Anda di halaman 1dari 21

2.

1 Definisi Suhu
Suhu sebuah benda adalah tingkat (derajat) panas dinginnya suatu benda. Benda
yang panas mempunyai derajat panas lebih tinggi daripada benda yang dingin. Hasil
kegiatan penyelidikan menunjukkan bahwa indera perasa memang dapat merasakan
tingkat panas benda. Akan tetapi, indra perasa bukan pengukur tingkat panas yang
andal. Benda yang tingkat panasnya sama dirasakan berbeda oleh tangan kanan dan
kirimu. Jadi, suhu benda yang diukur dengan indra perasa menghasilkan ukuran
suhu kualitatif yang tidak dapat dipakai sebagai acuan. Suhu harus diukur secara
kuantitatif dengan alat ukur suhu yang disebut termometer.
Suhu menunjukkan derajat panas dingin benda. Mudahnya, semakin tinggi suhu
suatu benda, semakin panas benda tersebut. Secara mikroskopis, suhu menunjukkan
energi yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap atom dalam suatu benda masing-
masing bergerak, baik itu dalam bentuk perpindahan maupun gerakan di tempat
getaran. Makin tinggi suhu benda maka energi atom-atom penyusun benda makin
tinggi pula. Sebenarnya, alat indera (kulit) manusia tidak dapat menentukan suhu
benda secara akurat, hanya berdasarkan perkiraan dan perasaan subjeknya saja. Hal
ini dikarenakan alat indera memiliki keterbatasan, salah satunya tidak dapat
digunakan untuk menyentuh benda yang terlalu panas atau terlalu dingin.
Suhu juga disebut temperatur yang diukur dengan alat termometer. Terdapat
empat macam termometer yaitu Celsius, Reamur, Fahrenheit dan Kelvin.
Perbandingan antara satu jenis termometer dengan termometer lainnya mengikuti:
C:R:(F-32) = 5:4:9 dan K = C + 273.(derajat) Karena dari Kelvin ke derajat Celsius,
Kelvin dimulai dari 273 derajat, bukan dari -273 derajat. Dan derajat Celsius
dimulai dari 0 derajat. Secara kualitatif, kita dapat mengetahui bahwa suhu adalah
sensasi dingin atau hangatnya sebuah benda yang dirasakan ketika menyentuhnya.
Secara kuantitatif, kita dapat mengetahuinya dengan menggunakan termometer.
Suhu dapat diukur dengan menggunakan termometer yang berisi air raksa atau
alkohol. Kata termometer ini diambil dari dua kata yaitu thermo yang artinya panas
dan meter yang artinya mengukur (to measure).
2.2 Sifat Suhu (Temperatur)
Ketika kita memanaskan atau mendinginkan suatu nenda sampai pada suhu
tertetu, beberapa sifat fisik benda tersebut berubah. Sebagai contoh, ketika kita
memanaskan sebatang besi, besi akan memuai, begitu pula ketika kita memanaskan
zat cair. Ketika kita mendinginkan air sampai suhu di bawah nol, air tersebut
berubah manjadi es. Sifat-sifat benda yang bias berubah akibat adanya perubahan
suhu disebut sifat termometrik. Bila tangan kanan kita mencoba memegang
sebongkah es sedangkan tangan kiri kita memegang air hangat, maka kita dapat
merasakan bahwa diantara kedua benda tersebut terdapat perbedaan suhu.
Sifat suhu berhubungan dengan kalor, secara alamiah kalor selalu mengalir dari
benda yang bersuhu lebih tinggi kebenda yang bersuhu lebih rendah. Perpindahan
kalor sering diikuti oleh kenaikansuhu benda. Apabila terjadi kenaikan suhu, jumlah
kalor yang diterima oleh bendaselalu sebanding dengan kenaikan suhu benda itu.
Dapat disimpulkan bahwasemakin lama waktu pemanasan kenaikan suhu air
semakin besar. Pemanasanyang semakin lama menunjukkan bahwa jumlah kalor
yang diterima zat (air) jugasemakin besar. Jadi, jumlah kalor yang diterima zat
sebanding dengan perubahansuhunya. Artinya, apabila kalor yang diterima semakin
besar perubahan suhunyajuga semakin besar.

2.3 Jenis – Jenis Alat Ukur Suhu


Alat pengukur suhu disebut termometer. Termometer dibuat dengan
mendasarkan sifat – sifat fisik dari suatu zat (bahan), misalnya pengembangan benda
padat, benda cair, gas dan juga sifat merubahnya tahanan listrik terhadap suhu. Alat
yang digunakan untuk mengukur suhu – suhu yang tinggi disebut Pyrometer,
misalnya Pyrometer radiasi, digunakan untuk mengukur suhu benda yang panas dan
tidak perlu menempelkan alat tersebut pada benda yang diukur suhunya. Suhu tidak
berdimensi sehingga untuk mengukur derajat suhu, pertama – tama ditentukan 2
titik tertentu yang disesuaikan dengan suatu sifat fisik suatu benda tertentu.
Kemudian diantara dua buah titik yang telah di tentukan tersebut di bagi – bagi
dalam skala – skala, yang menunjukan derajat – derajat suhu. Skala – skala tersebut
merupakan pembagian suhu dan bukan satuan daripada suhu. Dengan demikian
suhu 30°C tidak berarti 3 x 10°C, dan 10°C berarti skala derajat C ke sepuluh.

2.3.1 Termometer
Alat untuk mengukur suhu disebut termometer. Termometer
memanfaatkan sifat termometrik suatu zat, yaitu perubahan sifat-sifat zat
karena perubahan suhu zat tersebut. Termometer pertama kali ditemukan
oleh Galileo Galilei(1564-1642). Termometer ini disebut termometer udara.
Termometer udara terdiri dari sebuah bola kaca yang dilengkapi dengan
sebatang pipa kaca panjang. Pipa tersebut dicelupkan ke dalam cairan
berwarna. Ketika bola kaca dipanaskan, udara di dalam pipa akan
mengembang sehingga sebagian udara keluar dari pipa. Namun, ketika bola
didinginkan udara di dalam pipa menyusut sehingga sebagian air naik ke
dalam pipa. Termometer udara peka terhadap perubahan suhu sehingga suhu
udara saat itu dapat segera diketahui. Meskipun peka terhadap perubahan
suhu, namun termometer ini harus dikoreksi setiap terjadi perubahan tekanan
udara.
Termometer yang banyak digunakan sekarang adalah termometer raksa.
Disebut termometer raksa karena di dalam termometer ini terdapat air raksa.
Fungsi raksa adalah sebagai penunjuk suhu. Raksa akan mengembang bila
termometer menyentuh benda yang lebih hangat dari raksa. Raksa memiliki
beberapa keunggulan diantaranya:
1. Peka terhadap perubahan suhu. Suhu raksa segera sama dengan suhu
benda yang ingin diukur.
2. Dapat digunakan untuk mengukur suhu rendah (-40 C) sampai suhu
tinggi (360 C). Hal ini disebabkan titik beku raksa mencapai -40 C dan
titik didihnya mencapai 360 C.
3. Tidak membasahi dinding kaca sehingga pengukuran bisa menjadi lebih
teliti.
4. Mengkilap seperti perak sehingga mudah terlihat.
5. Mengembang dan memuai secara teratur.
Selain raksa, alkohol juga dapat digunakan untuk mengisi termometer,
kelebihannya yaitu dapat mengukur suhu yang sangat rendah (mencapai -130
C) karena titik beku alkohol yang lebih rendah dibandingkan raksa, namun
termometer alkohol tidak dapat digunakan untuk mengukur air mendidih
karena titik didih raksa hanya 78 C.
a. Termometer dengan bahan zat cair
1. Termometer Laboratorium
Alat ini biasanya digunakan untuk mengukur suhu air dingin atau air yang
sedang dipanaskan. Termometer laboratorium menggunakan raksa atau alkohol
sebagai penunjuk suhu. Raksa dimasukkan ke dalam pipa yang sangat kecil
(pipa kapiler), kemudian pipa dibungkus dengan kaca yang tipis. Tujuannya agar
panas dapat diserap dengan cepat oleh termometer.

Gambar 2.1 Termometer Laboratorium

Skala pada termometer laboratorium biasanya  dimulai dari 0 C hingga 100 C. 0


C menyatakan suhu es yang sedang mencair, sedangkan suhu 100 C menyatakan
suhu air yang sedang mendidih.
2. Termometer Ruang
Termometer ruang biasanya dipasang pada tembok rumah atau kantor.
Termometer ruang mengukur suhu udara pada suatu saat. Skala termometer ini
adalah dari -50 C sampai 50 C. Skala ini digunakan karena suhu udara di
beberapa tempat bisa mencapai di bawah 0 C, misalnya wilayah Eropa.
Sementara di sisi lain, suhu udara tidak pernah melebihi 50 C.

Gambar 2.2 Termometer Ruang

3. Termometer Klinis
Termometer klinis disebut juga termometer demam. Termometer ini
digunakan oleh dokter untuk mengukur suhu tubuh pasien. Pada keadaan sehat,
suhu tubuh manusia sekitar 37 C. Tetapi pada saat demam, suhu tubuh dapat
melebihi angka tersebut, bahkan bisa mencapai angka 40.

Gambar 2.3 Termometer Klinis

Skala pada termometer klinis hanya dari 35 C hingga 43 C. Hal ini sesuai
dengan suhu tubuh manusia, suhu tubuh tidak mungkin di bawah 35 C dan
melebihi 43 C.

4. Termometer Six-Bellani
Termometer Six-Bellani disebut pula termometer maksimum-minimum.
Termometer ini dapat mencatat suhu tertinggi dan suhu terendah dalam jangka
waktu tertentu. Termometer ini mempunya 2 cairan, yaitu alkohol dan raksa
dalam satu termometer.

Gambar 2.4 Termometer Six-Bellani


b. Termometer dengan bahan zat padat
1. Termometer Bimetal
Termometer bimetal memanfaatkan logam untuk menunjukkan adanya
perubahan suhu dengan prinsip logam akan memuai jika dipanaskan dan
menyusut jika didinginkan. Kepala bimetal dibentuk spiral dan tipis, sedangkan
ujung spiral  bimetal ditahan sehingga tidak bergerak dan ujung lainnya
menempel pada pinggir penunjuk. Semakin besar suhu, keping bimetal semakin
melengkung dan meneyebabkan jarum penunjuk bergerak ke kanan, ke arah
skala yang lebih besar. Termometer bimetal biasanya terdapat di mobil.

Gambar 2.5 Termometer Bimetal

2. Termometer Hambatan
Termometer hambatan merupakan termometer yang paling tepat digunakan
dalam industri untuk mengukur suhu di atas 1000 C. Termometer ini dibuat
berdasarkan perubahan hambatan  logam, contohnya termometer hambatan
platina.

Gambar 2.6 Termometer Hambatan


Dalam termometer hambatan terdapat kawat penghambat yang disentuhkan ke
benda yang akan diukur suhunya, misalnya pada pengolahan besi dan baja.
Suatu tegangan atau potensial listrik yang bernilai tetap diberikan sepanjang
termistor, yaitu sensor yang terbuat dari logam dengan hambatan yang
bertambah jika dipanaskan.

3. Termokopel
Pada tahun 1821, seorang fisikawan Estonia bernama Thomas Johann
Seebeck menemukan bahwa sebuah konduktor (semacam logam) yang diberi
perbedaan panas secara gradien akan menghasilkan tegangan listrik. Hal ini
disebut sebagai efek termoelektrik. Konduktor tambahan ini kemudian akan
mengalami gradiasi suhu, dan mengalami perubahan tegangan secara
berkebalikan dengan perbedaan temperatur benda. Menggunakan logam yang
berbeda untuk melengkapi sirkuit akan menghasilkan tegangan yang berbeda,
meninggalkan perbedaan kecil tegangan memungkinkan dapat dilakukan suatu
kegiatan pengukuran, yang bertambah sesuai temperatur. Perbedaan ini
umumnya berkisar antara 1 hingga 70 microvolt tiap derajad celcius untuk
kisaran yang dihasilkan kombinasi logam modern. Beberapa kombinasi tersebut
kemudian menjadi populer sebagai standar industri. Berdasarkan dari biaya,
ketersediaanya, kemudahan, titik lebur, kemampuan kimia, stabilitas, dan hasil.
Sangat penting diingat bahwa termokopel dapat mengukur perbedaan temperatur
di antara 2 titik, bukan temperatur absolut. Berikut adalah penjelasannya
Thermocouple sebagai alat ukur suhu dalam skala Industri.
Thermocouple adalah sensor suhu yang banyak digunakan untuk mengubah
perbedaan suhu dalam benda menjadi perubahan tegangan listrik (voltase).
Thermocouple yang sederhana dapat dipasang, dan memiliki jenis konektor
standar yang sama, serta dapat mengukur temperatur dalam jangkauan suhu yang
cukup besar dengan batas kesalahan pengukuran kurang dari 1 °C.
Thermocouple merupakan sensor yang mengubah besaran suhu menjadi
tegangan, dimana sensor ini dibuat dari sambungan dua bahan metallic yang
berlainan jenis. Sambungan ini dikomposisikan dengan campuran kimia tertentu,
sehingga dihasilkan beda potensial antar sambungan yang akan berubah terhadap
suhu yang dideteksi.
Pengukuran suhu dengan ketepatan tinggi dapat dilakukan dengan
menggunakan termokopel, di mana suatu tegangan listrik dihasilkan saat dua
kawat berbahan logam yang berbeda disambungkan untuk membentuk sebuah
loop. Kedua persambungan tersebut memiliki suhu yang berbeda. Untuk
meningkatkan besar tegangan listrik yang dihasilkan, beberapa termokopel bisa
dihubungkan secara seri untuk membentuk sebuah termopil.

Gambar 2.7 Termokopel


c. Termometer dengan bahan gas
Termometer gas adalah jenis termometer yang memanfaatkan sifat-sifat
termal gas. Ada dua macam termometer gas:
a. Termometer yang volume gasnya dijaga tetap dan tekanan gas tersebut
dijadikan sifat termometrik dari termometer.
b. Termometer yang tekanan gasnya dijaga tetap dan volume gas tersebut
dijadikan sifat termometrik dari termometer.

Gambar 2.8 Termometer Gas


1.3.2 Pirometer (Pyrometer)
Pirometer (Pyrometer) adalah termometer yang digunakan untuk
mengukur suhu yang sangat tinggi (di atas 1000OC), contoh : suhu peleburan
logam dan suhu permukaan matahari. Prinsip kerja alat ini adalah mengukur
radiasi yang dipanaskan oleh benda tersebut. Jenis pirometer dua macam,
yaitu pirometer optik dan pirometer radiasi total.
a. Pirometer Optik
Pyrometer optic hanya dapat digunakan untuk mengukur suhu tinggi,
tetapi berbagai jenis radiasi pyrometer tersedia, bahwa antara mereka
mencakup keseluruhan spektrum temperatur. Pyrometer optik dirancang
untuk mengukur suhu / temperatur dimana puncak emisi radiasi terdapat
bagian merah dari spektrum yang terlihat, yaitu tempat tertentu yang
diukur bersinar warna merah yang sesuai dengan temperatur. Alat ini
untuk mengukur suhu di atas 600 ºC. Pyrometer optik berisi filamen
tungsten yang dipanaskan di dalam sistem optik. Arus di dalam filamen
akan meningkat sapai warna sama dengan panasnya benda. Pengukuran
temperatur diperoleh dalam kaitannya dengan arus yang mengalir dalam
filamen.
Kalibrasi dari optik pyrometer harus disesuaikan menurut emitivitas
target karena mempunyai tingkat terang/gelapnya benda berbeda pada
suhu tertentu. Suhu dapat diukur dari 5000 ºC sampai 10000 ºC. Alat ini
tidak dapat digunakan dalam skema kontrol suhu otomatis karena mata
manusia merupakan bagian penting dari sistem pengukuran.
Gambar 2.9 Pirometer
b. Pirometer Radiasi Total

Pirometer radiasi total memfokuskan energi yang di pancarkan suatu


benda. Tidak melibatkan filamen dan mata manusia, diganti dengan
detektor metal seperti lensa mata. Prinsipnya dapat mengukur suhu antara
– 100 ºC sampai + 3600 ºC. Radiasi detektor termal yang mengukur
kenaikan suhu pada titik optik sistem.

Pyrometer atau sensor suhu jenis ini digunakan untuk kondisi


khusus, misalnya untuk area yang sulit dijangkau dan temperature yang
sangat tinggi.  Prinsip kerja pyrometer ini menggunakan pemantulan
optic sesuai dengan besaran radiasi panas yang dipancarkan oleh benda
tersebut.Pyrometer optik di rancang untuk mengukur suhu/temperature
dimana puncak emisi radiasi terdapat bagian merah dari spektrum yang
terlihat, yaitu tempat tertentu yang diukur bersinar warna merah yang
sesuai dengan temperature. Alat ini mengukur suhu diatas 600 derajat
celcius. Pyrometer optik berisi filamen tugsten yang dipanaskan di dalam
sistem optik. Arus di dalam filamen akan meningkat sampai warna sama
dengan panasnya benda.
Gambar 2.10 Pirometer Radiasi Total
c. Alat Ukur Suhu Terbaru
Termometer Infra Merah

Gambar 2.11 Termometer Infra Merah

Termometer Inframerah digunakan mengukur suhu menggunakan


radiasi kotak hitam (biasanya infra merah) yang dipancarkan objek. Kadang
disebut termometer laser jika menggunakan laser untuk membantu pekerjaan
pengukuran, atau termometer tanpa sentuhan untuk menggambarkan
kemampuan alat mengukur suhu dari jarak jauh. Dengan mengetahui jumlah
energi infra merah yang dipancarkan oleh objek dan emisi nya, Temperatur
objek dapat dibedakan.
Desain utama terdiri dari lensa pemfokus energi infra merah pada
detektor, yang mengubah energi menjadi sinyal elektrik yang bisa
ditunjukkan dalam unit temperatur setelah disesuaikan dengan variasi
temperatur lingkungan. Konfigurasi fasilitas pengukur suhu ini bekerja dari
jarak jauh tanpa menyentuh objek. Dengan demikian, termometer infra merah
berguna mengukur suhu pada keadaan dimana termokopel atau sensor tipe
lainnya tidak dapat digunakan atau tidak menghasilkan suhu yang akurat
untuk beberapa keperluan.
Cara menggunakan termometer inframerah adalah dengan cara
menekan tombol sampai menunjukkan angka tertinggi, sambil mengarahkan
sinar inframerah ke sasaran yang dituju seperti pada besi yang masih
membara pada pabrik pengolahan besi atau baja. Sinar yang diarahkan ke
logam akan memantul dan pantulan tersebut akan direspon oleh sensor
penerima sehingga termometer inframerah menunjukkan angkanya.
Termometers Infrared dapat digunakan untuk beberapa fungsi
pengamatan temperatur. Beberapa contoh, antara lain:
1) Mendeteksi awan untuk sistem operasi teleskop jarak jauh.
2) Memeriksa peralatan mekanika atau kotak sakering listrik atau saluran
hotspot
3) Memeriksa suhu pemanas atau oven, untuk tujuan kontrol dan kalibrasi
4) Mendeteksi titik api/menunjukkan diagnosa pada produksi papan
rangkaian listrik
5) Memeriksa titik api bagi pemadam kebakaran
6) Mendeteksi suhu tubuh makhluk hidup, seperti manusia, hewan, dll
7) Memonitor proses pendinginan atau pemanasan material, untuk
penelitian dan pengembangan atau quality control pada manufaktur
Jenis Sensor :
Variasi sensor yang umum termasuk:
 Termometers Inframerah Titik, disebut juga Pyrometer Infra Merah, didesain untuk
memonitor luasan sempit atau titik tertentu.
 Sistem Pencitraan Garis Inframerah, biasanya membantu menentukan titik api yang
penting pada pencerminan putar, untuk secara terus-menerus memindai permukaan
yang luas pada ruang. Alat ini banyak digunakan pada manufaktur yang melibatkan
konveyer atau proses jaring-jaring, seperti lembaran kaca besar atau logam yang
keluar dari tungku, pabrik dan kertas, atau tumpukan material yang terus menerus
sepanjang sabuk konveyer.
 Kamera Inframerah, Termometer inframerah yang didesain khusus sebagai kamera,
memonitor banyak titik pada saat yang sama, hasilnya berupa gambar 2 dimensi, di
mana tiap pixel menunjukkan temperatur. Teknologi ini umumnya membutuhkan
banyak prosesor dan software daripada sistem sebelumnya, digunakan memindai
area yang luas. Aplikasi yang umum termasuk untuk memonitor batas negara bagi
militer, pengawasan kualitas pada proses manufaktur, dan pengawasan peralatan atau
ruang kerja yang panas/dingin untuk tujuan keselamatan dan pemeliharaan.

Gambar 2.12 Diagram Blok Termometer Infrared

1.4 Perubahan Akibat Suhu


Salah satu perubahan yang terjadi pada benda ketika suhunya berubah adalah
perubahan ukuran benda tersebut. Jika suhu benda naik, secara umum ukuran benda
bertambah. Peristiwa ini disebut pemuaian. Pemuaian dapat terjadi pada zat padat,
zat cair dan zat gas. Setiap zat (padat, cair dan gas) disusun oleh partikel-partikel.
Jika sebuah benda dipanaskan maka partikel-partikel di dalamnya bergetar lebih
kuat hingga saling menjauh, yang kita sebut dengan memuai. Jika benda
didinginkan maka, getaran-getaran partikel lebih lemah, dan partikel-partikel saling
mendekat, akibatnya benda menyusut.
1. Pemuaian pada zat padat
Zat padat dapat mengalami pemuaian. Gejala ini sulit untuk diamati
secara langsung, tetapi seringkali pengaruhnya dapat terlihat. Misalnya, saat
menuangkan air panas ke dalam gelas dan tiba-tiba gelas itu retak. Retaknya
gelas ini karena terjadinya pemuaian yang tidak merata pada gelas itu. Karena
bentuk zat padat tetap, maka pada pemuaian zat padat dibedakan menjadi tiga
yaitu : pemuaian panjang, pemuaian luas dan pemuaian volume.
a. Pemuaian panjang pada zat padat
Pada umumnya, benda atau zat padat akan memuai atau mengembang
jika dipanaskan dan menyusut jika didinginkan. Pemuaian dan penyusutan itu
terjadi pada semua bagian benda, yaitu panjang, lebar, dan tebal benda
tersebut. Jika benda padat dipanaskan, suhunya akan naik. Pada suhu yang
tinggi, atom dan molekul penyusun logam tersebut akan bergetar lebih cepat
dari biasanya sehingga logam tersebut akan memuai ke segala arah.
Jika panjang mula-mula suatu benda adalah ℓo, maka perubahan
panjangnya yang berasal dari suatu perubahan suhu T, adalah ℓ.
Berdasarkan hasil eksperimen jika T cukup kecil maka perubahan panjang ℓ
ini adalah sebanding dengan perubahan temperature T dan sebanding dengan
panjang semula ℓo. Sehingga secara matematis dapat dituliskan:

Δℓ=α . ℓo . ΔT
Dengan α merupakan koefisien muai panjang dan memiliki nilai berbeda untuk
bahan yang berbeda. koefisien muai panjang atau koefisien muai linear dapat
didefinisikan sebagai perbandingan antara pertambahan panjang zat dengan
panjang mula-mula zat, untuk kenaikan suhu sebesar satu satuan suhu. Atau
koefisien muai panjang suatu zat padat adalah bilangan yang menunjukkan
pertambahan panjang tiap satu satuan panjang zat itu jika suhunya dinaikkan 10
C.
Tabel berikut menunjukkan koefisien muai panjang beberapa bahan.

Tabel 1
(table koefisien muai panjang zat padat)
Berdasarkan tabel tersebut, maka dapat diketahui alasan mengapa
alat-alat laboratorium menggunakan bahan kaca Pyrex.
Para perancang bangunan, jembatan, dan jalan raya harus
memperhatikan sifat pemuaian dan penyusutan bahan karena perubahan
suhu. Jembatan umumnya dibuat dari besi baja yang saling disambungkan
satu dengan lainnya. Untuk itu, agar sambungan besi baja tidak
melengkung karena memuai akibat terik panas matahari atau menyusut di
malam hari, sambungan-sambungan besi baja tidak boleh dipasang saling
rapat satu dengan lainnya. Harus ada rongga yang cukup di antara
sambungan-sambungan itu.
Bimetal dibuat berdasarkan sifat pemuaian zat padat. Bimetal antara
lain dimanfaatkan pada termostat. Prinsip kerja termostat sebagai berikut.
Jika udara di ruangan dingin, keping bimetal akan menyusut, membengkok
ke kiri, dan menyentuh logam biasa sehingga kedua ujungnya saling
bersentuhan. Sentuhan antara kedua ujung logam itu menjadikan rangkaian
tertutup dan menyalakan pemanas sehingga ruangan menjadi hangat. Jika
untuk mengontrol ruangan berpendingin, cara kerjanya serupa. Saat
ruangan mulai panas, termostat bengkok dan menghubungkan rangkaian
listrik sehingga pendingin kembali bekerja.

b. Pemuaian luas pada zat padat


Jika suatu benda memiliki dua dimensi seperti persegi panjang yang
memiliki panjang dan lebar maka akan mengalami pemuaian ke arah
memanjang dan ke arah melebar. Dengan kata lain mengalami pemuaian
luas. Analog dengan pemuaian panjang, maka jika luas mula-mula Ao,
pertambahan luas A dan perubahan suhu T, maka koefisien muai luas
dapat dinyatakan dengan persamaan:
ΔA
β=
A 0 . ΔT sehingga
ΔA= β . A o . ΔT

ΔA= A t − Ao sehingga A t − A o =β . A o . ΔT

A t =β . A o . ΔT +A o
A t = A o . (1+β . ΔT )
Dengan  = 2.α
Koefisien muai luas (β) adalah bilangan yang menyatakan seberapa
besar pertambahan luas suatu bahan setiap satuan panjang jika suhunya naik
1o C
Pemasangan pelat-pelat logam selalu memperhatikan terjadinya
pemuaian luas. Misalnya pemasangan kaca pada jendela. Pemasangannya
dibuat agak longgar pada pagi hari atau ketika cuaca dingin, sehingga
memberikan ruang untuk kaca jika mengalami pemuaian.

c. Pemuaian volume pada zat padat


Jika benda berbentuk balok dipanaskan, maka akan mengalami
pemuaian ke arah memanjang, melebar, dan meninggi. Dengan kata lain
mengalami pemuaian volume. Koefisien pemuaian pada pemuaian volume
disebut koefisien muai volume atau muai ruang (γ). Jika volume mula-mula
Vo, pertambahan volume V dan perubahan suhu T, maka koefisien muai
volume dapat dinyatakan dengan persamaan:
ΔV
γ=
V 0 . ΔT sehingga
ΔV =γ .V o .ΔT

ΔV =V t −V o sehingga V t −V o=γ .V o . ΔT

V t =γ .V o . ΔT+V o
V t =V o . ( 1+γ . ΔT )
Dengan γ = 3.α
Koefisien muai volume (γ) adalah bilangan yang menyatakan seberapa besar
pertambahan volume suatu bahan setiap satuan panjang jika suhunya naik 1 o
C
Perlu diketahui bahwa ketika dipanaskan partikel-partikel zat padat
bergetar. Semakin dipanaskan maka gerakan partikel makin cepat sehingga
memerlukan ruangan antara partikel yang lebih besar. Jarak antara partikel
makin besar, zat padat itu memuai, bertambah panjang, bertambah luas, dan
akhirnya bertambah volumenya.
2. Pemuaian pada zat cair
Seperti halnya zat padat, zat cair juga memuai jika dipanaskan. Bahkan,
pemuaian zat cair relative lebih mudah atau lebih cepat teramati dibandingkan
dengan pemuaian zat padat. Sifat zat cair adalah selalu mengikuti wadahnya
oleh karena itu pada zat cair hanya dikenal muai volume. Makin tinggi
kenaikan suhu, makin besar penambahan volume zat cair. Pemuaian zat cair
yang satu dengan yang lain umumnya berbeda, meskipun volume zat cair
mula-mula sama. Untuk seluruh zat cair pemuaian makin besar jika kenaikan
suhu bertambah besar. Pemuaian volume zat cair lebih besar daripada
pemuaian volume pada zat padat untuk kenaikan suhu yang sama.
Persamaan untuk pemuaian volume pada zat cair sama dengan pemuaian
volume pada zat padat. Berikut adalah table koefisien muai volume untuk
beberapa jenis zat dengan satuan K-1.

Tabel 2
(koefisien muai volume zat cair)
Pemuaian zat cair dapat dimanfaatkan dalam penggunaan termometer
zat cair, biasanya zat cair yang digunakan adalah raksa atau alkohol.
Hampir semua zat akan memuai jika dipanaskan dan menyusut jika
didinginkan. Namun kejadian seperti itu tidak mutlak terjadi pada air, karena
jika suhu dinaikkan dari 0°C menjadi 4°C maka volumenya menurun. Zat yang
mempunyai sifat pengecualian ini adalah (H2O). Fenomena menyusutnya
volume air pada suhu 0°C hingga 4°C dikenal dengan istilah anomali air.
Anomali air terjadi karena struktur antar molekul ketika berbentuk es lebih
tipis, sedangkan dalam bentuk air lebih padat. Jadi, pada saat dipanaskan dari
0°C sampai 4°C, molekul air yang berupa es akan terlebih dahulu menutup,
sehingga volumenya berkurang. Setelah suhu di atas 4°C, air mengembang
kembali seperti cairan atau zat cair.Karena volumenya berkurang tetapi
massanya tetap, maka air akan memiliki kepadatan terbesar saat suhu mencapai
4°C. 
Sebagai contoh, kita misalkan kolam di musim dingin awalnya memiliki
suhu di atas 4°C, namun karena cuacanya lebih dingin, suhu air akan turun.
Ketika air permukaan kolam mencapai suhu 4°C, air permukaan bergerak ke
bawah karena kepadatannya lebih besar dan digantikan oleh air yang lebih
hangat dari tempat di di bawah. Proses ini terus berlangsung hingga akhirnya
seluruh suhu air kolam mencapai 4°C. Setelah suhu 4°C, suhu air permukaan
akan terus turun menuju 0°C. yang artinya air membeku, sedangkan air di
bawah tidak naik karena air pada suhu 4°C memiliki massa jenis paling tinggi.
Saat air di permukaan membeku, air di bawahnya tetap tidak membeku.
Makhluk hidup di bawah permukaan es akan tetap bisa hidup.

3. Pemuaian pada zat gas


Jika gas dipanaskan, maka dapat mengalami pemuaian volume dan juga terjadi
pemuaian tekanan. Dengan demikian pada pemuaian gas terdapat beberapa
persamaan, sesuai dengan proses pemanasannya.
a. Pemuaian volume (V) pada tekanan (P) tetap (isobarik).

Gambar 2.13
(Proses Isobarik)
Gambar 2.13 a. gas di dalam ruang tertutup dengan tutup yang bebas
begerak.
Gambar 2.13 b. gas di dalam ruang tertutup tersebut dipanasi dan ternyata
volume gas memuai sebanding dengan suhu mutlak.
Secara matematik dinyatakan : V~ T
V V1 V 2
=kons tan =
Atau T T1 T2

b. Pemuaian tekanan (P) pada volume (V) tetap (isokhorik)

Gambar 2.14
(Proses isokhorik)
Gambar 2.14. gas di dalam ruang tertutup rapat sedang dipanasi. Jika
pemanasan terus dilakukan maka dapat terjadi ledakan. Hal tersebut dapat
terjadi karena selama proses pemanasan, tekanan gas dalam ruang tutup
tersebut terus memuai. Pemuaian tekanan gas tersebut sebanding dengan
kenaikan suhu gas. Jadi, pada volum tetap tekanan gas sebanding dengan
suhu mutlak gas. Secara matematik dinyatakan : P~ T .

P P1 P2
=kons tan =
T T1 T2
c. Pemuaian volume gas pada suhu tetap (isotermis).

Gambar 2.15
(Proses Isotermis)
Gambar 2.15 a : Gas di dalam ruang tertutup dengan tutup yang dapat
digerakkan dengan bebas.
Gambar 2.15 b : Pada saat tutup tabung digerakkan secara perlahan-lahan,
agar suhu gas di dalam tabung tetap maka pada saat volum gas diperkecil
ternyata tekanan gas dalam tabung bertambah besar dan bila volum gas
diperbesar ternyata tekanan gas dalam tabung mengecil. Jadi, pada suhu
tetap, tekanan gas berbanding terbalik dengan volum gas.Pernyataan itu
disebut hukum Boyle. Salah satu penerapan hokum Boyle yaitu pada
pompa sepeda. Dari hukum Boyle tersebut diperoleh:
P. V =kons tan P1 .V 1 =P2 .V 2
Jika pada proses pemuaian gas terjadi dengan tekanan berubah, volum
berubah dan suhu berubah maka dapat diselesaikan dengan persamaan
hukum Boyle - Gay Lussac,dimana:

P.V P1 .V 1 P2 .V 2
=kons tan =
T T1 T2

Daftar Pustaka

Agus R. dan Rudy S. 2008. GLOBAL WARMING. Edisi Pertama.


hiduplebihmulia.wordpress.com
Atwater. M.. Baptiste. H.P.. Daniel. L.. Hackett. J.. Moyer. R.. Takemoto. C.. Wilson-
Mathews. N. 1995. Propeties of Matter. Teacher’s Resource Matters. New York:
Macmillan/McGraw-Hill School Division.
Blaustein. D.. Butler, L.. Matthias. W. & Hixson. B. 1999. Science. An Introduction to
the Life. Earth. and Physical Sciences. New York: GLENCOE/McGraw-Hill.
Chew, Charles and Leong See Cheng. 2003. Comprehensive Physics for O level Scince.
Singapore.
Chuen Wee Hong, et al. 2001. Spectrum. Interactive Science for Lower Secondart
Levels. Coursebook 1. Singapore: SNP Pan Pacific Publishing.
Clegg. CJ and DG Mackean. 2000. Advanced Biology Principles and Applications.
London: John Murray (Publishers) Ltd.
Cooper. Christopher. 2001. Jendela Iptek: Materi. Jakarta: Balai Pustaka.
Heyworth. Rex M.Dr. Science Discovery for Lower Secondary. Vol.2. Singapore:
Pearson Education South Asia Pte Ltd.
Heyworth. Rex. M .2000. Explore Your World Science Discovery. Singapore: Pearson
Educational Asia Pte Ltd.
JGR Briggs. 2004. Chemistry for O level.Pearson Education. Singapore: Asia Pte Ltd.
Kistinnah. I. dan Sri Lestari. E. 2009. Biologi Makhluk Hidup dan Lingkungannya.
Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.
Liem. Tik.L. 2007. Invitations to Science Inquiry. Asyiknya Meneliti Sains. Bandung:
Pudak Scientific.
Marder. Sylvia. S. 2004. Biology. Ney York : Mc.Graw-Hill.
Martoyo. dkk. 2003. Terampil Menguasai dan Menerapkan Konsep Kimia. Solo : PT.
Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
McLaughlin. Charles W. & Thompson. Marilyn. 1997. Physical Science. New York:
GLENCOE/McGraw- Hill.
Neil . Campbell. Jane B. Reece. Lawrence G. Mitchell : Alih bahasa Rahayu Lestari(et
al): Editor Amalia Safitri. Lemeda Simarmata. Hilarius W. 2002. Biologi. Edisi
kelima. Jakarta: Erlangga.
Newmark. Ann.2001. Jendela Iptek : Kimia. Jakarta : Balai Pustaka.
Pollock. Steve. 2001. Jendela Iptek : Ekologi. Jakarta : Balai Pustaka.
Suryatin. 2008. IPA Terpadu (BSE). Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.

Anda mungkin juga menyukai