(AMK3K)
Minggu ke 9:
A. MENGENAL SISTEM MANAJEMEN K3 KONSTRUKSI
B. BAGAIMANA MEMPELAJARI SUATU KODE UNIT SKKNI
C. TUGAS, KEWAJIBAN DAN PERAN AMdK3K DALAM
KONSTRUKSI
D. BENTUK DOKUMEN SMK3-K (Kontrak) SESUAI
PERATURAN
1
Demikian halnya dengan SMK3-L, sistem ini juga terdiri dari 3 komponen seperti
pada Gambar 1. Acuan dalam mempelajari SMK3-L adalah SKKNI-2014-350,
khusus pada Kode Unit S.942100.001.009.01 sampai dengan Kode Unit
S.942100.001.018.01. Inilah kode-kode unit yang harus dimiliki oleh seorang
Ahli Muda K3 Konstruksi (AMdK3K). Daftar kompetensi seorang Ahli Muda K3
Konstruksi dapat dilihat pada gambar berikut. Dengan demikian, kembali ke
diskusi tentang suatu sistem, kita harus bisa mengelompokan kompetensi mana
pada tahap input, proses, output dan umpan balik.
3
dalam SMK3K, kemudian diberikan kembali ke sub sistem Input guna
perbaikan (ACT) pelaksanaan SMK3K di masa yang akan datang. Jadi
hanya ada satu kompetensi dalam tahap Umpan balik (Feet back) ini,
yakni “Mengukur Pencapaian Pelaksanaan Rencana K3 Konstruksi”
(Kode Unit 018). Dalam prakteknya, pelaksanaan kode unit 018 ini
didasarkan pada hasil AUDIT dari SMK3-L yang telah direncanakan.
Kita harus dapat membedakan antara Inspeksi dan Audit dalam SMK3-
L nantinya pada akhir kuliah ini.
Kompetensi yang termasuk dalam tahap CHECK dari siklus PDCA
adalah:
Melakukan Inspeksi K3 Konstruksi (Kode Unit 015)
Mengontrol Tindakan dan Kondisi Tidak Aman (Kode Unit 016)
Dengan demikian, sangatlah perlu seorang AMdK3K mengetahui
kompetensi-kompetensi apa dalam setiap tahapan dalam SMK3-L.
Ingat, kata kuncinya adalah SISTEM. Dalam ilmu manajemen umum,
tahapan proses manajemen dikenal dengan siklus P-D-C-A (Plan, Do,
Check, dan Act). Plan adalah tahap desain, Do adalah tahap
pelaksanaan, Check adalah tahap inspeksi dan audit, adapun Act adalah
tahap perbaikan terhadap ketidak sesuaian terhadap rencana
berdasarkan hasil Audit. Secara diagramatis, P-D-C-A dapat dilihat
siklusnya pada gambar berikut.
6
2. Di dalam SMK3-L suatu pekerjaan konstruksi terdapat pula sistem
pendokumentasian seluruh proses dalam SMK3-L. Desain dari
sistem pendokumentasian tersebut dilakukan perencanaannya pada
tahapan yang mana dari jawaban anda pada pertanyaan no.1?
Jawab :
Sistem pendokumentasian dari setiap pelaksanaan unit kompetensi
harus di-desain pada tahap Input (PLAN). Karena dalam tahap
belajar mengenal implementasi kompetensi sebagai AMdK3K,
maka jenis pekerjaan konstruksi yang akan dibahas hanya
merupakan bagian pekerjaan konstruksi yang sederhana.
7
Kaitannya antara tahapan PDCA dengan pengelompokan
kompetensi AMdK3 ialah sebagai berikut :
8
5.2. Persyaratan Kompetensi
5.3. Pengetahuan dan Ketrampilan yang diperlukan (perhatikan ini)
5.4. Sikap kerja yang diperlukan
5.5. Aspek Kritis (perhatikan ini)
Uraian dari setiap kode unit SKKNI selalu menggunakan format di atas.
Umumnya, kita hanya membaca sampai butir 3, tentang deskripsi
Elemen Kompetensi dan uraian KUK-nya. Hal ini saja tidaklah cukup,
anda harus mempelajari butit 4 dan 5 selanjutnya.
Pada butir 4, tentang Batasan variable, anda bisa mengetahui
konteksnya apa, perlengkapan dan peralatannya apa pada saat anda diuji
sertifikasi kompetensi yang bersangkutan. Peraturan perundang-
undangan yang terkait dengan unit kompetensi apa saja sudah
ditetapkan, sehingga anda mudah mempelajarinya. Kemudian, norma
dan standar apa saja yang terkait dengan unit kompetensi yang anda
pelajari, sudah dinyatakan dalam uraian kode unit yang akan anda minta
disertifikasi oleh BNSP (Badan Nasional Sertfikasi Profesi). Dalam hal,
anda sedang mengambil mata kuliah SMK3-L, maka anda juga akan
mempelajari hal yang sama seperti anda mempersiapkan untuk uji
kompetensi di Tempat Kerja atau simulasi di TUK (Tempat Uji
Kompetensi).
Pada butir 5, tentang Panduan Penilaian, perhatikan tentang
persyaratan kompetensi untuk berhak mengambil sertifikasi kompetensi
yang dipelajari. Namun, mata kuliah SMK3-L ini dianggap mahasiswa
sudah mempunyai pengetahuan persyaratan untuk berhak mengambil
mata kuliah ini. Misalnya, anda dianggap sudah mempunyai
pengetahuan tentang metode pelaksanaan pekerjaan konstruksi,
manajemen pelaksanaan dan pengetahuan-pengetahuan lainnya yang
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
Hal berikut yang perlu diperhatikan adalah pengetahuan dan
ketrampilan. Bab ini menjelaskan tentang pengetahuan dan
ketrampilan apa saja yang diperlukan untuk bisa lulus sertifikasi
9
kompetensi ini. Bentuk atau metode apa yang akan digunakan
tergantung dari materi yang akan diujikan. Apabila, anda akan diuji
tentang pengetahuan yang berkaitan dengan kompetensi yang dipelajari,
maka metode ujinya adalah tes tulis, tes lisan atau wawancara. Namun,
apabila anda akan diuji tentang ketrampilan, maka bentuk ujinya adalah
demostrasi atau simulasi. Demonstrasi yang dimaksud tentunya tentang
ketrampilan kompetensi yang akan diujikan, misalnya praktek tentang
penyiapan materi Penyuluhan K3 suatu pekerjaan konstruksi. Jadi,
apabila anda mengambil ujian sertifikasi di suatu Lembaga Sertifikasi
Profesi (LSP) di bawah BNSP, maka ujian ketrampilan bisa
dilaksanakan di tempat kerja yang sebenarnya atau di TUK (Tempat Uji
Kompetensi) yang ditunjuk oleh LSP, di mana pelaksanaan kerja dapat
disimulasikan di TUK tersebut. Misalnya, ketrampilan tentang
pemasangan perancah kolom, maka di TUK harus ada simulasi praktek
pemasangan tersebut.
Hal terakhir yang perlu diperhatikan lebih adalah aspek kritis
(butir 5.5). Aspek kritis adalah unjuk kerja yang paling utama harus
ditunjukkan oleh peserta sertifikasi. Misalnya, kecermatan, ketelitian,
dllsbg. Unjuk kerja ini akan menjadi faktor utama penilaian pada saat
uji kompetensi berlangsung.
Demikianlah hal-hal yang harus dibaca, dipelajari dan dipersiapkan
oleh peserta sertifikasi uji kompetensi. Peserta, termasuk mahasiswa
harus mendapatkan copy dari Kode unit SKKNI, setelah mendaftarkan
diri untuk mengikuti uji. Umumnya, peserta diberi waktu untuk
mempelajari dahulu untuk beberapa hari atau minggu. Kemudian,
peserta diminta untuk mengisi formulir pernyataan telah menyatakan
dirinya “Kompeten” pada setiap KUK dari masing-masing elemen
kompetensi. Jadi, peserta dapat melanjutkan ke uji kompetensi tanpa
ada KUK yang diakui “Belum Kompeten”. Demikian juga mahasiswa,
bila ingin dinyatakan lulus MK SMK3-L ini, harus benar-benar
menyatakan dirinya “Kompeten” atau sederhananya menyatakan dirinya
10
telah mengetahui dan trampil pada setiap KUK yang ada dari masing-
masing elemen dari SKKNI kode unit sebagai Ahli Madya K3
Konstruksi seperti pada daftar berikut ini.
Pertanyaan Pendalaman:
1. Ambil salah satu contoh salah satu kode unit kompetensi dari
Skema Ahli Muda K3 Konstruksi, uraikan sesuai pengetahuan
anda setelah mempelajari kode unit tersebut tentang:
a. Pengetahuan yang perlu diketahui
b. Ketrampilan yang perlu dipersiapkan
c. Peraturan Perundangan apa yang harus dipelajari (sebutkan)
d. Peralatan apa yang harus ada waktu melakukan uji
kompetensi
e. Aspek kritis dari kode unit yang anda pilih.
Jawab :
11
S. 941200.018.01
Mengukur pencapaian Pelaksanaan Rencana K3 Konstruksi
12
3. Peraturan Perundangan apa yang harus dipelajari
(sebutkan)
Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Nomor PER 01/MEN/1980 tentang K3 pada Pekerjaan
Konstruksi 3.3
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, Nomor
09/PER/M/2008
tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum
14
Gambar 5. Struktur Organi=si K3 dalam proyek konstruksi
16
demikian, pekerjaan konstruksi yang wajib menerapkan SMK3-L
akan mempunyai 3 (tiga) dokumen. Pertama, Dokumen Kontrak
Kerja Konstruksi, dokumen RK3K (Rencana K3 Kontrak),
dokumen SMK3.
Pertanyaan Pendalaman :
1. Jelaskan dengan narasi anda sendiri posisi bagian K3 di dalam
suatu proyek konstruksi dan tugasnya apa saja?
Jawab :
Posisi bagian K3 di dalam suatu proyek konstruksi :
i. Manajer K3 : tugas di dalam SMK3-L dari Manajer K3
adalah sejalan dengan operasional konstruksi mencegah,
menangani dan mengelola K3
ii. Supervisor K3 Konstruksi :
Melaksanakan Penerapan Peraturan Perundang-undangan di
Bidang K3 Konstruksi
Melakukan Komunikasi di Tempat Kerja Konstruksi
Merencanakan Program Pengawasan
Melakukan Persiapan Pelaksanaan Pengawasan
Melaksanakan Kegiatan Pengawasan
Melakukan Evaluasi Program Pengawasan
Mengawasi Tindakan Perbaikan
Membuat Laporan Pelaksanaan
iii. Ahli Utama K3 Konstruksi : Mampu meningkatkan
pengembangkan keefektifan dan keefisienan sistem
pelaksanaan K3 di lapangan, meneliti, mengkaji dan
mengembangkan budaya dan standar pelaksanaan K3,
melalui pengembangan riset dan pengembangan yang
bermanfaat bagi kemaslahatan umat manusia, serta melalui
17
riset dapat menghasilkan karya kreatif, original, dan teruji.dan
mampu mendapat pengakuan nasional dan internasional.
iv. Ahli Madya K3 Konstruksi : Merencanakan K3 sesuai
persyaratan dokumen tender/kontrak kerja konstruksi, pada
lingkup pekerjaan yang kompleks dengan tingkat resiko
menengah, mengelola dan mengendalikan Rencana K3 ,
meninjau ulang dan mengembangkan penerapan SMK3 sesuai
tingkat kebutuhan di lapangan membuat standar K3
berdasarkan lingkup pekerjaannya di tempat kerja/proyek
konstruksi, serta mampu mengelola riset dan pengembangan
yang bermanfaat bagi masyarakat dan keilmuan, serta mampu
mendapat pengakuan nasional dan internasional
v. Ahli Muda K3 konstruksi : Mengidentifikasi bahaya
berdasarkan lingkup pekerjaannya, menyusun sasaran dan
program kerja yang terangkum dalam rencana pelaksanaan K3
mengacu pada persyaratan kontrak kerja konstruksi, dengan
tingkat resiko rendah,dan memonitor pengendalian identifikasi
bahaya, memiliki kemampuan memecahkan permasalahan K3
bidang keilmuannya melalui pendekatan monodisipliner, serta
memiliki kemampuan melakukan riset dan mengambil
keputusan strategis dengan akuntabilitas dan tanggung jawab
penuh atas semua aspek yang berada di bawah tanggung jawab
bidang keahliannya.
19
.
Gambar 7. Format dokumen RK3K menurut peraturan
Bila ditinjau dari sistem manajemen PDCA (Plan, Do, Check,
Act), maka bab A, B, dan C adalah siklus Plan, artinya Kebijakan K3,
Organisasi K3 dan Perencanaan K3 dibuat/direncanakan pada tahap
sebelum pelaksanaan. Termasuk di dalamnya menetapkan identifikasi
bahaya, Penilaian Risiko, Skala Prioritas dan rencana pengendalian
Risiko beserta penanggung jawab (lihat bab C.1). Jadi, sebelum
pelaksanaan konstruksi para Ahli K3 menganalisa metode pelaksanaan
pekerjaan konstruksi untuk mengetahui dimana kemungkinan terjadi
potensi bahaya/kecelakaan (Hazards) dan dirumuskan cara
pengendalian risiko dari hazards yang ditemukan. Inilah yang
membedakan tugas seorang pelaksana konstruksi dengan seorang
pelaksana K3 konstruksi. Seorang pelaksana konstruksi mematuhi
instruksi kerja untuk menghasilkan bagian struktur sesuai dengan
rencana yang ada pada gambar kerja struktur suatu bangunan. Adapun
pelaksana K3 konstruksi mematuhi instruksi kerja untuk mencegah,
mengelola rencana K3 konstrusi, sedemikian mencapai sasaran program
K3.
Peraturan dan perundang-undangan yang berkaitan dengan
pekerjaan struktur harus dicari dan dicantumkan pada bab C.2. Sasaran
dan program K3 harus didokumentasikan pada bab C.3. Bab ini
merupakan kelanjutan dari bab C.1, yakni melakukan analisis potensi
20
bahaya pada metode pelaksanaan yang ditetapkan untuk melaksanakan
pekerjaan konstruksi.
Untuk penjelasan selanjutnya, anda perlu membuka folder bahan
kuliah pada Edmodo untuk menjalankan file ppt ttg SistemSMK3L.ppt.
Pertanyaan Pendalaman:
1. Berikan penjelasan mengapa dokumen RK3K harus dibuat
sebelum pelaksanaan pekerjaan konstruksi dilakukan? Berikan
narasi anda sendiri dari hasil pembelajaran pada bab di atas.
Jawab :
Karena RK3K ini menjadi pedoman dalam pelaksanaan konstruksi,
di mana sejalan penerapan metode pelaksanaan, sistem manajemen
K3 juga bersamaan pelaksanaannya untuk mencapai Sasaran
Utama Program K3, yakni Zero Accident dan Terjadi Penyakit
akibat kerja
2. Apa perbedaan peran pelaksana pekerjaan konstruksi dengan
pelaksana K3 konstruksi di suatu proyek konstruksi? Jelaskan
dengan singkat.
Jawab :
Pelaksana pekerjaan konstruksi : mematuhi instruksi kerja
untuk menghasilkan bagian struktur sesuai dengan rencana yang
ada pada gambar kerja struktur suatu bangunan
Pelaksana K3 konstruksi : mematuhi instruksi kerja untuk
mencegah , mengelola , rencana K3 konstruksi , sedemikian
mencapai sasaran program K3
21
yang terkait, kemudian diurutkan sesuai hierarkhi (UU, Permen,
Peraturan lainnya)
- UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
- UU No.2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi
- Permen PU No. 9 Tahun 2008 tentang Pedoman SMK3
- Permen PU No. 5 Tahun 2014 tentang Pedoman SMK3
Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum
- Permen PUPR02-2018.
- PP No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3
- Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri
Pekerjaan Umum KEP.174_MEN_1986 No.104_KPTS_1986
Tentang K3 di Tempat Kegiatan Konstruksi
- Permenakertrans No. 1 Tahun 1980 tentang K3 pada
Konstruksi Bangunan
SELAMAT BEKERJA
22