H
SA KIT PANDUAN PRAKTEK KLINIS
ILMU ANAK
TAHUN 2019
JUANDA
Jl.Ir.H.Juanda No.207
KUNINGAN
- Febris
3. Pemeriksaan Fisik - Tidak ada kelainan neurologis
- Demam
4. Kriteria Diagnosis - Berbentuk kejang fokal
- Berlangsung lebih dari 15 menit
- Berulang lebih dari 2 kali dalam 24 jam
Laboratorium
7. Pemeriksaan Penunjang - Darah rutin
- Hitung jenis
- Morfologi sel
- Elektrolit
- Glukosa darah
29
Pungsi lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk
menegakkan kemungkinan meningitis. Berdasarkan
bukti-bukti terbaru, saat ini pemeriksaan pungsi lumbal
tidak rutin dilakukan pada anak usia < 12 bulan yang
mengalami kejang demam sederhan dengan keadaan
umum baik. Indikasi :
Terdapat tanda dan gejala rangsang meningeal
Terdapat keecurigaan adanya infeksi SSP
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis
Dipertimbangkan pada anak dengan kejang disertai
demam yang sebelumnya telah mendapat antibiotik
dan pemberian antibiotik tersebut mengaburkan tanda
dan gejala meningitis.
Elektroensefalografi (EEG)
Dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak
khas, misalnya kejang demam kompleks pada anak usia
lebih dari 6 tahun.
Pemberian obat pada saat demam
8. Terapi - Antipiretik
Pemberian antipiretik pada saat demam sesuai berat badan
- Antikonvulsan (intermiten)
Pemberian diazepam dosis 0,3-0,5 mg/kgBB tiap 8 jam
pada saat demam, yang dapat diberikan selama biasanya
2-3 hari
Pengobatan kejang (anak datang dalam keadaan kejang)
Pemberian diazepam per rektal dengan dosis 0,5-0,75
mg/kgBB atau 5 mg untuk BB < 12 kg, 10 mg untuk BB >
12 kg. Bila setelah pemberian per rektal kejang belum
berhenti, dapat diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama
dengan interval waktu 5 menit. Bila sudah 2 kali per rektal
kejang belum berhenti, dianjurkan ke rumah sakit.
Pemberian antikonvulsan (rumatan)
Indikasi :
Kejang > 15 menit
Ditemukan kelainan neurologis yang nyata sebelum dan
sesudah kejang
29
Kejang fokal
Dapat diberikan Fenobarbital atau asam valproate setiap hari
selama 1 tahun (tidak membutuhkan tapering off) dengan dosis :
Fenobarbital 3-4 mg/kgBB/hari dalam 1-2 dosis
Asam valproate 15-40 mg/kgBB/hr dibagi 2 dosis
29
RU MA
H
SAK IT PANDUAN PRAKTEK KLINIS
ILMU ANAK
TAHUN 2019
JUANDA
Jl.Ir.H.Juanda No.207
KUNINGAN
DEMAM TIFOID
1. Pengertian (Definisi) Demam tifoid adalah penyakit infeksi disebabkan oleh kuman
gram negatif Salmonella typhi. Selama terjadi infeksi, kuman
tersebut bermultiplikasi dalam sel fagositik mononuklear dan
secara berkelanjutan dilepaskan ke aliran darah.
2. Anamnesis Keluhan dan gejala Demam Tifoid tidak khas, dan bervariasi
dari gejala seperti flu ringan sampai keadaan sakit berat dan
fatal yang mengenai banyak sistem organ. Secara klinis
gambaran penyakit Demam Tifoid berupa demam
berkepanjangan, gangguan fungsi usus, dan keluhan susunan
saraf pusat.
1. Panas lebih dari 7 hari, biasanya mulai dengan demam
tidak terlalu tinggi yang makin hari makin meninggi,
sehingga pada minggu ke 2 panas tinggi terus menerus
terutama pada malam hari.
2. Gejala gstrointestinal dapat berupa obstipasi, diare, mual,
muntah, dan kembung, hepatomegali, splenomegali dan
lidah kotor tepi hiperemi.
3. Gejalah saraf sentral berupa delirium, apatis, somnolen,
sopor, bahkan sampai koma
Febris
3. Pemeriksaan Fisik Malaise
Lidah tifoid (bagian tengah kotor, bagian pinggir
hiperemis
Meteorismus
Obstipasi/ diare
Splenomegali/ hepatomegali
29
Anamnesis
4. Kriteria Diagnosis Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
5. Diagnosis Demam Thypoid
1. Influenza 6. Malaria
6. Diagnosis Banding 2. Bronchitis 7. Sepsis
3. BronchoPneumonia 8. I.S.K
4. Gastroenteritis 9. Keganasan
5. Tuberculosa
Darah tepi
7. Pemeriksaan Penunjang - Anemia, pada umumnya terjadi karena supresi
sumsum tulang, defisiensi besi, perdarahan usus
- Leukopenia, namun jarang < 3000/ul
- Limfositosis relatif
- Trombositopenia, terutama pada demam tifoid
berat
- aneosinofilia
29
- Sefixime 10-15mg/kgBB/kali diberikan 2 kali sehari
per oral
- Aztreonam 50-70 mg/kg/kali, 2-4x/hari selama 5-7hr
- Azithromycin 5-10 mg/kg/kali, 1x/hari selama 5 hari
9. Edukasi sanitasi, imunisasi, makanan bergizi
Ad vitam : dubia ad bonam/malam
10. Prognosis Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
29
RU MAH
SAK IT
PANDUAN PRAKTEK KLINIS
ILMU ANAK
TAHUN 2019
JUANDA
Jl.Ir.H.Juanda No.207
KUNINGAN
Asma
29
ada, gerakan napas paradoksial
4. Kriteria Diagnosis Gejala klinis : batuk, sesak, mengi
5. Diagnosis Asma
Bronkiolitis
6. Diagnosis Banding Aspirasi benda asing
Tuberkulosis kelenjar
7. Pemeriksaan Penunjang Tes fungsi paru dilakukan pada anak usia > 6
tahun.
Pemeriksaan status alergi diperlukan untuk
kasus asma berat yang kemungkinan besar berhubungan
dengan alergi terhadap suatu allergen spesifik
• Tatalaksana di Unit Gawat Darurat
Serangan asma derajat ringan dan sedang
Nebulisasi dengan obat tunggal, yaitu beta agonis yang
dilakukan 2 kali dengan jarak 20 menit. Jika setelah dua
kali nebulisasi, observasi 1 jam bila membaik
dipulangkan.
Serangan asma berat
Nebulisasi awal langsung dengan menggunakan
kombinasi beta agonis dan antikolinergik dsertai
pemberian oksigen 2-4 L/menit
Serangan asma dengan ancaman henti nafas
8. Terapi • Tatalaksana di ruang rawat inap
O2
Steroid diberikan iv dengan cara bolus tiap 6-8
jam, dosis 0,5-1mg/kgBB/hr
Pemberian nebulisasi menggunakan kombinasi
beta agonis dan antikolinergik tiap 4-6 jam
Pemberian aminofilin sesuai dosis inisial dan
rumatan.
Dosis aminofilin inisial : 6-8 mg/kgBB yg
dilarutkan dlm dekstrosa atau NaCl fisiologis
sebanyak 20 mL diberikan dalam 20-30 menit
Dosis aminofilin rumatan : 0-5-1mg/kgBB/jam
Jaga kebersihan
9. Edukasi Hindari penyebab alergi
Makanan bergizi
Ad vitam : dubia ad bonam/malam
10. Prognosis Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
29
Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi C
13. Penelaah Kritis dr. H. Zainal A, Sp.A
dr. Swanty C, Sp.A
dr. Adhitya A.P, SpA
14. Indikator Medis kondisi pasien membaik
1. Kartasasmita CB. Epidemiologi asma anak. Dalam :
15. Kepustakaan Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB, penyunting.
Buku ajar respirologi anak. Edisi ke-1. Jakarta : Balai
penerbit IDAI; 2008. Hal 71-84, 120
2. Kementrian Kesehatan RI. Pedoman pengendalian
penyakit asma. Jakarta : Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia; 2009
29