Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DI SUSUN OLEH :
Annida Hasanah, S.Kep
11194692010054
Menyetujui,
Menyetujui,
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ners
UniversitasSari Mulia
B. Definisi Asfiksia
Asfiksia merupakan suatu keadaan dimana bayi tidak dapat bernapas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir, keadaan tersebut dapat
disertai dengan adanya hipoksia, hiperkapnea dan sampai ke asidosis.
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis,
bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak
atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya.
Suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami gangguan tidak
bernapas secara spontasn dan teratur setelah lahir. Asfiksia dapat
terjadi selama kehamilan atau persalinan.
C. Etiologi
Beberapa faktor yang diketahui menjadi penyebab dari asfiksia pada bayi
diantaranya adalah :
1. Faktor ibu
a. Hipoksia ibu
Dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik
atau antensi dalam, dan kondisi ini akan menimbulkan hipoksia janin
dengan segala akibatnya.
b. Gangguan aliran darah uterus
Berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan
berkurangnya aliran oksigen ke plasenta dan juga ke janin, kondisi
ini saling ditemukan pada gangguan kontraksi uterus, hipotensi
mendadak pada ibu karena perdarahan, hipertensi pada penyakit
eklamsi.
2. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan
kondisi plasenta, asfiksia janin dapat terjadi apabila terdapat gangguan
mendadak pada plasenta misalnya perdarahan plasenta, solusia
plasenta, dsb
3. Faktor fetus
Kompresi umbilicus akan mengakibatkan terganggu nya aliran
darah dalam pembuluh darah umbifitus dan menghambat pertukaran gas
antara ibu dan janin, gangguan alirah darah ini dapat ditemukan dalam
keadaan tali pusat membumbung melilit leher, kompresi tali pusat antara
jalan lahir dan janin, dll
4. Faktor neonates
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi
karena beberapa hal yaitu pemakaian obat anastesi yang berlebihan
pada ibu, trauma yang terjadi pada persalinan misalnya perdarahan
intracranial, kelainan kongenital pada bayi misalnya hernia diafragmatika,
atresia atau stenosis saluran pernafasan, hipoplasmia.
D. Klasifikasi
Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR:
1. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3
2. Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4-6
3. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9
4. Bayi normal dengan nilai APGAR 10
E. Patofisiologi
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah
rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin)
menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus
tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari nervus
simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan
menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita
periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru,
bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak
berkembang. Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti,
denyut jantung mulai menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkurang
secara berangsur-angsur dan bayi memasuki periode apneu primer.
Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut
jantung terus menurun , tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi
akan terluhat lemas (flascid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai
bayi memasuki periode apneu sekunder. Selama apneu sekunder, denyut
jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun.
Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan
menunjukkan upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi jika
resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian tidak dimulai segera.
Pathway
Persalinan lama, lilitan tali pusat, Paralisis pusat Faktor lain : anastesi,
presentasi abnormal janin pernapasan narkotik
ASFIKSIA
Suplai O2 dalam
darah menurun Bersihan Jalan Distribusi oksigen
Gangguan ventilasi
Pola Napas Tidak perfusi
Efektif
Gangguan
Pertukaran Gas
F. Manifestasi Klinis
Akibat dari hipoksia janin yang menimbulkan tanda sebagai berikut :
1. DJJ irreguler dan frekuensi >160 x/menit atau <100 x/menit. Pada
keadaan umum normal denyut janin berkisar antar 120-160
x/menit dan selama his frekuensi ini bisa turun namun akan
kembali normal setelah tidak ada his.
2. Terdapat mekonium pada air ketuban pada letak kepala.
Kekurangan O2 merangsang usus sehingga mekonium keluar
sebagai tanda janin asfiksia.
3. Pada pemeriksaan dengan amnioskopi didapatkan pH janin turun
sampai <7,2 karena asidosis menyebabkan turunnya pH.
Pada saat bayi lahir :
1. Bayi pucat dan kebiru-biruan
2. Usaha bernafas minimal atau tidak ada
3. Hipoksia
4. Asidosis metabolik atau respiratori
5. Perubahan fungsi jantung
6. Kegagalan sistem multiorgan
7. Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik,
kejang, nistagmus dan menangis kurang baik/tidak baik
G. Komplikasi
1. Edema otak dan perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah
berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah keke
otak pun akan menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan
iskemik otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat
menimbulkan perdarahan otak
2. Anuria dan Oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia,
keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya,
yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah
jantung akan lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium dan
ginjal. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya hipoksemia
padapembuluh darah mesentrium dan ginjal yang menyebabkanan
pengeluaran urine sedikit
3. Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan
pertukaran gas dan transport O2 sehingga penderita kekurangan
persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat
menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi jaringan tak
efektif.
4. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan
menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan
perdarahan pada otak.
J. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah
Nilai darah lengkap pada bayi asfiksia dari :
a. Hb (normal 15-19 gr%), biasanya pada bayi dengan asfiksia Hb
cenderung turun karena O2 dalam darah sedikit.
b. Leukositnya lebih dari 10,3 x 10 gr/ct (normal 4,3-10,3 x 10 gr/ct)
karena bayi preterm imunitas masih rendah sehingga resiko tinggi.
c. Trombosit (normal 350 x 10 gr/ct).
d. Distrosfiks pada bayi preterm dengan pos asfiksi cenderung turun
karena sering terjadi hipoglikemi.
2. Nilai Analisa Gas Darah pada bayi post asfiksi terdiri :
a. pH (normal 7,36-7,44). Kadar pH cenderung turun terjadi asidosis
metabolik.
b. pCO2 (normal 35 – 45 mmHg). Kadar pCO2 pada bayi post asfiksia
cenderung naik sering terjadi hiperapnea.
c. pO2 (normal 75-100 mmHg). Kadar pO2 bayi post asfiksia cenderung
turun
karena terjadi hipoksia progresif.
d. HCO3 (normal 24-28 mEq/L)
3. Urin
Nilai serum elektrolit pada bayi post asfiksia terdiri dari :
a. Natrium (normal 134-150 mEq/L)
b. Kalium (normal 3,6-5,8 mEq/L)
c. Kalsium (normal 8,1-10,4 mEq/L)
4. Foto Thorax
Pulmonal tidak tampak gambaran, jantung ukuran normal.
K. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Keluhan utama
Pada klien dengan asfiksia yang sering tampak adalah sesak nafas
b. Pola Nutrisi
Pada neonatus dengan asfiksia membatasi intake oral, karena organ
tubuh terutamalambung belum sempurna, selain itu juga bertujuan
untuk mencegah terjadinya aspirasi pneumonia
c. Pola Eliminasi
Umumnya klien mengalami gangguan b.a.b karena organ tubuh
terutama pencernaan belum sempurna
d. Pola Kebersihan
Perawat dan keluarga pasien harus menjaga kebersihan pasien,
terutama saat b.a.b dan b.a.k, saat b.a.b dan b.a.k harus diganti
popoknya
e. Pola Tidur
Biasanya istirahat tidur kurang karena sesak nafas
f. Keadaan umum
Pada umumnya pasien dengan asfiksia dalam keadaan lemah, sesak
nafas, pergerakantremor, reflek tendon hyperaktif dan ini terjadi pada
stadium pertama
g. TTV
Umumnya terjadi peningkatan respirasi
h. Kulit
Pada kulit biasanya terdapat sianosis
i. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala bukit, fontanela mayor dan minor masih
cekung, sutura belummenutup dan kelihatan masih bergerak
j. Mata
Pada pupil terjadi miosis saat diberikan cahaya
k. Hidung
Yang paling sering didapatkan adalah didapatkan adanya pernafasan
cuping hidung.
l. Dada
Pada dada biasanya ditemukan pernafasan yang irregular dan frek!
ensi pernafasan yang cepat
m. Reflek
Reflek Morrow : Kaget bila dikejutkan (tangan menggenggam)
n. Gejala dan tanda
1) Aktivitas : pergerakan hyperaktif
2) Pernapasan : Gejala sesak napas ditandai sianosis
3) TTV L : Gejala hipertermi/hipotermi, tanda : ketidakefektifan
termoregulasi
o. APGAR Skor
1) Asfiksia ringan
Skor APGAR 7-10, bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan
tindakan istimewa.
2) Asfiksia sedang
Skor APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi
jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik
sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.
3) Asfiksia berat
Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi
jantung kurang dari 100x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat,
dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada. Pada
asfiksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus
menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau
bunyi jantung menghilang post partum, pemeriksaan fisik sama
pada asfiksia berat.
Pemantauan nilai apgar dilakukan pada menit ke-1 dan menit ke-
5, bila nilai apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian
dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai 7. Nilai Apgar
berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan
menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena
resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak menangis.
(bukan 1 menit seperti penilaian skor Apgar)
2 Bersihan Jalan nafas Bersihan Jalan Napas (L.01001) Manajemen Jalan Napas (I.01011)
tidak efektif (D.0001) Diharapkan setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 1x8 jam, bersihan jalan Monitor pola nafas (frekuensi,
nafas meningkat dengan kriteria hasil : kedalaman, usaha napas)
Produksi sputum menurun Monitor bunyi napas tambahan
Tidak ada dyspnea Monitor sputum (jumlah, warna,
Tidak ada sianosis aroma)
Tidak tampak gelisah Terapeutik
Frekuensi nafas dalam batas normal Pertahankan kepatenan jalan nafas
dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-
thrust jika curiga trauma servikal)
Posisikan semi-fowler atau fowler
Berikan minuman hangat
Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
Lakukan penghisapan lender kurang
dari 15 detik
Berikan oksigenasi, jika perlu
Edukasi
Anjurkan asupan cairan/asi sesuai
kebutuhan klien, jika tidak
kontraindikasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
3 Gangguan Pertukaran Pertukaran Gas (L.01003) Pemantauan Respirasi (I.01014)
Gas (D.0003) Diharapkan setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 1x8 jam, Pertukaran Monitor frekuensi, irama dan upaya
gas meningkat dengan kriteria hasil : napas
Tidak ada dyspnea Monitor pola napas ( ecret , apnea,
Tidak ada bunyi napas tambahan bradipnea, takipnea)
Tidak ada napas cuping hidung Monitor adanya produksi sputum
Tidak ada sianosis Monitor adanya sumbatan jalan
Pola napas membaik napas
Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
Auskultasi bunyi napas
Monitor saturasi oksigen
Monitor nilai AGD
Monitor x-ray thoraks
Terapeutik
Atur interval pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan (pada keluarga)
Informasikan hasil pemantauan jika
perlu (pada keluarga)