Anda di halaman 1dari 58

SKRIPSI

PENGARUH EKSTRAK ETANOL UMBI UBI JALAR


UNGU (Ipomoea batatas) TERHADAP KADAR LOX-1
PADA TIKUS MODEL HIPERLIPIDEMIA

GEDE SETULA NARAYANA

PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN DAN PROFESI


DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2020
SKRIPSI

PENGARUH EKSTRAK ETANOL UMBI UBI JALAR


UNGU (Ipomoea batatas) TERHADAP KADAR LOX-1
PADA TIKUS MODEL HIPERLIPIDEMIA

GEDE SETULA NARAYANA


1702511090

PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN DAN PROFESI


DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2020

ii
PENGARUH EKSTRAK ETANOL UMBI UBI JALAR
UNGU (Ipomoea batatas) TERHADAP KADAR LOX-1
PADA TIKUS MODEL HIPERLIPIDEMIA

Lembar Persetujuan Pembimbing

SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI


PADA TANGGAL ………………

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. dr. I Made Jawi, M.Kes. Dr. dr. B. K. Satriyasa, M.Repro.
NIP. 195812311986011006 NIP. 196404171996011001

Mengetahui,
Ketua Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana,

Dr.dr. Komang Januartha Putra Pinatih, M.Kes


NIP. 196701221996011001

iii
Halaman Penetapan Panitia Penguji Usulan Penelitian

Skripsi ini telah diuji dan dinilai oleh panitia penguji pada Program Studi Sarjana
Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Tanggal … Desember 2020

Panitia Penguji Usulan Penelitian Skripsi adalah:


Ketua : Desak Ketut Ernawati, S.Si, Apt., PGPharm., M. Phar. Ph.D
Anggota :
1. Prof. Dr. dr. I Made Jawi, M.Kes.
2. Dr. dr. Bagus Komang Satriyasa, M.Repro.

iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Ekstrak Etanol

Umbi Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas) terhadap Ekspresi LOX-1 pada Tikus

Model Hiperlipidemia” tepat waktu yang telah ditentukan. Berkat bimbingan dari

berbagai pihak, tulisan ini akhirnya bisa terselesaikan. Maka dari itu penulis

mengucapkan terimakasih kepada :

1. dr. Ni Luh Putu Eka Diarthini, M.Si selaku ketua blok Elective Study

Semester IV Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana, atas bantuan moral yang diberikan.

2. Prof. Dr. dr. I Made Jawi, M.Kes, Dr. dr. Bagus Komang Satriyasa,

M.Repro, dan Desak Ketut Ernawati, S.Si, Apt., PGPharm., M. Phar. Ph.D.

selaku pembimbing dan penguji yang telah memberikan arahan, kritik dan

saran yang membangun dalam penyusunan karya tulis ini, serta berkenan

dalam mnguji laporan proposal elective study ini.

3. Dan semua pihak yang telah memberikan dukungan dalam penulisan ini

yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar bisa lebih

baik lagi di kemudian hari.

Denpasar, 2 Desember 2020

Penulis

v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini tidak terdapat karya tulis yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis
atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kemudian hari terbukti bahwa saya melakukan tindakan menyalin atau
meniru tulisan orang lain sebagai hasil pemikiran saya sendiri, maka gelar dan
ijazah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.

Denpasar, … Desember 2020


Yang menyatakan,

(Gede Setula Narayana)

vi
ABSTRAK
PENGARUH EKSTRAK ETANOL UMBI UBI JALAR UNGU (Ipomoea
batatas) TERHADAP KADAR LOX-1 PADA TIKUS MODEL
HIPERLIPIDEMIA

Latar Belakang: Lectin-like low-density lipoprotein receptor-1 (LOX-1) memiliki


peran dalam aterogenesis dengan memfasilitasi formasi dari foam cell serta
disfungsi endothelium. Kadar LOX-1 dalam darah berbanding lurus dengan
progresi dari aterosklerosis itu sendiri. Umbi Ipomoea batatas (IB) telah diketahui
memiliki efek antioksidan, sehingga dapat mengurangi stres oksidatif dan
menghambat progresi dari aterosklerosis.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi potensi dari ekstrak etanol IB
sebagai modalitas dalam kondisi hiperlipidemia.
Metode: Penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus Wistar jantan sebagai subjek
penelitian dengan desain penelitian post-test only with control group design. Tikus
dibagi kedalam lima kelompok (n=5). Kelompok yang menerima diet reguler
merupakan kelompok kontrol negatif (K-) sedangkan yang menerima diet
hiperlipidemia selama delapan minggu merupakan kelompok kontrol positif (K+).
Tiga kelompok perlakuan diberikan diet tinggi lemak selama 8 minggu dan ekstrak
IB dengan dosis yang berbeda (200 mg/kgbb [P1], 400 mg/kgbb [P2], 800 mg/kgbb
[P3]) selama 2 minggu. Data kadar LOX-1 kemudian dikumpulkan dengan kit
ELISA dan dianalisa menggunakan SPSS.
Hasil: Kadar LOX-1 dengan rerata terendah ditemukan pada kelompok P2 (2.331
± 0.692 ng/mL) dan dilanjutkan dengan kelompok P3 dan P1 secara berturut-turut
(2.567 ± 0,604 ng/mL; 2.958 ± 0.461 ng/mL). Perbedaan yang signifikan ditemukan
pada kelompok P2 dan P3 dibandingkan dengan kelompok K+ (P = 0.030; P =
0.031), namun tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan pada kelompok
P1 dibandingkan dengan kelompok K+
Simpulan: Ekstrak etanol umbi IB dengan dosis 400 and 800 mg/kgbb dapat
menurunkan kadar LOX-1 secara signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa
ekstrak umbi IB berpotensi untuk menjadi salah satu modalitas dalam manajemen
hiperlipidemia untuk mencegah aterosklerosis.
Kata Kunci: hiperlipidemia, Ipomoea batatas, LOX-1, aterosklerosis

vii
ABSTRACT
THE EFFECT OF ETHANOLIC EXTRACT OF PURPLE SWEET
POTATO TUBER (Ipomoea batatas) ON LOX-1 LEVELS IN
HYPERLIPIDEMIC RATS MODEL

Background: Lectin-like low-density lipoprotein receptor-1 (LOX-1) has role in


atherogenesis by facilitating formation of foam cell and endothelial dysfunction.
Level of LOX-1 in blood is directly proportional with progression of
atherosclerosis. Ipomoea batatas tuber (IB) known to have antioxidant effect, thus
may reduce oxidative stress and inhibit atherogenesis.
Objetive: This study aimed to evaluate the ethanolic extract of IB potential as
modality in hyperlipidemic.
Method: study conducted using 25 male Wistar rats in post-test only with control
group design. Rats were divided into five groups (n=5). Group receiving regular
diet considered as negative control group (C-) meanwhile the group receiving high
fat diet for 8 weeks is considered as positive control group (C+). Three treatment
groups were given high fat diet for 8 weeks and different dose of extract (200
mg/kgbw [T1], 400 mg/kgbw [T2], 800 mg/kgbw [T3]) for 2 weeks. LOX-1 data
collected using ELISA and analyzed using SPSS.
Result: The lowest mean of LOX-1 levels was in the T2 group (2.331 ± 0.692
ng/mL) and followed with the T3 and T1 treatment group respectively (2.567 ±
0,604 ng/mL; 2.958 ± 0.461 ng/mL). Significant difference was found in T2 and T3
group compared with C+ group (P = 0.030; P = 0.031), but no significant difference
in T1 group compared with C+ group.
Conclusion: Ethanolic extract of IB tuber with 400 and 800 mg/kgbw dose has
lowered the LOX-1 levels significantly. It indicates that IB tuber extract may
become one of the modality potential in hyperlipidemic management to prevent
atherosclerosis.
Keywords: hyperlipidemia, Ipomoea batatas, LOX-1, atherosclerosis

viii
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL...........................................................................................ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .....................................................iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ...................................................................iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI .................................vi

ABSTRAK ..........................................................................................................vii

ABSTRACT ..........................................................................................................viii

DAFTAR ISI .......................................................................................................ix

DAFTAR TABEL ...............................................................................................x

DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xi

DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN, DAN ISTILAH .........................xii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................3

1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................3

1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................4

BAB II KAJIAN PUSTAKA ..............................................................................5

2.1 Aterosklerosis ..........................................................................................5

2.2 Ubi Jalar Ungu ........................................................................................8

2.3 Efek Ekstrak Umbi Ubi Jalar Ungu Terhadap Aterosklerosis ................11

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS

PENELITIAN .....................................................................................................15

ix
3.1 Kerangka Berpikir ...................................................................................15

3.2 Konsep Penelitian....................................................................................17

3.3 Hipotesis Penelitian.................................................................................17

BAB IV METODE PENELITIAN .....................................................................18

4.1 Jenis Rancangan Penelitian .....................................................................18

4.2 Subyek Penelitian ....................................................................................19

4.3 Variabel Penelitian ..................................................................................20

4.4 Bahan Penelitian......................................................................................22

4.5 Instrumen Penelitian................................................................................22

4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................22

4.7 Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data .....................................23

4.8 Cara Pengolahan dan Analisis Data ........................................................27

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................28

5.1 Hasil Penelitian .......................................................................................28

5.2 Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................................32

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................36

6.1 Simpulan .................................................................................................36

6.2 Saran........................................................................................................36

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................37

LAMPIRAN ........................................................................................................42

x
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kandungan gizi yang ada dalam 100 gram ubi jalar ungu .................8

Tabel 2.2 Kadar VCAM-1 dan SOD rata-rata pada kelinci coba .......................11

xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 2.1 Tahapan secara garis besar dalam petogenesis dari

aterosklreosis ....................................................................................5

Gambar 2.2 Struktur kimia dari anthocyanidin .................................................9

Gambar 2.3 Berbagai struktur antosianin pada lingkungan dengan

derajat keasaman yang berbeda-beda ...............................................9

Gambar 2.4 Kadar kolesterol total (mg/dL) pada kelinci kontrol negatif

(biru), kontrol positif (ungu), dan kelinci

dengan perlakuan (putih)..................................................................11

Gambar 2.5 Kadar MDA total (nmol/L) pada kelinci kontrol negatif

(biru), kontrol positif (ungu), dan kelinci

dengan perlakuan (putih)..................................................................12

Gambar 2.6 Kadar interleukin-1 total (pg/ml) pada kelinci kontrol

negatif (biru), kontrol positif (ungu), dan kelinci

dengan perlakuan (putih)..................................................................12

xii
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN, DAN ISTILAH

CD36 : Cluster of differentiation 36

DM : Diabetes Mellitus

LDL : Low-density Lipoprotein

LOX-1 : Lectin-like oxidized low-density lipoprotein receptor-1

MDA : Malondialdehyde

MI : Myocardial infarction

NO : Nitric oxide

NCD : Non-Communicable Disease

NF-κB : Nuclear Factor-Kappa B

OLR1 : Oxidized low-density lipoprotein (lectin-like) receptor 1

ROS : Reactive oxygen species

SR : Scavenger receptor

SR-A : Scavenger receptor class A

SR-BI : Scavenger receptor class BI

ox-LDL : Oxidized Low-density Lipoprotein

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Rincian Biaya Penelitian...............................................................30

Lampiran 2. Rancangan Jadwal Penelitian........................................................30

Lampiran 3. Biodata Peneliti .............................................................................30

Lampiran 4. Data Penanggung Jawab Laboratorium Hewan Coba dan Ketua

Pelaksana .......................................................................................32

Lampiran 5. Sertifikat Penanganan Hewan Coba .............................................32

xiv
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada tahun 2010, terdapat sekitar 52,8 juta kematian manusia di seluruh

dunia yang mana 19,2 juta orang diantaranya meninggal akibat penyakit jantung

iskemik (Lozano, dkk. 2012). Menurut data dari World Health Organization

(2018), pada tahun 2015 ada sekitar 8.76 juta orang di dunia meninggal akibatnya.

Prevalensi penyakit jantung iskemik di Indonesia juga sangat tinggi. Penyakit

tersebut menduduki peringkat pertama dalam kategori non-communicable disease

(NCD) di Indonesia. Dari total sekitar 1.551.000 orang di Indonesia meninggal

akibat NCD, 37% diantaranya disebabkan oleh penyakit kardiovaskular seperti

stroke dan penyakit jantung iskemik (World Health Organization, 2018).

Penyebab utama dari penyakit jantung iskemik adalah terbentuknya plak

aterosklerosis yang dapat menghambat aliran darah ke jaringan tertentu. Plak

aterosklerosis ini dapat terbentuk mula-mula akibat adanya hiperlipidemia pada

darah dan aktivitas dari radikal bebas yang mengoksidasi lipid tersebut. Hal ini

menyebabkan peningkatan internalisasi oxidized low density lipoprotein (ox-LDL)

oleh makrofag jaringan dan membentuk foam cell yang merupakan awal dari

pembentukan lesi aterosklerosis. Foam cell kemudian menyekresikan sitokin pro-

inflamasi yang akan mendorong pembentukan plak aterosklerosis lebih lanjut.

Dalam jangka waktu lama, fibrous cap akan terbentuk yang dapat menyumbat

pembuluh darah yang mampu memicu penyakit jantung iskemik jika terbentuk di

pembuluh darah jantung.


2

Penelitian mengatakan bahwa reseptor LOX-1 (lectin-like oxidized low-

density lipoprotein receptor-1) merupakan salah satu reseptor transmembran yang

berperan dalam membantu proses internalisasi ox-LDL pada sel makrofag, vascular

smooth muscle cells (VSMC) dan lainnya. (Silverstein dan Febbraio, 2009).

Diketahui bahwa LOX-1 juga berperan dalam disfungsi endotel dan juga

mendorong terbentuknya foam cell sehingga ikut berperan serta dalam progresi

aterosklerosis. Domain ekstraselular dari LOX-1 jika terpotong maka akan

menghasilkan LOX-1 yang terlarut dalam darah yang mana kadarnya akan rendah

pada kondisi fisiologis dan akan meningkat jika adanya kondisi inflamasi atau

adanya stres oksidatif yang ditandai dengan tingginya kadar ox-LDL dalam darah

(Kattoor, Goel dan Mehta, 2019). LOX-1 merupakan salah satu protein yang aktif

diteliti karena korelasinya dengan stres oksidatif dan aterosklerosis.

Hingga saat ini, terapi yang digunakan untuk menangani penyakit jantung

iskemik yaitu pemberian berbagai macam obat-obatan kimia. Obat antikoagulan

seperti warfarin sering digunakan untuk mencegah darah mengalami pembekuan

agar tidak terbentuk emboli yang dapat menghambat aliran darah (Hirsh dkk.,

2003). Pemberian statin untuk terapi juga sering diresepkan dengan tujuan untuk

menurunkan kadar kolesterol dalam darah dengan cara menurunkan produksi

kolesterol di hati sehingga menghambat pembentukan plak aterosklerosis (Wallace,

2003). Melihat hal tersebut, peneliti tertarik untuk mengangkat tanaman herbal

untuk mengatasi kekurangan yang dimiliki oleh obat-obatan kimia.

Tanaman herbal yang telah diketahui berperan dalam pencegahan penyakit

kardiovaskular salah satunya adalah ubi jalar ungu. Ubi jalar ungu (Ipomoea

batatas) merupakan tanaman yang dapat tumbuh di lingkungan tropis seperti


3

Indonesia dan memiliki berbagai kandungan senyawa yang baik bagi kesehatan.

Umbi ubi jalar ungu yang berwarna ungu diketahui memiliki kandungan antosianin

yang tinggi yang mana merupakan antioksidan yang dapat melawan kerja dari

radikal bebas. Pada penelitian sebelumnya telah disebutkan ekstrak umbi dari ubi

jalar ungu memiliki efek yang baik dalam menangkal stres oksidatif (Jiao, Jiang,

Zhai dan Yang, 2012; Jawi, Wita & Suprapta, 2014). Hal tersebut menunjukkan

kemampuan umbi ubi jalar ungu dalam mencegah stres oksidatif dengan demikian,

ox-LDL yang terbentuk juga akan berkurang, sehingga berpotensi dalam

menghambat progresi aterosklerosis dengan mencegah peningkatan dari ekspresi

LOX-1 di membran sel maupun LOX-1 terlarut yang ada di darah. Namun, hingga

saat ini masih belum ada penelitian yang membahas tentang efek ubi jalar ungu

terhadap kadar LOX-1 terlarut, sehingga peneliti ingin tahu lebih dalam mengenai

efek ekstrak umbi ubi jalar ungu sebagai agen preventif aterosklerosis melalui

regulasi LOX-1 terlarut pada hewan coba model hiperlipidemia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan mengenai pathogenesis dari aterosklerosis dan

gambaran mengenai umbi ubi jalar ungu, maka dapat disimpulkan sebuah rumusan

masalah sebagai berikut: Apakah ekstrak etanol umbi ubi jalar ungu dapat

menurunkan kadar LOX-1 pada tikus model hiperlipidemia?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan proposal penelitian yang ingin dicapai, yaitu ingin

mengetahui apakah ekstrak etanol umbi ubi jalar ungu dapat menurunkan kadar

LOX-1 pada tikus model hiperlipidemia.


4

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Manfaat bagi Penulis

Penulis dapat mengetahui pengaruh ekstrak umbi ubi jalar ungu terhadap

kadar LOX-1 pada tikus model hiperlipidemia.

1.4.2 Manfaat bagi Dunia Pendidikan

Hasil yang didapat dari penulisan artikel ini dapat digunakan sebagai dasar

atau acuan untuk penelitian mengenai farmakologi herbal di masa depan

khususnya penelitian tentang ubi jalar ungu.

1.4.3 Manfaat bagi Masyarakat

Pengetahuan masyarakat mengenai pengaruh ubi jalar ungu terhadap

hiperlipidemia dapat meningkat, sehingga konsumsi ubi jalar ungu untuk

kesehatan dapat ditingkatkan.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Aterosklerosis

2.1.1 Patogenesis Aterosklerosis

Aterosklerosis merupakan remodelling dari sebuah arteri dimana lumen

arteri tersebut menyempit akibat dari pembentukan plak yang tersusun dari

substansi lipid. Progresi aterosklerosis (aterogenesis) dimulai dari oksidasi low-

density lipoprotein (LDL) yang beredar di dalam darah oleh radikal bebas. Proses

oksidasi LDL menjadi oxidized low-density lipoprotein (ox-LDL) bertempat di

ruang subendotel. Monosit yang berada di aliran darah memasuki ruang subendotel

dan berdiferensiasi menjadi makrofag. Makrofag kemudian menginternalisasi ox-

LDL menggunakan scavenger receptor (SR) seperti scavenger receptor class A

(SR-A) dan scavenger receptor class BI (SR-BI), cluster of differentiation 36

(CD36), dan juga lectin-like oxidized low-density lipoprotein receptor-1 (LOX-1)

(Silverstein & Febbraio, 2009; Pirillo, Norata, & Catapano, 2013; Balzan &

Lubrano, 2018). Internalisasi tersebut akan mengubah makrofag menjadi foam cell.

Pembentukan sel dengan deposit lemak intraseluler yang tinggi atau fatty streak

merupakan tanda awal terbentuknya aterosklerosis.

Foam cell yang terbentuk selanjutnya akan menghasilkan sitokin pro-

inflamasi. Sitokin tersebut akan mengaktivasi endotel untuk mengekspresikan

vascular cell adhesion molecule-1 (VCAM-1) dan merekrut monosit serta limfosit

T agar bermigrasi ke tempat terjadinya lesi (Falk, 2006). Sitokin yang dihasilkan

juga merangsang sel otot polos untuk berproliferasi dan menyekresikan matriks

ekstraseluler padat yang kaya akan kolagen membentuk fibrous cap. Foam cell

5
6

yang terjebak di dalam ruang subendotel terus menginternalisasi ox-LDL yang

terpapar dengannya, menghasilkan timbunan lemak intraseluler yang tinggi dan

dapat membunuh sel itu sendiri. Selain foam cell, sel endotel dan sel otot polos yang

mati akibat nekrosis ataupun apoptosis juga berkontribusi dalam pembentukan lipid

core yang berada tepat di bawah fibrous cap (Falk, 2006).

Terdapat dua jenis plak aterosklerosis yaitu stable plaque dan unstable

plaque. Yang mana pada stable plaque terdapat lebih sedikit deposit lemak dan

banyak deposit matriks ekstraseluler padat. Sedangkan, pada unstable plaque

terdapat simpanan material yang berkebalikan dengan stable plaque. Terdapat lebih

banyak deposit lemak dan lebih sedikit deposit matriks ekstraseluler padat. Yang

mana menyebabkan pembungkus lipid core menjadi tipis dan rentan terhadap

ruptur vaskular. Ketika sebuah plak ruptur, maka akan dapat menimbulkan

trombosis (Finn dkk., 2010). Gumpalan darah yang terbentuk akan menjadi emboli

dan dapat menyumbat pembuluh darah lainnya sehingga dapat menimbulkan

iskemia pada organ yang disuplai. Apabila tidak ditangani, dalam jangka waktu

lama akan menyebabkan kematian dari banyak jaringan atau organ akibat iskemia.

Gambar 2.1 menggambarkan patogenesis aterosklerosis secara garis besar.

Gambar 2.1 Tahapan secara garis besar dalam patogenesis dari aterosklerosis.
7

2.1.2 Reseptor LOX-1

Lectin-like oxidized low-density lipoprotein receptor-1 (LOX-1) merupakan

sebuah reseptor mirip lectin untuk ox-LDL, yang mana umumnya diekspresikan

oleh sel endotel (Balzan dan Lubrano, 2018). Reseptor LOX-1 dikode oleh gen

oxidized low-density lipoprotein (lectin-like) receptor 1 (OLR1) yang terletak pada

lengan pendek dari kromosom 12 (Pirillo, Norata, dan Catapano, 2013). Reseptor

ini biasa terekspresikan pada orang normal dalam jumlah yang sedikit, namun pada

orang dengan aterosklerosis ekspresi LOX-1 akan meningkat (Balzan & Lubrano,

2018). Aktivasi reseptor LOX-1 oleh ox-LDL akan menghambat sekresi nitric

oxide (NO) sehingga efek-efek yang dihasilkan oleh NO seperti vasodilasi

pembuluh darah dan penghambatan proliferasi sel otot polos vaskuler akan

menurun (Balzan & Lubrano, 2018; Pirillo, Norata, & Catapano, 2013).

Sel endotel merupakan sel utama yang mengekspresikan reseptor LOX-1,

namun sel lain seperti makrofag dan sel otot polos vaskuler juga

mengekspresikannya (Pirillo, Norata, & Catapano, 2013). Makrofag mengambil

ox-LDL dari darah menggunakan scavenger receptor seperti SR-A dan SR-BI,

cluster of differentiation 36 (CD36), dan juga LOX-1 (Silverstein & Febbraio,

2009; Balzan & Lubrano, 2018; Pirillo, Norata, & Catapano, 2013). Pengambilan

ox-LDL oleh makrofag akan mengubahnya menjadi foam cell, yang mana

merupakan tahap awal dari pembentukan fatty streak. Selain menghambat sekresi

NO, aktivasi LOX-1 oleh ox-LDL akan meningkatkan kadar reactive oxygen

species (ROS) intraseluler yang merupakan radikal bebas. Radikal bebas tersebut

akan mengaktivasi nuclear factor-kappa B (NF-κB) sehingga meningkatkan respon

pro-inflamasi lebih lanjut.


8

Bentuk terlarut dari reseptor LOX-1 ini dapat ditemukan pada darah yang

merupakan hasil pemotongan dari reseptor yang diekspresikan pada permukaan sel

menggunakan enzim proteolitik seperti serine protease (Hayashida, dkk. 2005; Al

Sheikh, dkk. 2014). Protein LOX-1 memiliki dua titik pemotongan pada rantai asam

aminonya yaitu pada Arg86-Ser87 dan Lys89-Ser90 dan menghasilkan bentuk

terlarut yang memiliki berat 35-kDa (Kume dan Kita, 2001). Reseptor yang berada

pada bentuk terlarut dapat ditemukan bersirkulasi dalam darah, dan konsentrasi

plasma dari reseptor terlarut tersebut berkorelasi dengan tingkat ekspresi dari

reseptor yang ada pada membran sel sehingga dapat menjadi cerminan dari

perkembangan penyakit. Hal tersebut menyebabkan, pengukuran kadar LOX-1

terlarut berpotensi untuk memprediksi aterogenesis pada manusia, meskipun fungsi

patofisiologis dari reseptor LOX-1 terlarut masih belum diketahui secara jelas

(Murase, dkk. 2000).

2.2 Ubi Jalar Ungu

Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas) merupakan salah satu tanaman berumbi

yang dikembangkan di Indonesia dengan banyak kandungan gizi yang terdapat di

dalamnya. Tanaman ini dikenal pula karena memiliki kandungan karbohidrat,

vitamin A, dan vitamin C yang cukup tinggi. Sebuah penelitian telah

mengungkapkan kandungan nutrisi dalam 100 gram ubi jalar ungu, hasilnya seperti

yang tertera pada Tabel 2.1. Selain beberapa senyawa tersebut, terdapat pula

pigmen antosianin dalam jumlah tinggi yang memberikan tanaman tersebut warna

ungu yang khas. Jika dibandingkan dengan spesies ubi jalar ungu lain yang

berwarna putih dan kuning, ubi jalar ungu memiliki kandungan antosianin yang

paling banyak.
9

Tabel 2.1 Kandungan gizi yang ada dalam 100 gram ubi jalar ungu (Panda dan

Sonkamble, 2012) dengan sedikit modifikasi.

Kandungan Jumlah per 100 Kandungan Jumlah per 100


Nutrisi gr Nutrisi gr
Energi 360 kJ (85kcal) Tiamin 0.1 mg
Protein 1.6 gr Riboflavin 0.1 mg
Karbohidrat total 20.1 gr Niasin 0.61 mg
Lemak 0.1 gr Asam Pantotenat 0.8 mg
Kalsium 30.0 mg Piridoksin 0.2 mg
Zat besi 0.6 mg Asam folat 11 µg
Magnesium 25.0 mg Vitamin C 2.4 mg
Fosfor 47.0 mg Vitamin E 0.26 mg
Vitamin A equiv. 709 µg Natrium 55 mg
Beta Karoten 8509 µg Seng 0.3 mg

Antosianin merupakan pigmen alami yang terdapat pada organ ubi jalar

ungu yang berwarna ungu. Pigmen tersebutlah yang memberikan warna keunguan

yang khas pada tanaman tersebut. Pigmen tersebut memiliki struktur kimia dasar

yang terdiri dari tiga cincin aromatik yang berhubungan yang disebut dengan

anthocyanidin (Gambar 2.2 ; Castañeda-Ovando dkk., 2009). Antosianin memiliki

beberapa struktur senyawa yang berbeda bergantung pada derajat keasaman (pH)

dari lingkungannya seperti ditunjukkan pada Gambar 2.3 dan pada umumnya

memiliki sifat polar sehingga mudah larut dalam pelarut polar seperti etanol,

metanol, dan juga aseton (Castañeda-Ovando dkk., 2009). Antosianin merupakan

senyawa yang dapat menyumbangkan elektronnya ke senyawa lain yang

kekurangan elektron sehingga sering disebut dengan donor elektron atau

antioksidan.
10

Gambar 2.2 Struktur kimia dari anthocyanidin (Castañeda-Ovando dkk., 2009).

Gambar 2.3 Berbagai struktur antosianin pada lingkungan dengan derajat

keasaman yang berbeda-beda (Castañeda-Ovando dkk., 2009).


11

2.3 Efek Ekstrak Umbi Ubi Jalar Ungu Terhadap Aterosklerosis

Antosianin yang terkandung dalam ubi jalar ungu dapat bertindak sebagai

antioksidan pada pembuluh darah. Dengan kemampuannya untuk mentransfer

elektron kepada senyawa lain, pemberian ekstrak umbi ubi jalar ungu yang

mengandung antosianin dapat menghambat terbentuknya aterosklerosis. Hal ini

mungkin terjadi karena ekstrak umbi ubi jalar ungu dapat mengurangi terbentuknya

ox-LDL di dalam tubuh karena antosianin yang terdapat di dalamnya dapat

melaksanakan fungsi antioksidannya dan memberikan elektronnya pada LDL yang

teroksidasi. Hal tersebut dapat membantu menghambat terbentuknya fatty streak

dan memperlambat proses terbentuknya plak aterosklerosis.

Efek dari pemberian ekstrak umbi ubi jalar ungu terhadap hewan model

aterosklerosis memberikan hasil positif terhadap penghambatan aterogenesis. Pada

penelitian menggunakan kelinci model hiperkolesterolmia menunjukkan hasil

penurunan ekspresi VCAM-1 dan peningkatan pada superoxide dismutase (SOD)

seperti ditunjukkan pada Tabel 2.2 (Jawi, Wita & Suprapta, 2014). Penurunan

ekspresi VCAM-1 berakibat pada tidak direkrutnya sel-sel imunitas ke tempat

terjadinya lesi vaskular, sehingga akan membantu untuk tidak terbentuknya deposit

lipid tambahan akibat dari monosit yang menginternalisasi ox-LDL yang terpapar

dengannya. Peningkatan pada SOD mengindikasikan bahwa ekstrak umbi ubi jalar

ungu juga mampu meningkatkan ekspresi enzim tersebut yang mana ikut berperan

serta dalam penurunan stres oksidatif oleh ROS pada kelinci coba.
12

Tabel 2.2 Kadar VCAM-1 dan SOD rata-rata pada kelinci coba (Jawi, Wita &

Suprapta, 2014) dengan sedikit modifikasi.

Kadar VCAM-1 Rerata(sel/5 Kadar SOD Rerata(U/g


Kelompok
lapang pandang) Hb)
Kontrol (-) 0,00 ±0,00 618,64 ±14,1
Kontrol (+) 57,15 ± 2,7 395,48 ± 15,7
Perlakuan Ubi
9,3 ± 3,7 751,41 ± 23,7
Jalar Ungu

Pada penelitian selanjutnya telah ditunjukkan pula bahwa ekstrak ubi jalar

ungu dapat mencegah terbentuknya aterosklerosis dengan menurunkan kadar total

kolesterol dan malondialdehyde (MDA) (Jawi, Indrayani & Sutirta-Yasa, 2015).

Pada kelinci dengan perlakuan pemberian ekstrak umbi jalar ungu terdapat

penurunan kadar kolesterol yang signifikan jika dibandingkan dengan tikus kontrol

positif (Gambar 2.4). Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak umbi ubi jalar ungu

berperan dalam proses sintesis kolesterol dalam darah.

250
200
150
100
50
0

Gambar 2.4 Kadar kolesterol total (mg/dL) pada kelinci kontrol negatif (biru),

kontrol positif (ungu), dan kelinci dengan perlakuan (putih) (Jawi, Indrayani &

Sutirta-Yasa, 2015).

Penurunan kadar kolesterol juga berkorelasi dengan menurunnya tingkat

stres oksidatif yang dibuktikan dengan kadar MDA yang lebih rendah pada kelinci
13

dengan perlakuan jika dibandingkan dengan kelinci kontrol (Gambar 2.5).

Interleukin-1 yang merupakan sitokin pro-inflamasi juga mengalami penurunan

yang signifikan pada tikus dengan perlakuan (Gambar 2.6). Hal ini disebabkan

karena efek pencegahan stres oksidatif yang dihasilkan juga menghasilkan efek

anti-inflamasi pada pembuluh darah.

10
5
0

Gambar 2.5 Kadar MDA total (mmol/L) pada kelinci kontrol negatif (biru),

kontrol positif (ungu), dan kelinci dengan perlakuan (putih) (Jawi, Indrayani &

Sutirta-Yasa, 2015).

0.07
0.068
0.066
0.064
0.062
0.06

Gambar 2.6 Kadar interleukin-1 total (pg/ml) pada kelinci kontrol negatif (biru),

kontrol positif (ungu), dan kelinci dengan perlakuan (putih) (Jawi, Indrayani &

Sutirta-Yasa, 2015).

Jumlah reseptor LOX-1 yang diekspresikan bergantung pada plak aterosklerosis

yang dterbentuk. Pada penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, ekstrak umbi

ubi jalar ungu dapat menghambat terbentuknya aterosklerosis dengan cara

menurunkan tingkat stres oksidatif. Selain memiliki efek anti-inflamasi, fatty streak
14

yang merupakan tanda awal terbentuknya plak aterosklerosis juga dapat terhambat

pembentukannya oleh antosianin yang terdapat pada ekstrak tersebut. Akibat dari

terhambatnya pembentukan plak aterosklerosis, maka ekspresi reseptor LOX-1 pun

ikut terhambat. Dengan demikian, reseptor LOX-1 yang ada pada membran sel

makrofag dan sel lainnya seharusnya akan menunjukkan jumlah yang rendah

(normal) pada pembuluh darah yang diberi perlakuan dengan ekstrak umbi ubi jalar

ungu, hal tersebut akan tercermin pada kadar LOX-1 terlarut di darah.
15

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir

Pembentukan plak aterosklerosis yang mempersempit lumen pembuluh

darah dapat mengakibatkat berbagai macam penyakit seperti stroke, chronic kidney

disease (CKD), myocardial infarction (MI), dan lainnya. Hal ini menyebabkan

aterosklerosis merupakan kondisi patologis yang perlu dicegah agar tidak

berkembang dan menimbulkan komplikasi yang dapat menyebabkan perburukan

kondisi serta dapat mengancam nyawa. Sehingga, pencegahan dalam proses

terbentuknya plak aterosklerosis tersebut sangat krusial untuk dapat mencegah

penyakit kardiovaskular.

Aterogenesis dimulai dari adanya kondisi hiperlipidemia atau peningkatan

kadar LDL dan penurunan kadar HDL. Tingginya kadar LDL dalam darah yang

dibarengi dengan adanya stres oksidatif dalam jangka panjang maka akan memicu

reaksi terbentuknya ox-LDL. Pembentukan ox-LDL akan berlanjut pada proses

aterogenesis melalui beberapa proses seperti menurunkan produksi NO yang

bersifat vasodilator oleh endothelium, meningkatkan sekresi endotelin-1 yang

merupakan vasokonstriktor, serta menyebabkan peningkatan uptake lebih lanjut

oleh sel makrofag menggunakan protein transmembran LOX-1 dan membentuk

foam cell di ruang subendotel. Lebih lanjut, foam cell akan meneruskan progresi

aterosklerosis membentuk fatty streak yang merupakan lesi awal dari aterosklerosis

dan dalam jangka waktu lama akan membentuk sebuah plak yang mampu
16

menyumbat pembuluh darah atau bahkan ruptur dan menyebabkan masalah

kardiovaskular lainnya.

Reseptor LOX-1 yang berperan dalam internalisasi ox-LDL oleh makrofag

juga berperan dalam meningkatkan kadar ROS intraselular, menyebabkan aktivasi

NF-κB dan meningkatkan respon inflamasi. Respon inflamasi kronis pada

pembuluih darah akan memfasilitasi terbentuknya plak aterosklerosis yang mana

memiliki umpan balik positif terhadap ekspresi LOX-1 pada membran sel sehingga

jumlahnya juga akan meningkat. Meningkatnya ekspresi LOX-1 pada membran

akan tercermin pada kadar LOX-1 terlarut di darah yang juga akan mengalami

peningkatan jika ekspresinya pada membran sel meningkat. Sehingga kadar LOX-

1 terlarut di darah berpotensi sebagai target terapi atau biomarker terbentuknya plak

aterosklerosis.

Umbi dari ubi jalar ungu (Ipomoea batatas) diketahui memiliki kandungan

antioksidan yang tinggi sehingga dapat menghambat pembentukan plak

aterosklerosis. Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya juga menunjukkan

bahwa ekstrak Ipomoea batatas memiliki potensi untuk menghambat progresi dari

aterosklerosis dengan menurunkan kadar interleukin-1, VCAM-1, dan kolesterol

total serta meningkatkan kadar SOD dalam darah hewan coba. Berdasarkan

penelitian-penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ekstrak umbi ubi

jalar ungu mampu untuk menghambat progresi aterosklerosis lebih lanjut dengan

mencegah terbentuknya ox-LDL. Dengan demikian, ekspresi LOX-1 di membran

sel seharusnya juga akan terhambat dan menunjukkan jumlah yang normal,

sehingga jumlah LOX-1 yang terlarut juga akan menunjukkan kadar fisiologis yang

mana tidak adanya peningkatan.


17

3.2 Kerangka Konsep

3.3 Hipotesis

Berdasarkan kajian teori yang telah dipaparkan diatas, maka dapat disusun

hipotesis sebagai berikut: Pemberian ekstrak etanol umbi Ipomoea batatas dapat

menurunkan kadar LOX-1 pada tikus model hiperlipidemia.


BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan

rancangan post-test only with control group design yang bersifat deskriptif dan

analitik. Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan dengan skema berikut:

K-
O1
K+
O2
P  S  R P1
O3
P2
O4
P3
O5

Keterangan:

P : Populasi.

S : Sampel.

R : Randomisasi.

K- : Perlakuan dengan memberikan diet standar (8 minggu) dan

plasebo aquabides 1,5 mL melalui sonde oral (14 hari).

K+ : Perlakuan dengan memberikan diet hiperlipidemia (8 minggu)

dan plasebo aquabides 1,5 mL melalui sonde oral (14 hari).

P1 : Perlakuan dengan memberikan diet hiperlipidemia (8 minggu)

dan ekstrak umbi Ipomoea batatas dosis 200 mg/kg BB tikus,

dilarutkan dalam aquabides sampai volume 1,5 mL (14 hari).

18
19

P2 : Perlakuan dengan memberikan diet hiperlipidemia (8 minggu)

dan ekstrak umbi Ipomoea batatas dosis 400 mg/kg BB tikus,

dilarutkan dalam aquabides sampai volume 1,5 mL (14 hari).

P3 : Perlakuan dengan memberikan diet hiperlipidemia (8 minggu)

dan ekstrak umbi Ipomoea batatas dosis 800 mg/kg BB tikus,

dilarutkan dalam aquabides sampai volume 1,5 mL (14 hari).

O1, O2, O3, : Post test berupa pengukuran kadar LOX-1 pada serum hewan

O4, O5 coba.

4.2 Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah tikus (Rattus novergicus strain wistar)

yang diperoleh dari Lab. Farmakologi dan Terapi-Divisi Pengembangan Obat dan

Hewan Coba, Unit Laboratorium Biomedik Terpadu Fakutlas Kedokteran

Universitas Udayana.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dimulai dari pemilihan

sampel berdasarkan kriteria inklusi dari populasi Rattus novergicus strain wistar.

Total populasi sampel yang memenuhi kriteria inklusi akan dilakukan pengambilan

secara acak untuk mendapatkan jumlah sampel yang dibutuhkan. Selanjutnya dari

jumlah sampel yang terpilih secara acak akan dibagi menjadi lima kelompok, yaitu:

kontrol negatif, kontrol positif, perlakuan 1, perlakuan 2, dan perlakuan 3 yang

mana pada kelompok perlakuan dibedakan berdasarkan konsentrasi dari pemberian

ekstrak etanol umbi Ipomoea batatas.

Kriteria inklusi yang digunakan pada penelitian ini yaitu:

1. Tikus putih (Rattus novergicus strain wistar) jantan


20

2. Badan sehat dan tidak ada kecacatan fisik

3. Umur 3-4 bulan

4. Berat badan 150-200 gram

Sedangkan, kriteria eksklusi yang digunakan antara lain:

1. Tikus mati sebelum dan saat perlakuan

2. Tikus sakit saat perlakuan

Penentuan besar sampel pada penelitian ini dihitung berdasarkan rumus

besar sampel peneltian eksperimental (Federer, 1966), yaitu sebagai berikut:

(𝑛 − 1)(𝑡 − 1) ≥ 15 ................................................................. (1)

𝑛 ≥ 5 .......................................................................................... (2)

Keterangan:

n = jumlah pengulangan

t = jumlah perlakuan, dalam hal ini terdapat 5 kelompok pengulangan

Untuk mengantisipasi kemungkinan subjek terpilih yang drop out, maka

diberlakukan koreksi terhadap besar sampel dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:
𝑛
𝑛′ = (1−𝑓) ............................................................................................... (3)

5
𝑛′ = (1−0,1) = 5,56 ≈ 6 ........................................................................ (4)

Berdasarkan hasil perhitungan besar sampel tersebut, dalam penelitian ini

dibutuhkan subjek minimal 6 sampel dalam satu kelompok, yang mana jumlah total

tikus yang dibutuhkan untuk 5 kelompok adalah 30 sampel.

4.3 Variabel Penelitian

4.3.1. Klasifikasi Variabel


21

a. Variabel bebas: ekstrak etanol umbi Ipomoea batatas dan diet

hiperlipidemia

b. Variabel terikat: kadar LOX-1 dalam darah hewan coba

c. Variabel kontrol: galur tikus, jenis kelamin, umur, dan berat

badan tikus serta air minum.

4.3.2. Definisi Operasional Variabel

a. Ekstrak etanol umbi Ipomoea batatas merupakan ekstrak umbi

yang telah dikeringkan. Umbi ubi jalar ungu dikeringkan dan

diekstraksi menggunakan etanol 96% untuk memperoleh

senyawa aktif seperti anthocyanin, beta-carotene, dan vitamin A

yang merupakan flavonoid. Pada penelitian sebeumnya

menyebutkan bahwa ubi jalar ungu memiliki kandungan

toksikan yang rendah (Mohanraj dan Sivasankar, 2014).

Berdasarkan data tersebut, maka pemberian ekstrak umbi ubi

jalar ungu dalam penelitian ini akan dibagi menjadi 3 dosis

perlakuan diantaranya 200, 400, dan 800 mg/kg BB tikus yang

dilarutkan dengan aquabides sampai volume 1,5cc dan

diberikan satu kali per hari selama 14 hari.

b. Diet hiperlipidemia, merupakan makanan dengan komposisi

khusus yang dirancang untuk dapat membuat hewan coba tikus

mengalami hiperlipidemia. Komposisi khusus pada makanan

yang tersusun atas pakan standar 85%, lemak babi 10%, dan

kuning telor bebek 5% (Oktomalioputri, Darwin, dan Decroli

2016) dengan sedikit modifikasi yang diberikan sebanyak 2cc


22

setiap hari. Diet hiperlipidemia diberikan satu kali per hari

selama 8 minggu.

c. Kadar LOX-1 merupakan protein scavenger receptor yang

terekspresikan pada permukaan sel endotel mengarah ke lumen

pembuluh darah dan juga terdapat dalam bentuk terlarut yang

disekresikan. Ekspresi LOX-1 berperan dalam menginisiasi dan

progresivitas lesi aterosklerosis pada manusia maupun tikus

sehingga menggunakan tikus sebagai model aterosklerosis

dalam penelitian dapat dilakukan (Pirillo, Norata, & Catapano,

2013). Kadar LOX-1 pada serum dalam penelitian ini diperiksa

menggunakan Kit ELISA LOX-1 untuk tikus.

4.4 Bahan Penelitian

Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain tikus (Rattus

novergicus strain wistar), pakan standar, tap water, lemak babi, kuning telur bebek,

aquabides, dan umbi ubi jalar ungu Ipomoea batatas.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain

kandang tikus ukuran 31 cm × 17 cm × 14 cm, tempat minum, sonde oral tikus, pot

wadah ekstrak, spuit 3 cc, masker, dan sarung tangan.

4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi dan Terapi-

Divisi Pengembangan Obat dan Hewan Coba, Unit Laboratorium Biomedik

Terpadu FK Unud. Penelitian ini ditargetkan selesai dalam waktu 3 bulan, dimulai

dari perancangan tema hingga pembuatan laporan hasil penelitian


23

4.7 Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan pengujian ekstrak umbi Ipomoea batatas sebagai

modalitas aterosklerosis secara in vivo pada tikus Wistar jantan. Penelitian ini

menerapkan pemeliharaan dan perlakuan terhadap hewan coba yang

membebaskannya dari ketidaknyamanan dengan menyediakan lingkungan yang

bersih dan nyaman. Setiap kandang di lab. Farmakologi dan Terapi-Divisi

Pengembangan Obat dan Hewan Coba, Unit Laboratorium Biomedik Terpadu FK

Unud berukuran 31 cm × 17 cm × 14 cm akan berisi tiga ekor tikus. Seluruh tikus

berada dalam kondisi 12 jam siklus terang/gelap. Ruangan laboratorium berada

pada suhu 25 ± 2oC dengan tingkat kelembaban 70%. Sekam pada setiap kandang

diganti setiap 7 hari sekali, yang mana bertujuan untuk mempertahankan kebersihan

dari kandang dan mencegah tikus sakit. Sebelum dilakukan perlakuan terhadap

kelompok sampel, seluruh hewan coba dilakukan aklimatisasi selama 1 minggu

terlebih dahulu.

a. Etika Penelitian

Penelitan ini melakukan penerapan etika penelitian hewan coba dengan

prinsip reduction, replacement, dan refinement yang dijabarkan sebagai

berikut:

i) Reduction, menggunakan jumlah hewan coba sesedikit mungkin

dengan hasil yang optimal. Jumlah hewan coba disesuaikan

dengan rumus Federer: (𝑛 − 1)(𝑡 − 1) ≥ 15 dengan t adalah 5

kelompok perlakuan, sehingga didapatkan n adalah jumlah tikus

setiap kelompok sebanyak 5 ekor. Kemungkinan sampel mati


24

dapat diatasi dengan melakukan koreksi sampel, sehingga

dipergunakan 6 ekor tikus per kelompok.

ii) Replacement, penelitian ini menggunakan tikus wistar sesuai

dengan penelitian yang telah dilakukan dalam menginduksi

aterosklerosis melalui diet hiperlipidemia. Penelitian ini akan

dilakukan pemberian uji secara in vivo untuk menunjukkan efek

dari perlakuan berupa pemberian senyawa pada hewan coba dan

mengevaluasi efek yang ditimbulkan pada darah, sehingga tidak

dapat digantukan oleh jaringan atau organ hewan.

iii) Refinement, penelitian ini memperlakukan hewan coba secara

etis, memeliara hewan dengan baik, tidak menyakiti, serta

meminimalisir perlakuan yang menyakitkan dengan

menggunakan obat analgetik dan anestesi yaitu ketamine-

xylazine ketika melakukan tindakan invasif pengambilan darah

hewan coba sehingga menjamin kesejahteraan hewan oba hingga

akhir penelitian.

b. Pemberian diet standar dan diet hiperlipidemia

Hewan coba terbebas dari rasa lapar dan haus dengan memberikan

akses terhadap air ad libitum dan pakan standar tikus dengan kandungan

vitamin, air dan mineral 13%, protein 17,5-19,5%, lemak 3%, serat 8%,

abu 7%, kalsium 0,9%, dan fosfor 0,6%. Pakan diberikan sebanyak 40

gram yang diberikan dua kali sehari pada pukul 05.00-06.00 AM dan

17-00-18.00 PM dan air minum ad libitum. Hewan coba pada kelompok

kontrol positif dan ketiga kelompok perlakuan akan diberikan diet


25

hiperlipidemia berupa pakan khusus selama 8 minggu melalui sonde

oral tikus sepert yang dijelaskan pada definisi operasional.

c. Pembuatan Ekstrak Etanol Umbi Ipomoea batatas.

Pembuatan ekstrak umbi Ipomoea batatas diawali dengan pengumpulan

yang diperoleh dari perkebunan yang berlokasi di Desa Mambang,

Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan yang kemudian

diekstrak di Lab. Farmakologi dan Terapi-Divisi Pengembangan Obat

dan Hewan Coba, Unit Laboratorium Biomedik Terpadu Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana. Umbi dipilih yang masih segar dan

mempunyai warna yang pekat, kemudian dicuci dengan air mengalir

untuk menghilangkan tanah atau kotoran yang menempel. Umbi yang

sudah dicuci, dipilih yang masih segar dan dihilangkan bagian-bagian

yang tidak digunakan seperti akar. Umbi ubi jalar ungu kemudian

dikupas dan setelah itu dirajang dengan ketebalan sekitar 0,3 cm agar

mempermudah dalam proses pengeringan. Umbi ubi jalar ungu

kemudian dicuci kembali dan dikeringkan di lemari pengering simplisia

dalam waktu yang lama. Simplisia kemudian dihaluskan dengan cara di

blender, dan serbuk disimpan dalam wadah kering dan tertutup rapat.

Kemudian dibuat larutan penyari etanol 95% sebanyak 900 mL untuk

100 g umbi ungu. Selama proses perendaman, disimpan di dalam tempat

yang gelap dan kemudian ekstrak di saring menggunakan kertas saring,

kemudian diuapkn hingga menjadi ekstrak kental (Utami dan Umar,

2016; Yasa, Jawi, dan Mahendra, 2013).


26

d. ELISA LOX-1

Sampel darah hewan coba akan diambil secara intravena sebanyak 2 ml

setelah hari terakhir pemberian perlakuan, didiamkan selama 2 jam pada

suhu ruangan dan disentrifugasi selama 15 menit pada 1000x gravitasi

pada suhu 2-8oC. Supernatan yang didapatkan merupakan serum dan

dipreservasi pada suhu -80oC, dikeluarkan dari kulkas dan dilakukan

thawing. Prosedur selanjutnya adalah persiapan reagen dan wash buffer.

Pembuatan larutan standar dimulai dengan sentrifugasi larutan standar

pada 10.000x gravitasi selama 1 menit. Tambahkan 1 mL Reference

standard dan sample diluent dan diamkan selama 10 menit dan di

homogenisasi menggunakan mikropipet. Selanjutnya yaitu pembuatan

diluen dengan gradien sebagai berikut: 10, 5, 2.5, 1.25, 0.63, 0.32, 0.16,

dan 0 ng/mL. Persiapan wash buffer dimulai dengan mendilusi 30 mL

concentrated wash buffer dengan 720 mL aquades untuk mendapatkan

750 mL wash buffer. Prosedur selanjutnya adalah pemrosesan serum

yang diperiksa menggunakan anti-LOX-1 ELISA kit. Pada dua kolom

pertama, tambahkan standard working solution dengan konsentrasi yang

terduplikasi (100 uL untuk setiap well). Kemudian dilanjutkan dengan

penambahan sampel ke well selanjutnya sebanyak 100 uL. Tutup plate

dan inkubasi selama 90 menit pada suhu 37oC. Buang cairan dari well,

dan tambahkan 100 uL Biotinulated Detection Ab Working Solution

pada setiap well, tutup kembali, dan inkubasi selama 37 oC selama 1 jam.

Aspirasi cairan dari setiap well dan tambahkan 350 uL wash buffer,

diamkan selama 1-2 menit dan buang cairan dari setiap well, ulangi
27

tahap ini sebanyak tiga kali. Tambahkan 100 uL HRP conjugate working

solution dan tutup menggunakan plate sealer dan inkubasi selama 30

menit pada suhu 37oC aspirasi cairan tersebut dan ulangi sebanyak lima

kali. Tambahkan 90 uL substrat reagent pada setiap well dan diinkubasi

selama 15 menit pada 37oC dan hindari dari cahaya matahari langsung.

Tambahkan 50 uL stop solution pada setiap well dan amati perubahan

warnanya. Absorbansi kemudian diukur menggunakan Omni Max plate

reader pada 450 nm.

4.8 Cara Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan software SPSS for windows

versi 16.0. Adapun analisis statistika yang dilakukan berupa:

a. Analisis deskriptif untuk melihat persebaran dan proporsi

variabel di setiap kelompok. Dilakukan juga analisis normalitas

terhadap variabel-variabel numerik yaitu kadar LOX-1 pada

serum.

b. Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan test one-way

ANOVA yang disesuaikan dengan hasil uji normalitas.

Kemudian, dilanjutkan dengan uji analisis post hoc untuk

mengidentifikasi perbandingan dua kelompok yang signifikan.

c. Nilai P dianggap signifikan apabila p ≤ 0,05.


28

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Analisis Deksriptif

Data yang didapat dari kelima kelompok subjek penelitian yang terdiri dari

kelompok normal (kontrol negatif) yang diberikan pakan standar dan tap water,

kelompok dengan diet hiperlipidemia (kontrol positif) selama 8 minggu dan

pemberian aquabides 2 minggu setelahnya, dan tiga kelompok perlakuan yang

diberikan diet hiperlipidemia selama 8 minggu dan dilanjutkan dengan ekstrak

umbi ubi jalar ungu selama 2 minggu masing-masing dengan dosis 200 mg/kgBB

(perlakuan 1), 400 mg/kgBB (perlakuan 2), dan 800 mg/kgBB (perlakuan 3)

kemudian dilakukan analisis deskriptif. Hasil analisis deskriptif kadar LOX-1

dalam darah pada kelima kelompok tersebut disajikan pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Hasil Analisis Deskriptif Kadar LOX-1

Kelompok n Rata-rata (ng/mL) SD Minimum Maksimum


K(-) 5 2.179 0.308 1.816 2.552
K(+) 5 3.037 0.061 2.943 3.102
P1 5 2.958 0.461 2.299 3.402
P2 5 2.331 0.692 1.184 2.920
P3 5 2.567 0.604 1.540 2.966
K(-) = kelompok normal; K(+) = kelompok diet hiperlipidemia (HL); P1 =
kelompok HL + ekstrak ubi jalar ungu 200mg/kgBB; P2 = kelompok HL + ekstrak
ubi jalar ungu 400mg/kgBB; P3 = kelompok HL + ekstrak ubi jalar ungu
800mg/kgBB; n = jumlah sampel; SD = standar deviasi
29

5.1.2 Uji Normalitas Data

Data kadar LOX-1 pada setiap kelompok subjek penelitian kemudian

dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk. Hasil

menunjukkan bahwa data terdistribusi normal pada setiap kelompok (p > 0.05).

Hasil uji normalitas data disajikan pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2. Hasil Uji Normalitas Data Kadar LOX-1

Kelompok n p Interpretasi
K(-) 5 0.579 Normal
K(+) 5 0.729 Normal
P1 5 0.558 Normal
P2 5 0.216 Normal
P3 5 0.639 Normal
K(-) = kelompok normal; K(+) = kelompok diet hiperlipidemia (HL); P1 =
kelompok HL + ekstrak ubi jalar ungu 200mg/kgBB; P2 = kelompok HL + ekstrak
ubi jalar ungu 400mg/kgBB; P3 = kelompok HL + ekstrak ubi jalar ungu
800mg/kgBB; n = jumlah sampel; p = nilai signifikansi

5.1.3 Uji Homogenitas Data

Hasil uji homogenitas menggunakan uji Levene statistic ditunjukkan pada

tabel 5.3. Uji homogenitas menunjukkan nilai p > 0.05 yang mana menunjukkan

bahwa variasi data yang bersifat homogen.

Tabel 5.3. Hasil Uji Homogenitas Data Kadar LOX-1

Variabel Levene Statistic Df1 Df2 P Interpretasi


LOX-1 2.424 4 20 0.082 Homogen
LOX-1 = Lectin-like oxidized low-density lipoprotein receptor-1; df1 = derajat
kebebasan pertama; df2 = derajat kebebasan kedua; p = nilai signifikansi
30

5.1.4 Uji Komparabilitas Efek Perlakuan Terhadap Kadar LOX-1

Uji komparabilitas dilakukan untuk membandingkan kadar LOX-1 antar

kelompok. Pada uji normalitas sebelumnya didapatkan hasil bahwa data

terdistribusi normal, sehingga uji komparasi antar setiap kelompok menggunakan

One Way ANOVA dengan post hoc berupa LSD atau Tamhane T2. Setelah

melakukan uji homogenitas, didapatkan hasil yang menunjukkan variasi data

homogen (p > 0,05) sehingga dalam analisis One Way ANOVA akan menggunakan

hasil dari post hoc LSD. Hasil dari uji komparasi rerata disajikan pada tabel 5.4. Uji

komparasi menggunakan analisis One Way ANOVA didapatkan nilai signifikansi p

< 0.05 yang menunjukkan adanya perbedaan diantara kelompok. Sehingga, perlu

dilanjutkan dengan analisis post hoc LSD untuk mengetahui perbedaan dan

persamaan dari masing-masing kelompok.

Tabel 5.4. Komparasi Rerata Data Kadar LOX-1

Kelompok Rerata + SD (ng/mL) P


K(-) 2.179 ± 0.308
K(+) 3.037 ± 0.061a*
P1 2.958 ± 0.461b 0.027
b
P2 2.331 ± 0.692
P3 2.567 ± 0,604b*
K(-) = kelompok normal; K(+) = kelompok diet hiperlipidemia (HL); P1 =
kelompok HL + ekstrak ubi jalar ungu 200mg/kgBB; P2 = kelompok HL + ekstrak
ubi jalar ungu 400mg/kgBB; P3 = kelompok HL + ekstrak ubi jalar ungu
800mg/kgBB; SD = standar deviasi; p = nilai signifikansi; a dibandingkan dengan
kelompok normal; b dibandingkan dengan kelompok HL; * signifikan independent
T-test (p < 0,05)

Pada analisis hasil post hoc LSD terlihat kelompok kontrol positif (K+) yang

merupakan kelompok yang diberikan diet tinggi lemak dengan menggunakan lemak

babi dan kuning telur bebek menunjukkan peningkatan kadar LOX-1 yang

bermakna (P < 0.05) jika dibandingkan dengan kelompok normal (K-). Hal ini
31

menunjukkan bahwa induksi hiperlipidemia berhasil dilakukan menggunakan

kedua bahan tersebut. Pada kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak umbi ubi

jalar ungu dosis 200 mg/kgBB terlihat dapat menurunkan kadar LOX-1 dengan

tidak signifikan (P > 0.05) jika dibandingkan dengan kelompok hiperlipidemia

(K+). Meski rerata kadar LOX-1 yang diperiksa lebih rendah pada kelompok

perlakuan dua (P2) yang diberikan ekstrak dengan dosis 400 mg/kgBB

dibandingkan dengan kelompok yang diberikan ekstrak dosis 200 mg/kgBB,

kelompok perlakuan dua (P2) tetap tidak menunjukkan perbedaan rerata yang

signifikan (P > 0.05) dibandingkan dengan kelompok hiperlipidemia (K+).

Perbedaan rerata paling bermakna ditunjukkan pada kelompok perlakuan dengan

ekstrak dosis 800 mg/kgBB dengan nilai P < 0.05 jika dibandingkan dengan

kelompok hiperlipidemia (Tabel 5.5).

3,5

3
3,037
2,5 * 2,958

2
2,567 #
2,331 #
2,179
1,5

0,5

0
Kadar LOX-1 terlarut (ng/mL)

K(-) K(+) P1 (200 mg/kgbb) P2 (400 mg/kgbb) P3 (800 mg/kgbb)

Gambar 5.1. Grafik Kadar LOX-1. *Perbedaan signifikan dibandingkan K(-), P <
0.05; #Perbedaan signifikan dibandingkan K(+), P < 0.05
32

Tabel 5.5. Uji post hoc LSD Data Kadar LOX-1

(I) (J) Mean Diff. Std. Error p CI 95%


Perlakuan Perlakuan (I – J) Lower Bound Upper Bound
K(-) K(+) -0.858200 0.304272 0.011* -1.49290 -0.22350
P1 -0.778600 0.304272 0.019* -1.41330 -0.14390
P2 -0.149600 0.304272 0.628 -0.78430 0.48510
P3 -0.151800 0.304272 0.623 -0.78650 0.48290
K(+) K(-) 0.858200 0.304272 0.011* 0.22350 1.49290
P1 0.079600 0.304272 0.796 -0.55510 0.71430
P2 0.708600 0.304272 0.030* 0.07390 1.34330
P3 0.706400 0.304272 0.031* 0.07170 1.34110
P1 K(-) 0.778600 0.304272 0.019* 0.14390 1.41330
K(-) -0.079600 0.304272 0.796 -0.71430 0.55510
P2 0.629000 0.304272 0.052 -0.00570 1.26370
P3 0.626800 0.304272 0.053 -0.00790 1.26150
P2 K(-) 0.149600 0.304272 0.628 -0.48510 0.78430
K(+) -0.708600 0.304272 0.030* -1.34330 -0.07390
P1 -0.629000 0.304272 0.052 -1.26370 0.00570
P3 -0.002200 0.304272 0.994 -0.63690 0.63250
P3 K(-) 0.151800 0.304272 0.623 -0.48290 0.78650
K(+) -0.706400 0.304272 0.031* -1.34110 -0.07170
P1 -0.626800 0.304272 0.053 -1.26150 0.00790
P2 0.002200 0.304272 0.994 -0.63250 0.63690
* terdapat perbedaan yang signifikan dengan nilai P < 0.05

5.2 Pembahasan Hasil Penelitian

5.2.1 Pengaruh Pemberian Ekstrak Umbi Ubi Jalar Ungu Terhadap Kadar

LOX-1

Ekstrak umbi ubi jalar ungu diketahui memiliki kandungan antioksidan yang

baik serta memiliki aktivitas antidiabetes, antioksidan, serta memiliki efek yang

baik terhadap kesehatan kardiovaskular. Kandungan antosianin (khususnya

peonidin dan cyanidin) serta senyawa fenolik yang dimiliki oleh umbi ubi jalar

ungu memiliki fungsi yang penting dalam aktivitas antioksidan dan antiinflamasi.

Kedua kelompok senyawa tersebut berperan dalam menghambat progresi dari


33

aterogenesis dan mengurangi stres oksidatif dengan menghambat pengambilan atau

uptake dari senyawa radikal (Mohanraj dan Sivasankar, 2014). Hal tersebut sesuai

dengan penelitian lainnya yang telah menguji ekstrak umbi ubi jalar ungu dengan

menggunakan hewan coba tikus. Studi menunjukkan bahwa administrasi ekstrak

umbi ubi jalar ungu dapat meningkatkan profil lipid dari hewan coba, menununkan

kadar malondialdehyde (MDA), serta meningkatkan kadar superoxide dismutase

(SOD) dalam darah (Yasa dan Jawi, 2017). Penelitian lain yang menggunakan

ekstrak Phaseolus vulgaris L. yang difermentasi juga menunjukkan hasil yang

serupa. Terdapat penurunan dalam ekspresi gen LOX-1 serta kadar LOX-1 pada sel

yang telah diberikan ekstrak Phaseolus vulgaris L., hal ini menunjukkan adanya

hubungan antara kadar antioksidan dengan derajat oksidasi sehingga dapat

menurunkan kadar LOX-1 terlarut (Gabriele dkk., 2016).

Aktivasi jalur persinyalan LOX-1 oleh ox-LDL berperan dalam peningkatan

ekspresi LOX-1 tambahan sehingga menyebabkan adanya umpan balik positif,

aktivasi TNF-alpha yang berujung pada infiltrasi monosit ke ruang subendotel dan

pembentukan foam cell, peningkatan produksi reactive oxygen species (ROS)

lanjutan sehingga menyebabkan disfungsi endothelium, dan lainnya (Kattoor, Goel,

dan Mehta, 2019). Kandungan antioksidan antosianin dan senyawa fenolik pada

ekstrak umbi ubi jalar ungu dapat berperan dalam mengurangi stres oksidatif

dengan menurunkan kadar MDA serta meningkatkan kadar SOD dalam darah

(Yasa dan Jawi, 2017). Penurunan stres oksidatif akibat efek antioksidan oleh

ekstrak umbi ubi jalar ungu akan menurunkan kadar ox-LDL yang merupakan

radikal bebas yang berperan dalam aktivasi LOX-1. Penurunan aktivasi LOX-1 juga

akan berpengaruh pada proliferasi vascular smooth muscle cell (VSMC) dan
34

pembentukan lesi foam cell. Kadar LOX-1 terlarut dalam darah merupakan

cerminan dari tingkat ekspresi LOX-1 di membran, karena peningkatan ekspresi

LOX-1 di membran sel akan meningkatkan pemotongan reseptor tersebut dengan

enzim proteolitik tertentu dan menyebabkan disekresikannya ke darah (Stankova,

Delcheva, Maneva dan Vladeva, 2019). Adanya penurunan aktivasi LOX-1 juga

akan menghambat teraktivasinya umpan balik positif, sehingga LOX-1 yang

diekspresikan pada membran sel pun juga tidak akan mengalami peningkatan yang

signifikan, akibatnya jumlah LOX-1 yang akan terpotong dan disekresikan ke

dalam aliran darah pun tidak akan mengalami peningkatan.

Pada penelitian ini ditemukan bahwa ekstrak etanol dari umbi ubi jalar ungu

dapat menyebabkan penurunan pada kadar LOX-1 terlarut dalam darah dengan

penurunan tertinggi terdapat pada kelompok yang diberikan ekstrak 400 mg/kgBB

dan disusul dengan kelompok dosis 800 mg/kgBB. Hasil ini sejalan dengan

penelitian sebelumnya yang menggunakan ekstrak air umbi ubi jalar ungu yang

mana hasil penelitian tersebut menunjukkan peningkatan SOD pada pemberian

ekstrak dengan dosis yang lebih tinggi (Jawi dkk, 2017). Hal ini menunjukkan

bahwa aktivitas antioksidan dan juga efek terhadap sistem kardiovaskular dari

ekstrak umbi ubi jalar ungu memberikan efek penghambatan ekspresi LOX-1.

Menurunnya stres oksidatif yang diakibatkan oleh rendahnya aktivitas radikal bebas

menyebabkan produksi ox-LDL juga menurun. Ekspresi LOX-1 yang mana di

induksi oleh aktivasi reseptor LOX-1 yang ada di membran sel makrofag juga akan

terhambat, sehingga menurunkan efek umpan balik positif. Pengambilan ox-LDL

lebih lanjut oleh makrofag serta pembentukan foam cell juga akan terhambat

sehingga memperlambat progresi dari aterosklerosis.


35

Penelitian ini tentunya masih memiliki keterbatasan yang salah satunya

terletak pada informasi atau data yang didapatkan dari metode post-test only with

control group design. Data yang didapatkan hanya akan terbatas pada kadar LOX-

1 terlarut pada akhir penelitian dan tidak didapatkannya data masing-masing

individu sampel saat sebelum penelitian dimulai. Hal tersebut akan membatasi

peneliti dalam mencari tahu perbedaan kadar LOX-1 terlarut pada masing-masing

individu saat sebelum dan setelah penelitian. Tidak dilakukannya uji fitokimia

spesifik juga merupakan keterbatasan dari penelitian ini sehingga penyebab dari

penurunan kadar LOX-1 terlarut dalam darah tikus hanya berdasarkan studi

literatur.
36

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka didapatkan simpulan

bahwa pemberian ekstrak etanol umbi ubi jalar ungu (Ipomoea batatas) dapat

memberikan efek penurunan kadar LOX-1 pada tikus model hiperlipidemia

dengan efek penurunan paling optimal pada dosis 400 mg/kgBB dan 800

mg/kgBB.

6.2 Saran

Saran dari penelitian ini yaitu:

1. Perlu diadakannya penelitian dengan menggunakan desain pre dan post

test yang bertujuan untuk mengetahui perubahan kadar LOX-1 lebih

detail pada setiap hewan coba.

2. Perlu dilakukan uji fitokimia untuk mengetahui kandungan senyawa

kimia yang berperan langsung dalam penurunan kadar LOX-1 dalam

darah hewan coba.


37

DAFTAR PUSTAKA

Ajayi, A. and Akhigbe, R., 2020. Staging of the estrous cycle and induction of estrus
in experimental rodents: an update. Fertility Research and Practice, 6(1).

Ali Sheikh, M., Zhenyu, Z., Lanyan, G., Fei, L., Xu, D., Hai, D., dkk. (2014). Serum
Lectin-Like Oxidized-Low Density Lipoprotein Receptor-1 and Adiponectin
Levels Are Associated With Coronary Artery Disease Accompanied With
Metabolic Syndrome. Iranian Red Crescent Medical Journal, 16(8).

Aziz, M. and Yadav, K. (2016). Pathogenesis of Atherosclerosis A Review.


Medical & Clinical Reviews, 2(3).

Balzan, S. and Lubrano, V. (2018). LOX-1 receptor: A potential link in


atherosclerosis and cancer. Life Sciences, 198, pp.79-86.

Bellosta, S. and Corsini, A. (2012). Statin drug interactions and related adverse
reactions. Expert Opinion on Drug Safety, 11(6), pp.933-946.

Castañeda-Ovando, A., Pacheco-Hernández, M., Páez-Hernández, M., Rodríguez,


J. and Galán-Vidal, C. (2009). Chemical studies of anthocyanins: A review.
Food Chemistry, 113(4), pp.859-871.

Falk, E. (2006). Pathogenesis of Atherosclerosis. Journal of the American College


of Cardiology, 47(8), pp.C7-C12.

Finn, A., Nakano, M., Narula, J., Kolodgie, F. and Virmani, R. (2010). Concept of
Vulnerable/Unstable Plaque. Arteriosclerosis, Thrombosis, and Vascular
Biology, 30(7), pp.1282-1292.

Gabriele, M., Pucci, L., La Marca, M., Lucchesi, D., Croce, C., Longo, V. and
Lubrano, V., 2016. A fermented bean flour extract downregulates LOX-1,
CHOP and ICAM-1 in HMEC-1 stimulated by ox-LDL. Cell Mol Biol Lett,
21(10).

Getz, G. and Reardon, C., 2012. Animal Models of Atherosclerosis.


Arteriosclerosis, Thrombosis, and Vascular Biology, 32(5), pp.1104-1115.
38

Hayashida, K., Kume, N., Murase, T., Minami, M., Nakagawa, D., dkk. (2005).
Serum Soluble Lectin-Like Oxidized Low-Density Lipoprotein Receptor-1
Levels Are Elevated in Acute Coronary Syndrome. Circulation, 112(6),
pp.812-818.

Hirsh, J., Fuster, V., Ansell, J. and Halperin, J. (2003). American Heart
Association/American College of Cardiology Foundation guide to warfarin
therapy. Journal of the American College of Cardiology, 41(9), pp.1633-52.

Holbrook, A., Schulman, S., Witt, D., Vandvik, P., Fish, J., Kovacs, M., Svensson,
P., Veenstra, D., Crowther, M. and Guyatt, G. (2012). Evidence-Based
Management of Anticoagulant Therapy. Chest, 141(2), pp.e152S-e184S.

Jawi, I., Indrayani, A. and Sutirta-Yasa, I. (2015). Aqueous Extract Of Balinese


Purple Sweet Potato (Ipomoea Batatas L.) Prevents Oxidative Stress And
Decreases Blood Interleukin-1 In Hypercholesterolemic Rabbits. Bali
Medical Journal, 4(1), pp.37-40.

Jawi, I., Mahendra, A., Subawa, A., Yasa, I. and Gunawan, W., 2017. Comparison
of Antihypertensive and Antioxidative Effect of Mahogany (Swietenia
mahagoni (L.) Jacq.) Seed Extract and Purple Sweet Potato (Ipomoea
batatas) Tuber Extract on Rodent Model of Hypertension. Biomedical and
Pharmacology Journal, 10(2), pp.577-582.

Jawi, I., Wita, I. and Suprapta, D. (2014). Aqueous Extract of Purple Sweet Potato
Tuber Increases Sod And Decreases VCAM-1 Expression By Increasing rf2
Expression In The Aortic Endothelia Of Hypercholesterolemic Rabbits.
Journal of Biology, Agriculture and Healthcare, 4(10).

Jiao, Y., Jiang, Y., Zhai, W. and Yang, Z., 2012. Studies on antioxidant capacity of
anthocyanin extract from purple sweet potato (Ipomoea batatas L.). African
Journal of Biotechnology, 11(27), pp.7046-7054.  bab 2

Kattoor, A., Goel, A. and Mehta, J., 2019. LOX-1: Regulation, Signaling and Its
Role in Atherosclerosis. Antioxidants, 8(7), p.218.
39

Kattoor, A., Goel, A. and Mehta, J., 2019. LOX-1: Regulation, Signaling and Its
Role in Atherosclerosis. Antioxidants, 8(7), p.218.  ini di bab 2

Kume, N. dan Kita, T. (2001). Roles of lectin-like oxidized LDL receptor-1 and its
soluble forms in atherogenesis. Current Opinion in Lipidology, 12(4), pp.419-
423.

Langheinrich, A., Kampschulte, M., Scheiter, F., Dierkes, C., Stieger, P., Bohle, R.
and Weidner, W. (2010). Atherosclerosis, inflammation and lipoprotein
glomerulopathy in kidneys of apoE-/-/LDL-/- double knockout mice. BMC
Nephrology, 11(1).

Lozano, R., Naghavi, M., Foreman, K., Lim, S., Shibuya, K., Aboyans, V., et al.
(2012). Global and regional mortality from 235 causes of death for 20 age
groups in 1990 and 2010: a systematic analysis for the Global Burden of
Disease Study 2010. The Lancet, 380(9859), pp.2095-2128.

Mohanraj, R. and Sivasankar, S., 2014. Sweet Potato (Ipomoea batatas [L.] Lam) -
A Valuable Medicinal Food: A Review. J Med Food, 17(7), pp.1-9.

Mohanraj, R. dan Sivasankar, S. (2014). Sweet Potato (Ipomoea batatas[L.] Lam) -


A Valuable Medicinal Food: A Review. Journal of Medicinal Food, 17(7),
pp.733-741.

Murase, T., Kume, N., Kataoka, H., Minami, M., Sawamura, T., Masaki, T. and
Kita, T. (2000). Identification of Soluble Forms of Lectin-Like Oxidized LDL
Receptor-1. Arteriosclerosis, Thrombosis, and Vascular Biology, 20(3),
pp.715-720.

Naci, H., Brugts, J. and Ades, T. (2013). Comparative Tolerability and Harms of
Individual Statins: A Study-Level Network Meta-Analysis of 246 955
Participants From 135 Randomized, Controlled Trials. Circulation:
Cardiovascular Quality and Outcomes, 6(4), pp.390-399.

Oktomalioputri, B., Darwin, E. dan Decroli, E. (2016). Pengaruh Lama Pemberian


Diet Tinggi Kolesterol terhadap Kadar LDL dan TGF-Β Serum Tikus Putih
40

(Rattus novergicus) strain Wistar. Jurnal Kesehatan Andalas, 5(1), pp.267-


73.

Panda, V. and Sonkamble, M. (2012). Phytochemical constituents and


pharmacological activities of Ipomoea batatas l. (Lam) - A review.
International Journal of Research in Phytochemistry & Pharmacology, 2(1),
pp.25-34.

Pirillo, A., Norata, G. dan Catapano, A. (2013). LOX-1, OxLDL, and


Atherosclerosis. Mediators of Inflammation, 2013, pp.1-12.

Rumbaoa, R., Cornago, D. dan Geronimo, I. (2009). Phenolic content and


antioxidant capacity of Philippine sweet potato (Ipomoea batatas) varieties.
Food Chemistry, 113(4), pp.1133-1138.

Silverstein, R. and Febbraio, M. (2009). CD36, a Scavenger Receptor Involved in


Immunity, Metabolism, Angiogenesis, and Behavior. Science Signaling,
2(72), pp.re3-re3.

Stankova, T., Delcheva, G., Maneva, A. and Vladeva, S., 2019. Serum Levels of
Carbamylated LDL and Soluble Lectin-Like Oxidized Low-Density
Lipoprotein Receptor-1 are Associated with Coronary Artery Disease in
Patients with Metabolic Syndrome. Medicina, 55(8), p.493.

Thygesen, K., Alpert, J., Jaffe, A., Simoons, M., Chaitman, B. and White, H.
(2012). Third universal definition of myocardial infarction. European Heart
Journal, 33(20), pp.2551-2567.

Utami, Y. and Umar, A. (2016). Analysis of Total Anthocyanin Content on Ethanol


Extract of Purple Sweet Potato (Ipomoea batatas L.) and Purple Yam
(Dioscoreaalata L.) with Differential pH Method. Journal of Pharmaceutical
and Medicinal Sciences, 1(2), pp.44-47.

Wallace, A. (2003). Taking simvastatin in the morning compared with in the


evening: randomised controlled trial. BMJ, 327(7418), pp.788-788.

Who.int. (2018). Indonesia. [online] Available at: http://www.who.int/nmh/


countries /idn_en.pdf [Accessed 13 Apr. 2018].
41

World Health Organization. (2018). The top 10 causes of death. [online] Available
at: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs310/en/ [Accessed 13 Apr.
2018].

Yasa, I. and Jawi, I., 2017. Antioxidant Potential and Hypolipidemic Effects of
Combined Purple Sweet Potato (Ipomoea batatas L.) Tuber Extract with
Honey in Rats Given High Cholesterol Feed. Bali Med J, 3(3), pp.S65-S69.

Yasa, I.W.P.S., Jawi, I.M., dan Mahendra A.N. (2013). Ethanol Extract of Purple
Sweet Potato Tubers (Ipomoea batatas L) Decreases Blood Glucose and
Increase Total Antioxidant Level in Rats with High Glucose Intake. Journal
of US-China Medical Science, 10(1).
42

LAMPIRAN
Lampiran 1. Rincian Biaya Penelitian
No Jenis / Uraian Jumlah (Rp)
1 Sewa lab @ 150.000
2 Peralatan Penunjang 400.000
3 Bahan Habis Pakai 6.420.000
4 Perjalanan -
5 Lain-lain 680.000
TOTAL ANGGARAN (Rp) 7.650.000

Lampiran 2. Rancangan Jadwal Penelitian


Bulan
No. Nama Kegiatan
1 2 3 4
1 Penyusunan kerangka penelitian
2 Persiapan alat dan modalitas
3 Pembuatan ekstrak
4 Pelaksanaan uji eksperimen
5 Analisis data
6 Penyusunan draf laporan
7 Penyelesaian laporan
8 Pengiriman laporan

Lampiran 3. Biodata Peneliti


A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Gede Setula Narayana L
2 Tempat dan tanggal lahir Bogor, 21 Desember 1998
3 NIM 1702511090
4 Program Studi / Fakultas Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter /
Kedokteran
5 Alamat Rumah Jalan Muding Batu Sangian VII Nomor 8,
Kuta Utara, Badung
6 Nomor Telepon / HP (0361) 418816 / 081337363046
7 Alamat e-mail setulanarayana@gmail.com
43

B. Riwayat Pendidikan
Program S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Tinggi Universitas Udayana - -
Bidang Ilmu Pendidikan Dokter - -
Tahun Masuk 2017 - -
Tahun Lulus 2023 - -

C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir


Pendanaan
No Tahun Jenis Penelitian Jumlah (juta
Sumber *)
Rp)
1 - - - -

D. Pengalaman Pengabdian Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir


Pendanaan
Jenis Pengabdian kepada
No Tahun Jumlah (juta
Masyarakat Sumber *)
Rp)
1 - - - -

E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir


No Judul Artikel Ilmiah Volume/Nomor Nama Jurnal
1 - - -

Saya menyatakan bahwa keterangan pada curriculum vitae ini dibuat dengan
sebenar-benarnya.

Denpasar, 2 Desember 2020

(Gede Setula Narayana)


NIM.1702511090
44

Lampiran 4. Data Penanggung Jawab Laboratorium Hewan Coba dan Ketua


Pelaksana
Ketua Pelaksana
Nama : Gede Setula Narayana
No telepon : 081337363046
Alamat : Jl. Muding Batu Sangian VII Nomor 8, Kerobokan, Badung

Penanggung Jawab Laboratorium


Lab. Farmakologi dan Terapi-Divisi Pengembangan Obat dan Hewan Coba, Unit
Laboratorium Biomedik Terpadu Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Nama : dr. Agung Nova Mahendra, M.Sc.
No telepon : 082145300594
Alamat : Jl. Sri Rama No. 21, Baktiseraga, Buleleng

Lampiran 5. Sertifikat Penanganan Hewan Coba

Anda mungkin juga menyukai