Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PASIEN DIABETES MILITUS

Disusunoleh :Kelompok I

IndraKurniawan 14.401.15.044 Indri Istiani 14.401.15.045

IntanCahya P 14.401.15.046 JokoSutrisno 14.401.15.047

KhumailTeguh 14.401.15.049 KhusnulKhotimah 14.401.15.050

LailatulFitria 14.401.15.051 LinaFajrina N F 14.401.15.052

LutfiaIrmayanti 14.401.15.053 Marfuah 14.401.15.054

Melinda FauziaA 14.401.15.055

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA

PRODI DIII KEPERAWATAN

KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI

TAHUN 2017-2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latarbelakang
Pola hidup masyarakat yang cenderung semakin meningkat, berbagai macam
penyakit semakin dikenal oleh masyarakat. Salah satu diantaranya adalah apa yang
dinamakan diabetes mellitus atau yang lebih dikenal masyarakat dengan kencing
manis. Meningkatnya prevalensi diabetes mellitus di beberapa negara berkembang
karena peningkatan kemakmuran di negara yang bersangkutan, akhir-akhir ini banyak
disoroti. Peningkatan pendapatan per kapita dan perubahan gaya hidup terutama di
kota-kota besar menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit ganeratif, seperti
penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus dan lain-lain (Suyono, 2009:
573).
Diabetes mellitus merupakan suatu keadaan hiperglikemia kronik disertai
berbagai macam komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah,
yang disertai lesi pada membrane basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop
electron (Mansjoer arief, 2007: 580). Penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit
degeneratif yang memerlukan upaya penanganan yang tepat dan serius. Menurut data
organisasi kesehatan dunia (WHO),
B. Rumusanmasalah
1. BagaimanakonsepmedisdariDM ?
2. Bagaimanakonsep KDM tentangnutrisi ?
3. BagaimanakonsepaskepdariDM ?
C. Tujuan
1. Untukmengetahuikonsepmedis DM
2. Untukmengetahuikonsep KDM nutrisi
3. Untukmengetahuikonsepaskep DM
0BAB II
PEMBAHASAN
A. KonsepMedis Diabetes Militus
1. Definisi
Diabetes millitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan
metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan komplikasi pada
mata,ginjal,saraf dan pembuluh darah. (Suyono, 2009 : 579)
Diabetes millitus adalah penyakit kronik progresif yang ditandai dengan ketidak
mampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidra,lemak, protein, mengarah
ke hiperglikemia (kadar glukosa darah tinggi). Diabetes millitus terkadang dirujuk
sebagai "gula tinggi", baik oleh klien maupun penyedia pelayanan kesehatan .
(Murwani, 2009 : 109)
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Murwani, 2009 : 109).
Diabetes Mellitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter,
dengan tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya
gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di
dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya
disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein (Murwani, 2009 : 109).
2. Etiologi

Diabetes mellitus mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat
menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi diterminan genetic biasanya memegang
peranan penting pada mayoritas DM. Faktor lain yang dianggap sebagai
kemungkinan etiologi DM yaitu:

a. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai kegagalan
selbeta melepas insulin
b. Faktor-faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain agen yang
dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan gula yang
diproses secara berlebihan, obesitas dan kehamilan.
c. Gangguan system imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh auto imunitas yang
disertai pembentukan sel-sel antibody anti pankreatik dan mengakibatkan
kerusakan sel-sel penyekresi insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta
oleh virus.

d. Kelainan insulin. Padapasienobesitas, terjadigangguankepekaanjaringanterhadap


insulin akibatnyakurangnyareseptor insulin yang terdapatpada membrane sel yang
responsive terhadap insulin. (Kozier, 2010 : 225)

3. Manifestasi klinis
Seperti halnya penyakit maupun kelainan badan lainnya, diabetes melitus juga
mempunyai tanda maupun gejala yang dapat diamati secara langsung (tanpa
memerlukan cek lab terlebih dahulu). Dengan demikian, penderita dapat dengan
mudah melihat adanya kelainan maupun masuknya penyakit dalam tubuhnya
terutama yang baerkaitan dengan diabetes melitus. Gejala klasik penyakit diabetes
melitus dikenal dengan istilah trio-P, yaitu meliputi Poliuri (banyak kencing),
Polidipsi (banyak minum), dan Poliphogi (banyak makan).
Poliuri (banyak kencing), merupakan gejala umum pada penderita DM. Biasanya
banyaknya air kencing ini disebabkan gula dalam darah (glukosa) yang terlalu
banyak, sehingga akan membuat tubuh harus segera mengeluarkan kelebihan gula
tersebut melalui ginjal bersama urine (air kencing). Gejala ini terutama muncul pada
malam hari, yaitu saat kadar gula dalam darah relatif lebih tinggi daripada malam
hari.
Polidipsi (banyak minum), merupakan akibat reaksi tubuh karena banyak
mengeluarkan urine. Gejala ini sebenarnya merupakan usaha tubuh untuk
menghindari kekurangan cairan (dehidrasi). Oleh karena tubuh banyak mengeluarkan
air (dalam bentuk urine), secara otomatis menimbulkan rasa haus untuk mengganti
cairan yang keluar. Selama kadar gula dalam darah belum terkontrol balk, akan
timbul terus keinginan untuk terus-menerus minum. Sebaliknya minum yang banyak
akan terus menimbulkan keinginan untuk selalu kencing. Dua hal ini merupakan
serangkaian sebab akibat yang akan terus terjadi selagi tubuh belum dapat
mengendalikan kadar gula dalam darahnya.
Poliphagi (banyak makan), merupakan gejala lain yang dapat diamati. Terjadinya
gejala ini, disebabkan oleh berkurangnya cadangan gula dalam tubuh meskipun kadar
gula dalam darah tinggi. Oleh karena ketidakmampuan insulin dalam menyalurkan
gula sebagai sumber tenaga dalam tubuh, membuat tubuh merasa lemas seperti
kurang tenaga.
a. Tipe 1
1.) Serangan cepat karena tidak ada insulin yang diproduksi
2.) Nafsu makan meningkat (Polyphagia) karena sel-sel kekurangan energi, sinyal
bahwa perlumakan banyak
3.) Haus meningkat (Polydipsia) karena tubuh berusaha membuang glukosa
4.) Urinasi meningkat (polyuria) karena tubuh berusaha membuang glukosa
5.) Berat badan turun karena glukosa tidak dapat masuk kedalam sel
6.) Sering infeksi karena bakteri hidup dari kelebihan glukosa
7.) Penyembuhan tertunda/lama karena naiknya kadar glukosa di dalam darah
menghalangi proses kesembuhan

b. Tipe II

1.) Serangan lambat karena sedikit insulin di produksi

2.) Haus meningkat (polydipsia) karena tubuh berusaha membuang glukosa

3.) Urinasi meningkat (polyuria) karena tubuh berusaha membuang glukosa

4.) Infeksi kandida karena bakteri hidup kelebihan glukosa

5.) Penyembuhan tertunda/lama karena naiknya kadar glukosa didalam darah


menghalangi proses kesembuhan

c. Gestational

1.) Asimtomatik

2.) Beberapa pasien mungkin mengalami haus yang meningkat (polydupsia)


Karena tubuh berusaha membuang glukosa (Bilous, 2008:367)
4. Patofisiologi
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah satu
efek utama akibat kurangnya insulin berikut :
a. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel-sel tubuh yang mengakibatkan naiknya
konsentrasi glukosa darah setinggi 300-1200 mg/dl.
b. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan
terjadinya metabolism lemak yang abnormal disertai dengan endapan kolestrol
pada dinding pembuluh darah
c. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh

Pasien-pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan


kadar glukosa plasma yang normal atau toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia
yang parah yang melebihiambangginjal normal (konsentrasi glukosa darah sebesar
160-180 mg/100ml), akan timbul glikosuria karena tubulus-tubulus renalis tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa. Glukosa ini akan mengakibatkan diuresis osmotik
yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida, potasium, danpospat.
Adanya poliuri menyebakan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa akan
keluar bersama urin maka pasien akan mengalami keseimbangan protein negative dan
berat badan menurun serta cenderung terjadi poligafi. Akibat yang lain adalah
asthenia atau kekurangan energy sehingga pasien menjadi cepat lelah dan mengantuk
yang disebabkan oleh kekurangannya penggunaan karbohidrat untuk energi.

Hiperglikemia yang lama akan menyebkan arterosklerosis, penebalan membaran


basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan terjadinya gangren.
(Elizabeth, 2009 : 134)

5. Pathway
6. Komplikasi
Beberapa komplikasi dari Diabetes Mellitus adalah
a. Akut
1.) Hipoklikemia dan hiperglikemia
2.) Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit
jantung koroner(cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler)
3.) Penyakit mikrovaskuler ,mengenai pembuluh darah kecil, retinopati,
nefropati
4.) Neuropati saraf sensori (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonim
berpengaruh pada gastrointestinal, kardiovaskuler

b. Komplikasi menahun

1.) Neuromatik diabetic

2.) Retinopati diabetic

3.) Nefropati diabetic

4.) Proteinuria

5.) Kelainan koroner (Padila, 2012:169)

7. Penatalaksanaan
a. Medis
1.) Insulin
Pada DM type 1 tubuh kehilangan kemampuan untuk memproduksi insulin
sehingga insulin eksogenus harus di berikan. Sedangkan pada DM type 2,
insulin mungkin di perlukan untuk terapi jangka panjang untuk mengendalikan
kadar glukosa darah jika diet dan obat hipoglikemia oral tidak mampu
mengontrolnya. Preparat insulin di golongkan menurut 4 karakteristik (smelzer
dan bare 2006).
2.) Perjalanan waktu.
Lama kerja Agen Awitan Puncak Durasi Indikasi
Short acting Regular 0,5-1 jam 2-3 jam 4-6 jam Biasanya
(R) diberikan 20-
30 menit
sebelum
makan, dapat
diberikan
sendiri atau
bersama
dengan insulin
long acting
Intermediate Neutral 3-4 jam 4-12 16-20 Biasanya
acting protamine jam jam diberikan
hagedorn ssudah makan
(NPH)
lente (L)
Long acting Ultra 6-8 jam 12-16 12-30 Digunakan
lente jam jam terutama untuk
mengendalikan
kadar glukosa
darah puasa

3.) Konsentrasi
Konsentrasi insulin yang paling sering di gunakan di amerika serikat adalah u-
100 yang berarti terdapat 100 unit insulin per satu cm kubik .
4.) Sepsis(sumber)
Preparat insulin dahulu di peroleh dari pangkreas sapi dan babi, namun
sekarang telah tersedia human insulin yang di produksi melalui teknologi DNA
rekombinan. (smelzer dan bare 2006).
b. Keperawatan
1.) Pendidikan kesehatan DM (edukasi) pasien selain harus memiliki
kemampuan untuk merawat diri sendiri setiap hari guna menghindari
penurunan atau keanaikan kadar bglukosa drah mendadak, juga harus
mkemiliki prilaku preventif dalam pola hidup ubtuk menghindari diabe3tes
dalam jangka panjan.
2.) Pengaturan aktivitas
Aktivitas dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan
pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin sreta
mengurangi faktor resiko kardiovaskular dengan mengubah kadar lemak
darah (smelzer & bare,2006). Perinsip latihan jasmani atau aktivitas bagi
diabetes, sama dengan latihan prinsip latihan jasmani secara umum, yaitu
memenuhi beberapa hal seperti frekuen, intensitas, durasi dan jenis.
Frekuensi : jumlah olah raga perminggu sebaikn ya di lakukan dengan teratur
3-5 kali perminggu. Intensitas: ringan dan sedang (60-70% maksimum heart
rate). Durasi 30-60 menit. Jenis : latihan jasmani enduran (erotic) untuk
meningkatkan kardio respirasi seperti jalan, jogging, berenang dan
bersepeda. Latihan jasmani yang di pilih sebaiknya yang disenangi serta
memungkinkan untuk di lakukan dan hendaknya melibatkan otot-otot besar
(Wijaya, 2013)
c. Diet
Memberikan semua unsure ensesial, mencapai dan mempertahankan BB yang
sesuai, memenuhi kebutuhan energy, mencegah fluktuasi kadar glukosa darah
setiap hari, menurunkan kada4r lemak darah jika meningkat (smelzer & bare 2006)
1.) Jenis makanan
Karbonhidrat yanbg diberikan kepda diabetes tidak lebih dari 55-65% dari
kebutuhan energy sehari, atau tidak boleh lebih dari 70% jika di kombinasi
dengan asam lemak tidak jenuh rantai tunggal. Protein yang direkomendasikan
sekitar 10-15% dari total kalori perhari. Lemak mempunyai kandungan energy
sebesar 9 kilo kalori per gram, jumlah lemak yang di rekomendasikan 10% dari
total kebutruhan kalori.
2.) Perhitungan jumlah kalori
Perhitunganjumlah kalori di tentukan oleh status gizi, umur Dan ada tidaknya
setres akut dan kegiatan jasmani. Penentuan status gizi dapat di pakai indek
masa tubuh (IMT) dan rumus brokah. Berdasarkan IMT : BB kurang IMT
<18,5 BB normal IMT 18,5 – 22,9 BB lebih IMT >23 terbagi dalam dengan
resiko 22-24,9 obes satu 25-29,9 obes dua >30. Sedangkan menurut brokah
penentuan kebutuhan kalori perhari di bagi berdasarkan kebutuhan basal
dimana laki-laki BB ideal (kg) X 30 kalori, wanita BB ideal (kg) X 25 kalori.
Koreksi atau penyesuaian : umur >40 tahun 5%, aktivitas ringan 10%, aktivitas
sedang 20%, aktivitas berat 30%, BB gemuk 20%, BB lebih 10%, BB kurus
20%. Stress metaboli 10-30%. Kehamilan trimester 1 dan 2 300 kalori,
kehamilan trimester 3 dan menyusui 500 kalori ( Wijaya, 2013).
8. Klasifikasi
Menurut American Diabetes Assosiation (ADA), diabetes diklasifikasikan menjadi 4
klasifikasi, klasifikasi ini pun telah disahkan oleh World Health Organization (WHO)
dan telah dipakai diseluruh dunia. Empat klasifikasi klinis gangguan toleransi glukosa
(1) diabetes milklitus type satu, (2) diabetes mellitus type dua, (3) diabetes
gestasional (kehamilan), (4) type khusus lain. Dua kategori lain dari toleransi glukosa
abnormal adalah gangguan toleransi glukosa dan gangguan puasa. (Suyono, 2009)
a. Diabetes type satu
Diabetes type satu atau di kenal sebagai type juvenile onset dan type dependen
insulin, namun type ini dapat muncul pada sembarang usia. Insiden diabetes type
satu sebanyak 30 rb kasus baru setiap tahunnya dan dapat di bagi dalam dua sub
type yaitu : (1) autoimun, akibat di fungsi atau auto imun dengan kerusakan sel
beta, (2) idiopatik, tanpa bukti adanya auto imun dan tidak di ketahui
sumbernya.sub type ini sering timbul pada teknik keturunan afrika,amerika dan
asia. (Suyono, 2009)
b. Diabetes type dua atau di kenal sebagai type dewasa atau type ounset maturitas dan
type dependen insulin. Insiden type dua sebesar 650.000 kasus baru setiap
barunya. Obesitas sering di kaitkan dengan type ini. (Suyono, 2009)
b. Diabetes gestasional (kehamilan)
Diabetes gestasional di dapat pertama kali selama kehamilan dan mempengaruhi
4% dari semua kehamilan. Faktor resiko terjadinya GDM adalah usia tua, atnik,
obesitas, multiparitas, riwayat keluarga, dan riwayat gustasional terdahulu. Karena
terjadi pweningkatan sekresi sebagai hormon yang mempunyai efek metabolic
terhadap toleransi glukosa maka kehamilan adalah suatu keadaan diagetogenik.
(Suyono, 2009)
c. Diabeteskhusus lain
1.) Kelainan genetic dalam sel beta, diabetes sub type ini memiliki prefarensi
familiar yang tinggi dan bermanifestasi sebelum usia 14 tahun. Pasien sering
kali obesitas dan resisten terhadap insulin.
2.) Kelainan genetic pada kerja insulin men yebabkan sindrom resistensi insulin
berat.
3.) Penyakit pada eksokrin pangkreas menyebabkan pangkreatitis kronik
4.) Penyakit endokrin seperti sindrom cussing dan akromegali
5.) Obat-obat yang bersifat toksik terhaadap sel beta. (Suyono, 2009)
B. Konsep KDM Nutrisi
1. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan, kerongkongan, lambung, usus
halus, usus besar, rectum dan anus.
a. Mulut
Gigi berfungsi untuk menghancurkan makanan pada awal proses pencernaan.
Mengunyah dengan baik dapat mencegah terjadinya luka parut pada permukaan
saluran pencernaan. Setelah dikunyah lidah mendorong gumpalan makanan ke
dalam faring, dimana makanan bergerak ke esophagus bagian atas dan kemudian
ke bawah ke dalam lambung. (smelzer dan bare 2006)
b. Esofagus
Esofagus adalah sebuah tube yang panjang. Sepertiga bagian atas adalah terdiri
dari otot yang bertulang dan sisanya adalah otot yang licin. Permukaannya diliputi
selaput mukosa yang mengeluarkan secret mukoid yang berguna untuk
perlindungan. (smelzer dan bare 2006)
c. Lambung
Gumpalan makanan memasuki lambung, dengan bagian porsi terbesar dari saluran
pencernaan. Pergerakan makanan melalui lambung dan usus dimungkinkan dengan
adanya peristaltic, yaitu gerakan konstraksi dan relaksasi secara bergantian dari
otot yang mendorong substansi makanan dalam gerakan menyerupai gelombang.
Pada saat makanan bergerak ke arah spingter pylorus pada ujung distal lambung,
gelombang peristaltik meningkat. Kini gumpalan lembek makanan telah menjadi
substansi yang disebut chyme. Chyme ini dipompa melalui spingter pylorus
kedalam duodenum. Rata-rata waktu yang diperlukan untuk mengosongkan
kembali lambung setelah makan adalah 2sampai 6 jam.
d. Usus halus
Usus halus yang terdiri dari duodenum, jejunum, dan ileum yang panjangnya kira-
kira 6 meter dengan diameter 2,5 cm. Usus besar terdiri dari rectum, colon dan
rectum yang kemudian bermuara pada anus. Panjang usus besar sekitar 1,5 meter
dengan diameter kira-kira 6 cm. Usus menerima makanan yang sudah berbentuk
chime (setengah padat) dari lambung untuk mengabsorbsi air, nutrient, potassium,
bikarbonat dan enzim. (smelzer dan bare 2006)
Chyme bergerak karena adanya peristaltik usus dan akan berkumpul menjadi
feses di usus besar. Dari makan sampai mencapai rectum normalnya diperlukan
waktu 12 jam. Gerakan colon dibagi menjadi 3 bagian yaitu, pertama houstral
shuffing adalah gerakan mencampur chyme untuk membantu mengabsorbsi air,
kedua kontraksi haustrl yaitu gerakan untuk mendorong materi air dan semi padat
sepanjang colon, ketiga gerakan peristaltic yaitu gerakan maju ke anus yang berupa
gelombang. Makanan yang sudah melewati usus halus : Chyme, akan tiba di
rectum 4 hari setelah ditelan, jumlah chime yang direabsorbsi kurang lebih 350 ml.
(smelzer dan bare 2006)
e. Usus besar (kolon)
Kolon orang dewasa, panjangnya kurang lebih 125-150 cm atau 50-60 inch, terdiri
dari :Sekum, yang berhubungan langsung dengan usus halus. Kolon terdiri dari
kolon asenden, transversum, desenden dan sigmoid. Rektum, 10-15 cm/ 4-6 inch.
Fungsi utama usus besar (kolon) adalah (smelzer dan bare 2006) :
1.) Absorbsi air dan nutrient
2.) Proteksi/ perlindungan dengan mensekresikan mucus yang akan melindungi
dinding usus trauma oleh feses dan aktivitas bakteri.
3.) Menghantarkan sisa makanan sampai ke anus dengan cara berkontraksi.

f. Anus/ anal/ orifisium eksternal


Panjangnya kurang lebih 2,5-5 cm atau 1-2 inch, mempunyai 2 spingter yaitu
internal (involunter) dan eksternal (volunter). Panjang rectum bervariasi, sesuai
dengan usia :
Bayi : 2,5-3,8 cm
Toddler : 4 cm
Pra sekolah : 7,6 cm
Sekolah : 10 cm
Dewasa : 10-15 cm. (smelzer dan bare 2006).
2. Pengertian
Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan
penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima
makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan
tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan zat sisa.
( Guyton, 2007 )
Nutrisi berfungsi untuk membentuk dan memelihara jaringan tubuh, mengatur
proses-proses dalam tubuh, sebagai sumber tenaga, serta untuk melindungi tubuh dari
serangan penyakit. Dengan demikian, fungsi utama nutrisi adalah untuk memberikan
energy bagi aktivitas tubuh, membentuk struktur kerangkadan jaringan tubuh, serta
mengatur berbagai proses kimia dalam tubuh. ( Guyton, 2007 )
Masalah nutrisi erat kaitannya dengan intake makanan dan metabolisme tubuh
serta faktorfaktor yang mempengaruhinya. Secara umum faktor yang mempengaruhi
kebutuhan nutrisi adalah faktor fisiologis untuk kebutuhan metabolisme basal, faktor
patofisiologi seperti adanya penyakit tertentu yang mengganggu pencernaan atau
meningkatkan kebutuhan nutrisi, faktor sosio-ekonomi seperti adanya kemampuan
individu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi. ( Guyton, 2007 )
Nutrien adalah suatu unsur yang dibutuhkan untuk proses dan fungsi tubuh.Gizi
adalah substansi organic dan non organic yang ditemukan dalam makanan dan
dibutuhkan oleh tubuh agar dapat berfungsi dengan baik (kozier,2010)

3. Komponen-Komponen Nutrient
a. Air
Air meliputi 60%-70% berat badan individu dewasa dan 80% berat badan bayi
(potter & perry, 1992). Individu dewasa dapat kehilangan cairan kurang lebih 2-3
liter per hari melalui keringat, urin, dan pernapasan.
Air memiliki peranan yang besar bagi tubuh. Selain sebagai komponen
penyusun sel yang utama, air juga berperan dalam menyalurkan zat-zat makanan
menuju sel. Fungsi air bagi tubuh sendiri adalah untuk membantu proses/ reaksi
kimia dalam tubuh serta berperan dalam mengontrol temperatur tubuh. Tidak ada
satupun organ tubuh yang mampu berfungsi tanpa air. ( Guyton, 2007 )
b. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energy utama. Setiap 1g karbohidrat
menghasilkan 4 kkal. Karbohidrat yang disimpan dalam hati dan otot berbentuk
glikogen dengan jumlah yang sangat sedikit. Glikogen adalah sintesis dari
glukosa, pecahan energi selama masa istirahat atau puasa. Kelebihan energi
karbohidrat berbentuk asam lemak. Metabolisme karbohidrat mengandung 3
proses, yaitu :
1.) Katabolisme glikogen menjadi glukosa, karbon dioksida dan
airdisebutglikogenolisis.
2.) Anabolisme glukosa terbentuk glikogen disebut glikogenesis.
3.) Perubahan dari asam amino dan gliserol menjadi glukosa disebut
glukoneogenesis. ( Guyton, 2007 )
c. Protein
Protein berfungsi untuk pertumbuhan, mempertahankan dan mengganti
jaringan tubuh. Setiap 1g protein menghasilkan 4 kkal. Bentuk sederhana dari
protein adalah asam amino. Asam amino disimpan dalam jaringan berbentuk
hormone dan enzim. Asam amino esensial tidak dapat disintesis dalam tubuh,
tetapi harus didapat dari makanan. ( Guyton, 2007 )
d. Lemak
Lemak merupakan sumber energi paling besar. 1g lemak akan menghasilkan 9
kkal. Lipid adalah lemak yang dapat membeku pada suhu ruangan tertentu,
dimana lipid tersebut terdiri atas trigliserida dan asam lemak. Proses terbentuknya
asam lemak disebut lipogenesis. Kegiatan yang membutuhkan energi, antara lain :
1.) Pernapasan, sirkulasi darah, suhu tubuh, dll. ( Guyton, 2007 )
2.) Kegiatan mekanik oleh otot.
3.) Aktivitas otak dan saraf.
4.) Energi kimia untuk membangun jaringan, enzim, dan hormon.
5.) Sekresi cairan pencernaan.
6.) Absorbsi zat-zat gizi disaluran pencernaan.
7.) Pengeluaran hasil metabolisme.

Faktor-faktor yang mempengaruhikebutuhanenergi :

1.) Basal Metabolisme meningkat


2.) Aktivitas tubuh
3.) Faktor usia
4.) Suhu lingkungan
5.) Penyakit
e. Vitamin
Vitamin adalah senyawa organic yang tidak dapat dibuat oleh tubuh dan
diperlukan dalam jumlah besar sebagai katalisator dalam proses metabolisme.
Vitamin secara umum diklasifikasikan ke dalam :
1.) Vitamin yang dapat larut dalam lemak, yaitu : vitamin A, vitamin D, vitamin
E, vitamin K.
2.) Vitamin yang larut dalam air, yaitu vitamin B dan vitamin C.
1.) Mineral
Mineral dikategorikan menjadi 2 :
1.) Macromineral, yaitu : seseorang memerlukan setiap harinya sejumlah lebih
dari 100 mg.Contohnya : kalsium, phosphor, sodium, potasium, magnesium,
klorida, dan sulfur.
2.) Micromineral, yaitu : seseorang memerlukan setiap harinyasejumlah kurang
lebih 100 mg.Contohnya : besi, seng, mangan, iodium, selinium, cobalt,
kromium, tembaga, dan klorida.
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
a. Keseimbangan Metabolisme dan energi tubuh
b. Metablisme berarti perubahan yang menyangkut segala transportasi kimiawi serta
energi yang terjadi dalam tubuh.
c. Jumlah energi yang dibebaskan oleh katabolisme zat makanan dalam tubuh sama
dengan energi yang dibebaskan bila zat makanan dibakar di luar tubuh.
d. Energi output = kerja luar + Simpanan energi + Panas
b .Faktor yang mempengaruhi laju metabolisme adalah :
1.) Kerja otot
2.) Konsumsi Oksigen
3.) Pemberian makanan
4.) Lingkungan
5 Dampak gangguan pemasukan nutrisi
Dampak gangguan pemasukan nutrisi tergantung pada macam dan tipe
nutrisi yang meliputi lamanya pemasukan yang inadekuat atau konsumsi yang
berlebihan dan juga umur seseorang.
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola diet :
a. Kebudayaan
b. Agama
c. Kesukaan seseorang terhadap makanan
d. Sikap dan emosi
e. Letak geografi
f. Faktor ekonomi ( Guyton, 2007 )
C. KonsepAsuhanKeperawatan Diabetes Militus
1. Pengkajian.
Mengumpulkan data pasien DM baik dengan pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang, wawancara, observasi dan dokumentasi secara biopsikososial dan
spiritual.
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, suku bangsa,
status perkawinan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, no.register RS, Diagnosa
medis, penanggung jawab.
b. Keluhan utama.
Biasanya pasien datang dengan keluhan : pusing, lemah, letih, luka yang tidak
sembuh.
c. Riwayat penyakit sekarang.
1.) Perubahanpola berkemih.
2.) Pusing.
3.) Mual, muntah.
4.) Apa ada diberi obat sebelum masuk RS.
d. Riwayat penyakit dahulu.
Apakah pasien punya penyakit DM sebelumnya.
e. Riwayat penyakit keluarga.
Tanyakan pada pasien apa ada keluarga yang menderita penyakit keturunan
seperti yang di derita pasien.
f. Pemeriksaan fisik.
1.) Keadaan umum :
Tanda vital, kesadaran, TB, BB.
2.) Kepala :
I : keadaan rambut, warna rambut,
P: apa ada massa.,adakahnyeritekan
3.) Mata :
I: bagaimana pupilnya, warna sklera, kunjungtiva, bagaimana reaksi
pupil terhadap cahaya,
4.) Hidung :
I: strukturnya, apa ada polip, peradangan, fungsi penciuman
P: adakahnyeritekan
5.) Telinga :
I:strukturnya, apa ada cairan keluar dari telinga, peradangan,
P: adakah nyeri.tekan
6.) Mulut :

I: keadaanmulut, gigi, mukosamulutdanbibir, apaadagangguanmenelan.

7.) Leher :
I: keadaan leher, kelenjar tiroid.
8.) Dada/pernapasan/sirkulasi :
I: bentuk dada, frekuensi napas, , gerakan dinding dada.
P: adakahsuaratambahan, sonor
P:tidakadanyeritekan
A:apa ada bunyi tambahan
9.) Abdomen :
I: struktur, kebersihan, apa ada asites, kembung,
P:apa ada nyeri tekan
P: tidakadanyeritekan
A:bising usus timpani/ hipertimpani
10.) keadaan kulit
I: warnanya, turgor,
P: adakahedema, lesi, memar.
2. Diagnose
a. Defisit Nutrisi
Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.
Penyebab
1.) Ketidakmampuan menelan makanan
2.) Ketidakmampuan mencerna makanan
3.) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
4.) Peningkatan kebutuhan metabolisme
5.) Faktor ekonomi (mis, finansial dan tidak mencukupi)
6.) Faktor psiologis (mis, stress, keengganan untuk makan)
Gejala dan Tanda Mayor
1.) Subjektif (tidak tersedia)
2.) Objektif : berat badan menururn minimal 10% ibawah rentang ideal
Gejala dan Tanda Minor
1.) Subjektif :
a.) Cepat kenynag setelah makan
b.) Kram/ nyeri abdomen
c.) Nafsu makan menurun
2.) Objektif :
a.) Bising usus hiperaktif
b.) Otot pengunyah lemah
c.) Otot menelan lemah
d.) Membran mukosa pucat
e.) Sariawan
f.) Serum albumin turun
g.) Rambut rontok berlebihan
h.) Diare

b. Resiko Ketidakseimbangan Cairan


Definisi : beresiko megngalami penurunan, peningkatan atau percepatan
perpindahan cairan dari intravaskular, intersitial atau intraseluler
Faktor Resiko
1.) Prosedur pembedahan mayor
2.) Trauma/ perdarahan
3.) Luka bakar
4.) Aferesis
5.) Asites
6.) Obstruktif intestinal
7.) Peradangan pankreas
8.) Penyakit ginjal dan kelenjar
9.) Disfungsi intestinal
c. Resiko Infeksi
Definisi : Beresiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik
Fakor Resiko
1.) Penyakit kronis (mis, DM)
2.) Efek prosedur invasif
3.) Malnutrisi
4.) Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan
Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer:
1.) Gangguan peristaltik
2.) Kerusakan integritas kulit
3.) Perubahan sekresi pH
4.) Penuruna kerja siliaris
5.) Ketuban pecah lama
6.) Ketuban pecah sebelum waktunay
7.) Merokok
Statis cairan tubuh
1.) Penurunan hemoglobin
2.) Imunosupresi
3.) Leukopenia
4.) Supresi respon inflamasi
5.) Vaksin tidak adekuat
3. Intervensi
a. Defisit Nutrisi
Tujuan/ kriteria hasil
1.) Mempertahankan berat badan __kg atau bertambah __kg pada __
2.) Menjelaskan komponen diet bergizi adekuat
3.) Menungkapkan tekad untuk mematuhi diet
4.) Menoleransi diet yang dianjurkan
5.) Mempertahankan massa tuguh dan berat badan dalam baas normal
6.) Memiliki nilai labiratorium (misalnya, transferin, albumin, dan elektrolit
dalam batas normal)
7.) Melaporkan tingkat energi yang adekuat
Aktivitas Keperawatan
1.) Ketahui makanan kesukaan oasien
2.) Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebuuhan nutrisi
3.) Pantau kandunaga nutrisi dan kalori pada catatan asupan
4.) Timbang pasien pada interval yang tepat
Penyuluhan untuk pasien/ keluarga
1.) Ajarkan metode untuk perencanaan makan
2.) Ajarkan pasien/ keluarga tentang makana yang bergizi dan tidak mahal
3.) NIC; berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi bagaimana
memenuhinya
Aktivitas kolaboratif
1.) Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein pasien yang
mengalami ketidak adekuatan asupan protein atau kehilangan protein (mis,
pasien anoreksia nervosa atau penyakit glomerular/ dialisis paritonal)
2.) Dikusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan, makanan
pelengkap, pemberian makana melalui selang, atau nutrisi parenteral total agar
asupan kalori yang adekuat dapat dipertahankan
3.) Rujuk ke dokter untuk menentukan penyebaba gangguan nutrisi
4.) Rujuk ke program gizi di komuitas yang tepat, jika pasien tidak membeli atau
menyiapkan makanan yang adekuat.
Aktifitas lain
1.) Buat perencanaan makan dengan pasien yang masuk dalam jadwal makan,
lingkungan makan,kesukaan pasien, serta suhu makanan.
2.) Dukung anggota keluarga untuk membawa makan kesukaan pasien dari
rumah
3.) Bantu pasien menulis tujuan minggguan yang realistis utnuk latihan fisik dan
asupan makanan
4.) Anjurkan pasien untuk menampilkan tujuan makan dan latihan fisik di lokasi
yang terlihat jelas dan kaji ulang setiap hari
5.) Tawarkan makan porsi besar disiang hari ketika nafsu makan tinggi
6.) Ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk makan
7.) Hindari prosedur infasif sebelum makan
8.) Suapi pasien, jika perlu.
b. Resiko Ketidakseimbangan Cairan
Tujuan/ Kriteria Hasil
1.) Memilki konsistensi urin yang normal
2.) Memiliki hematokrit dan hemoglobin dalam batas normal untuk pasien
3.) Memiliki tekkanan vena sentral dan pulmonal dalam rentang yang dihasapkan
4.) Tidak mengalami haus yang tidak normal
5.) Memiliki keseimbangan asupan dan haluaran yang simbang dalam 24 jam
6.) Menampilkan hidrasi yang baik (membran mukosa lembab, mampu
berkeringat)
7.) Memeiliki asupan cairan oral dan atau intravena yang adekuat
Aktifitas keperawatan
1.) Pantau warna, jumlah, dan frekuensi kehilangan cairan
2.) Observasi khususnya terhadap kehilangan cairan yang tinggi elektrolit (mis,
diare, drainage luka, pengisapan nasogastrik, diaforesis, dan drainase
ileostomi)
3.) Pantau perdarahan( mis, periksa semua sekret dari adanya darah nyata atau
darah samar)
4.) Pantau hasil laboratorium yang relevan dengan keseimbangan cairan (mis,
kadar hematokrit, BUN, albumin, protein total, osmolaritas serum, berat jenis
urin)
5.) Cek arahan lanjut klien untuk menentukan apakah penggantian cairan pada
pasien sakit terminal tepat dilakukan.
Penyuluhan untuk pasien/ keluarga
1.) Anjurkan pasien untuk menginformasikan perawat bila haus
Aktifitas kolaboratif
1.) Laporkan dan catat haluaran
2.) Berikan terapi IV, sesuai program
Aktivitas lain
1.) Lakukan hiegine oral secara sering
2.) Tentukan jumlah cairan yang masuk dalam 24 jam
3.) Pastikan bahwa pasien terhidrasi dengan baik
c. Resiko Infeksi
Tujuan/ Kriteria Hasil
1.) Terbebas dari tanda dan gejala infeksi
2.) Memperlihatkan hiegine personal yang adekuat
3.) Mengindikasikan status gastrointestinal, pernapasan, genitourinaria, dan imun
dalam batas normal
4.) Menggambarkan faktor yang menunjang panularan infeksi
5.) Melaporkan tand aatau gejala infeksi serta mengikuti prosedur skrining dan
pemantauan

AktivitasKeperawatan

1.) Pantau tanda dan gejala infeksi (mis, suhu, tubuh, denyut jantung,drainage,
penampilan luka, sekresi, penampilan urin, suhu kulitm lesi kulit, keletihan,
dan malaise)
2.) Kaji faktor yang dpaat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi (mis, usia
lanjut, usia kurang dari 1 tahun, luluh imun, dan malnutrisi)
3.) Pantau hasil laboratorium (hitung darah lengkap, hitung granulosit, absolut,
hitung jenis, protein serum, dan labumin)
4.) Amati penampilan hiegine personal untuk perlindungan terhadap infeksi
Penyuluhan untuk pasie/ keluarga
1.) Jelaskan kepada pasien dan keluarga mengaa sakit atau terapi meningkatkan
resiko infeksi
2.) Intruksikan menjaga hiegine personal untuk melindungi tubuh terhadap
infeksi (mis, mencuci tangan)
Aktivitas kolaboratif
1.) Ikuti protokol institusi untuk melaporkan suspect infeksi atau kultur positif
2.) Berikan terapi antibiotik, bila perlu
Aktivitas lain
1.) Bersihkan lingkungan dengan benar stelah dipergunakan masing masing
pasien
2.) Pertahankan teknik isolasi
3.) Terapkan kewaspadaan universal
4.) Batasi jumlah pengunjung bila perlu
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Diabetes millitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan
metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan komplikasi pada
mata,ginjal,saraf dan pembuluh darah.Diabetes mellitus mempunyai etiologi yang
heterogen, dimana berbagai lesi dapat menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi
diterminan genetic biasanya memegang peranan penting pada mayoritas DM.
Seperti halnya penyakit maupun kelainan badan lainnya, diabetes melitus juga
mempunyai tanda maupun gejala yang dapat diamati secara langsung (tanpa memerlukan
cek lab terlebih dahulu). Dengan demikian, penderita dapat dengan mudah melihat
adanya kelainan maupun masuknya penyakit dalam tubuhnya terutama yang baerkaitan
dengan diabetes melitus. Gejala klasik penyakit diabetes melitus dikenal dengan istilah
trio-P, yaitu meliputi Poliuri (banyak kencing), Polidipsi (banyak minum), dan Poliphogi
(banyak makan).
Pasien-pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan
kadar glukosa plasma yang normal atau toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia
yang parah yang melebihi ambang ginjal normal (konsentrasi glukosa darah sebesar 160-
180 mg/100ml), akan timbul glikosuria karena tubulus-tubulus renalis tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa. Pada DM type 1 tubuh kehilangan kemampuan untuk
memproduksi insulin sehingga insulin eksogenus harus di berikan

B. Saran
Marilah kita belajar dengan sungguh-sungguh didalam dunia pendidikan tinggi
keperawatan supaya menghasilkan tenaga keperawatan professional yang mampu
mengadakan pembaharuan dan perbaikan mutu pelayanan/asuhan keperawatan, serta
penataan perkembangan kehidupan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Bilous, R. W . 2008. Seri Kebutuhan Bimbingan pada Diabetes, Dian Rakyat, Cetakan 3. Jakarta

: EGC

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3. Jakarta : EGC

Guyton A. C dan Hall J E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC

PPNI, T. P. 2017. Standar Doagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat

Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Kozier B. 2010. Buju Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan Praktik. Edisi VII.

Volume 1. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif, dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ke-3. Jakarta : Medica

Aesculpapus, FKUI

Murwani, A. 2009. Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Yogyakarta : Goysen Publishing

Padila. 2012. Buku Ajar : keperawatan medikal bedah. Yogyakarta : Nuha Medika

Smeltzer, S C. And Bare, B G. 2006. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Suyono, S. 2009. Penatalaksanaan Diabetes Terpadu. Jakarta : EGC

Wijaya A S dan Putri Y M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan Dewasa Teori

dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika

Wilkinson, J. M. 2016. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai