan serbuk kristal lunak yang mengandung unsur boron, berwarna putih, tidak
berbau, mudah larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, pH 9,5. Boraks mempunyai
nama lain natrium biborat, natrium piroborat, natrium tetraborat yang seharusnya hanya
digunakan dalam industri non pangan. Fungsi Boraks pada dasarnya merupakan bahan
untuk pembuat solder, deterjen, pengawet kayu, pembasmi kecoa dan bahan pembuatan
kaca. Boraks sedikit larut dalam air, namun bisa bermanfaat jika sudah dilarutkan dalam
air (Asri, 2012).
Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODE PRAKTIKUM
3.3.2. Boraks
Langkah pertama diamati tekstur sampel sebelum dipotong, kemudian dipotong
sampel yang akan diuji menjadi kecil-kecil kemudian diletakkan masing-masing sampel
di cawan petri yang berbeda satu sama lain dan diberi tanda pada tiap-tiap sampel.
Kemudian ditetesi larutan ethanol kemudian bakar sampel. Terakhir amati perubahan
warna pada sampel bila positif ditandai dengan nyala api berwara hijau.
Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil sebagai berikut :
4.1.1. Formalin
No Sampel Larutan Hasil
1. Bakso KMNO4 (-)
2. Tahu KMNO4 (+)
3. Mie basah KMNO4 (+)
4.1.2. Boraks
No Sampel Larutan Hasil
1. Bakso Ethanol Nyala api biasa (-)
2. Tahu Ethanol Nyala api biasa (-)
3. Mie Basah Ethanol Nyala api biasa (-)
4.2. Pembahasan
Universitas Sriwijaya
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan bahwa didapatkan hasil formalin
yang ada didalam bakso menghasilkan negatif setelah ditetesi larutan KMNO 4. Sampel
bakso yang terjadi dikatakan bahwa sampel bakso tidak mengandung formalin dan
boraks. Menurut Ndaong. et al (2014), kualitas bakso ditentukan oleh daging yang
digunakan sebagai bahan baku dan kandungan pati. Setiap orang yang memproduksi
pangan untuk diedarkan dilarang menggunakan bahan apa pun sebagai bahan tambahan
pangan yang dinyatakan terlarang atau melampaui ambang batas maksimal yang
ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat wajib ikut serta dalam pengawasan
terhadap keamanan pangan mulai dari sumbernya sampai dikonsumsi oleh masyarakat.
Penggunaan formalin dan boraks bagi masyarakat sebagai bahan tambahan pangan
agar makanan terlihat kenyal dan penyimpanan makanan menjadi tahan lama. Menurut
Habsah (2012), penggunaan formalin sebagai bahan pengawet yang berbahaya selain
bertujuan untuk mengawetkan makanan juga bertujuan agar makanan menjadi lebih
kompak atau kenyal teksturnya dan memperbaiki penampakan. Dengan jumlah sedikit
saja telah dapat memberikan pengaruh kekenyalan pada makanan sehingga menjadi
lebih kenyal, dan tahan lama. Tekstur secara umum makanan yang mengandung
formalin tidak jauh berbeda dengan makanan yang tidak mengandung formalin.
Ciri-ciri boraks berbentuk kristal putih, tidak berbau, larut dalam air, dan seimbang
suhu dan kelembaban. Efek negatif bila makanan ditambahkan dengan boraks terjadinya
gangguan pada sistem saraf, mual, diare, selera makan menurun, dan badan menjadi
lemas. Menurut Ediati. et al (2017), boraks berbentuk kristal putih, tidak berbau, larut
dalam air, dan stabil pada suhu dan tekanan normal. Apabila boraks masuk ke dalam
tubuh pada kadar tertentu dapat memunculkan efek negatif bagi kesehatan antara lain
gangguan sistem saraf, hati, ginjal, pendarahan pada lambung dan gangguan stimulasi,
bahkan bisa mengakibatkan komplikasi otak dan hati.
Ciri-ciri formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat pekat.
Manfaat formalin dalam kehidupan untuk pembunuh kuman, dan bahan pembuatan zat
warna baju. Menurut Mudzkirah (2016), Larutan formaldehid adalah cairan jernih, tidak
berwarna atau hampir tidak berwarna, dan bau menusuk. Formalin digunakan sebagai
pembunuh kuman.
BAB 5
Universitas Sriwijaya
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Sriwijaya
Asri. 2017. Pembuatan Media Uji Formalin Dan Boraks Menggunakan Zat Antosianin
Dengan Larutan Etanol 70%. Jurnal Redoks. Vol 2(1) : 28-35.
Azrin, M., Asni, E., dan Yulisa, N. 2014. Uji Formalin Pada Ikan Asin Gurami Di Pasar
Tradisional Pekanbaru. Jom FK. Vol 1(2) : 1-12.
Cahyadi, W. 2009. Analisis Dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Bumi
Aksara. Jakarta.
Ediati, R., Prasetyoko, D., Murwani, I.K., Hartanto, R., Purwanti, E., dan Rosyidah, A.
2017. Penataan PKL Bebas Boraks Dan Formalin Menuju Produk Unggulan Sehat
Dan Higienis. Qardhul Hasan: Media Pengabdian kepada Masyarakat. Vol 3(2) :
86-98.
Eka, R. 2013. Rahasia Mengetahui Makanan Berbahaya. Titik Media Publisher.
Jakarta.
Mirna, K. L., dan Asyik. 2016. Analisis Formalin Pada Ikan Asin Di Beberapa Pasar
Tradisional Kota Kendari. Journal Sains dan Teknologi Pangan. Vol (1)1: 31-36.
Mudzkirah, I. 2016. Identifikasi Penggunaan Zat Pengawet Boraks Dan Formalin Pada
Jajanan Di Kantin UIN Allaudin Makassar. Skripsi. Fakultas Kedokteran Dan
Ilmu Kesehatan. UIN Allaudin. Makassar.
Ndaong, N.A., Wuri, D.A., dan Pandie, T. 2014. Identifikasi Boraks, Formalin dan
Kandungan Gizi Serta Nilai Tipe Pada Bakso Yang Dijual Di Lingkungan
Perguruan Tinggi Di Kota Kupang. Jurnal Kajian Veteriner. Vol 2(2) : 183-192.
Saparinto., dan Hidayati, D. 2006. Bahan Tambahan Pangan. Kanisius. Yogyakarta.
Universitas Sriwijaya
Wibowo, W.N., dan Nani, E. 2019. Analisis Kandungan Formalin, Boraks, dan Protein
Dalam Mie Basah. J. Biomedika. Vol 12(1) : 67-73.
Universitas Sriwijaya