Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KASUS GASTRITIS

NAMA : FANNISA DIAH IZZHATY


NIM : 19020027

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI
JEMBER
YAYASAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL
2019-2020
LAPORAN PENDAHULUAN
GASTRITIS

1.1 Definisi
Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung. Peradangan
ini mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai terlepasnya epitel
jukosa superfisial yang menjadi penyebab terpenting gangguan dalam sistem
pencernaan. (Utami, 2018)
Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat
akut, kronik, difus, atau lokal yang disebabkan olek bakteri atau obat-obatan
(Price, 2015)
Gastritis merupakan peradangan permukaan mukosa lambung yang akut
dengan kerusakan-kerusakan erosi. Erosi karena perlukaan hanya pada bagian
mukosa. (Inayah, 2014).
Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa gastritis adalah
peradangan pada mukosa lambung dan submukosa lambung yang bersifat
secara akut, kronis, difus atau lokal akibat infeksi dari bakteri, obat-obatan dan
bahan iritan lain, sehingga menyebabkan erosi pada lapisan-lapisan tersebut
dengan gambaran klinis yang ditemukan berupa dispepsia atau indigesti.

1.2 Etiologi
Gastritis terjadi akibat peradangan pada dinding lambung. Dinding
lambung tersusun dari jaringan yang mengandung kelenjar untuk
menghasilkan enzim pencernaan dan asam lambung. Selain itu, dinding
lambung juga dapat menghasilkan lendir (mukus) yang tebal untuk
melindungi lapisan mukosa lambung dari kerusakan akibat enzim pencernaan
dan asam lambung. Rusaknya mukus pelindung ini dapat menyebabkan
peradangan pada mukosa lambung.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan rusaknya mukus pelindung, adalah:
a. Infeksi bakteri. Infeksi bakteri merupakan salah satu penyebab gastritis
yang cukup sering terjadi, terutama di daerah dengan kebersihan
lingkungan yang kurang baik. Bakteri yang dapat menyebabkan infeksi
pada lambung dan menimbulkan gastritis, cukup banyak jenisnya. Namun,
yang paling sering adalah bakteri Helicobacter pylori. Selain dipengaruhi
faktor kebersihan lingkungan, infeksi bakteri ini juga dipengaruhi oleh
pola hidup dan pola makan.
b. Pertambahan usia. Seiring bertambahnya usia, lapisan mukosa lambung
akan mengalami penipisan dan melemah. Kondisi inilah yang
menyebabkan gastritis lebih sering terjadi pada lansia dibandingkan orang
yang berusia lebih muda.
c. Berlebihan mengonsumsi minuman beralkohol. Minuman beralkohol
dapat mengikis lapisan mukosa lambung, terutama jika seseorang sangat
sering mengonsumsinya. Pengikisan lapisan mukosa oleh alkohol dapat
menyebabkan iritasi dan peradangan pada dinding lambung, sehingga
mengakibatkan terjadinya gastritis, terutama gastritis akut.
d. Terlalu sering mengonsumsi obat pereda nyeri. Obat pereda nyeri yang
dikonsumsi terlalu sering dapat menghambat proses regenerasi lapisan
mukosa lambung, yang berujung pada cedera dan pelemahan dinding
lambung, sehingga lebih mudah mengalami peradangan. Beberapa obat
pereda nyeri yang dapat memicu gastritis jika dikonsumsi terlalu sering,
adalah aspirin, ibuprofen, dan naproxen.
e. Autoimun. Gastritis juga dapat terjadi karena dipicu oleh penyakit
autoimun. Gastritis jenis ini disebut gastritis autoimun. Gastritis autoimun
terjadi pada saat sistem imun menyerang dinding lambung, sehingga
menyebabkan peradangan.

1.3 Manifestasi Klinis


Gambaran klinis pada gastritis yaitu :
1. Gastritis akut, gambaran klinis meliputi ;
a. Dapat terjadi ulserasi superfisial dan dapat menimbulkan hemoragi.
b. Rasa tidak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala, kelesuan, mual,
dan anoreksia, disertai muntah dan cegukan
c. Beberapa pasien menunjukkan asimptomatik
d. Dapat terjadi kolik dan diare jika makanan yang mengiritasi tidak
dimuntahkan, tetapi malah mencapai usus.
e. Pasien biasanya pulih kembali sekitar sehari, meskipun nafsu mungkin
akan hilang selama 2 sampai 3 hari. (Smeltzer, 2011)
2. Gastritis Kronis
Pasien dengan gastritis tipe A secara khusus asimtomatik kecuali untuk
gejala defisiensi vitamin B pada gastritis tipe B, pasien mengeluh
anoreksia (nafsu makan menurun), nyeri ulu hati setelah makan, kembung,
rasa asam di mulut, atau mual dan muntah.(Smeltzer,2011)

1.4 Patofisiologi
a. Gastritis Akut
Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stress, zat kimia obat-obatan
dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada pasien yang
mengalami stress akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus
Vagus), yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) di dalam
lambung akan meniumbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia. Zat kimia
maupun makanan yang merangsang akan menyebabkna sel epitel
kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus mengurangi
produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa
lambung agar tidak ikut tercerna respon mukosa lambung karena
penurunan sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilitasi sel mukosa
gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat enzim yang memproduksi asal
klorida atau HCl, terutama daerah fundus. Vasoliditasi mukosa gaster akan
menyebabkan produksi HCl meningkat. Anoreksia juga dapat
menyebabkan rasa nyeri, rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena kontak
HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat penurunan
sekresi mukus dapat berupa pengelupasan. Pengelupasan sel mukosa
gaster akan mengakibatkan erosi memicu timbulnya pendarahan.
Pendarahan yang terjadi dapat mengancam hidup penderita, namun dapat
juga berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi menghilang
dalam waktu 24-48 jam setelah pendarahan (Wilson, 2010)
b. Gastritis Kronis
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benign atau
maligna dari lambung atau oleh bakteri helicobactery pylory (H.pylory).
Gastritis kronis dapat diklasifikasikan sebagai tipe A/tipe B, tipe A (sering
disebut sebagai gastritis autoimun) diakibatkan dari perubahan sel parietal,
yang menimbulkan atrofi dan infiltrasi seluler. Hal ini dihubungkan
dengan penyakit autoimun seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada
fundus atau korpus dari lambung. Tipe B (kadang disebut sebagai gastritis)
mempengaruhi antrum dan pylorus (ujung bawah lambung dekat
duodenum) ini dihubungkan dengan bakteri Pylory. Faktor diet seperti
minum panas atau pedas, penggunaan atau obat-obatan alkohol, merokok,
atau refluks isi usus ke dalam lambung. (Smeltzerdan Bare, 2011)
1.5 Pathway
1.6 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin dapat terjadi pada gastritis menurut Dermawan,
(2010) adalah;
a. Perdarahan saluran cerna bagian atas
b. Ulkus peptikum, perforasi dan anemia karena gangguan absorbs vitamin B

1.7 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan diagnostik menurut Dermawan (2010) dan Doengoes (2010)
sebagai berikut;
a. Radiologi
Sinar – X gastrointestinal bagian atas
b. Endoskopy
Gastroscopy ditemukan maksa yang hiperemik
c. Laboratorium
Mengetahui kadar asam hidroklorida
d. EDG (Esofagagastriduodenoskopi)
Tes diagnostik kunci untuk perdarahan gastritis, dilakukan untuk melihat
sisi perdarahan atau derajat ulkus jaringan atau cidera
e. Pemeriksaan Histopatologi
Tampak kerusakan mukosa karena erosi tidak pernah melewati mukosa
muskularis
f. Feses
Tes feses akan positif H. Pylory Kreatinin : biasanya tidak meningkat bila
perfusi ginjal di pertahankan
g. Amonia
Dapat meningkat apabila disfungsi hati berat mengganggu metabolisme
dan ekskresi urea atau transfusi darah lengkap dan jumlah besar diberikan
h. Natrium
Dapat meningkat sebagai kompensasi hormonal terhadap simpanan cairan
tubuh
i. Kalium
Dapat menurun pada awal karena pengosongan gaster berat atau muntah
atau diare berdarah. Peningkatan kadar kalium dapat terjadi setelah
transfusi darah
j. Amilase Serum
Meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah diduga gastritis.

1.8 Penatalaksanaan
A.Penatalaksanaan Farmakolofi
1. Penatalaksanaan pada gastritis secara medis meliputi:
Gastritis akut Diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari
alkohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu makan
melalui mulut, diet mengandung gizi danjurkan. Bila gejala menetap, cairan
perlu diberikan secara parenteral. Bila perdarahan terjadi, maka
penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk
hemoragik saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan oleh
mencerna makanan yang sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari
pengenceran dan penetralisasian agen penyebab.
a) Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida umum ( missal:
alumunium hidroksida ) untuk menetralisasi alkali, digunakan jus lemon
encer atau cuka encer
b) Bila korosi luas atau berat, emetik, dan lafase dihindari karena bahaya
perforasi.
Terapi pendukung mencakup intubasi, analgesic dan sedative, antasida,
serta cairan intravena. Endoskopi fiberopti mungkin diperlukan. Pembedahan
darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangrene atau jaringan perforasi.
Gastrojejunostomi atau reseksi lambungmungkin diperlukan untuk mengatasi
obstruksi pilrus. Gastritis kronis diatasi dengan memodifikasi diet pasien,
meningkatkan istiratahat, mengurangi stress dan memulai farmakoterapi. H.
Pilory data diatasi dengan antibiotic (seperti tetrasiklin atau amoksisilin) dan
garam bismu (pepto bismo).
Menurut Baughman (2000. Hal 188) penatalaksanaan medis pada pasien
gastritis, baik gastritis akut maupun gastritis kronis ialah sebagai berikut :
a. Gastritis akut
1) Pantang minum alkohol dan makan sampai gejala-gejala menghilang; ubah
menjadi diet yang tidak mengiritasi
2) Jika gejala-gejala menetap, mungkin di perlukan cairan IV.
3) Jika terdapat pendarahan, penatalaksanaannya serupa dengan hemoragi yang
terjadi pada saluran gastrointestinal bagian atas.
4) Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat atau alkali, encerkan dan
netralkan asam dengan antasida umum, mis., aluminium hidroksida
5) Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah jeruk yang
encer atau cuka di encerkan.
6) Jika korosi parah, hindari emetic dan bilas lambung karena bahaya
perforasi.
b. Gastritis kronis
1) Modifikasi diit, istirahat, reduksi stress, farmakoterapi.
2) H. pylori mungkin diatasi dengan antibiotic (misalnya tetrasiklin atau
amoksisilin) dan garam bismuth (Pepto Bismol).
B.Penatalaksanaan Non Farmakologi
Penatalaksanaan secara keperawatan meliputi:
a) Tirah baring
b) Mengurangi stress
c) Diet
Air teh, air kaldu, air jahe dengan soda kemudian diberikan peroral pada interval
yang sering. Makanan yang sudah dihaluskan seperti pudding, agar-agar dan sup,
biasanya dapat ditoleransi setelah 12 – 24 jam dan kemudian makanan-makanan
berikutnya ditambahkan secara bertahap. Pasien dengan gastritis superficial yang
kronis biasanya berespon terhadap diet sehingga harus menghindari makanan
yang berbumbu banyak atau berminyak.
Pada penatalaksanaan gastritis secara umum adalah menghilangkan
faktor utama yaitu etiologinya, diet lambung dengan porsi kecil dan sering, serta
Obat-obatan.
C.Cara mengobati Maag dengan cara pijet relaksasi
Banyak cara dan jalan yang bisa anda tempuh untuk mengobati sakit maag yang
anda derita, selain menggunakan obat-obatan kimia dan herbal yang banyak
beredar di pasaran, anda juga bisa mengobati sakit maag dengan metode pijar
refleksi yang terbukti aman dan mampu menyembuhkan sakit maag sampai
tuntas. Mengobati sakit maag dengan refleksi adalah dengan melakukan pemijatan
pada titik-titik syaraf tertentu yang akan menyeimbangkan kinerja kelenjar dan
kinerja lambung secara umum, dimana cara ini telah teruji mampu mengurangi
rasa sakit pada lambung serta menjadi jalan kesembuhan bagi banyak orang yang
pernah mengalaminya.
a.Titik refleksi sakit Maag
Dan berikut ini adalah titik-titik refleksi sakit maag yang berhubungan dengan
lambung;

Keterangan :
Titik saraf serabut saraf lambung di telapak kaki kanan dan kiri
Titik saraf lambung di telapak kaki kanan dan kiri

Titik saraf lambung yang berada di telapak tangan kanan dan kiri. Lakukan
pemijatan pada titik refleksi sakit maag tersebut selama minimal 2 menit disetiap
titiknya, pijat dengan perlahan jangan terlalu keras.
b.Titik Akupresure Sakit Maag
Pemijatan pada titik syaraf akupresure untuk mempercepat penyembuhan, antara
lain;
titik akupresure terletak di garis tengan perut 3 jari sejajar diatas pusar.
Titik akupresur untuk sakit perut berada 2 jari sejajar dibawah pusar.

1.9Asuhan Keperawatan Komplementer


1.9.1 Pengkajian
a) Anamnese
1. Biodata /identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, bahasa,
pekerjaan, kebangsaan, alamat, pendidikan, tanggal MRS, dan diagnosa
medis
2. Keluhan Utama
a) Adanya rasa perih, nyeri epigastrum
b) Adanya perdarahan / muntah darah
c) Nyeri setelah / sebelum makan
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Hal ini meliputi keluhan umum mulai dari sebelum ada keluhan sampai
terjadi nyeri perut, pusing, mula, muntah, nafsu makan menurun,
kembung.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Mengkaji apakah klien pernah sakit seperti yang dirasakan sekarang atau
pernah menderita penyakit keturunan atau yang lainnya yang dapat
mempengaruhi proses penyembuhan klien.
c. Kebiasaan yang dialami
- Peminum alkohol
- Suka minum kopi, teh panas
- Perokok
- Kebiasaan makan sedikit, terlambat makan pedas, mengandung
gas/asam
- Kebiasaan bekerja keras : penyebab makan tak teratur
- Penggunaan obat-obatan tanpa resep dokter : aspirin, analgesik, steroid
(kolmetaxon) dll
- Menjalankan diet ketat.
d. Pola-pola Fungsi Kesehatan
1. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan kesehatan.
Tanggapan klien mengenai kesehatan dan kebiasaan  yang kurang
menjaga kebersihan serta pemakaian obat yang mengiritasi lambung,
intake makanan yang kurang menjaga kebersihan, tidak dimasak dahulu
dan sering makan yang terkontaminasi dengan bakteri.
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan dan elektrolit, nafsu
makan, pola makan, diet, kesulitan menelan, mual/muntah, makanan
kesukaan. Pada umumnya klien dengan gastritis makan tidak teratur
3. Pola aktivitas
Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan dan sirkulasi.
Pentingnya latihan/gerak dalam keadaan sehat dan sakit, gerak tubuh
dan kesehatan berhubungan satu sama lain, Range Of Motion (ROM),
riwayat penyakit jantung, frekuensi, irama dan kedalaman nafas, bunyi
nafas riwayat penyakit paru. Pada klien gastritis akan mengalami
gangguan karena selalu terdapat rasa nyeri pada daerah lambung.
4. Pola eliminasi
Menjelaskan pola fungsi eksresi, kandung kemih dan Kulit. Kebiasaan
defekasi, ada tidaknya masalah defekasi, masalah miksi (oliguri, disuri
dll), penggunaan kateter, frekuensi defekasi dan miksi, Karakteristik
urin dan feses, pola input cairan, infeksi saluran kemih dll. Pada
umumnya pada klien gastritis tidak ada gangguan atau masalah pada
pola eliminasi baik eliminasi alvi atau uri
5. Pola istirahat dan tidur
Menggambarkan Pola Tidur, istirahat dan persepasi tentang energi.
Jumlah jam tidur pada siang dan malam, masalah selama tidur,
insomnia atau mimpi buruk, penggunaan obat, mengeluh letih.
Biasanya pada pasien gastritis akan merasakan mual, nyeri, yang sering
menyerang epigastrium akan mengurangi waktu dan menjadi gangguan
tidur klien
6. Pola sensori dan kognitif
Menjelaskan Persepsi sensori dan kognitif. Pola persepsi sensori
meliputi pengkajian fungsi penglihatan, pendengaran, perasaan, pembau
dan kompensasinya terhadap tubuh. Sedangkan pola kognitif
didalamnya mengandung kemampuan daya ingat klien terhadap
persitiwa yang telah lama terjadi dan atau baru terjadi dan kemampuan
orientasi klien terhadap waktu, tempat, dan nama (orang, atau benda
yang lain).
7. Pola persepsi diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap
kemampuan. Kemampuan konsep diri antara lain gambaran diri, harga
diri, peran, identitas dan ide diri sendiri.. Pada pasien gastritis akan
mengalami kecemasan sebab sering merasa nyeri, mual, muntah.
8. Pola hubungan dan peran
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap
anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal klien. Pada pasien
gastritis masih tetap berinteraksi dengan orang lain dan hanya perannya
yang terganggu karena klien harus banyak istirahat akibat nyeri yang
sering dirasakan
9. Pola reproduksi dan seksual
Menggambarkan kepuasan atau masalah yang aktual atau dirasakan
dengan seksualitas. Pada umumnya pasien dengan gastritis tidak
mengalami gangguan baik organ maupun kebiasaan sexualitas
10. Pola penanggulangan stres
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress dan penggunaan
system pendukung. Cara pasien gastritis dalam menanggulangi stress
biasanya menggunakan mekanisme koping yang baik jika dimotivasi oleh
keluarga atau perawat.
11. Pola tata nilai dan kepercayaan
Menggambarkan dan Menjelaskan pola nilai, keyakinan termasuk
spiritual. Kebiasaan agama yang dianut, kebiasaan beribadah baik di
rumah ataupun di rumah sakit. (Perry,2005) dan (Asmadi,2008)
b) Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Keadaan umum lemah, nyeri epigastrium, RR meningkat, suhu meningkat,
nadi meningkat.
2. Kepala dan leher
Wajah pucat, mata cekung, tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, dan wajah
menyeringai kesakitan.
3. Sistem integumen
Turgor kulit menurun, tekstur kulit kasar dan kadang sianosis.
4. Sistem respirasi
Tidak ada kelainan pada sistem respirasi.
5. Sistem kardi vaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah, peningkatan nadi dan adanya suara jantung
yang irreguler.
6. Sistem gastrointestinal
Terjadi mual, muntah, dan peningkatan fisik usus/gaster.
7. Sistem genito urinaria
Tidak terdapat disuria, retensi urine dan inkontinensia
8. Sistem muskuloskeletal
Adanya kelemahan otot karena kurangnya cairan dan nyeri pada persendian.
9. Sistem endokrin
Tidak ada yang mempengaruhi terjadinya gastritis dari sistem endokrin.
10. Sistem persyarafan
Motorik dan sensorik tidak ada gangguan pada umumnya.

c) Pemerisaan Penunjang
Diagnosis dapat ditegakkan dengan DL, BJ Plasma, kultur
Analisa lambung sekresi : hambatan HCL / peningkatan HCL
Endoskopi : terdapat luka pada mukosa gaster
Sinar-sinar barium : terdapat luka pada gaster / intestinal.

1.9.2 Diagnosa Keperawatan


a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
b. Ketidak seimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, mual dan muntah
c. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan ancaman kematian
1.9.3 Intervensi Keperawatan
Diagnosa NOC NIC
Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
berhubungan komplementar selama 1x30 menit (1400)
dengan agen masalah dapat teratasi dengan
cedera fisik kriteria hasil; a. Observasi tanda
– tanda vital;
Kode Indikator SA ST
b. Ajarkan tehnik
21020 Nyeri yang 1 5 nafas dalam;
1 dilaporkan c. Berikan teknik
21020 Panjangnya 1 5 komplementer
4 episode (akupuntur
nyeri care,
21020 Tidak bisa 1 5 akupresure
8 istirahat care)
21020 Ekspresi 1 5 d. Berikan
6 wajah informasi
Keterangan : mengenai
1. berat penyebab nyeri;
2. cukup berat e. Kolaborasi
dengan tim
3. sedang
komplementer
4. ringan
dalam
5. tidak ada pemberian obat
herbal
Ketidak Setelah dilakukan tindakan 1100 Manjemen
seimbangan perawatan selama 1x30 menit Nutrisi
nutrisi: nutrisi pasien terpenuhi Definisi:
kurang dari Kriteria Hasil: menyediakan dan
kebutuhan 1. Adanya peningkatan meningkatkan
tubuh beratbadan intake nutrisi yang
berhubungan seimbang
dengan 2. Mampu mengidentifikasi Aktivitas-
anoreksia, kebutuhan nutrisi aktivitas:
mual dan 3. Beratbadan ideal sesuai dengan a. Kaji adanya
muntah tinggi badan pasien alergi makanan
(00002) b. Kolaborasi
4. Tidak terjadi penurunan berat
badan yang berarti dengan ahli gizi
untuk
Tidak ada tanda-tanda malnutrisi menentukan
jumlah kalori
dan nutrisi
yang
dibutuhkan
pasien
c. Anjurkan
pasien untuk
meningkatkan
intake Fe
d. Anjurkan
pasien untuk
meningkatkan
protein dan
vitamin C
e. Berikan
substansi gula
f. Yakinkan diet
yang dimakan
mengandung
tinggi serat
untuk
mencegah
konstipasi
g. Berikan
makanan yang
terpilih ( sudah
dikonsultasikan
dengan ahli
gizi)
h. Ajarkan pasien
bagaimana
membuat
catatan
makanan
i. Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan
kalori
j. Berikan
infomasi
tentang
kebutuhan
nutrisi
k. Kaji
kemampuan
pasien untuk
mendapatkan
nutrisi yang
dibutuhkan
l. Kolaborasi
dengan tim gizi
Ansietas Setelah dilakukan perawatan 5820
berhubungan selama 1x24 jam ansietas dapat Pengurangan
dengan teratasi. Kecemasan
perubahan Kriteria hasil : Definisi:
status 1. Pasien mampu Mengurangi
kesehatan mengidentifikasi dan kecemasan,
ancaman mengungkapkan gejala cemas tekanan, ketakutan,
kematian 2. Menunjukkan teknik untuk firasat maupun
(00146) mengontrol cemas ketidaknyamanan
3. TTV dalam batas normal terkait dengan
Postur tubuh, mimik dan tingkat sumber bahaya
aktivitas yang menunjukkan yang tidak
cemas berkurang terindikasi
Aktivitas-
aktivitas:
1. Gunakan
pendekatan
yang
menenangkan
2. Beritahu pada
pasien segala
sesuatu yang
membuat pasien
cemas
3. Jelaskan
prosedur
kegiatan semua
4. Bantu pasien
untuk mengenal
situasi yang
membuat cemas
5. Ajarkan nafas
dalam pada
pasien untuk
mengurangi
cemas dan
membuat lebih
relaks
DAFTAR PUSTAKA

Inayah, 2014 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem


Pencernaan, Edisi 1. Jakarta:Salemba Medika

Price, 2015 Konsep Kinis Proses-Proses Penyait. Edisi 6, Vol.2. Jakarta: EGC

Smeltzer, 2011 Buku Ajar keperawatan medical Bedah Edisi 8 Vol. 2. EGC :
Jakarta.

Smeltzerdan Bare, 2011 Anatomi Fisiologi Manusia, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Utami, 2018 Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC : Jakarta

Wilson, 2010 Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6.


Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai