Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN STROKE

Disusun oleh :

Kelompok 6

1. Rahmad (14.401.15.066)
2. Ratih Lutvi G (14.401.15.067)
3. Ratna Agustin Maulidah (14.401.15.068)

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA

PRODI DIII KEPERAWATAN

KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI

TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelasaikan makalah yang berjudul“ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN STROKE”.

Makalah ini kami buat bertujuan untuk menjelaskan materi tentang asuhan keperawatan
pada pasien stroke. Dengan adanya makalah ini di harapkan mahasiswa lain dapat memahami
materi asuhan keperawatan pada pasien stroke dengan baik.
Makalah ini kami buat dengan semaksimal mungkin walaupun kami menyadari masih
banyak kekurangan yang harus kami perbaiki.Oleh karena itu kami mengharapkan saran
ataupun kritik dan yang sifatnya membangun demi tercapainya suatu kesempurnaan makalah
ini.Kami berharap makalah ini dapat berguna bagi pembaca maupun kami.

Krikilan, September 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................i

DAFTAR ISI .....................................................................................................ii

A. KONSEP PENYAKIT HERNIA


1. Definisi Stroke ..........................................................................................1
2. Etiologi Stroke............................................................................................1
3. Manifestasiklinis penyakit Stroke...............................................................2
4.Klasifikasi Stroke.........................................................................................2
5. Komplikasi stroke.......................................................................................4
6. Patofisiologi stroke.....................................................................................5
7. Pathway stroke............................................................................................6
8. Penatalaksanaan stroke...............................................................................7

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HERNIA

1.Pengkajian....................................................................................................7
2. Diagnosa...................................................................................................11
3. Intervensi..................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA

ii
A. KONSEP PENYAKIT STROKE
1. Definisi stroke
Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat,
berupa deficit neurologis fokal, atau/ dan global, yang berlangsung 24 jam atau lebih
atau langsung menimbulkan kematian dan semata-mata disebabkan oleh gangguan
peredaran darah otak non traumatic(sumber: kapita selekta kedokteran jilid II) (Clevo
& Margareth, 2012:9)
Stroke adalah penyakit gangguan fungsional otak, berupa kelumpuhan saraf yang
diakibatkan oleh gangguan aliran darah pada salah satu bagian otak. Gangguan saraf
maupun kelumpuhan yang terjadi tergantung pada bagian otak mana yang terkena
(Masriadi, 2016: 117)
Stroke menurut WHO (1970) adalah berkembang pesatnya tanda-tanda klinis
fokal dari gangguan fungsi otak, yang berlangsung lebih dari 24 jam atau akan
menyebabkan kematian, tanpa sebab yang jelas selain akibat gangguan vaskuler.
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran
darah otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga
mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian (Fransisca, 2012:56)
2. Etiologi stroke
Kondisi penyebab stroke adalah (Wahyu dkk, 2008: 88):
a. Thrombus
1) Atrerosklerosis dalam arteri intracranial dan ekstrakranial
2) Keadaan yang berkaitan dengan perdarahan intraserebral
3) Hiperkoagulasi seperti policytemia
4) Thrombosis vena serebral
b. Emboli
1) Kerusakan katup karena penyakit jantung rematik
2) Infark miokardial, fibrilasi arteri
3) Endocarditis bakteri dan endocarditis nonbakteri menyebabkan bekuan pada
endokardium
c. Perdarahan
1) Perdarahan intraserebral karena hipertensi, perdarahan subaraknoid

1
2) Rupture anurisma
3) Hipokoagulasi
3. Manifestasi klinis stroke
Gejala klinis yang timbul tergantung jenis stroke (Fransisca, 2012: 60)
a. Gejala klinis pada stroke non hemoragik berupa:
1) Deficit neurologis secara perlahan, didahului gejala prodromal yang terjadi
pada saat istirahat atau bangun pagi
2) Kadang tidak terjadi penurunan kesadaran
3) Terjadi terutama pada usia > 50 tahun
4) Gejala neurologis yang timbul bergantung pada berat ringannya gangguan
pembuluh darah dan lokasinya
b. Gejala klinis pada stroke akut berupa:
1) Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis) yang timbul
mendadak
2) Gangguan sensibilitas pada satu anggota badan (gangguan hemisensorik).
3) Perubahan mendadak pada status mental (konfusi, delirium, letargi, stupor,
atau koma)
4) Afasia (tidak lancar atau tidak dapat bicara)
5) Disartria (bicara pelo atau cadel)
6) Ataksia (tungkai atau anggota badan tidak tepat pada sasaran)
7) Vertigo (mual dan muntah atau nyeri kepala)
4. Klasifikasi Stroke
Satyanegara (1998) mengatakan bahwa, gangguan peredaran darah otak atau stroke
dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu non hemoragi/iskemik/infark dan stroke
hemoragi (Masriadi, 2016: 121)
a. Stroke non hemoragi/iskemik/infark
Infark atau kematian jaringan. Serangan ini sering terjadi pada usia 50 tahun atau
lebih dan terjadi pada malam hingga pagi hari.
1) Transient Ischemic Attack (TIA)
Merupakan tampilan peristiwa berupa episode serangan sesaat dari suatu
disfungsi serebral fokal akibat gangguan vascular, dengan lama serangan

2
sekitar 2-15 menit sampai paling lama 24 jam. Stroke ini tidak akan
meninggalkan gejala sisa sehingga pasien tidak terlihat pernah mengalami
stroke, akan tetapi adanya TIA merupakan suatu peringatan akan serangan
stroke selanjutnya sehingga tidak boleh diabaikan begitu saja.
2) Reversible Ischemik Neurogical Deficit (RIND)
Gejala dan tanda gangguan neurologis yang berlangsung lebih lama. Kondisi
RIND hamper sama dengan TIA, hanya saja berlangsung maksimal 1 minggu
dan kemudian pulih kembali (dalam jangka waktu kurang dari tiga minggu)
serta tidak meninggalkan gejala sisa.
3) Complete Stroke
Merupakan gangguan pembuluh darah otak yang menyebabkan deficit
neurologis akut yang berlangsung lebih dari 24 jam. Stroke ini akan
meninggalkan gejala sisa.
4) Stroke in Evolution (Progresive stroke)
Gejala gangguan neurologis yang progresif dalam waktu enam jam atau lebih.
Stroke ini merupakan jenis yang terberat dan sulit ditentukan prognosanya.
Hal ini disebabkan kondisi pasien yang cenderung labil, berubah-ubah dan
dapat mengarah ke kondisi lebih buruk
b. Stroke hemoragic
Serangan terjadi pada usia 20-60 tahun dan biasanya timbul setelah beraktivitas
fisik atau karena psikologis (mental). Perdarahan intracranial dibedakan
berdasarkan tempat perdarahannya, yakni di rongga subraknoid atau di dalam
parenkim otak (intraserebral).Ada juga perdarahan subraknoid yang bocor
kedalam otak atau sebaliknya. Klasifikasi stroke berdasarkan klinis dapat
dikelompokkan menjadi (muhamad irfan, 2010)
1) Lacunar Syndrome (LACS)
Terjadi penyumbatan tunggal pada lubang arteri sehingga menyebabkan area
terbatas akibat infark yang disebut lacune.Mayoritas lacune terjadi di area
seperti nucleus lentiform dan gejala klinisnya tidak diketahui.Kemunduran
kognitif terkadang terjadi pada pasien.LACS memiliki deficit maksimal dari

3
gangguan pada level fungsi kortikal yang lebih tinggi serta tidak ada tanda
gangguan pada batang otak. Beberapa kategori LACS yaitu:
a) Pure Motor Stroke (PMS)
Paralisis komplit atau inkomplit pada wajah, lengan, dan tungkai pada satu
sisi tanpa disertai oleh tanda sensoris, kerusakan visual, dysphasia, ataxia
cerebellar dan nystagmus.Kemungkinan terdapat gangguan sensoris tapi
tidak muncul gejala.
b) Pure Sensory Stroke (PSS)
PSS mempunyai frekuensi yang lebih kecil.Gangguan sensori
kemungkinan terjadi terus menerus tapi dengan tanda yang tidak terlihat.
c) Homolateral ataxia and criral paresis (HACP), Dysarthria clumsy-hand
syndrome (DCHS) dan Ataxic hemiparesis (AH)
Adanya kelemahan pada ekstremitas bawah, terutama pada pergelangan
kaki dan ibu jari, tanda Babinski positif, dismetria pada lengan dan
tungkai satu sisi
d) Sensory motor stroke (SMS)
Infark pada SMS merupakan yang terbesar diantara semua kategori LACS.
SMS menyebabkan lesi pada bagian posterior dari kapsula interna, korona
radiate, bagian anterior kapsul dan thalamus.
2) Posterior Circulation Syndrome (POCS)
Menyebabkan kelumpuhan bagian saraf kranial ipsilateral dengan
kontralateral deficit sensorik maupun motoric dan terjadi pula deficit motoric
sensorik bilateral.Gangguan gerak bola mata, gangguan cereberal tanpa deficit
traktus bagian ipsilateral.POCS merupakan gangguan fungsi pada tingkatan
kortikal yang lebih tinggi atau sepanjang yang dapat di kategorikan sebagai
POCS.
a) Total Anterior Syndrome (TACS)
b) Partial Circulation Syndrome (PACS)
5. Komplikasi stroke
a. Gangguan otak yang berat
b. Kematian bila tidak dapat mengontrol respons pernapasan atau kardiovaskuler

4
(Fransisca, 2012: 62)

6. Patofisiologi stroke
Setiap kondisi yang menyebabkan perubahan perfusi darah pada otak akan
menyebabkan keadaan hipoksia. Hipoksia yang berlangsung lama dapat
menyebabkan iskemik otak.Iskemik yang terjadi dalam waktu yang singkat kurang
dari 10-15 menit dapat menyebabkan defisit semantara dan bukan defisit
permanen.Sedangkan iskemik yang terjadi dalam waktu lama dapat menyebabkan sel
mati permanen dan mengakibatkan infark pada otak (Fransisca, 2012:57).
Pembuluh darah yang paling sering mengalami iskemik adalah aarteri serebral
tengah dan arteri karotis interna. Defisit fokal permanen dapat tidak diketahui jika
klien pertama kali mengalami iskemik otak total yang dapat teratasi.Jika aliran darah
tiap bagian otak terhambat karena trombus atau emboli, maka mulai terjadi
kekurangan suplai oksigen ke jaringan otak. Kekurangan oksigen dalam satu menit
dapat menunjukkan gejala yang dapat pulih seperti kehilangan kesadaran.Sedangkan
kekurangan oksigen dalam waktu yang lebih lama menyebabkan nekrosis
mikroskopik neuron-neuron. Area yang mengalami nekrosis disebut infark..
Perdarahan intrakanial termasuk perdarahan kedalam ruang subarakhnoid atau
kedalam jaringan otak sendiri. Hipertensi mengakibatkan timbulnya penebalan dan
degeneratif pembuluh darah yang dapat menyebabkan rupturnya arteri serebral
sehingga perdarahan menyebar dengan cepat dan menimbulkan perubahan setempat
serta iritasi pada pembuluh darah otak.
Perdarahan biasanya berhenti karena pembentukan trombus oleh fibrin trombosit
dan oleh tekanan jaringan.Setelah 3 minggu, darah mulai di reabsorbsi.Ruptur
ulangan merupakan resiko serius yang terjadi sekitar 7-10 hari setelah perdarahan
pertama.
Perubahan sirkulasi CSS, obstruksi vena, adanya edema dapat meningkatkan
tekanan intrakanial yang membahayakan jiwa dengan cepat.Peningkatan tekanan
intrakanial yang tidak diobati mengakibatkan herniasi unkus atau serebellum.
Disamping itu, terjadi bradikardia, hipertensi sistemik, dan gangguan pernapasan

5
7. Pathway stroke

Faktor-fakktor resiko stroke

Ateroskerosis, Katub jantung rusak, miokard infark, Aneurisma, malformasi,


hiperkoagulasi, artetis endokarditis,fibrilasi arteriveneus

Tromosis serebral Penyumbatan pembuluh darah otak oleh Perdarahan intraserebral


bekuan darah, lemak dan udara

Emboli serebral
Pembuluh darah
oklusi, iskemik jar Pembesaran darah keparenkim
otak, edema dan otak, penekanan jar otak, infark
stroke
kongesti jar sekitar otak, edema, hemiasi otak

Defisit neurologis

Infark Kehilangan Resiko Kerusakan Disfungsi


serebral kontrol volunter peningkatan lobus frontal bahasa dan
TIK kapasitas, komunikasi
memori/fungsi
Perubahan Hemiplegi intelektual
perfusi jaringan dan Herniasi falk serebri kortikal Disartria,
serebral hemiparesis dan keforamen afasia,
magnum apraksia
Kerusakan
mobilitas fisik Kompresi
batang otak Kerusakan
Defisit komunikasi
Kehilangan verbal
perawatan
tonus otot Depresi saraf
diri
kardiovaskuler
koma dan pernapasan

Intake Kelemahan Kegagalan


nutrisi tidak fisik umum kardiovaskuler
adekuat dan pernapasan
Penurunan
tingkat
kematian
kesadaran
Perubahan
pemenuhan
Penekanan jaringan
nutrisi
setempat
6

Resiko kerusakan
integritas kulit
8. Penatalaksanaan

a. Naikan posisi kepala dan badan bagian atas setinggi 20-30 derajat.
b. Hindarkan pemberian cairan intravena yang berisi glukosa atau cairan hipotonik
c. Intubasi dan hiperventilasi terkontrol dengan oksigen hiperbarik sampai PCO2 =
29-35 mmHg
d. Streroid dianggap kurang menguntungkan untuk terapi udara serembral karena
disamping menyebakan hiperglikemia juga naiknya resiko infeksi
Terdapat pula penanganan stroke (Lippincott Williams, 2011), yaitu :
a. Diagnosis media awal pada tipe stroke yang dipasangkan dengan penanganan obat
baru bias sangat menurunkan peluang kelumpuhan jangka panjang yang muncul
setelah iskemia
b. Pembedahan dilakukan untuk pembedahan yang dilakukan untuk meningkatkan
sirkulasi serebral bagi penderita stroke trombolik atau embolik meliputi meliputi
endardektomi (pembuangan plak dari dinding arterial dalam) atau bypass
mikrovaskuler (pembedahan untuk anastomosis pembuluh ekstra kranial dengan
pembuluh intracranial).
c. Antihipertensif, antiaritmitik, dan antidiabetik yang bias digunakan untuk
menangani factor resiko yang berkaitan dengan stroke rekuen.
(Masriadi,2016:128-129)

A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN STROKE


1. Pengkajian

Pengkajian pertama yang harus dilakukan untuk menggali informasi dasar pada pasien
untuk menegakkan permasalahan keperawatan adalah :

a. Indentitas Klien
Stroke iskemik sering terjadi pada laki-laki daripada permpuan tanpa memandang
etnik dan asal Negara.Wanita biasanya mendapat serangan yang lebih rendah pada
masa dewasa daripada laki-laki. Terdapat 77 pasien stroke, kejadian pada usia 40-55

7
tahun sebanyak 25 pasien dan kejadian pada usia > 55 tahun sebanyak 52 pasien.
(Masriadi, 2016: 127)
Pada stroke hemoragik biasanya terjadi pada usia 20-60 tahun dan stroke iskemik
biasanya terjadi pada usia 50 tahun atau lebih (Fransisca, 2012:58)
b. Keluhan utama
Biasanya pasien mengeluh adanya kelumpuhan pada wajah atau anggota badan yang
timbul mendadak (Fransisca, 2012: 60)
c. Riwayat kesehatan saat ini

Biasanya pada stroke hemoragik timbulnya mendadak, kadang pada saat melakukan
aktivitas atau setelah beraktivitas fisik atau karena psikologis (mental).Dan pada
stroke non hemoragik timbulnya secara perlahan, sering terjadi pada malam hari atau
menjelang pagi.Ditemukan adanya sakit kepala dan vertigo. (Fransisca, 2012:58)

d. Riwayat kesehatan dahulu


Berdasarkan dengan factor risiko strok adalah kolesterol, hipertensi, DM, riwayat
penyakit jantung, maka pada penyakit stroke kemungkinan ada hubungannya dengan
riwayat penyakit sebelumnya (Fransisca, 2012:58)
e. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya ditemukan adanya riwayat penyakit keluarga yaitu jantung, hipertensi, dan
DM (Fransisca, 2012: 61)
f. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Keadaan umum pada pasien stroke biasanya perubahan mendadak pada status
mental (konfusi, delirium, letargi, stupor, atau koma) (Fransisca, 2012: 60)
2) Observasi Body system
a) System persyarafan
Biasanya ditemukan adanya nyeri kepala, kelumpuhan saraf okulomotorik
dengan kontralateral hemiplegia, kelumpuhan saraf fasialis dengan
kelumpuhan wajah (muka tidak simetris), dan saraf hipoglosus dengan mulut
dan lidah mencong bila diluruskan (Masriadi, 2016: 119)
b) Sistem penglihatan

8
Ditemukan adanya kehilangan sensasi penglihatan, penglihatan berkurang
atau ganda, reaksi pupil tidak sama (Fransisca, 2012: 61)
c) Sistem pernafasan
Salah satu factor risiko stroke adalah merokok, pada pasien stroke biasanya
tidak mampu menelan karena batuk, sehingga pada system pernafasan bias
saja terdengar suara nafas tambahan wheezing/ ronchi (Fransisca, 2012: 61)
d) Sistem kardiovaskuler
Pada salah satu factor risiko stroke karena adanya penyakit jantung gagal
jantung kongestif dan PJK yang akan menimbulkan sumbatan aliran darah ke
otak maka pada system kardiovaskuler bisa saja terjadi masalah sesuai dengan
penyakit jantung yang diderita pasien (Masriadi, 2016:125)
e) Sistem pencernaan
Pada pasien stroke biasanya nafsu makan berkurang, mual, muntah pada fase
akut (Fransisca, 2012: 61)
f) Sistem perkemihan
Pada stroke dengan sindroma arteri serebral anterior ditemukan adanya
inkontinensia urin (biasanya berlangsung beberapa minggu) (Wahyu dkk,
2008: 90)
g) Sistem reproduksi
Pada pasien stroke terjadi hemiparese sehingga bisa saja menyebabkan
gangguan pemenuhan kebutuhan seksual (M. Clevo & Margareth, 2012:11)
h) Sistem muskuluskeletal
Didapatkan adanya kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya
hemiparesis) yang timbul mendadak dan hemiplegia pada lengan dan tungkai
pada sisi kolateral (Wahyu dkk, 2008: 89)
i) Sistem integument
Terjadinya lemas atau bahkan kelumpuhan pada sisi badan, sebelah kanan
atau kiri yang dapat terjadi berupa penurunan elastisitas kulit karena
menurunnya sirkulasi darah akibat imobilitas bisa saja muncul nekrosis
jaringan superfisial dengan adanya luka decubitus (H. Alimul Aziz, 2009:
177)

9
j) Sistem Endokrin

Penyakit stroke diakibatkan oleh adanya gangguan pada sirkulasi intra


serebral yang berkaitan thrombosis, emboli, atau perdarahan, sehingga pada
system endokrin tidak ada kelainan, kecuali bila ada penyakit penyerta
(Wahyu dkk, 2008: 87)

k) Sistem imun
Pada pasien stroke terjadinafsu makan berkurang, mual, muntah pada fase
akut yang dapat mengakibatkan penurunan system imun yang sangat rentan
untuk terjadinya infeksi.(Fransisca, 2012: 61)
g. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan penunjang (Fansisca, 2012: 61)
1) Angiografi serebral. Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik
misalnya pertahanan atau sumbatan arteri
2) Skan tomografi computer (CT- Scan). Mengetahui adanya tekanan normal dan
adanya thrombosis, emboli serebral, dan tekanan intracranial (TIK). Peningkatan
TIK dan cairan yang mengandung darah menunjukkan adanya perdarahan
subarachnoid dan perdarahan intracranial.
3) Magnetic resonance imaging (MRI). Menunjukkan daerah infark, perdarahan,
malformasi arteriovena (MAV)
4) Ultrasonografi Doppler (USG Doppler). Mengidentifikasi penyakit arteriovena
(masalah system arteri karotis) dan arteriosclerosis.
5) Elektroensefalogram (EEG). Mengidentifikasi masalah pada gelombang otak dan
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
6) Sinar tengkorak. Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah
yang berlawanan dari massa yang meluas, klasifikasi karotis interna terdapat pada
thrombosis serebral, klasifikasi parsial dinding aneurisma pada perdarahan
subarachnoid.

Pemeriksaan laboratorium

10
Darah rutin, gula darah, urine rutin, cairan serebrospinal, analisa gas darah, biokimia
darah, elektrolit (Fansisca, 2012: 62)

2. Diagnosa keperawatan
a. Resiko perfusi serebral tidak efektif
1) Definisi : beresiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke otak
2) Factor resiko
a) Penurunan kinerja ventrikel kiri
b) Arterosklerosis aorta
c) Distensi arteri
d) Stenosis karotis
e) Aneurisma serebri
f) Dilatasi kardiomiopi
g) Embolisme
h) Hipertensi
i) Endocarditis infektif
j) Infak miokart akut
k) Penyalahgunaan zat
l) Terapi trombolitik
(SDKI,2017:51-52)
b. Gangguan mobilitas fisik
1) Definisi : keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstermitas
secara mandiri.
2) Batasan karakteristik
a) Subjektif
(1) Mengeluh sulit menggerakan ekstermitas
(2) Nyeri saat bergerak
(3) Enggan melakukan pergerakan
(4) Merasa cemas saat bergerak
b) Objektif
(1) Kekuatan otot menurun
(2) Rentang gerak (ROM) menurun.

11
(3) Sendi kaku
(4) Gerakan tidak terkoordinasi
(5) Gerakan terbatas
(6) Fisik lemah
3) Factor yang berhubungan
a) Kerusakan integritas struktur tulang
b) Ketidakbugaran fisik
c) Penurunan kendali otot
d) Penurunan masa otot
e) Penurunan kekuatan otot
f) Gangguan muskuluskletal
g) Gangguan neuromuskolar
h) Program pembatasan gerak
i) Keengganan melakukan pergerakan
j) Gangguan sensori persepsi.
(SDKI,2017:124-125).
3. Intervensi keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan perifer
Tujuan atau kriteria evaluasi
1) Mempuyai sistem saraf pusat dan perifer yang utuh
2) Menunjukkan fungsi sensorimotori kranial yang utuh
3) Menunjukn fungsi otonom yang utuh
4) Terbatas dari aktifitas kejang
5) Tidak mengalami sakit kepala.
Aktifitas keperawatan
1) Pengkajian
a) Pantau tanda vital, PO2, PCO2, PH, dan kadar bikarbonat
b) Tingkat kesadaran dan orientasi
c) Curah jantung
d) Tonus otot, pergerakan otorik, gaya berjalan dan kesesuaian
e) Pantau tekanan perfui serebral

12
f) Perhatikan perubahan pasien terhadap stimulus.
2) Aktifitas kolaboratif
a) Pertahankan diameter hemodiamika (misalnya, tekanan arteri sistemik)
dalam rentang yang dianjurkan
b) Berikan obat-obatan untuk meningkatkan volume intrvaskuler, sesuai
program
c) Induksi hipertensi untuk mempertahankan tekanan perfusi serebral, sesuai
program
d) Berikan loop diuretik daan osmotik sesuai program
e) Tinggikn bagian kepala tempat tidur 0-45 derajat, tergantung pada kondisi
pasien dan program dokter
3) Aktifitas lain
a) Lakukan modalitas terapi kompresi (short-strech atau long stretch bandage),
jika perlu
b) Mini,alkan stimulus lingkungan
c) Beri interval setiap asuhan keperawatan untuk meminimalkan peningkatan
TIK (Judith,2017:811-817).
b. Hambatan mobilitas fisik
Tujuan atau kreteria evaluasi
1) Memperlihatkan penggunaan alat bantu secara benar dengan pengawasan
2) Meminta bantuan untuk aktifitas mobiliasi
3) Melakukan aktifitas sehari-hari secara mandiri dengan alat bantu
4) Menyangga berat badan

Aktifitas keperawatan

1) Kaji kebutuhan terhadap bantuan pelayanan kesehatan dirumah dan kebutuhan


terhadap peralatan pengobatan yang lama
2) Ajarkan pada pasien dan pantau penggunaan alat bantu mobilitas
3) Ajarkan dan bantu pasien untuk berpindah
4) Rujuk keahli fisik untuk progrm latihan
5) Berikan penguatan positif selama aktifitas

13
6) Ubah posisi pasien yang imobilisasi minimal setiap 2 jam berdasarkan jadwal
spesifik
7) Dukung latihan ROM Aktif atau pasif jika diperlukan
8) Awasi seluruh upaya mobilitas dan bantu pasien, jika diperlukan
(Judith,2017:268-269)

14
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, A. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Fransisca. (2012). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Persyarafan.
Jakarta: Salemba Medika.

Margareth, M. C. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Dan Penyakit Dalam.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Masriadi. (2016). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: TIM.

Muttaqin, A. (2008). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Wahyu, T. R. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Persyarafan.
Jakarta: TIM.

15

Anda mungkin juga menyukai