Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1.1 Definisi
Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung. Peradangan
ini mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai terlepasnya epitel
jukosa superfisial yang menjadi penyebab terpenting gangguan dalam sistem
pencernaan. (Utami, 2018)
Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat
akut, kronik, difus, atau lokal yang disebabkan olek bakteri atau obat-obatan
(Price, 2015)
Gastritis merupakan peradangan permukaan mukosa lambung yang akut
dengan kerusakan-kerusakan erosi. Erosi karena perlukaan hanya pada bagian
mukosa. (Inayah, 2014).
Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa gastritis adalah
peradangan pada mukosa lambung dan submukosa lambung yang bersifat
secara akut, kronis, difus atau lokal akibat infeksi dari bakteri, obat-obatan dan
bahan iritan lain, sehingga menyebabkan erosi pada lapisan-lapisan tersebut
dengan gambaran klinis yang ditemukan berupa dispepsia atau indigesti.
1.2 Etiologi
Gastritis terjadi akibat peradangan pada dinding lambung. Dinding
lambung tersusun dari jaringan yang mengandung kelenjar untuk
menghasilkan enzim pencernaan dan asam lambung. Selain itu, dinding
lambung juga dapat menghasilkan lendir (mukus) yang tebal untuk
melindungi lapisan mukosa lambung dari kerusakan akibat enzim pencernaan
dan asam lambung. Rusaknya mukus pelindung ini dapat menyebabkan
peradangan pada mukosa lambung.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan rusaknya mukus pelindung, adalah:
a. Infeksi bakteri. Infeksi bakteri merupakan salah satu penyebab gastritis
yang cukup sering terjadi, terutama di daerah dengan kebersihan
lingkungan yang kurang baik. Bakteri yang dapat menyebabkan infeksi
pada lambung dan menimbulkan gastritis, cukup banyak jenisnya. Namun,
yang paling sering adalah bakteri Helicobacter pylori. Selain dipengaruhi
faktor kebersihan lingkungan, infeksi bakteri ini juga dipengaruhi oleh
pola hidup dan pola makan.
b. Pertambahan usia. Seiring bertambahnya usia, lapisan mukosa lambung
akan mengalami penipisan dan melemah. Kondisi inilah yang
menyebabkan gastritis lebih sering terjadi pada lansia dibandingkan orang
yang berusia lebih muda.
c. Berlebihan mengonsumsi minuman beralkohol. Minuman beralkohol
dapat mengikis lapisan mukosa lambung, terutama jika seseorang sangat
sering mengonsumsinya. Pengikisan lapisan mukosa oleh alkohol dapat
menyebabkan iritasi dan peradangan pada dinding lambung, sehingga
mengakibatkan terjadinya gastritis, terutama gastritis akut.
d. Terlalu sering mengonsumsi obat pereda nyeri. Obat pereda nyeri yang
dikonsumsi terlalu sering dapat menghambat proses regenerasi lapisan
mukosa lambung, yang berujung pada cedera dan pelemahan dinding
lambung, sehingga lebih mudah mengalami peradangan. Beberapa obat
pereda nyeri yang dapat memicu gastritis jika dikonsumsi terlalu sering,
adalah aspirin, ibuprofen, dan naproxen.
e. Autoimun. Gastritis juga dapat terjadi karena dipicu oleh penyakit
autoimun. Gastritis jenis ini disebut gastritis autoimun. Gastritis autoimun
terjadi pada saat sistem imun menyerang dinding lambung, sehingga
menyebabkan peradangan.
1.4 Patofisiologi
a. Gastritis Akut
Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stress, zat kimia obat-obatan
dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada pasien yang
mengalami stress akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus
Vagus), yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) di dalam
lambung akan meniumbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia. Zat kimia
maupun makanan yang merangsang akan menyebabkna sel epitel
kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus mengurangi
produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa
lambung agar tidak ikut tercerna respon mukosa lambung karena
penurunan sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilitasi sel mukosa
gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat enzim yang memproduksi asal
klorida atau HCl, terutama daerah fundus. Vasoliditasi mukosa gaster akan
menyebabkan produksi HCl meningkat. Anoreksia juga dapat
menyebabkan rasa nyeri, rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena kontak
HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat penurunan
sekresi mukus dapat berupa pengelupasan. Pengelupasan sel mukosa
gaster akan mengakibatkan erosi memicu timbulnya pendarahan.
Pendarahan yang terjadi dapat mengancam hidup penderita, namun dapat
juga berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi menghilang
dalam waktu 24-48 jam setelah pendarahan (Wilson, 2010)
b. Gastritis Kronis
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benign atau
maligna dari lambung atau oleh bakteri helicobactery pylory (H.pylory).
Gastritis kronis dapat diklasifikasikan sebagai tipe A/tipe B, tipe A (sering
disebut sebagai gastritis autoimun) diakibatkan dari perubahan sel parietal,
yang menimbulkan atrofi dan infiltrasi seluler. Hal ini dihubungkan
dengan penyakit autoimun seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada
fundus atau korpus dari lambung. Tipe B (kadang disebut sebagai gastritis)
mempengaruhi antrum dan pylorus (ujung bawah lambung dekat
duodenum) ini dihubungkan dengan bakteri Pylory. Faktor diet seperti
minum panas atau pedas, penggunaan atau obat-obatan alkohol, merokok,
atau refluks isi usus ke dalam lambung. (Smeltzerdan Bare, 2011)
1.5 Pathway
1.6 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin dapat terjadi pada gastritis menurut Dermawan,
(2010) adalah;
a. Perdarahan saluran cerna bagian atas
b. Ulkus peptikum, perforasi dan anemia karena gangguan absorbs vitamin B
1.8 Penatalaksanaan
A.Penatalaksanaan Farmakolofi
1. Penatalaksanaan pada gastritis secara medis meliputi:
Gastritis akut Diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari
alkohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu makan
melalui mulut, diet mengandung gizi danjurkan. Bila gejala menetap, cairan
perlu diberikan secara parenteral. Bila perdarahan terjadi, maka
penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk
hemoragik saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan oleh
mencerna makanan yang sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari
pengenceran dan penetralisasian agen penyebab.
a) Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida umum ( missal:
alumunium hidroksida ) untuk menetralisasi alkali, digunakan jus lemon
encer atau cuka encer
b) Bila korosi luas atau berat, emetik, dan lafase dihindari karena bahaya
perforasi.
Terapi pendukung mencakup intubasi, analgesic dan sedative, antasida,
serta cairan intravena. Endoskopi fiberopti mungkin diperlukan. Pembedahan
darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangrene atau jaringan perforasi.
Gastrojejunostomi atau reseksi lambungmungkin diperlukan untuk mengatasi
obstruksi pilrus. Gastritis kronis diatasi dengan memodifikasi diet pasien,
meningkatkan istiratahat, mengurangi stress dan memulai farmakoterapi. H.
Pilory data diatasi dengan antibiotic (seperti tetrasiklin atau amoksisilin) dan
garam bismu (pepto bismo).
Menurut Baughman (2000. Hal 188) penatalaksanaan medis pada pasien
gastritis, baik gastritis akut maupun gastritis kronis ialah sebagai berikut :
a. Gastritis akut
1) Pantang minum alkohol dan makan sampai gejala-gejala menghilang; ubah
menjadi diet yang tidak mengiritasi
2) Jika gejala-gejala menetap, mungkin di perlukan cairan IV.
3) Jika terdapat pendarahan, penatalaksanaannya serupa dengan hemoragi yang
terjadi pada saluran gastrointestinal bagian atas.
4) Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat atau alkali, encerkan dan
netralkan asam dengan antasida umum, mis., aluminium hidroksida
5) Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah jeruk yang
encer atau cuka di encerkan.
6) Jika korosi parah, hindari emetic dan bilas lambung karena bahaya
perforasi.
b. Gastritis kronis
1) Modifikasi diit, istirahat, reduksi stress, farmakoterapi.
2) H. pylori mungkin diatasi dengan antibiotic (misalnya tetrasiklin atau
amoksisilin) dan garam bismuth (Pepto Bismol).
B.Penatalaksanaan Non Farmakologi
Penatalaksanaan secara keperawatan meliputi:
a) Tirah baring
b) Mengurangi stress
c) Diet
Air teh, air kaldu, air jahe dengan soda kemudian diberikan peroral pada interval
yang sering. Makanan yang sudah dihaluskan seperti pudding, agar-agar dan sup,
biasanya dapat ditoleransi setelah 12 – 24 jam dan kemudian makanan-makanan
berikutnya ditambahkan secara bertahap. Pasien dengan gastritis superficial yang
kronis biasanya berespon terhadap diet sehingga harus menghindari makanan
yang berbumbu banyak atau berminyak.
Pada penatalaksanaan gastritis secara umum adalah menghilangkan
faktor utama yaitu etiologinya, diet lambung dengan porsi kecil dan sering, serta
Obat-obatan.
C.Cara mengobati Maag dengan cara pijet relaksasi
Banyak cara dan jalan yang bisa anda tempuh untuk mengobati sakit maag yang
anda derita, selain menggunakan obat-obatan kimia dan herbal yang banyak
beredar di pasaran, anda juga bisa mengobati sakit maag dengan metode pijar
refleksi yang terbukti aman dan mampu menyembuhkan sakit maag sampai
tuntas. Mengobati sakit maag dengan refleksi adalah dengan melakukan pemijatan
pada titik-titik syaraf tertentu yang akan menyeimbangkan kinerja kelenjar dan
kinerja lambung secara umum, dimana cara ini telah teruji mampu mengurangi
rasa sakit pada lambung serta menjadi jalan kesembuhan bagi banyak orang yang
pernah mengalaminya.
a.Titik refleksi sakit Maag
Dan berikut ini adalah titik-titik refleksi sakit maag yang berhubungan dengan
lambung;
Keterangan :
Titik saraf serabut saraf lambung di telapak kaki kanan dan kiri
Titik saraf lambung di telapak kaki kanan dan kiri
Titik saraf lambung yang berada di telapak tangan kanan dan kiri. Lakukan
pemijatan pada titik refleksi sakit maag tersebut selama minimal 2 menit disetiap
titiknya, pijat dengan perlahan jangan terlalu keras.
b.Titik Akupresure Sakit Maag
Pemijatan pada titik syaraf akupresure untuk mempercepat penyembuhan, antara
lain;
titik akupresure terletak di garis tengan perut 3 jari sejajar diatas pusar.
Titik akupresur untuk sakit perut berada 2 jari sejajar dibawah pusar.
c) Pemerisaan Penunjang
Diagnosis dapat ditegakkan dengan DL, BJ Plasma, kultur
Analisa lambung sekresi : hambatan HCL / peningkatan HCL
Endoskopi : terdapat luka pada mukosa gaster
Sinar-sinar barium : terdapat luka pada gaster / intestinal.
Price, 2015 Konsep Kinis Proses-Proses Penyait. Edisi 6, Vol.2. Jakarta: EGC
Smeltzer, 2011 Buku Ajar keperawatan medical Bedah Edisi 8 Vol. 2. EGC :
Jakarta.