Proposal Utk Etik
Proposal Utk Etik
TIM PENGUSUL
Halaman
Halaman Judul ..…………………………………………................................ i
Halaman Pengesahan ……………………………………................................ ii
Identitas dan Uraian Umum…………………………………………………. Iii
Daftar Isi…………………………………………………………………......... v
Ringkasan…………………………………………………………………........ vi
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………….. 2
1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………… 2
1.3.1 Tujuan Umum……………………………………………… 2
1.3.2 Tujuan Khusus…………………………………………….. 2
1.4 Manfaat Penelitian………………………………………………. 3
1.4.1 Manfaat Teoritis…………………………………………… 3
1.4.2 Manfaat Praktis…………………………………………….. 3
1.5 Target Luaran……………………………………………............. 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Prediabetes...................................................................................... 4
2.2 Konsep Self management............................................................................10
2.3 Penerapan Teori............................................................................................ 18
2.4 Orisinalitas Penelitian................................................................................. 18
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian.............................................................................. 20
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian………………………………… 20
3.3 Variabel Penelitian………………………………….................... 21
3.4 Pengumpulan Data.................................................................. 21
3.5 Instrumen Penelitian ……………………………………............ 22
3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian..................................................... 22
3.7 Kerangka Kerja ……………………………………………….... 23
3.8 Analisa Data………………………………………………........... 23
BAB 4 BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN 24
4.1 Biaya Penelitian………………………………………………… 24
4.2 Jadwal Penelitian…………………………………..................... 25
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 26
LAMPIRAN
Lampiran 1 Justifikasi Anggaran penelitian………………………... 28
Lampiran 2 Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas. 29
Lampiran 3 Biodata Ketua dan Anggota………………………….... 33
Lampiran 4 Surat Pernyataan Ketua Peneliti……………………….. 36
v
RINGKASAN
Faktor risiko prediabetes tidak berbeda jauh dengan faktor risiko DM tipe 2
yang meliputi faktor keturunan dimana faktor yang melekat dan sulit atau tidak
dapat dirubah, faktor risiko perilaku dimana faktor yang bisa dirubah, faktor risiko
lingkungan, faktor resiko fisik, serta faktor resiko biologis (Fajriyanti, 2008;
Handayani, 2012). Penelitian klinis terbaru melaporkan bahwa perubahan perilaku
gaya hidup dan atau pendekatan farmakoterapi pada individu dengan TGT dapat
menurunkan risiko kejadian diabetes (Setiawan, M, 2011).
Perubahan perilaku prediabetes bersifat perseorangan dari keyakinan dan
kesadaran diri (Agustuina, 2009). Keyakinan positif berasal dari informasi yang
dapat meningkatkan pengetahuan. Sedangkan kesadaran diri yang baik akan
menghasilkan kemampuan untuk melakukan monitoring rutin. Perawat sebagai
educator berperan untuk meningkatkan perilaku kesadaran diri kelompok
prediabetes untuk mengendalikan kadar glukosa darah.
Berdasarkan hal diatas kelompok tertarik untuk menyusun dan
mengaplikasikan pengaruh self management behaviour terhadap pengendalian
kadar glukosa darah dan faktor resiko kelompok prediabetes.
.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh self management behaviour terhadap pengendalian
kadar glukosa darah dan faktor resiko prediabetes..
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi self management behaviour
2. Mengidentifikasi pengendalian kadar glukosa darah
3. Mengidentifikasi pengendalian faktor resiko prediabetes
4. Mengidentifikasi pengaruh self management behaviour terhadap
pengendalian kadar glukosa darah dan faktor resiko prediabetes.
3
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Menambah intervensi keperawatan lanjut yaitu self management behaviour
dalam mengendalikan kadar glukosa darah dan faktor resiko prediabetes.
4
5
a. Faktor genetik
Penyakit DM cenderung diturunkan atau diwariskan, dan tidak ditularkan.
Faktor genetis memberi peluang besar bagi timbulnya penyakit DM.
Anggota keluarga penderita DM memiliki kemungkinan lebih besar
menderita DM dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita
DM. Apabila ada orangtua atau saudara kandung yang menderita DM, maka
seseorang tersebut memiliki resiko 40 % menderita DM.
b. Usia
DM dapat terjadi pada semua kelompok umur, terutama ≥ 40 tahun karena
resiko terkena DM akan meningkat dengan bertambahnya usia dan manusia
akan mengalami penurunan fisiologis yang akan berakibat menurunnya
fungsi endokrin pankreas untuk memproduksi insulin. DM tipe 1 biasanya
terjadi pada usia muda yaitu pada usia < 40 tahun. Secara fisiologis pada
usia lebih 25 tahun akan terjadi kenaikan glukosa darah sekitar 1-2 mg/dl
per tahun dan glukosa darah setelah makan sekitar 5,6-13 mg per tahun
(WHO dalam Wulandari, 2014). Sedangkan pada usia lanjut prediabetes
dapat terjadi pada usia 60-79 tahun.
c. Diabetes gestasional
Perempuan memiliki resiko lebih besar untuk menderita Diabetes Mellitus,
berhubungan dengan paritas dan kehamilan, dimana keduanya adalah faktor
resiko untuk terjadinya penyakit DM. Dalam penelitian Martono dengan
desain cross sectional di Jawa Barat tahun 1999 ditemukan bahwa penderita
DM lebih banyak pada perempuan (63%) dibandingkan laki-laki (37%).
d. Obesitas
Kegemukan adalah faktor resiko yang paling penting untuk diperhatikan,
sebab meningkatnya angka kejadian DM Tipe 2 berkaitan dengan obesitas.
Delapan dari sepuluh penderita DM Tipe 2 adalah orang-orang yang
memiliki kelebihan berat badan. Konsumsi kalori lebih dari yang
dibutuhkan tubuh menyebabkan kalori ekstra akan disimpan dalam bentuk
lemak.
Lemak ini akan memblokir kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat
diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah. Seseorang
6
dengan IMT (Indeks Massa Tubuh) 30 kg/m akan 30 kali lebih mudah
terkena DM dari pada seseorang dengan IMT normal (22 Kg/m). Bila IMT ≥
35 Kg/m, kemungkinan mengidap DM menjadi 90 kali lipat.
e. Aktifitas fisik
Berdasarkan penelitian bahwa aktifitas fisik yang dilakukan secara teratur
dapat menambah sensitifitas insulin. Prevalensi diabetes mellitus mencapai
2-4 kali lipat terjadi pada individu yang kurang aktif dibandingkan dengan
individu yang aktif.
Semakin kurang aktifitas fisik,maka semakin mudah seseorang terkena
diabetes. Olahraga atau aktifitas fisik dapat membantu mengontrol berat
badan. Glukosa dalam darah akan dibakar menjadi energi, sehingga sel-sel
tubuh menjadi lebih sensitif terhadap insulin. Selain itu, aktifitas fisik yang
teratur
f. Pola makan
Pola makan yang salah dapat mengakibatkan kurang gizi atau kelebihan
berat badan. Kedua hal tersebut dapat meningkatkan risiko terkena diabetes.
Kurang gizi (malnutrisi) dapat menganggu fungsi pankreas dan
mengakibatkan gangguan sekresi insulin. Sedangkan kelebihan berat badan
dapat mengakibatkan gangguan kerja insulin
prediabetes. Makanan lain yang perlu dihindari adalah biskuit dan keripik
karena mengandung tinggi kalori. Hampir semua makanan mengandung gula
(termasuk dalam wortel dan kentang). Akan tetapi terdapat jenis makanan
yang melepas gula lebih lambat. Gula terdiri dari dua jenis yaitu gula
sederhana dan gula kompleks. Gula sederhana dapat ditemukan dalam
makanan seperti manisan, coklat, minuman manis dan roti. Gula jenis ini
dapat meningkatkan dengan cepat kadar gula darah dan lebih cepat bila
dikonsumsi dalam jumlah banyak dan ini dapat menyebabkan insulin
meningkat diatas rata-rata. Sedangkan gula komplek dapat ditemukan dalam
bahan makanan seperti; roti berwarna coklat, kentang, beras, pasta, cereal, dan
kacang kedelai. Gula komplek ini secara lambat dapat meningkatkan kadar
gula tetapi lebih baik bagi prediabetes. Begitupula dengan gula yang
terkandung dalam buah merupakan gula alami yang sangat baik bagi
kesehatan daripada gula sederhana. Gula dalam beras merah, pasta cokelat
dan roti gandum cokelat akan dipecah lebih lambat dari gula dalam roti putih,
nasi putih dan pasta putih. Bahan makanan lain yang perlu dihindari adalah
alkohol karena alkohol mengandung gula.
c. Berhenti Merokok.
Merokok tidak hanya menjadi penyebab kanker paru tetapi juga
meningkatkan resiko stroke dan penyakit jantung serta prediabetes.
2) Medical weinght loss strategies
Penurunan berat badan yang dianjurkan bagi prediabetes yaitu menurunkan
berat badan dengan body mass index lebih besar dari 49 kg m² (Garber et al,
2008).Menurut Heikes, et al (2008), menurunkan berat badan 5% dari berat
tubuh selama beberapa bulan dapat membuat banyak perubahan dalam tubuh.
Berat badan setidaknya diturunkan 2,5 kg dalam 2-3 bulan pertama.
3) Pengobatan pada Prediabetes
a) Glikemia.
Tujuan utama dari pengobatan glikemia pada prediabetes yaitu normal
gula darah dan mencegah komplikasi. Menurut ADA (2016) terdapat pilihan
pengobatan yang aman bagi penderita prediabetes yaitu dengan metformin.
Metformin tidak hanya aman bagi prediabetes karena tidak mempengaruhi
9
fungsi jantung dan tidak menyebabkan penurunan kadar gula darah secara
cepat.
b) Lipid.
Menjaga profil lipid pada level 100 mg/dl atau dibawahnya sangat penting
diinformasikan. Begitupula dengan cholesterol 130 mg dl atau kurang.
c) Tekanan Darah (Blood pressure).
Menjaga tekanan darah kurang dari 130-80 mmHg dapat meninimalkan
progres prediabetes. Bila terjadi peningkatan tekanan darah maka aspirin
dapat direkomendasikan untuk prediabetes tanpa ada kelainan pada
pencernaan, intrakranial dan kondisi perdarahan (Garber et al, 2008).
Gambar 2.1 Classification Tree For Detecting Pre Diabetes (PDM) Or Undiagnosed
Diabetes (DM)
Penilaian dari screening DRC terdiri dari kriteria DM >8%, prediabetes >29,5%,
undiagnosed DM ≤ 2,5%, bukan DM atau prediabetes ≤ 29%, Risk undiagnosed
DM <1%. Berdasarkan penilaian maka dapat dikelompokkan resiko prediabetes
atau DM sebagai berikut; DM, prediabetes dan atau resiko prediabetes rendah.
sedikitnya dilakukan 3 kali dalam seminggu, dengan tidak boleh lebih dari dua
hari berturut-turut tanpa latihan jasmani (ADA, 2012).
b. Intensitas
Intensitas latihan jasmani dapat dinilai dari denyut nadi, dengan intensitas
ringan-sedang 50-70% maximum heart rate (MHR) (ADA, 2012). Sedangkan
menurut Soebardi dan Yunir (2009) intensitas ringan-sedang 60-70% MHR.
MHR didapat dari rumus 220-umur. Setelah MHR didapat, maka dapat
ditentukan Target Heart Rate (THR). Sebagai contoh intensitas yang
diprogramkan bagi seorang pasien DM Tipe 2 dengan usia 50 tahun sebesar
60%, maka THR = 60% x (220-50)=102. Dengan demikian bila pasien ini ingin
melakukan latihan jasmani denyut nadi harus mencapai 102 kali/menit (Ilyas,
2004).
c. Durasi
Durasi selama melakukan latihan jasmani yaitu 5-10 menit untuk pemanasan
(Ilyas, 2004), sedangkan untuk latihan inti durasinya 30 – 60 menit (Ilyas, 2004).
Sedangkan menurut ADA (2012) latihan jasmani akan efektif jika dilakukan
rata-rata selama 49 menit.
d. Jenis latihan jasmani
Latihan jasmani sebaiknya melibatkan otot-otot besar, serta merupakan latihan
jasmani yang disenangi. Latihan jasmani yang dianjurkan adalah jenis latihan
jasmani endurans (aerobik) yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
kardiorespirasi seperti jalan, jonging, berenang, dan bersepeda. Aktivitas sehari-
hari yang harus tetap dilakukan yaitu : mengurangi ataumenghindari aktivitas
sedenter seperti menonton televisi, bermain game komputer, bermain internet;
mempersering aktivitas dengan mengikuti olahraga rekreasi dan beraktivitas
tinggi pada saat liburan, misalnya, bersepeda, golf, olah otot, jalan cepat dan
olahraga; melakukan aktivitas harian yaitu kebiasaan hidup sehat, misalnya
berjalan kaki ke pasar , menaiki tangga, jalan dari tempat parkir.
3. Monitoring Kadar Glukosa Darah
Monitoring kadar glukosa darah yang baik dapat menurunkan resiko terjadinya
komplikasi kronik diabetes (Soewondo, 2004). Menurut Soewondo (2004) manfaat
16
monitoring kadar glukosa darah yang dilakukan secara mandiri adalah :
a) Memberikan informasi kepada pasien mengenai keadaan kadar glukosa
darahnya dari hari ke hari yang memungkinkan pasien melakukan penyesuaian
diet, pengobatan, pada saat sakit dan saat latihan jasmani
b)Memberikan informasi kepada dokter atau perawat mengenai keadaan kadar
glukosa darah pasien, sehingga dapat mengevaluasi kondisi pasien dan dapat
memberikan pendidikan kesehatan yang tepat.
c) Mendeteksi hipoglikemia : pemeriksaan kadar glukosa darah sendiri yang
dilakukan oleh pasien dapat memastikan atau mencegah terjadinya
hipoglikemia
Pemeriksaan kadar glukosa darah satu kali sehari sebelum sarapan pagi atau
sebelum tidur sudah cukup. Namun, bila kadar glukosa darahnya lebih stabil, satu
kali pemeriksaan sudah cukup (Soewondo, 2004).
17
a. Pengetahuan Tentang Diabetes
Pengetahuan tentang diabetes adalah pengetahuan yang dimiliki
individu tentang penyakit, pengetahuan tentang diet diabetes, monitoring
kadar glukosa darah, dan manajemen obat atau insulin. Pengetahuan tentang
diabetes juga menunjukkan kepada alternatif yang akan dipilih individu
untuk mengevaluasi diri mereka sendiri dan menentukan apa intervensi
utama yang dibutuhkan ketika bertemu kebutuhan yang harus segera
dipenuhi serta mencegah atau memperlambat terjadinya komplikasi dari
penyakit (Sousa, & Zauszniewski, 2005). Pengkajian tentang pengetahuan
diabetes merupakan aspek yang penting dalam pengkajian individu dengan
DM (Firagerald et al, 1998, Sousa & Zauszniewski, 2005).
b. Self Care Agency
Orem (1991) mendefinisikan self care agency sebagai kemampuan individu
untuk melakukan kegiatan perawatan diri ketika bertemu dengan kondisi
untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri individu sendiri sebagai usaha
promosi, pengaturan struktur, fungsi dan perkembangan individu (Sousa &
Zauszniewski, 2005).
c. Self Efficacy
Self efficacy merupakan integrasi dari kemampuan sosial, kognitif, dan skill
yang menjadi dasar bagi seseorang untuk melakukan suatu kegiatan
(Bandura, 1986, Sousa & Zauszniewski, 2005). Self efficacy adalah
didasarkan pada keyakinan individu terhadap kemampuannya melakukan
suatu bentuk perilaku yang spesifik dan berharap ada hasil yang positif dari
perilaku yang ditampilkan.
2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan merupakan faktor eksternal yang berasal dari luar individu
yang akan mempengaruhi individu, faktor personal, kemampuan perawatan diri,
kondisi sehat dan sejahtera
3. Dukungan Sosial
Dukungan sosial meliputi pada pertukaran sumber diantara dua individu dan
yang termasuk pertukaran sumber itu adalah penetapan cinta, kepercayaan,
empati, kepedulian, bantuan, nasehat, pelayanan yang nyata dan informasi.
2.3 Penerapan Teori
Berdasarkan hasil penelitian Bai, Chiou, dan Chang (2009) menyatakan bahwa
faktor yang paling penting untuk mempengaruhi perilaku perawatan diri adalah
dukungan sosial yang sesuai dengan pernyataan Tillotson dan Smith (1996) an Chiang
(2003). Ketika individu didiagnosa dengan suatu penyakit kronik, salah satu dari invidu
mungkin membutuhkan asisten yang peduli yang dapat berasal dari keluarga atau
teman. Oleh karena itu, seorang perawat praktisi seharusnya memahami dan
menyediakan dukungan sosial termasuk dari keluarga yang adekuat ketika
memeberikan pengajaran dalam manajemen pencegahan DM dengan demikian pasien
akan memiliki kekuatan untuk mengontrol penyakit kroniknya (Sousa & Zauszniewski,
2005).
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, maka desain penelitian yang digunakan adalah pra
eksperimen dengan pendekatan one group pra-post test design. (Nursalam, 2008)
DAFTAR PUSTAKA
Ellyza, Nasrul & Sofitri (2012). Hiperurisemia Pada Pradiabetes. Diakses dalam
jurnal Andalas ISSN: 2301-7406 vol 1 no 2 di akses di http:// jurnal.fk.unand.ac.id
tgl 15 Mei 2017.
Fajrinayanti & Ayubi, D. 2008. Faktor Risiko Perilaku Pra Diabetes di Kota
Padang Panjang. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol 3.No 2 Oktober 2008.
Heikes, K.E et al. 2008. Diabetes Risk Calculator a Simple tool for Detecting
undiagnosed Diabetes and Pre Diabetes. Diabetes Care, Volume 31.
Irawan, Dedi. 2010. Prevalensi dan Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe
2 di Daerah Urban Indonesia (Analisa Data Sekunder Riskesdas 2007). Thesis
Universitas Indonesia.
Siwi D., Yudianto K, Kurniawan, T. 2013. Perilaku self management pasien DM.
diakses tgl 12 Juni 2017. jurnal.unpad.ac.id/ejournal/article/download/813
Sofitri, E.N. 2012. Hiperurisemia Pada Pra Diabetes. Jurnal Kesehatan Andalas,
1(2) diakses tgl 26 Mei 2017.http://jurnal.fk.unand.ac.id
Zhong, X., Tanasugarn, C., Fisher, E. B., Krudsood, S., & Nityasuddhi, D. 2011.
Awareness and practices of self-management and influence factors among
individuals with type 2 diabetes in urban community settings in Anhui Province,
China. The Southeast Asian Journal of Tropical Medicine and
Public Health.