Jurnal Anfar 1
Jurnal Anfar 1
net/publication/311493453
CITATION READS
1 1,958
1 author:
Mohamad Rafi
Bogor Agricultural University
37 PUBLICATIONS 56 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Mohamad Rafi on 08 December 2016.
Sejarah Artikel: Rambut beberapa hewan seperti babi, kambing, dan juga sapi telah digunakan
Diterima Oktober 2016 sebagai bahan baku kuas salah satunya kuas untuk produksi makanan seperti kue,
Disetujui November 2016 roti, dan lainnya. Jika kuas dalam produksi makanan ini terbuat dari rambut babi
Dipublikasikan November maka dapat menyebabkan makanan menjadi tidak halal. Oleh karena itu, dalam
2016 penelitian ini kami melakukan studi keterlaksanaan penggunaan spektroskopi
Fourier transform infraredattenuated total reflectance (FTIR-ATR) yang dikombinasi-
Kata Kunci:
kan dengan kemometrik untuk mengembangkan metode identifikasi dan
rambut hewan
diskriminasi rambut babi, kambing, dan sapi. Spektrum FTIR diukur pada
diskriminasi
bilangan gelombang 1000-4000 cm-1. Intensitas dari kisaran bilangan gelombang
FTIR-ATR
1215-2007 cm-1 dan 3467-3989 cm-1 dipilih untuk membuat model diskriminasi
kemometrik
tiga jenis rambut yang digunakan. Pengelompokan sampel berdasarkan jenis
rambutnya dilakukan dengan menggunakan analisis gerombol, analisis
komponen utama, dan analisis diskriminan. Model diskriminasi menggunakan
AKU dan AD dapat memisahkan ketiga jenis rambut hewan yang digunakan
dengan AD memberikan pengelompokan yang lebih terpisah satu sama lainnya.
Metode kombinasi FTIR-ATR dan kemometrik dimungkinkan untuk digunakan
untuk tujuan identifikasi dan diskriminasi rambut babi, kambing dan sapi.
Abstract
Hair from some animals such as pig, goat, and cow have been used as a raw
material for brushes in the food product, i.e. cakes, breads, etc. When a pig hair
was used for food brush will make the food become not halal anymore.
Therefore, in this study we developed an analytical method for identification and
discrimination of pig, goat, and cow hairs using Fourier transform infrared
spectroscopyattenuated total reflectance. Measurements of FTIR spectra were
performed at wavenumber 1000-4000 cm-1. Intensities from 1215-2007 cm-1 and
3467-3989 cm-1 were chosen for further analysis to build an identification and
discrimination model of the animals hair tested. Classification of samples
according to their origin species was performed using cluster analysis, principal
component analysis and discriminant analysis. Discrimination of the samples was
achieved by using principal component analysis and discriminant analysis, in
which discriminant analysis gave clearer separation of the samples. Combination
of FTIR-ATR and chemometrics is possible to be used for the purpose of
identification and discrimination hair from pig, goat and cow.
233
M Rafi / Indonesian Journal of Chemical Science 5 (3) (2016)
lunak yang digunakan ialah XLSTAT versi 2012 Spektrum FTIR-ATR dari ketiga jenis
(Addinsoft, New York, Amerika Serikat). Bahan- rambut (Gambar 1.) menunjukkan pola yang
bahan yang digunakan ialah rambut babi hampir identik untuk seluruh sampel sehingga
(Parung, Bogor, Jawa Barat) rambut kambing sulit untuk membedakannya berdasarkan asal
(Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor), usul sampelnya. Berdasarkan spektrum FTIR
rambut sapi (Rumah Potong Hewan Bubulak, yang diperoleh, tidak terdapat pola yang khas
Bogor, Jawa Barat) masing-masing diambil dari untuk setiap sampel yang diukur hanya terdapat
6 hewan, akuades, dan isopropil alkohol (Merck, perbedaan dalam intensitasnya. Pita-pita utama
Darmdstadt, Jerman). yang dapat diamati dari spektrum FTIR yaitu
Sampel rambut hewan (babi, kambing, pita serapan pada bilangan gelombang 1000-
sapi) dibersihkan dengan cara ditempatkan 1200 cm-1 hasil dari vibrasi S=O (Douthwaite, et
dalam ultrasonikator selama 10 menit dalam al.; 1993), bilangan gelombang sekitar sekitar
akuades dan isopropil alkohol. Setelah itu 1640-1550 cm-1 merupakan representasi dari
dikering udarakan dan dimasukkan ke dalam serapan N-H tekuk, pada 1600-1700 cm-1 yang
oven mikrogelombang selama 30 detik merupakan daerah serapan C=O, pada 3000-
(Espinoza, et al.; 2008). 2850 cm-1 yang merupakan daerah serapan
ikatan C-H, dan pada bilangan gelombang
Sampel dimasukkan ke dalam wadah
sekitar 3100-3500 cm-1 untuk daerah serapan N-
sampel dengan aksesoris ATR yang ditempat-
H ulur (Pavia, et al.; 2001). Serapan-serapan
kan dalam spektrofotometer FTIR. Detektor
yang dihasilkan terkait dengan keberadaan asam
yang digunakan yaitu DTGS (deuterated triglycine
amino yang merupakan unit pembentuk protein
sulphate). Pengukuran dilakukan pada kisaran
dan protein merupakan molekul utama pem-
bilangan gelombang 1000-4000 cm-1 dengan
bentuk rambut.
resolusi 8 cm-1 dan kecepatan payar 72 payar/
menit. Peranti lunak OPUS 7.2.139.1.24 (Bruker Telah diketahui bahwa rambut hewan
Optik GmbH, Ettlingen, Jerman) digunakan umumnya mengandung keratin yang merupa-
untuk menampilkan spektrum FTIR. Data kan suatu protein berserat dan memiliki sifat
spektrum FTIR disimpan dalam bentuk file xls yang kasar. Keratin terdiri atas sistein, yaitu
untuk pengolahan selanjutnya secara kemo- senyawa asam amino yang memiliki unsur
metrik. sulfida. Keberadaan unsur sulfida menjadi ciri
khas dari rambut. Berdasarkan beberapa spek-
Pengelompokan contoh dilakukan dengan
trum yang diperoleh, rambut babi cenderung
analisis gerombol, analisis komponen utama,
memiliki serapan yang lebih besar pada bilangan
dan analisis diskriminan. Sebagai variabel
gelombang sekitar 1000-1200 cm-1 dibandingkan
digunakan data absorbans pada spektrum FTIR
dengan rambut sapi, sedangkan pada rambut
yang terukur di kisaran bilangan gelombang
kambing tidak terdapat serapan pada bilangan
1215-2007 cm-1 dan 3467-3989 cm-1.
gelombang tersebut. Serapan tersebut khas
Hasil dan Pembahasan untuk sulfur-oksigen yang terkait dengan kebera-
Spektrum FTIR akan menampilkan ke- daan keratin. Jenis keratin yang banyak ditemu-
seluruhan informasi ikatan dalam suatu mole- kan pada hewan mamalia, seperti babi dan sapi
kul yang terdiri atas gerak vibrasi dan rotasi. Hal adalah -keratin (Alibardi; 2003).
tersebut membuat spektroskopi FTIR sangat
berguna untuk analisis kualitatif seperti mem-
bedakan antar sampel akan tetapi interpretasi-
nya dapat menjadi sulit dilakukan akibat adanya
kemiripan dari setiap respon ikatan pada
molekul yang ada dalam suatu sampel. Metode
pengukuran FTIR yang digunakan pada pene-
litian ini menggunakan sistem ATR yang be-
kerja dengan cara mengukur perubahan yang
terjadi dalam proses pemantulan sinar infra-
merah ketika sinar datang menuju sampel. Gambar 1. Spektrum FTIR representative ram-
Kelebihan metode ATR ialah pengukuran but babi, rambut kambing dan rambut sapi
bersifat nondestruktif dan tidak dibutuhkan Spektrum multidimensi seperti spektrum
persiapan sampel yang rumit sehingga proses FTIR mengandung informasi kuantitatif yang
analisisnya lebih cepat. dapat menggambarkan ciri khas suatu sampel.
Informasi tersebut tidak dapat diamati dengan
234
M Rafi / Indonesian Journal of Chemical Science 5 (3) (2016)
hanya melihat pola serapan spektrum, tetapi membedakan tiga jenis rambut yang digunakan
membutuhkan alat bantu berupa metode eks- yaitu rambut babi, kambing, dan sapi. Rambut
traksi data atau pola yang disebut sebagai kemo- babi dan sapi lebih memiliki kesamaan karak-
metrika agar dapat menunjukkan interpretasi teristik sehingga cenderung berada dalam satu
yang lebih berarti. Metode kemometrika yang kelompok yang sama. Untuk rambut kambing,
dapat digunakan seperti analisis komponen sebanyak 5 sampel telah terkelompokkan dalam
utama, analisis gerombol, dan analisis diskri- satu kelompok.
minan dengan kekhasannya masing-masing.
Data dari spektrum FTIR yang digunakan
untuk analisis kemometrik pada penelitian ini
tidak melalui perlakuan pendahuluan, karena
hasil yang diperoleh tanpa menggunakan per-
lakuan pendahuluan lebih baik dibandingkan
menggunakan perlakuan pendahuluan. Analisis
komponen utama rambut babi, kambing, dan
sapi dilakukan terhadap spektrum asli pada
bilangan gelombang 1215-2007 cm-1 dan 3467-
3989 cm-1. Pemilihan bilangan gelombang
tersebut didasarkan pada nilai serapan yang
diperoleh sehingga memungkinkan ketiga jenis
rambut dapat dibedakan menggunakan AKU.
Analisis gerombol (AG) termasuk ke Gambar 2. Dendogram AG dengan metode
dalam teknik pengenalan pola tak terawasi yang pautan lengkap
banyak digunakan untuk mengklasifikasikan Salah satu teknik pengenalan pola tak
sampel ke dalam beberapa kelompok berdasar- terawasi yang juga banyak digunakan dalam
kan karakteristik yang diukur. Sampel tersebut mengelompokkan sampel yaitu analisis kompo-
diklasifikasikan ke dalam satu atau lebih kelom- nen utama (AKU). Metode AKU bertujuan
pok sehingga sampel-sampel yang berada dalam untuk mereduksi dimensi peubah asal sehingga
satu kelompok akan memiliki kemiripan satu diperoleh peubah baru yang disebut sebagai
dengan yang lainnya (Ni, et al.; 2012). Analisis komponen utama (KU) yang tidak saling ber-
gerombol yang digunakan dalam studi ini yaitu kolerasi tetapi menyimpan sebagian informasi
agglomerative hierarchical clustering (AHC). yang terkandung pada peubah asal (Miller &
Metode ini memulai suatu pengelompokan data Miller; 2000). Plot AKU dari dua skor KU yang
dengan dua atau lebih sampel yang mempunyai awal adalah yang paling berguna karena me-
kesamaan paling dekat dan terdiri dari dua jenis miliki varians terbesar dalam set data. Semakin
yaitu agglomerative (bottomup) dan devisive (top dekat nilai KU dari suatu sampel terhadap sam-
down). AHC bersifat bottomup yang keberadaan pel lainnya maka semakin dekat kemiripannya.
setiap titik data dalam kelompok ditentukan
oleh kedekatan antar titik tersebut. Metode ini
berawal dari sampel-sampel individual yang
paling mirip akan dikelompokkan dan kelom-
pok-kelompok awal tersebut digabungkan sesuai
kemiripannya, berulang hingga menjadi kelom-
pok tunggal.
Metode aglomerasi yang digunakan adalah
pautan lengkap (complete linked) yang didasarkan
pada jarak maksimum. Metode pautan lengkap
akan mengelompokan dua sampel yang mem-
punyai jarak terjauh terlebih dahulu. Metode ini
memastikan bahwa semua sampel dalam satu
kelompok berada dalam jarak paling jauh. Hasil Gambar 3. Plot skor komponen utama rambut
pengelompokan dengan AHC ditunjukkan babi, rambut kambing dan rambut sapi
dalam suatu dendogram (Gambar 2). Berdasar- Plot skor AKU (Gambar 3.) menunjukkan
kan dendogram yang diperoleh, terbentuk tiga informasi mengenai pengelompokan asal sam-
kelompok data akan tetapi belum berhasil pel. Plot kedua KU yang digunakan menjelas-
235
M Rafi / Indonesian Journal of Chemical Science 5 (3) (2016)
kan 87,1% keberagaman data (KU-1 = 79,8% rambut cenderung berbeda, apabila angka men-
dan KU-2 = 7,3%). Pola pengelompokan sampel dekati satu, maka data tiap kelompok cende-
menggunakan AKU telah mampu membedakan rung sama (Dinar, et al.; 2013).
ketiga jenis rambut. Berdasarkan plot yang di-
peroleh, rambut babi, kambing, dan sapi me-
miliki karakteristik yang hampir sama. Hal ini
ditunjukkan dengan jarak antar titik yang cukup
berdekatan. Semakin dekat satu titik dengan
titik yang lain, maka semakin besar kemiripan
spektrum IR sampel tersebut. Kemiripan yang
diperoleh dapat disebabkan oleh komposisi
kimia yang terkandung dalam ketiga sampel
yang juga tidak jauh berbeda.
Metode analisis multivariat lainnya yang
dapat digunakan untuk mengelompokkan sam-
pel yaitu analisis diskriminan (AD). Analisis
diskriminan berfungsi untuk memisahkan bebe- Gambar 4. Plot fungsi diskriminan rambut babi,
rapa variabel berbeda, kemudian memilih dan rambut kambing dan rambut sapi
membentuk variabel baru atau kombinasi Berdasarkan plot FD hasil dari AD, semua
variabel yang ada secara maksimal untuk meng- sampel dapat terpisah ke dalam kelompoknya
identifikasi sebuah sampel (Du & Sun; 2006). masing-masing (Gambar 4). Evaluasi dari mo-
Metode tersebut membuat suatu fungsi diskri- del yang dihasilkan dilakukan dengan metode
minan (FD) untuk setiap grup dengan mencari validasi silang dan sebanyak 77,8% sampel ter-
kombinasi linear dari data yang akan memberi- identifikasi ke dalam masing-masing kelompok-
kan pemisahan dari dua atau lebih grup obser- nya. Berdasarkan hasil ini, AD dapat digunakan
vasi (Gad, et al.; 2012). untuk diskriminasi rambut babi, kambing, dan
Analisis diskriminan dilakukan mengguna- sapi.
kan nilai komponen utama yang diperoleh dari Simpulan
AKU untuk membangun suatu model prediksi. Gabungan teknik spektroskopi FTIR
Hal ini dilakukan karena analisis diskriminan dengan AKU dan AD telah dikembangkan
akan bekerja efektif jika jumlah variabel yang untuk diskriminasi rambut babi, kambing, dan
digunakan lebih kecil dari jumlah sampel. Nilai sapi. AD mampu membedakan ketiga jenis
komponen utama yang dipilih ditetapkan ber- rambut lebih baik dibandingkan dengan AKU.
dasarkan kriteria Kaiser, yaitu komponen utama Metode yang dikembangkan terbukti efisien dan
yang digunakan sebagai variabel dalam AD dapat digunakan untuk proses identifikasi ketiga
mempunyai nilai eigen > 1 (Morillo, et al.; 2012). jenis rambut yang diujikan.
Berdasarkan hasil AKU, terdapat tujuh kom- Daftar Pustaka
ponen utama yang memiliki nilai eigen > 1 dan Alibardi, L. 2003. Immunocytochemistry and
ketujuhnya dipakai untuk membuat model pre- Keratinization in The Epidermis of Croco-
diksi ketiga jenis rambut yang digunakan dalam dilians. Zool. Stud., 42: 346-356
penelitian ini. Bunaciu, A.A., Aboul-Enein, H.Y., & Fleschin,
S. 2011. Recent Applications of Fourier
Analisis diskriminan dengan mengguna- Transform Infrared Spectrophotometry in
kan tujuh komponen utama mampu menerang- Herbal Medicines Analysis. Appl. Spectrosc.
kan keragaman data sebesar 100% dan meng- Rev., 46: 251-260
hasilkan dua nilai FD dengan keragaman 58,1% Dinar, L., Suyantohadi, A., & Fallah, M.A.F.
(FD-1) dan 41,9% (FD-2). Berdasarkan hasil uji 2013. Penentuan Kriteria Mutu Biji Pala
analisis diskriminan, variabel bilangan gelom- (Myrista fragrans Houtt) Berdasarkan Anali-
sis Tekstur Menggunakan Teknologi Peng-
bang yang dipilih dapat membedakan rambut olahan Citra Digital. Agritech, 33: 81-89
babi, kambing, dan sapi. Hal ini ditunjukkan Douthwaite, F.J., Lewis, D.M., & Schumacher-
dengan angka Wilks’ Lambda yang diperoleh Hamedat, U. 1993. Reaction of Cystine
yaitu 0,035. Wilks’ Lambda pada prinsipnya Residues in Wool with Peroxy Compound.
adalah varians total yang tidak dapat dijelaskan Text. Res. J., 63: 177-183
oleh perbedaan diantara grup-grup yang ada. Du, C.J., & Sun, D. 2006. Learning Technique
Angka yang diperoleh mendekati nol, sehingga Used in Computer Vision for Food Quality
dapat dikatakan bahwa data setiap kelompok Evaluation: A Review. J. Food Eng.,72: 39-
236
M Rafi / Indonesian Journal of Chemical Science 5 (3) (2016)
55 4: 171-176
Espinoza, E.O., Baker, B.W., Moores, T.D., & Pavia, D.L., Lampman, G.M., & Kriz, G.Z.
Voin, D. 2008. Forensic Identification of 2001. Introduction to Spectroscopy (4th ed).
Elephant and Giraffe Hair Artifacts using Belmont: Brooks/Cole Cengage Larning
HATR FTIR Spectroscopy and Discrimi- Purwakusumah, E.D., Rafi, M., Syafitri, D.U.,
nant Analysis. Endanger. Spesies Res., 9: Nurcholis, W., Adzkiya, Z.A.M. 2014.
239-246 Identifikasi dan Autentikasi Jahe Merah
Gad, H.A., El-Ahmady, S.H., Abou-Shoer, Menggunakan Kombinasi Spektroskopi
M.I., & Al-Azizi, M.M. 2012. Application FTIR dan Kemometrik. Agritech, 34: 1-6
of Chemometrics in Authentication of Rahmania, H., Sudjadi, & Rohman, A. 2015.
Herbal Medicines: A Review. Phytochem. The Employment of FTIR Spectroscopy in
Anal., 24: 1-24 Combination with Chemometrics for Ana-
Hashim, D.M., Che Man, Y.B., Norakasha, R., lysis of Rat Meat in Meatball Formulation.
Shuhaimi, M., Salmah, Y., & Syahariza, Meat Sci., 100: 301-305
Z.A. 2010. Potential Use of Fourier Trans- Rohaeti, E., Rafi, M., Syafitri, U.D. &
form Infrared Spectroscopy for Differen- Heryanto, R. 2015. Fourier Transform
tiation of Bovine and Porcine Gelatins. Infrared Spectroscopy Combined with
Food Chem., 118: 856-860 Chemometrics for Discrimination of Cur
Kurniawati, E., Rohman, A., & Triyana, K. cuma longa, Curcuma xanthorrhiza and Zingi
2014. Analysis of Lard in Meatball Broth ber cassumunar. Spectrochim. Acta: Mol.
using Fourier Transform Infrared Spectros- Biomol. Spectrosc., 137: 1244-1249
copy and Chemometrics. Meat Sci., 96: 94- Rohman, A., Sismindari, Erwanto, Y., & Che
98 Man, Y.B. 2011. Analysis of Pork
Miller, J.N., & Miller, J.C. 2010. Statistics and Adulteration in Beef Meatball using
Chemometrics for Analytical Chemistry (6th Fourier Transform Infrared (FTIR) Spec-
ed). Harlow, Essex: Pearson troscopy. Meat Sci., 88: 91-95
Morillo, A.P., Alcazar, A., Pablos, F., & Jurado, Sun, S., Chen, J., Zhou, Q., Lu, G., & Chan, K.
J.M. 2012. Differentiation of Tea Varieties 2010. Application of Mid-Infrared Spec-
using UV-Vis Spectra and Pattern Recogni- troscopy in The Quality Control of Traditi-
tion Techniques. Spectrochim. Acta: Mol. onal Chinese Medicines. Planta Med., 76:
Biomol. Spectrosc., 103: 79-83 1987-1996
Majelis Ulama Indonesia. 2002. Halal. Jakarta: Xu, L., Cai, C. B., Cui, H. F., Ye, Z. H., & Yu,
LPPOM MUI X. P. 2012. Rapid Discrimination of Pork
Ni, Y., Song, R., & Kokot, S. 2012. Analysis of in Halal and non-Halal Chinese Ham
HPLC Fingerprints: Discrimination of Sausages by Fourier Transform Infrared
Raw and Processed Rhubarb Samples with (FTIR) Spectroscopy and Chemometrics.
The Aid of Chemometrics. Anal. Methods, Meat Sci., 92: 506-510
237