Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH FILSAFAT & ILMU LOGIKA

Disusun oleh :

Nama : Asyifa Meidiana Utami


NIM : 2042500351
Prog.Studi : Hubungan Internasional/HB
Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial & Politik

KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan kelancaran
dan kemudahan atas pembuatan makalah ini. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas
mata kuliah Filsafat&Ilmu Logika. Isi dari makalah ini dapat membantu bagi para
pembaca dan dapat menambahkan pengetahuan.

Makalah ini masih memiliki banyak kekurangan tetapi penulis akan berusaha membuat
makalah sebaik mungkin. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan yang membuat
kurang nyaman. Penulis akan lebih baik untuk membuat makalah untuk kedepannya.
BAB 1

1.1 Latar Belakang

Pengertian filsafat secara umum bisa diartikan sebagai suatu kebijaksanaan hidup


(filosofia) untuk memberikan suatu pandangan hidup yang menyeluruh berdasarkan
refleksi atas pengalaman hidup maupun pengalaman ilmiah.

Filsafat bisa juga diartikan sebagai ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-
dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran atau rasio. Filsafat adalah pandangan
hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai
kehidupan yang dicita-citakan.

Filsafat sendiri merupakan suatu ilmu pengetahuan karena memiliki logika, metode dan
sistem. Namun filsafat berbeda dari ilmu-ilmu pengetahuan kehidupan lainnya oleh
karena memiliki obyek tersendiri yang sangat luas.

Filsafat juga merupakan studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran
manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami
dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan
mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi
dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu.

1.2 Rumusan Masalah

Ada 3 Rumusan masalah di dalam makalah ini, yaitu :

1. Apa yang dimaksud dengan Ontologi?

2. Apa yang dimaksud dengan Epistemologi?

3. Apa yang dimaksud dengan Aksiologi?


BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Ontologi
Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat. Studi tersebut membahas mengenai
keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Ontologi membahas realitas atau suatu
entitas dengan apa adanya. Pembahasan mengenai ontologi berarti membahas
kebenaran suatu fakta. Untuk mendapatkan kebenaran itu, ontologi memerlukan
proses bagaimana realitas tersebut dapat diakui kebenarannya. Untuk itu proses
tersebut memerlukan dasar pola berfikir, dan pola berfikir didasarkan pada bagaimana
ilmu pengetahuan digunakan sebagai dasar pembahasan realitas.Ilmu merupakan
kegiatan untuk mencari suatu pengetahuan dengan jalan melakukan pengamatan atau
pun penelitian, kemudian peneliti atau pengamat tersebut berusaha membuat
penjelasan mengenai hasil pengamatan atau penelitiannya tersebut.

- Pengertian Ontologi menurut Soetriono & Hanafie (2007)


Ontologi yaitu merupakan azas dalam menerapkan batas atau ruang lingkup wujud
yang menjadi obyek penelaahan (obyek ontologis atau obyek formal dari
pengetahuan) serta penafsiran tentang hakikat realita (metafisika) dari obyek ontologi
atau obyek formal tersebut dan dapat merupakan landasan ilmu yang menanyakan apa
yang dikaji oleh pengetahuan dan biasanya berkaitan dengan alam kenyataan dan
keberadaan.

- Aliran-aliran dalam Ontologi


A. Ontologi Yang Bersahaja
Kebanyakan orang setidak-tidaknya mengadakan pembedaan antara barang-barang
yang dapat dilihat, diraba, yang tidak bersifat kejasmanian atau yang dipahamkan
‘jiwa’. Kadang kadang orang kebanyakan menjumpai mereka yang berpendirian
bahwa sesungguhnya jiwa itu tidak ada, yang ada dalam kenyataannya ialah barang
kejasmanian, pendirian yang demikian ini tidak begitu diperhatikan, demi
pertimbangan keselamatan diri mereka. Tapi kadang mereka sangat resah akan
ajaran-ajaran semacam itu. Mungkin mereka sesekali memaki-maki dengan keras
para penganut paham materialisme tersebut.

B. Ontologi Kuantitatif dan Kualitatif


Ontologi dapat mendekati masalah hakekat kenyataan dari dua macam sudut pandang.
Orang dapat mempertanyakan, “kenyataan itu tunggal atau jamak?” yang demikian
ini merupakan pendekatan kuantitatif. Atau orang dapat juga mengajukan pertanyaan,
“dalam babak terakhir, apakah yang merupakan kenyataan itu?’ yang demikian ini
merupakan pendekatan secara kualitatif. Dalam hubungan tertentu, segenap masalah
dibidang ontology dapat dikembalikan kepada sejumlah pertanyaan yang bersifat
umum, seperti “bagaimanakah cara kita hendak membicarakan kenyataan”.

C. Ontologi Monistik
Lama berselang diyunani kuno, Parmenides mengatakan, kenyataan itu tunggal
adanya, dan segenap keanekaragaman, perbedaan serta perubahan, bersifat semu
belaka. Dewasa ini system monistik seperti itu tidak umum dianut orang. Karena,
justru perbedaanlah yang merupakan katagori dasar segenap kenyataan yang ada yang
tidak dapat disangkal lagi kebenarannya. Tetapi, ada juga orang-orang yang
berpendirian bahwa pada dasarnya segala sesuatu sama hakekatnya. Pendirian yang
demikian ini dianut oleh para pendukung paham monisme dewasa ini.yaitu kaum
idealism dan kaum materialisme. Sesungguhnya, yang tersngkut dalam hal ini ilah
masalah terdapat atau tidaknya macam-macam kenyataan yang berbedah-bedah.
Sudah tentu jika kita mengatakan segala sesuatu merupakan kenyataan, maka sampai
sejauh itu memang segala sesuatu sama. Perbedaan yang pokok diantara par penganut
monisme dengan para pengenut non monisme ialah dalam sikap mereka masing-
masing yang menerima atau menolak pernyataan.

2.2 Epistemologi

Epistemologi berasal dari Bahasa Yunani Episteme dan Logos. Episteme biasa diartikan


pengetahuan atau kebenaran, dan Logos diartikan pikiran, kata, atau teori. Secara
etimologi Epistemologi dapat diartikan, teori pengetahuan yang benar, dan lazimnya
hanya disebut teori pengetahuan yang dalam bahasa Inggrisnya menjadi Theory of
Knowledge.
Epistemologi (ma’rifah) dalam bahasa Arab mempunyai banyak penggunaan, tetapi
lazimnya berarti pengetahuan (knowledge), kesadaran (awareness), dan informasi.
Adakalanya digunakan dalam arti pencerahan khusus (idrak juz’i/ particular perception),
kadang-kadang juga dipakai dalam arti ilmu yang sesuai dengan kenyataan dan
melahirkan kepastian dan keyakinan. Pengetahuan yang menjadi pokok bahasan
epistemologi boleh jadi mempunyai salah satu pengertian tersebut atau pengertian lainnya.
Pembahasan mengenai epistemologis tidak terbatas pada satu jenis pengetahuan. Konsep
pengetahuan merupakan salah satu konsep paling jelas dan nyata (badihi/self-evident).
Epistemologis dapat didefinisikan sebagai “bidang ilmu yang membahas pengetahuan
manusia, dalam berbagai jenis dan ukuran kebenaran.”
 Objek dan Tujuan Epistemologi
Objek epistemologi ini menurut Jujun S.Suriasumatri berupa “segenap proses yang
terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuan.” Proses untuk memperoleh
pengetahuan inilah yang menjadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi
mengantarkan tercapainya tujuan, sebab sasaran itu merupakan suatu tahap
pengantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan. Tanpa suatu sasaran,
mustahil tujuan bisa terealisir, sebaliknya tanpa suatu tujuan, maka sasaran menjadi
tidak terarah sama sekali.
Jacques Martain mengatakan: “Tujuan epistemologi bukanlah hal yang utama untuk
menjawab pertanyaan, apakah saya dapat tahu, tetapi untuk menemukan syarat-syarat
yang memungkinkan saya dapat tahu”.
Hal ini menunjukkan, bahwa epistemologi bukan untuk memperoleh pengetahuan
kendatipun keadaan ini tak bisa dihindari, akan tetapi yang menjadi pusat perhatian
dari tujuan epistemologi adalah lebih penting dari itu, yaitu ingin memiliki potensi
untuk memperoleh pengetahuan.
 Landasan Epistemologi
Menurut Burhanudin Salam Metode ilmiah dapat dideskripsikan dalam
langkah-langkah sebagai berikut :
 penemuan atau Penentuan masalah. Di sini secara sadar kita menetapkan masalah yang
akan kita telaah denga ruang lingkup dan batas-batasanya. Ruang lingkup permasalahan
ini harus jelas. Demikian juga batasan-batasannya, sebab tanpa kejelasan ini kita akan
mengalami kesukaran dalam melangkah kepada kegiatan berikutnya.
 Pengajuan hipotesis, merupakan tanggap sebagai (bagian dari) suatu teori ilmiah dapat
diartikan sebagai suatu penjelasan teoritis mengenai suatu gejala tertentu. Pengetahuan ini
dapat kita gunakan untuk penelaahan selanjutnya, yakni sebagai premis dalam usaha kita
untuk menjelaskan berbagai gejala yang lainnya. Dengan demikian usaha kita untuk
memberikan penjelasan sementara mengenai hubungan sebab-akibat yang mengikat
faktor-faktor yang membentuk kerangka masalah tersebut di atas. Hipotesis ini pada
hakekatnya merupakan hasil suatu penalaran induktif deduktif dengan mempergunakan
pengetahuan yang sudah kita ketahui kebenarannya.
 Hipotesis dari Deduksi  merupakan merupakan langkah perantara dalam usaha kita untuk
menguji hipotesis yang diajukan. Secara deduktif kita menjabarkan konsekuensinya secara
empiris. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa deduksi hipotesis merupakan
identifikasi fakta-fakta apa saja yang dapat kita lihat dalam dunia fisik yang nyata, dalam
hubungannya dengan hipotesis yang kita ajukan.
Dalam pembahasa-pembahsan epistemologi, ternyata hanya aspek-aspek tertentu
yang mendapat perhatian besar dari para filosof, sehingga mengesankan bahwa
seolah-olah wilayah pembahasan epistemologi hanya terbatas pada aspek-aspek
tertentu. Sedangkan aspek-aspek lain yang jumlahnya lebih banyak cenderung
diabaikan.
M.Amin Abdullah menilai, bahwa seringkali kajian epistemologi lebih banyak
terbatas pada dataran konsepsi asal-usul atau sumber ilmu pengetahuan secara
konseptual-filosofis. Sedangkan Paul Suparno menilai epistemologi banyak
membicarakan mengenai apa yang membentuk pengetahuan ilmiah.
2.3 Aksiologi
Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia
menggunakan ilmunya. Pembahasan aksiologi menyangkut masalah  nilai kegunaan  ilmu.
Berikut pengertian aksiologi menurut para ahli:
● Koento (2003: 13), aksiologi membahas tentang manfaat yang diperoleh manusia dari
pengetahuan yang didapatkannya. Aksiologi merupakan sebuah ilmu yang terdiri dari nilai-
nilai yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan
seperti yang dijumpai dalam kehidupan yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti
kawasan sosial, kawasan simbolik ataupun fisik material.
● Kattsoff (2004: 319), aksiologi sebagai ilmu pengetahuan yang menyelediki hakekat nilai
yang pada umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan.
- Logika Ilmu Pengetahuan
Dengan mempelajari filsafat ilmu, akan diketahui hakekat ilmu pengetahuan dan
hakekat pengetahuan, kita tidak akan terbenam dalam suatu ilmu yang spesifik
sehingga semakin menyempit dan eksklusif. Dengan mempelajari filsafat ilmu
pengetahuan akan membuka perspektif (wawasan) yang luas, sehingga kita dapat
menghargai dan berkomunikasi dengan ilmu lainnya. Dengan demikian kita dapat
mengembangkan ilmu pengetahuan secara interdisipliner.
Faedah logika menimbulkan kesadaran untuk menggunakan prinsip-prinsip dalam
berfikir secara sistematis, faedah tersebut yaitu :

1. Logika menyatakan, menjelaskan dan mempergunakan prinsip-prinsip abstrak


yang dapat digunakan dalam semua lapangan ilmu pengetahuan.
2. Menambah daya berfikir abstrak, yang menimbulkan sikap intelektual.
3. Mencegah agar tidak tersesat dari segala sesuatu yang kita peroleh
berdasarkan authority.

BAB 3
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Ontologi juga dapat diartikan sebagai keberadaan (The theory of being qua being)
atau ilmu tentang yang ada. Menurut istilah, ontologi adalah ilmu yang membahas
tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality yang berbentuk
jasmani, kongkret maupun rohani atau abstrak (Bakhtiar, 2004).

    Epistemologi atau filsafat pengetahuan merupakan salah satu cabang filsafat yang
mempersoalkan masalah hakikat pengetahuan. Apabila kita berbicara mengenai
filsafat pengetahuan, yang dimaksud dalam hal ini adalah ilmu pengetahuan
kefilsafatan yang secara khusus hendak memperoleh pengetahuan tentang hakikat
pengetahuan.

Aksiologi merupakan sebuah teori dasar tentang tindakan tetapi lebih sering
dikontraskan dengan deontology, yaitu suatu teori mengenai tindakan baik secara
moral. Langeveld berpendapat bahwa aksiologi terdiri atas dua hal
utama: etika dan estetika. Etika merupakan bagian filsafat penilaian yang
membicarakan perilaku seseorang, sedangkan estetika adalah bagian filsafat tentang
nilai dan penilaian yang memandang karya manusia dari sudut indah dan buruk.

3.2 Kritik & Saran


Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Penulis ingin mohon
maaf apabila terdapat kesalahan atau kata yang kurang berkenan dan penulis juga
berharap makalah ini dapat membantu bagi yang membaca.

Daftar Pustaka
https://www.zonareferensi.com/pengertian-filsafat/
https://abraham4544.wordpress.com/umum/ontologi/
http://nyimasindakusumawati.blogspot.com/p/filsafat-ilmu_3
https://kajianbudayablog.wordpress.com/2016/12/03/analisis-filsafat-ilmu-ontologi-e
pistemOLogi-aksiologi-dan-logika-ilmu-pengetahuan/

Anda mungkin juga menyukai