Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN

ANAK USIA PRASEKOLAH

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Komunitas I
Dosen : Wahyudin S. Kep., Ners

Disusun oleh :

Teguh Fetra

210.C.0041

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SEMESTER VI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) MAHARDIKA CIREBON
Jl. Terusan Sekar Kemuning No. 199 Cirebon
2012

1
DAFTAR PUSTAKA

Soetjiningsih (1994), Tumbuh Kembang Anak, Bagian Kesehatan Anak FK Udayana, Jakarta.
EGC,

Soetjiningsih. (1995). Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC.

Supartini, Y. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC

2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat
dan hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
Komunitas 1 yang mengangkat judul “ Asuhan keperawatan keluarga dengan anak usia
prasekolah ” . Selanjutnya kami ucapkan terima kasih kepada ;

1. drg. H. Yono Supriyono, MARS,. MH., Kes., selaku Ketua STIKes Mahardika
Cirebon.
2. Dwiyanti Purbasari, S. Kep. Ners., selaku Ketua Prodi Keperawatan.
3. Ika Fadhilah,S.,Kep. Selaku dosen pembimbing
4. Wahyudin, S.,Kep. Ners selaku dosen mata kuliah komunitas I
5. Ibu dan Bapak kami yang selalu memberikan doa dan semangatnya kepada kami.
6. Rekan – rekan Keperawatan semester IV dan semua pihak yang tidak dapat kami
sebutkan satu persatu.

Kami sangat teliti dan berhati-hati dalam membuat makalah ini, agar menjadi
sempurna untuk para pembaca yang membutuhkannya. Tetapi kami hanyalah manusia biasa
yang mempunyai segala kekurangan.

Apabila terdapat kesalahan dalam pembuatan makalah ini kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Agar makalah ini menjadi lebih sempurna di mata para pembaca, kami pun
mengharapkan kritikan dan saran anda. Agar lebih baik dalam penyusunan di masa – masa
mendatang.

Penyusun

Cirebon, Juli, 2012

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1

A. Latar belakang......................................................................................................... 1
B. Rumusan masalah.................................................................................................... 2
C. Tujuan...................................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 3

A. Definisi keluarga...................................................................................................... 3
B. Tahap tumbuh kembang anak......................................................................................... 3
C. Fase perkembangan pada masa usia prasekolah.................................................................. 8
D. Tugas perkembangan keluarga dengan anak prasekolah......................................... 8
E. Faktor – faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak prasekolah .... 10
F. Masalah – masalah pada usia prasekolah........................................................................... 11
G. Hubungan keluarga ...................................................................................................... 16
H. Bimbingan selama fase prasekolah.................................................................................. 19
I. Stimulasi bermain untuk tumbuh kembang anak................................................................ 20

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN................................................................................... 23


BAB IV PENUTUP............................................................................................................... 30
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 30
B. Saran ....................................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
keterikatan aturan dan emosional serta individu mempunyai peran masing-masing
yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman: 1998). Keluarga sebagai pranata
social terkecil dalam masyarakat dan Negara selalu mencuri perhatian baik kalangan
pimpinan atau tokoh informasi maupun pemerintah. Banyak kejadian merisaukan
sekarang ini, seperti kenakalan remaja, kasus gizi kurang, selalu dikaitkan dengan
makin kurang berfungsinya pranata keluarga, antara lain dalam memfasilitsi tumbuh
kembang anak dan menanamkan nilai-nilai luhur seperti saling menghormati, cinta
kasih, toleransi, dan empati.

Anak merupakan bagian dari keluarga, sering dikatakan sebagai potret atau
gambaran dari orang tuanya saat masih kecil. Namun tidaklah demikian karena anak
merupakan individu tersendiri yang tumbuh dan berkembang secara unik dan tidak
dapat diulang setelah usia bertambah.

Pada anak usia prasekolah, anak mengalami lompatan kemajuan yang


menakjubkan. Tidak hanya kemajuan fisik tetapi juga secara sosial dan emosional.
Anak usia prasekolah ini sedang dalamproses awal pencarian jati dirinya. Beberapa
prilaku yang tidak ada, sekarang muncul. Secara fisik dan psikis usia ini adalah usia
yag rentan berbagai penyakitbdan menimbulkan masalah yang dapat mempengaruhi
tumbuh kembang anak jika kondisi kesehatan anak tidak ditangani secara baik oleh
praktisi kesehatan dan juga usaha-usaha pencegahan adalah yang tetap paling baik
dilakukan.

5
Keperawatan keluarga berkaitan erat dengan upaya keluarga mempunyai
kemampuan dalam menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan. Perawat dapat
menbantu keluarga dalam memecahkan masalah kesehatannya sehingga mencapai
keadaan keluarga yang optimal.

Suatu peran penting keluarga terkait dengan perawatan anak adalah peran
pengasuhan (parenting role), yang sama dalam menjalankan peran ini keluarga sangat
dipengaruhi oleh faktor usia orang tua, keterlibatan ayah atau suami dala pengasuhan
anak, latar belakang pendidikan orang tua, pengalaman sebelumnya dalam mengasuh
anak, stress yang dialami orang tua, dan hubungan suami istri. Berkaitan dengan
perawatan anak di rumah sakit, keluarga punya tugas adaptif, yaitu meneriama
kondisi anak, mengelola kondisi anak, memnuhi kebutuhan perkembangan anak,
memenuhi kebutuhan perkembangan keluarga, menghadapi stressor dengan positif,
membatu keluarga untuk mengelola perasaanyang ada,mendidik anggota keluarga
yang lain tentang kondisi anak yang sedang sakit, dan mengembangkan sisitem
dukungan social keluarga dengan anak prasekolah.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Mahasiswa mampu menerapkan konsep asuhan keperawatan keluarga dengan
anak prasekolah.
2. Tujuan Khusus :
1) Mahasiswa mampu menjelaskan definisi keluarga.
2) Mahasiswa mampu menjelaskan tahap tumbuh kembang anak usia
prasekolah.
3) Mahasiswa mampu menjelaskan tugas perkembangan keluarga dengan
anak prasekolah.
4) Mahasiswa mampu menjelaskan masalah-masalah pada anak usia
prasekolah.
5) Mahasiswa mampu menjelaskan bimbingan selama fase prasekolah.
6) Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan keluarga dengan
anak prasekolah.

C. Rumusan masalah

6
1. Bagaimana proses perkembangan prasekolah?
2. Apasajakah tugas prasekolah ?

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi keluarga
Menurut Friedman (1998)
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
keterikatan aturan dan emosional serta individual memepunyai peran masing-masing
yang merupakan bagian dari keluarga.
Menurut Sayekti (1994)
Keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara
orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau
seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri
atau adopsi, dan tinggal dalamsebuah rumah tangga.

Menurut Burgess dan Locke (1992)

Keluarga adalah unit sosial terkecil dari individu-individu yang diikat oleh
perkawinan (suami-istri), darah atau adopsi (orang tua-anak), dan dalam kasus keluarga
luas terlihat adanya nenek atau kakek dengan cucu.

B. Tahap tumbuh kembang anak usia prasekolah


1. Definisi tumbuh kembang pada anak
a. Pertumbuhan (Growth)
Berkembangan dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau
dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran
berat (kg/gr) atau ukuran panjang (meter/centimeter) (Soetjiningsih : 1998).
Perubahan ukuran atau nilai-nilai yang memberikan ukuran tertentu dalam
kedewasaan.

7
Menurut Whaley dan Wong, pertumbuhan sebagai suatu peningkatan
jumlah atau ukuran sel tubuh yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan
ukuran dan berat seluruh bagian tubuh (Supartini, Yupi : 2004).
b. Perkembangan (Development)
Menurut Whaley dan Wong, perkembangan manitik beratkan pada
perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling rendah ke
tingkat yang paling tinggi dan kompleks melalui proses maturasi dan
pembelajaran ( Supartini, Yupi: 2004).
Perkembangan adalah pertambahan kemampuan struktur dan fungsi tubuh
yang lebih komleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai
hasil dari proses pematangan ( Soetjiningsih : 1998).

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan


1. Faktor Intrinsik
Faktor instrinsik yang mempengaruhi kegagalan berkembang
terutama berkaitan dengan terjadinya penyakit pada anak, yaitu:
1) Kelainan kromosom (misalnya sindroma Down dan sindroma
Turner).

2) Kelainan pada sistem endokrin, misalnya kekurangan hormon


tiroid, kekurangan hormon pertumbuhan atau kekurangan
hormon lainnya

3) Kerusakan otak atau sistem saraf pusat yang bisa menyebabkan


kesulitan dalam pemberian makanan pada bayi dan
menyebabkan keterlambatan pertumbuhan

4) Kelainan pada sistem jantung dan pernafasan yang bisa


menyebabkan gangguan mekanisme penghantaran oksigen dan
zat gizi ke seluruh tubuh

5) Anemia atau penyakit darah lainnya

8
6) Kelainan pada sistem pencernaan yang bisa menyebabkan
malabsorbsi atau hilangnya enzim pencernaan sehingga
kebutuhan gizi anak tidak terpenuhi

Menurut Soetjiningsih secara umum terdapat dua faktor yang


mempengaruhi tumbuh kembang anak yaitu faktor genetik
(instrinsik) dan faktor lingkungan (ekstrinsik). Faktor genetik
merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh
kembang anak. Faktor ini adalah bawaan yang normal dan
patologis, jenis kelamin, suku bangsa / bahasa, gangguan
pertumbuhan di negara maju lebih sering diakibatkan oleh faktor
ini, sedangkan di negara yang sedang berkembang, gangguan
pertumbuhan selain di akibatkan oleh faktor genetik juga faktor
lingkungan yang kurang memadai untuk tumbuh kembang anak
yang optimal.
2. Faktor Ekstrinsik
Yang merupakan faktor ekstrinsik:
a. Faktor psikis dan sosial (misalnya tekanan emosional akibat
penolakan atau kekerasan dari orang tua).
b. Depresi bisa menyebabkan nafsu makan anak berkurang. Depresi
bisa terjadi jika anak tidak mendapatkan rangsangan sosial yang
cukup, seperti yang dapat terjadi pada bayi yang diisolasi dalam
suatu inkubator atau pada anak yang kurang mendapatkan
perhatian dari orang tuanya.
c. Faktor ekonomi (dapat mempengaruhi masalah pemberian
makanan kepada anak, tempat tinggal dan perilaku orang tua).
Keadaan ekonomi yang pas-pasan dapat menyebabkan anak tidak
memperoleh gizi yang cukup untuk perkembangan dan
pertumbuhannya.
d. Faktor lingkungan (termasuk pemaparan oleh infeksi, parasit atau
racun).
Lingkungan merupakan faktor yang menentukan tercapai atau
tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan
memungkinkan tercapainya potensi bawaan sedangkan lingkungan

9
yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan ini
merupakan lingkungan “bio-psiko-fisiko-sosial” yang
mempengaruhi individu setiap hari, mulai dari konsepsi sampai
akhir hayatnya.
3. Faktor Pendukung
Faktor – faktor pendukung perkembangan anak, antara lain :
1) Terpenuhi kebutuhan gizi pada anak tersebut

2) Peran aktif orang tua

3) Lingkungan yang merangsang semua aspek perkembangan anak

4) Peran aktif anak.

5) Pendidikan orang tua (Soetjiningsih, 1998).

Mencakup aspek-aspek lain dari deferensiasi bentuk termasuk perubahan emosi atau
sosial yang sangat ditentukan oleh interaksi dengan lingkungan

a) Pertumbuhan dan perkembangan anak prasekolah


1) Pertumbuhan
Beberapa aspek pertumbuhan fisik terus menjadi stabil dalam tahun
prasekolah. Waktu rata-rata denyut jantung dan pernapasan menurun
hanya sedikit mendekati 90x/menit dan pernapasan 22-24x/menit. TD
meningkat sedikit ke nilai rata-rata 95/58mmH. Berat badan anak
meningkat kira-kira 2,5 kg per tahun, berat rata-rata pada usia 5 tahun
adalah kira-kira 21 kg, hampir 6 kali berat badan lahir.
Prasekolah bertumbuh 2-3 inci per tahun, panjang mereka menjadi dua
kali lipat panjang lahir pada usia 4 tahun,dan berada pada tinggi rata-rata
43 inci pada ulang tahun kelima mereka. Perpanjangan tungkai kaki
menghasilkan penampilan yang lebih kurus. Kepala sudah mencapai
90% dari ukuran orang dewasa pada ulang tahun ke enam. Perbedaan
kecil terjadi antara jenis kelamin, walaupun anak laki-laki sedikit lebih
besar dengan lebih banyak otot dan kurang jaringan lemak. Kekurangan
nutrisi umunya terjadi pada anak-anak berusia dibawah 6 tahun adalah

10
kekurangan vitamin A dan C serta zat besi. Konsumsi karbohidrat dan
lemak dalam jumlah yang sangat besar dari makanan yang berlemak bisa
menimbulkan kegemukan dan menjadikan anak prasekolah dalm kondisi
sangat lapar. Orang tua dan penberi pelayanan perlu membuat asaha
secara sadar untuk membantu anak prasekolah mengembangkan
kebiasaan makan yang sehat dan mencegah defisiensi dan kelebihan.

2) Perkembangan
a. Rasa keingintahuan tentang hal-hal yang berada dilingkungan semakin
besar dan dapat mengembangkan pola sosialisasinya.
b. anak sudah mulai mandiri dalam merawat diri sendiri, seperti mandi,
makan, minum, menggosok gigi, BAK, dan BAB.
c. Mulai memahami waktu.
d. Penggunaan tangan primer terbentuk.

Perkembangan psikososial ( Eric Ericson )

Fase perkembangan psikososial pada anak usia prasekolah adalah


inisiatf melawan rasa bersalah. Perkembangan ini diperoleh dengan cara
mengkaji lingkungan melalui kemampuan bereksplorasi terhadap
lingkungannya. Anak belajar mengendalikan diri dan memanipulasi
lingkungan. Inisiatif berkembang dengan teman sekelilingnya.
Kemampuan anak berbahasa meningkat. Anak mulai menuntut untuk
melakukan tugas. Hasil akhir yang diperoleh adalah menghasilkan suatu
prestasinya.

Perasaan bersalah akan timbul pada anak jika anak tidak mampu
berpretasi. Rasa bersalah dapat menyebabkan anak kurang bersosialisasi,
lebih marah, mengalami regresi, yaitu kembali ke perkembangan
sebelumnya, misalnya mengompol dan menghisap jempol.

Perkembangan kognitif ( Jean Piaget )

11
Fase berkembangan kognitif anak usia prasekolah adalah fase
praoperasional. Karakteristik utama perkembangan intelektual tahap ini
didasari sifat egosentris. Pemikiran di dominasi oleh apa yang dilihat,
dirasakan dan dengan pengalaman lainnya.

Perkembangan Moral ( Kahlberg )

Fase perkembangan moral pada anak usia prasekolah memasuki fase


prekonvensional. Anak belajar baik dan buruk, benar dan salah
melalui budaya sebagai dasra peletakan nilai moral.

C. Fase Perkembangan Pada Masa Usia Pra Sekolah


Pada masa usia pra sekolah ini dapat diperinci lagi menjadi 2 masa, yaitu masa vital
dan masa estetik.
1. Masa Vital
Pada masa ini, individu menggunakan fungsi-fungsi biologis untuk
menemukan berbagai hal dalam dunianya. Untuk masa belajar, Freud
menamakan tahun pertama dalam kehidupan individu ini sebagai masa oral,
karena mulut dipandang sebagai sumber kenikmatan. Anak memasukkan apa
saja yang dijumpai ke dalam mulutnya, tidaklah karena mulut merupakan
sumber kenikmatan utama tetapi karena waktu itu mulut merupakan alat untuk
melakukan eksplorasi dan belajar (Elizabeth B. Hurlock, 1999).
Pada tahun kedua telah belajar berjalan, dengan mulai berjalan anak
akan mulai belajar menguasai ruang. Mula-mula ruang tempatnya saja,
kemudian ruang dekat dan selanjutnya ruang yang jauh. Pada tahun kedua ini
umumnya terjadi pembiasaan terhadap kebersihan (kesehatan). Melalui latihan
kebersihan ini, anak belajar mengendalikan impuls-impuls atau dorongan-
dorongn yang datang dari dalam dirinya (umpamanya buang air kecil dan air
besar) (Elizabeth B. Hurlock, 1999).
2. Masa Estetik
Pada masa ini dianggap sebagai masa perkembangan rasa keindahan. Kata
estetik disini dalam arti bahwa pada masa ini perkembangan anak yang terutama
adalah fungsi panca inderanya. Pada masa ini, panca indera masih peka karena
itu Montessori menciptakan bermacam – macam alat permainan untuk melatih
panca inderanya (Yusuf, 2001: 69).
12
D. Tugas perkembangan keluarga dengan anak usia prasekolah
Havighurst (1961) mengartikan tugas perkembangan adalah merupakan suatu tugas
yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas
itu dapat berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam
menuntaskan tugas berikutnya, sementara apabila gagal maka akan menyebabkan ketidak
bahagiaan pada diri individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat
dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya.
Tugas perkembangan ini berkaitan dengan sikap, perilaku atau keterampilan yang
seyogyanya dimiliki oleh individu sesuai dengan usia atau fase perkembangan-nya,
seperti tugas yang berkaitan dengan perubahan kematangan, persekolahan, pekerjaan,
pengalaman beragama dan hal lainnya sebagai prasyarat untuk pemenuhan dan
kebahagiaan hidupnya. Tugas-tugas perkembangan pada usia 0 sampai 6 tahun adalah
sebagai berikut :
1. Belajar berjalan
2. Belajar memakan makanan padat
3. Belajar berbicara
4. Belajar buang air kecil dan buang air besar
5. Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin
6. Mencapai kestabilan jasmaniah fisiologis
7. Membentuk konsep-konsep (pengertian) sederhana kenyataan sosial dan alam.
8. Belajar mengadakan hubungan emosional dengan orang tua, saudara / orang lain
9. Belajar mengadakan hubungan baik dan buruk (mengembangkan kata hati).

Menurut Elizabeth Hurlock (1999) tugas-tugas perkembangan anak usia 4 - 5 tahun


adalah sebagai berikut:
1. Mempelajari ketrampilan fisik yang diperlukan untuk permainan yang umum
2. Membangun sikap yang sehat mengenal diri sendiri sebagai mahluk yang sedang
tumbuh.
3. Belajar menyesuaikan diri dengan teman seusianya.
4. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat.
5. Mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dasar untuk membaca, menulis dan
berhitung.

13
6. Mengembangkan penngertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-
hari.
7. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral dan tingkatan nilai .
8. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-
lembaga.
9. Mencapai kebebasan pribadi

Suherman (2000) menjelaskan secara ringkas tugas-tugas perkembangan anak


usia 4 - 5 tahun sebagai berikut:
1. Berdiri dengan satu kaki (gerakan kasar).
2. Dapat mengancingkan baju (gerakan halus)
3. Dapat bercerita sederhana(bahasa bicara dan kecerdasan)
4. Dapat mencuci tangan sendiri (bergaul dan mandiri)
E. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang
Pola pertumbuhan dan perkembangan secara normal antara anak yang satu dengan
yang lainnya pada akhirnya tidak selalu sama, karena dipengaruhi oleh interaksi banyak
faktor. Menurut Soetjiningsih (2002), faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang,
yaitu:
1. Faktor dalam (internal):
a. Genetika
Perbedaan ras, etnis, atau bangsa
Tinggi badan orang Eropa akan berbeda dengan orang Indonesiaatau bangsa
lainnya, dengan demikian postur tubuh tiap bangsa berlainan.
b. Keluarga
Ada keluarga yang cenderung mempunyai tubuh gemuk atau perawakan pendek
c. Umur
Masa prenatal, masa bayi, dan masa remaja merupakan tahap yang mengalami
pertumbuhan cepat dibandingkan dengan masa lainnya.
d. Jenis kelamin
Wanita akan mengalami pubertas lebih dahulu dibandingkan laki-laki
e. Kelainan kromosom : Dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan, misalnya
sindrom down.
Pengaruh hormon

14
Pengaruh hormon sudah terjadi sejak masa prenatal, yaitu saat janin berumur
empat bulan. Pada saat itu terjadi pertumbuhan yang cepat. Hormon yang
berpengaruh terutama adalah hormon pertumbuhan somatotropin yang
dikeluarkan oleh kelenjar pituitari. Selain itukelenjar tiroid juga menghasilkan
kelenjar tiroksin yang berguna untuk metabolisme serta maturasi tulang, gigi, dan
otak.

2. Faktor lingkungan
Faktor kelompok yang dapat berpengaruh dikelompokkan menjadi tiga, yaitu
pranatal, kelahiran, dan pascanatal.
3. Faktor pranatal
a. Gizi, nutrisi ibu hamil akan mempengaruhi pertumbuhan janin, terutama
selama trimester akhir kehamilan
b. Mekanis, posisi janin yang abnormal dalam kandungan dapat menyebabkan
kelainan conginetal, misalnya club foot
c. Toksin, zat kimia, radiasi
d. Kelainan endokrin
e. Infeksi TORCH atau penyakit menular sesksual
f. Kelainan imunologi
g. Psikologis ibu
4. Faktor kelahiran
Riwayat kelahiran dengan vakum ekstraksi atau forcep dapat menyebabkan trauma
kepala pada bayi sehingga beresiko terjadinya kerusakan jaringan otak.
5. Faktor pascanatal
Seperti lainnya pada masa prenatal, faktor yang berpengaruh terhadap TUMBANG
anak adalah gizi, penyakit kronis/ kelainan konginetal, lingkungan fisik dan kimia,
psikologis, endokrin, sosioekonomi, lingkungan pengasuhan, stimulasi, dan obat-
obatan
F. Masalah-masalah pada anak usia prasekolah
1. Masalah kesehatan
Masalah kesehatan yang sering muncul pada anak prasekolah seperti; diare, cacar air,
difteri, dan campak.

No Masalah/ Penyakit Manajemen Teraupetik DanPertimbangan

15
Komplikasi Keperawatan
1. Diare (Gastroenterologi)Komplikasi:  a. Memberikan
Agen pembuka: bakteri  Dehidrasi cairan 
dan virus.   Renjatan hipovolemik
b. Diatetik
Sumber: makanan basi,  Hypocalanta
(pemberian
beracun, alergi terhadap  Intoleransi laktosa makanan)
makanan. sekunder

Masa inkubasi: BAB > 3  Kejang


x 24 jam
 Malnutrisi energi
MK: anak menangis, protein
gelisah, suhu tubuh
Obat:
meninggi, BAB cair
kadang disertai darah dan  Anti sekresi
lendir  Anti spasmolitik

 Pengeras tinjs

Antibiotik
2. Varicela (cacar air)  Kekhususan: biasanya tidak a. Lakukan isolasi
ada agen anti viral (ecyclovir) ketat di RS 
Agen pembawa:
untuk resiko tinggi anak
Variacell  Zooster
terinfeksi, Varicella Zooster
imonoglobin (VZIG) setelah b. Isolasi anak di
Sumber: sekresi primer
pembukaan pada anak yang rumah sampai
saluran pernafasan dan
beresiko tinggi.  vasikel mengering
organ terinfeksi, pada
(biasanya 1
tingkatan lesi kulit yang
Obat: Diphenhidramin,
minggu setelah
lebih rendah
hydoklorida, atau anti histamin
terinfeksi) dan
untuk menghilangkan gatal
Transmisi: terkontaminasi isolasi anak yang
oleh objek penularan. beresiko tinggi
Perawatan kulit untuk
infeksi
pencegahan infeksi bakteri
Masa inkubasi: 2-3
minggu/ 13-17 hari

16
c. Beri perawatan
Masa penularan:kedua.
kulit: mandi dan
biasanya 1 hari setelah
berganti pakaian
Komplikasi:
erupsi lesi (masa awal)
setisp hari, oleskan
sampai 5 hari setelah
 Infeksi pada tahap kedua lation.
banyak muncul vesikel
(bisu,  selulitis,
ketika kerak kulit
pnemoni, sepsis) d. Mengurangi gatal-
terbentuk.
 Encephalitis gatal.

MK:  Varicela pnemoni


e. Hindari mengupas
Tahap awal: demam  Peredaran varicela kulit kerak yang
ringan, malaise, anoreksia, menggosok dan
 Kronik atau tranesien
pertama kali ruam dan membuat iritasi.
trombositopenia
gatal, muncul makula,
dengan cepat berkembang
menjadi papula dan
menjadi vesikel
(dikelilingi oleh dasar
eritematosus menjadi
gelembung, mudah pecah
dan membentuk kerak).
Ketiga tahapan (papula,
vesikel, dan kerak kulit)
hadir dalam tingkatan
berbeda dalam waktu yang
sama.

Distribusi: sentrifetal,
menyebar ke wajah dan
tubuh, tapi jarang pada
tungkai dan lengan.

Gejala: elevasi suhu dari


limfade nopaty, iritasi dari

17
gatal-gatal.
3 Difhteria   Antitoksin (biasanya a. Lakukan isolasi
melalui intravena ketat di rumah
Manifestasi klinis:
diawali dengan test kulit sakit.
dan konjungtiva untuk b. Berpartisipasi pada
Bervariasi menurut lokasi
mengetes sensitifitas test sensitifitas;
anatomi Pseudomembran
terhadap serum) beri epineprin jika
Nasal : ada
 Antibiotik (penisillin
c. Beri antibiotik,
Menyerupai flu, nasal atau erythromycin).
amati sensitifitas
mengeluarkan serosan  Bedrest total terhadap penisilin
guineous mukous purulent (pencegahan d. Gunakan suction
tanpa gejala-gejala pokok: miokarditis) jika perlu
tampak seperti epitaksis.
e. Beri perawatan
 Tracheostomy untuk
komplit untuk
Tonsilar pharingeal : penahambatan jalan
memperoleh
udara.
Malaise, anorexia, bedrest.
tenggorokan sakit, sedikit  Perawatan carrier dan f. Atur kelembaban
demam, pulse meningkat kontak terhadap orang untuk pencairan
dari yang diharapkan yang terinfeksi. optimum sekresi.
selama 24 jam, membran g. Amati respirasi
Komplikasi :
melembut, putih atau abu- untuk tanda-tanda
abu; timbulnyaMiokarditis (minggu ke 2) penghambatan
limfadenitis jikaNeuritis
penyakitnya parah timbul
toximea, septik syok, dan
meninggal dalam 6-10
hari.

Lharyngeal :

Demam : serak, batuk,


tanpa ada tanda awal,
potensial penghambatan

18
jalan udara, gelisah,
cyanosis, retraksi
dyspniec.
4. Rubeola (campak)  Tidak ada perawatan lain yang a. Yakinkan orangtua
perlu kecuali antipiretik untuk bahwa vesikel-
Agen pembawa :
demam dan analgesik untuk vesikel adalah suatu
nyeri.  proses panyakit
Virus
yang alami pada
Komplikasi :
Sumber : anak-anak yang
terinfeksi. 
Jarang terjadi (arthritis,
Sekresi saluran nafas,
b. Gunakan sentuhan
enchepalitis, atau purpura);
darah dan urine dari orang
lembut jika
penyakit-panyakit menular yang
yang terinfeksi.
diperlukan.
sering dijumpai pada masa
c. Jauhkan anak dari
Transisi : anak-anak; bahaya terbesar
wanita hamil
adalah efek teratogenik pada
Kontak langsung dengan
janin.
orang yang terinfeksi.

Masa inkubasi :

10-20 hari

Periode penularan :

Dari 4-5 hari setelah ruam-


ruam muncul tetapi
terutama selama tahapan
awal (catharal).

Manifestasi klinis :

Fase prodromal:

Tidak dijumpai pada anak-


anak, namun dijumpai
pada orang remaja dan

19
dewasa yang ditandai
dengan demam ringan,
sakit kepala, malaise,
anorexia, konjungtivitis
ringan, coryza, sakit
kerongkongan, batuk, dan
limfadenofaty. Paling
sedikit 1-5 hari,
menghilang 1 hari setelah
terjadinya ruam.

Ruam :

Pertama kali muncul di


wajah dan dengan segera
menyebar ke leher, lengan
batang tubuh dan kaki.
diakhiri dari pertama
ditutupi dengan bercak-
bercak kemerahan makulo
pupalar, biasanya hilang
pada hari ketiga

Tanda dan gejala :

Demam ringan yang


muncul kadang-kadang,
sakit kepala, malaise dan
limfadenopaty.

G. Hubungan keluarga
Pada usia prasekolah biasanya anak merasa cemburu dengan kehadiran anggota keluarga
baru (adik). Anak merasa tidak diperhatikan lagi oleh orang tua sehingga anak sering
membuat olah untuk mendapatkan perhatian orang tua.
20
1. Bahaya fisik
a. Kecelakaan
Kecelakaan terjadi akibat keinginan anak untuk bermain yang menghasilkan
ketrampilan tertentu. Meskipun tidak meninggalkan bekas fisik namunkecelakaan
dianggap sebagai kegagalan dan anak lebih bersikap hati-hati akan berbahaya
bagi psikologisnya sehingga anak akan takut terhadap kegiatan fisik. Jika hal ini
terjadi bisa berkembang menjadi masa malu.
b. Keracunan
Pada dasarnya usia prasekolah suka mencoba segala sesuatu yang dia lihat tanpa
mengetahui apakah itu berbahaya atau tidak.
2. Bahaya Psikologis
Perasaan bersalah akan timbul pada anak jika anak tidak mampu berprestasi. Rasa
bersalah dapat menyebabkan anak kurang bersosialisasi, lebih pemarah, mengalami
regresi, yaitu kembali ke perkembangan sebelumnya, misalnya mengompol dan
menghisap jempol.
a. Gangguan tidur
Mimpi buruk adalah mimpi menakutkan yang terjadi selama tidur REM (rapid
eye movement). Seorang anak yang mengalami mimpi buruk biasanya akan
benar-benar terbangun dan dapat mengingat kembalimimpinya secara terperinci.
Mimpi buruk yang terjadi sewaktu-waktu adalah hal yang normal, dan satu-
satunya tindakan yang perlu dilakukan orang tua adalah menenangkan anak.
Tetapi mimpi buruk yang sering terjadi adalah abnormal dan bisa menunjukkan
masalah psikis. Pengalamam yang menakutkan (termasuk cerita menakutkan atau
film tentang kekerasan di televisi) bisa menyebabkan terjadinya mimpi buruk.
Hal ini terutama sering ditemukan pada anak-anak yang berumur 3-4 th, karena
mereka belum bisa membedakan antara khayalan dan kenyataan. Teror dimalam
hari adalah suatu keadaan dimana sesaat setelah tertidur anak setengah terbangun
dengan kecemasan yang luar biasa. Anak tidak dapat mengingat kembali apa
yang atelah dialaminya.

Tidur sambil berjalan adalah suatu keadaan dimana dalam keadaan


tertidur anak bengkit dsari tempat tidurnya dan berjalan-jalan. Teror dimalam hari
dan tidur sambil berjalan biasanya berlangsung selama tidur dalam (Non REM)
dan terjadi dalam 3 jam pertama setelah anak tertidur. Tiap episode berlangsung

21
dari beberapa detik sampai beberapa menit. Teror dimalam hari sifatnya dramatis
karena nak menjerit-jerit dan panik, keadaan ini paling sering ditemukan pada
anak yang berumur 3-8 th.

Untuk anak yang susah tidur bisa dilakukan beberapa tindakan berikut:

1. Ajak anak kembali ketempat tidurnya.


2. Berikan cerita yang pendek.

3. Tawari untuk ditemani oleh boneka atau selimut kesayangannya.

4. Gunakan lampu redup.

5. Masalah Pelatihan Buang Air (Toileting)

Pelatihan buang air besar biasanya mulai dilakukan pada saat anak berumur 2-3
tahun, sedangkan pelatihan buang air kecil dilakukan pada umur 3-4 tahun.
Pada umur 5 tahun, kebanyakan anak sudah dapat melakukan buang air sendiri;
melepas pakaian dalamnya sendiri, membersihkan dan mengeringkan penis,
vulva maupun anusnya sendiri serta kembali memakai pakaian dalamnya
sendiri. Tetapi sekitar 30% anak berusia 4 th dan 10% anak berusia 6 th masih
mengompol pada malam hari.

Cara terbaik untuk menghindari masalah pelatihan buang air (toilet training)
adalah denganm mengenali kesiapan anak. Adapun tanda dari kesiapan anak
adalah:

a. Selama beberapa jam pakaian dalamnya masih kering.


b. Anak menginginkan pakaian dalamnya diganti jika basah.

c. Anak menunjukkan ketertarikannya untuk duduk di atas Potty Chair (pispot


khusus untuk anak-anak) atau diatas toilet (jamban, kakus).

d. Anak mampu mengikuti petunjuk atau aturan lesan yang sederhana.

Kesiapan anak biasanya terjadi pada usia 24-36 bln.

22
Metode toilet training yang banyak digunakan adalah metode timing.
Anak yang tampaknya sudah siap diperkenalkan kepada potty chair dan secara
bertahap diminta untuk duduk diatasnya sebentar saja dalam keadaan berpakaian
lengkap. Kemudian anak diminta untuk melepaskan pakaian dalamnya sendiri,
lalu duduk di atas potty chair selama tidak lebih dari 5-10 mnt. Hal itu
dilakukan sambil ibu memberikan penjelasan bahwa swkarang sudah saatnya
anak untuk melakukan BAB/BAK ditempatnya (maksudnya pada potty
chair/kloset) buka di pakaian dalam atau popok. Jika Anak sudah bisa
melakukannya, ibu boleh memberikan pujian ataupu hadiah. Tetapi jika anak
belum bisa melakukannya, ibu sebaiknya tidak memarahi ataupun  menghukum
anak. Metode timing efektif untuk anak-anak yang memiliki jadwal BAB/BAK
yang teratur.

Metode toilet training lainnya menggunakan boneka sebagai alat bantu.


Kepada anak yang sudah siap diajarkan cara-cara toilet training dengan
menggunakan boneka sebagai model. Ibu memberikan pujian kepada boneka
karena pakaian dalamnya kering dan telah berhasil melewati setiap proses toilet
training. Kemudian ibu meminta anak untuk menirukan proses toliet training
dengan bonekanya secara berulang-ulang, anak juga diajari untuk memuji
bunekanya. Selanjutnya anak menirukan apa yang telah dilakukan oleh
bonekanya dan ibu memberikan pujian kepada anak. Jika anak tetap bertahan
duduk di toilet sebaiknya diangkat dan toilet training dicoba kembali setelah
anak makan. Tetepi jika hal ini berlangsung selama beberapa hari sebaiknya
tolet traing ditunda selama beberapa minggu.

Sangat penting untuk memberika pujian kepada anak yang telah berhasil
melakukan toilet training. Setelah pola BAB/BAK stabil secara perlahan pujian
mulai dikurangi. Memaksa anak untuk BAB/BAK di toilet dengan kekerasan
tidak efektif dan bisa menyebabkan ketegangan pada hubungan ibu-anak.

H. Bimbingan selama fase prasekolah


1. Usia 3 tahun

1. Persiapkan orang tua untuk peningkatan ketertarikan anak dalam hubungan


yang lebih luas.

23
2. Anjurkan orang tua untuk mendaftarkan anak ke play group atau TK.

3. Tekankan tentang pentingnya pengaturan waktu.

4. Anjurkan orang tua untuk menawarkan pilihan-pilihan ketika anak sedang


ragu/bimbang.

5. Perubahan pada anak usia 3.5 th : anak akan menjadi kurang koordinasi,
gelisah dan menunjukkan perubahan tingkah laku, seperti bicara gagap.

6. Orang tua harus memberikan perhatioan yang ekstra sebagai refleksi dari
kegelisahan emosi anak dan rasa takut anak kehilangan kasih sayang orang
tua.

7. Ingatkan orang tua tentang keseimbangan yang telah dicapai pada usia 3 th
akan berubah menjadi tingkah laku yang agresif pada usia 4 th.

8. antisipasi tentang adanya perubahan nafsu makan, seleksi makanan anak.

9. Tekankan tentang perlunya perlindungan dan pendidikan untuk mencegah


cedera.

10. Usia 4 tahun

1. Persiapkan pada tingkah laku anak yang lebih agresif, termasuk


aktifitas motorik dan penggunaan bahasa-bahasa yang
mengejutkan.

2. Eksplorasi perasaan oreng tua berkenaan dengan tingkah laku anak.

3. Masukkan anak ke TK

4. Persiapkan untuk peningkatan keingintahuan anak tentang seks

5. Tekankan tentang pentingnya menanamkan disiplin pada anak

6. Anjurkan orang tua untuk melatih anak berenang jika belum


dilakukan diusia sebelumnya

11. Usia 5 tahun

1. Masa tenang pada anak

24
2. Siapkan anak untuk memasuki lingkungan sekolah

3. Pastikan kelengkapan imunisasi lingkungan sekolah

I. Stimulasi bermain untuk tumbuh kembang anak


a. Definisi bermain
Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarelauntuk memperoleh
kesenangan/ kepuasan. Bermain merupakan cermin kemampuan fisik, intelektual,
emosional, dan sosial. Bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena
bermain, anak akan berkata-kata (berkomunikasi), belajar menyesuaikan diri
dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan mengenal waktu,
jarak, serta suara. (Wong, 2000)
b. Fungsi permainan pada anak
Fungsi utama bermain adalah menstimulasi perkembangan anak, antara lain:

1. Perkembangan sensori-motorik
2. Perkembangan intelektual

3. Perkembangan sosial

4. Perkembangan kreativitas

5. Perkembangan kreasi diri

6. Perkembangan moral

7. Bermain sebagai terapi

8. Tujuan bermain

Melalui fungsi yang terurai diatas pada prinsipnya bermain mempunyai tujuan
sebagai berikut:

1. Untuk melanjutkan tumbang yang normal pada saat sakit anak mengalami
gangguan dalam tumbang.
2. Mengekspresikan perasaan, keinginan dan fantasi serta idenya.
3. Mengembangkan kreatrifitas dan kemampuan menyelesaikan masalah.
Permainan akan menstimulasi daya pikir, imajinasi, dan fantasinya untuk

25
menciptakan sesuatu seperti yang ada dalam pikirannya pada saat melakukan
permainan anak akan dihadapkan pada masalah dalam konteks permainannya,
semakin lama ia bermain dan semakin tertantang untuk dapat
menyelesaikannya dengan baik.
4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat di RS.
Stress yang dialami anak di RS tidak dapat dihindarkan sebagai mana juga
yang dialami orang tuanya untuk itu yang penting adalah bagaimana
menyiapkan anak dan orang tua untuk dapat beradaptasi denga stresor yang
dialaminya di RS secara efektif.

c. Alat dan jenis permainan yang cocok untuk anak usia prasekolah (>3-6 th)
Sejalan denga tumbangnya anak prasekolah mempunyai kemampuan motorik
kasar dan halus yang lebih matang daripada anak usia toddler. Anak sudah lebih
aktif, kreatif dan imajinatif. Demikian juga kemampuan berbicara dan berhubungan
sosial dengan temannya semakin meningkat.
Oleh karena itu jenis permainan yang sesuai adalah asosiatif play, dramatik
play dan skill play. Anak melakukan permainan bersama-sama dengan temannya
denga komunikasi yang sesuai dengan kemampuan bahasanya. Anak juga sudah
mampu memainkan peran orang tertentu yang diidentifikasikannya seperti ayah, ibu
dan bapak atau ibu gurunya. Permainan yang menggunakan kemampuan motorik
(skill play) banyak dipilih anak prasekolah. Untuk itu jenis alat pewrmainan yang
diberikan pada anak, misal: sepeda, mobil-mobilan, alat olah raga, berenang dan
permainan balok-balok besar, dll.

26
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Pengkajian yang berhubungan dengan keluarga
a. Identitas
1) Nama pasien
Dimaksudkan agar dapat mengenali klien sehingga mengurangi
kekeliruan dengan pasien lain.
2) Umur
Mengetahui umur pasien sehingga dapat mengklarifikasi adanya faktor
resiko pada epilepsi karena faktor umur dapat dijadikan bahan
pertimbangan dalam penatalaksanaan untuk epilepsi.
3) Agama dan suku bangsa

27
Mengetahui kepercayaan dan adat istiadat pasien dan keluarga sehingga
dapat mempermudah dalam melaksanakan tindakan sesuai dengan
agama dan kepercayaan dari pasien dan keluarganya.
4) Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman dari anggota
keluarga terutama orang tua dalam memberi informasi perencanaan
pulang bagi anak sekolah dengan masalah kesehatan epilepsi.
5) Komposisi keluarga
Dimaksudkan untuk mengetahui silsilah dari beberapa generasi, apakah
terdapat anggota keluarga yang terkena penyakit yang serupa/penyakit
turunan.
6) Tipe keluarga
Pengkajian tipe keluarga dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar
perhatian dan peraswatan yang diberikan pada anggota atau anak yang
mengalami sakit.
7) Pekerjaan
Mengetahui tingkat ekonomi keluarga pasien. Hal ini perlu dikaji untuk
mengetahui kesanggupan keluarga untuk memodifikasi proses
penyembuhan penyakit pada anak dan pemanfaatan sarana kesehatan
bagi anak yang sakit.
8) Alamat
Untuk megetahui pasien tinggal dimana dan untuk menghindari
kekeliruan bila ada dua orang pasien dengan nama yang sama serta
untuk keperluan kunjungan rumah bila diperlukan.
9) Aktivitas rekreasi keluarga
10) Untuk mengetahui seberapa jauh keluarga memenfaatkan aktifitas
rekreasi keluarga yang digunakan untuk menghilangkan kepenatan
dalam kehidupan sehari-harinya.

 Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini.

2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi.

28
3. Riwayat keluarga inti.

4. Riwayat keluarga sebelumnya.

 Lingkungan

1. Karakteristik rumah.

2. Karakteristik lingkungan.

3. Mobilitas keluarga.

4. Hubungan keluarga dengan lingkungan.

5. Sistem sosisl yang mendukung.

 Struktur keluarga

1. Pola komunikasi.

2. Pengambilan keputusan.

3. Peran anggota keluarga.

4. Nilai-nilai yang berlaku di keluarga.

5. Pengkajian yang berhubungan dengan anak usia sekolah

1. Identitas anak.

2. Riwayat kehamilan sampai kelahiran.

3. Riwayat kesehatan bayi sampai saat ini.

4. Kebiasaan saat ini (pola perilaku dan kegiatan sehari-


hari).

5. Tumbang saat ini (termasuk kemampuan yang dicapai).

6. Pemeriksaan fisik.

Pengkajian data fokus meliputi:

29
1. Bagaimana karakteristik teman bermain.
2. Bagaimana lingkungan bermain.

3. Berapa lama anak menghabiskan waktunya di sekolah.

4. Bagaimana stimulasi terhadap tumbang anak dan adakah sarana yang


dimiliki.

5. Bagaimana temperamen anak saat ini.

6. Bagaimana pola anak jika menginginkan suatu barang.

7. Bagaimana pola orang tua menghadapi permintaan anak.

8. Bagaimana prestasi yang dicapai anak saat ini.

9. Kegiatan apa yang diikuti anak selain di sekolah.

10. Sudahkah anak memperoleh imunisasi ulangan selain di sekolah.

11. Pernahkah mendapat kecelakaan selama di sekolah atau di rumah saat


bermain.

12. Adakah penyakit yang muncul dan dialami anak selama masa ini.

13. Adakah sumber bacaan lain selain buku sekolah, apa jenisnya.

14. Bagaimana pola anak memanfaatkan waktu luang.

15. Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarganya.

Seorang ibu membawa anaknya (An. T)  yang berusia 5 tahun ke puskesmas dengan keluhan
anak BAB encer dan buang air besar lebih dari 8 kali dalam 10 jam terakhir dan di sertai gatal
gatal anak lemas dan tidak mau makan dari hasil pemeriksaan di dapat TTV anak tidak
normal /kurang dari normal dan pada kulit anak di temukan bercak putih,jamur pada kulit
punggung .dari penuturan ibu,bahwa anaknya hipeeraktif dalam beraktivitas,dan lingukungan
rumah dari ibu berada dekat dengan sungai yaitu 50 meter sehingga sebagian besar aktifitas
warga di sekitar termasuk ibu penderita d lakukan di sungai tersebut seperti menycuci,mandi
dll.

DATA FOKUS MASALAH ETIOLOGI

30
DO: BAB encer  Gangguan diare
keseimbangan cairan
Buang air besar lebih dari 8
dan elektrolit
kali

DS: anak pucat

TTV kurang dari      normal


DO: anak sering gatal gatal  Gangguan integritasGangguan konsep diri/citra
DS; jamur d kulit kulit tubuh
B. DIAGNOSA

1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit pada An. T b/d ketidakmampuan


keluarga dalam mengenal masalah diare

2. Gangguan tumbuh kembang pada An. T berhubungan dengan ketidak mampuan


keluarga mengenal dampak  hospitalisasi

SKORING:

DIAG NOSA

NO KRETRIA NILAI BOBOT


1 Sifat msalah:  3  1

Sakala: tidak /kurang sehat 2

Ancaman kesehatan 1

Keadaan sejahtera
2 Kemungkinan masalah dapat di2  2
ubah: 
1
Skala:   mudah
0
Sebagian

Tidak dapat
3 Kemungkinan masalah dapat di3  1 

31
4 cegah:  1
2
Skala:    tnggi
1
Cukup
2
Rendah
1
Menonjolnya msalah:
0
Skala: Masalah berat harus
segera di tangani

Ada msalah tapi tidak perlu di


tangani.

Msalah tidak di rasakan

Diagnosa I

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit pada anak b/d ketidakmampuan keluarga
dalam mengenal masalah diare.

1. Sifat masalah : 2/3×1=2/3


2. Kemungkinan msalah dapat di ubah: 2/2×2=2

3. Potensi msalah dapat di cegah : 3/3×1=1

4. Menonjolnya msalah : 2/2×1=1

TOTAL= 1+2+2/3+1=11/3=4.7

Diagnosa II

Gangguan tumbuh kembang pada An. T berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga
mengenal dampak  hospitalisasi

1. Sifat masalah : 3/3×1=1


2. Kemungkinan msalah dapat di ubah: 1/2×2=1

32
3. Potensi msalah dapat di cegah : 2/3×1=2/3

4. Menonjolnya msalah : 2/2×1=1

TOTAL= 1+1+2/3+1=11/3=3,7

C. INTERVENSI

Diagnosa Intervensi
Gangguan keseimbangan 1. Memberikan penjelasan tentang diare
cairan dan elektrolit pada kepada keluarga
anak b/d ketidakmampuan
2. Membantu keluarga dalam mengenal
keluarga dalam mengenal
masalah diare
masalah diare.
3. Membantu keluarga untuk mengambil
tindakan terhadap penanganan diare

4. Membantu keluarga dalam menciptakan


lingkungan yang dapat meningkatkan
kesehatan untuk mencegah diare

5. Membantu keluarga memanfaatkan fasilitas


kesehatan di lingkungan setempat untuk
pengobatan diare
Gangguan tumbuh kembang 1. Memberikan penjelasan tentang hospitalisasi
pada An. T berhubungan kepada keluarga
dengan ketidak mampuan
2. Membantu keluarga dalam mengenal
keluarga mengenal dampak 
masalah hospitalisasi
hospitalisasi
3. Membantu keluarga untuk mengambil
tindakan terhadap penanganan hospitalisasi

4. Membantu keluarga dalam menciptakan


lingkungan yang dapat meningkatkan
kesehatan untuk mengatasi dampak
hospitalisasi

33
E. EVALUASI

Intervensi Evaluasi
1. Memberikan penjelasan tentang 1. Keluarga memahami tentang diare
diare kepada keluarga
2. Keluarga mampu mengenal masalah diare

2. Membantu keluarga dalam 3. Keluarga mampu untuk mengambil tindakan


mengenal masalah diare terhadap penanganan diare
4. Keluarga mampu dalam menciptakan
3. Membantu keluarga untuk
lingkungan yang dapat meningkatkan
mengambil tindakan terhadap
kesehatan untuk mencegah diare
penanganan diare
5. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas
4. Membantu keluarga dalam kesehatan di lingkungan setempat untuk
menciptakan lingkungan yang dapat pengobatan diare
meningkatkan kesehatan untuk
mencegah diare

5.Membantu keluarga memanfaatkan


fasilitas kesehatan di lingkungan
setempat untuk pengobatan diare
1. Memberikan penjelasan tentang 1. Keluarga memahami tentang hospitalisasi
hospitalisasi kepada keluarga
2. Keluarga mampu mengenal masalah

2. Membantu keluarga dalam hospitalisasi

mengenal masalah hospitalisasi 3. Keluarga mampu mengambil tindakan


terhadap penanganan hospitalisasi
3. Membantu keluarga untuk
mengambil tindakan terhadap 4. Keluarga mampu menciptakan lingkungan
penanganan hospitalisasi yang dapat meningkatkan kesehatan untuk
mengatasi dampak hospitalisasi
4. Membantu keluarga dalam
menciptakan lingkungan yang dapat
meningkatkan kesehatan untuk
mengatasi dampak hospitalisasi

BAB IV

34
PENUTUP

A. Kesimpulan
a. Pertumbuhan

Beberapa aspek pertumbuhan fisik terus menjadi stabil dalam tahun prasekolah.
Waktu rata-rata denyut jantung dan pernapasan menurun hanya sedikit mendekati 90x/menit
dan pernapasan 22-24x/menit. TD meningkat sedikit ke nilai rata-rata 95/58mmH. Berat
badan anak meningkat kira-kira 2,5 kg per tahun, berat rata-rata pada usia 5 tahun adalah
kira-kira 21 kg, hampir 6 kali berat badan lahir.

Prasekolah bertumbuh 2-3 inci per tahun, panjang mereka menjadi dua kali lipat
panjang lahir pada usia 4 tahun,dan berada pada tinggi rata-rata 43 inci pada ulang tahun
kelima mereka. Perpanjangan tungkai kaki menghasilkan penampilan yang lebih kurus.
Kepala sudah mencapai 90% dari ukuran orang dewasa pada ulang tahun ke enam. Perbedaan
kecil terjadi antara jenis kelamin, walaupun anak laki-laki sedikit lebih besar dengan lebih
banyak otot dan kurang jaringan lemak. Kekurangan nutrisi umunya terjadi pada anak-anak
berusia dibawah 6 tahun adalah kekurangan vitamin A dan C serta zat besi. Konsumsi
karbohidrat dan lemak dalam jumlah yang sangat besar dari makanan yang berlemak bisa
menimbulkan kegemukan dan menjadikan anak prasekolah dalm kondisi sangat lapar. Orang
tua dan penberi pelayanan perlu membuat asaha secara sadar untuk membantu anak
prasekolah mengembangkan kebiasaan makan yang sehat dan mencegah defisiensi dan
kelebihan.

b. Perkembangan
a. Rasa keingintahuan tentang hal-hal yang berada dilingkungan semakin besar
dan dapat mengembangkan pola sosialisasinya.
b. Anak sudah mulai mandiri dalam merawat diri sendiri, seperti mandi, makan,
minum, menggosok gigi, BAK, dan BAB.
c. Mulai memahami waktu.
d. Penggunaan tangan primer terbentuk.

35

Anda mungkin juga menyukai