Anda di halaman 1dari 21

CRITICAL BOOK REPORT

“ PEDOMAN PENULISAN TATA BAHASA INDONESIA & BAHASA


INDONESIA UNTUK PENULISAN KARYA ILMIAH “

Dosen pengampuh Mata kuliah:

Fitriani Lubis S.Pd.,M.Pd

Disusun Oleh: Kelompok 2

1. Titin Safira 5193131008


2. Daniel N.J Maringga 5193131014
3. Dedi Saputra 5193131027
4. Arjun Pascal Pratama 5193331006
5. Agung Manalu 5193331010

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEHNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEHNIK - UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN 02 DESEMBER 2020


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
rutin critical book report ini yang berjudul “Pedoman Penulisan Tata Bahasa
Indonesia & Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Ilmiah”. Tugas rutin ini di
susun sebagai salah satu syarat guna memenuhi tugas perkuliahan pada Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan. Selama
menyelesaikan tugas rutin ini, Kami telah banyak menerima bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Kami ucapkan terimakasih sebesar-besarnya.

Medan, 02 Desember 2020

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................... iii

IDENTITAS BUKU .................................................................................... 1

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 3

1.1. Latar Belakang........................................................................... 3

1.2 Tujuan Penulisan ....................................................................... 4

1.3 Manfaat ..................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 5

A. Intisari Buku ............................................................................... 5

(Buku Pertama)

2.1 Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa Indonesia ...................... 5

(Buku Kedua)

2.1 Tata Bahasa Indonesia ................................................................ 11

B. ANALISIS ISI BUKU ................................................................. 15

BAB III PENUTUP .................................................................................. 17

4.1Kesimpulan .................................................................................. 17

4.2 Saran ......................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 18

iii
IDENTITAS BUKU

BUKU PERTAMA

JudulBuku : Bahasa Indonesia untuk Karya Ilmiah

Penulis : Esti Ismawati

Penerbit : Penerbit Ombak

Cetakan : -

TahunTerbit : 2012

Isbn : 978-602-7544-28-1

Ukuran : 14,5 cm ⨯ 21 cm

1
BUKU KEDUA

JudulBuku : Tata Bahasa Indonesia

Penulis : Rusyana dan Samsuri

Penerbit : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan

Cetakan :Pertama( 1 )

TahunTerbit : 2009

Isbn :-

Ukuran : 14,5 cm ⨯ 21 cm

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang memiliki beraneka ragam suku, budaya, dan
bahasa. Membahas tentang bahasa, Bahasa Indonesia adalah alat komunikasi
umum yang paling penting dalam mempersatukan seluruh rakyat bangsa
Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan bahasa Melayu yang dijadikan sebagai
bahasa resmi dan bahasa persatuan Republik Indonesia. Melalui perjalanan
sejarah yang panjang, bahasa Indonesia telah mencapai perkembangan yang luar
biasa, baik dari segi jumlah pemakainya, maknanya maupun dari segi kosa kata
dan segi tata bahasanya.

Diera modern ini, bahasa Indonesia telah berkembang secara luas bukan
hanya di Indonesia tetapi juga di luar Indonesia, dan menjadi salah satu
kebanggaan Indonesia atas prestasi tersebut. Sehingga Bahasa Indonesia masuk
dalam kelompok mata kuliah di setiap perguruan Tinggi. Mahasiswa peserta Mata
Kuliah Bahasa Indonesia perlu disadarkan akan kenyataan keberhasilan ini dan
ditimbulkan kebanggaannya terhadap bahasa Nasional kita yaitu Bahasa
Indonesia.

Karena kemahiran berbahasa Indonesia bagi para mahasiswa merupakan


cerminan dalam tata pikir, tata laku, tata ucap dan tata tulis berbahasa Indonesia
dalam konteks akademis maupun konteks ilmiah. Sehingga mahasiswa kelak akan
menjadi insan terpelajar bangsa Indonesia yang akan terjun ke dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara sebagai pemimpin dalam daerahnya masing-masing.

3
Sehingga mahasiswa diharapkan kelak dapat mengajarkan warga
Indonesia yang masih belum mengetahui banyak tentang bahasa Indonesia tentang
arti penting bahasa yang sebenarnya sehingga nantinya akan menjadi warga
Negara yang dapat memenuhi kewajibannya di mana pun mereka berada dan
dengan siapa pun mereka bergaul di wilayah Negara kesatuan republik Indonesia
tercinta ini. Kemudian mahasiswa hendaknya dapat menyadari akan pentingnya
Sejarah, Fungsi dan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara dan
bahasa nasional.

1.2 Tujuan

1. Laporan Critical Book Report tentang bukuPedoman Penulisan Tata


Bahasa Indonesia & Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Ilmiahini
dapat dijadikan sebagai pedoman untuk seorang dosen maupun
mahasiswa/i.
2. Laporan Critical Book Report ini dapat memberikan pengetahuan lebih
kepada mahasiswa\i bagaimana materi-materi yang diajarkan didalam
buku ini, terlebih untuk materi Pedoman Penulisan Tata Bahasa Indonesia
& Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Ilmiah.
3. Laporan Critical Book Report ini bisa dijadikan sebagai referensi untuk
seorang mahasiswa\i dalam menerapkan materi yang ada pada murid-
muridnya nanti.

1.3 Manfaat

1. Agar mahasiswa mengetahui informasi yang disajikan dalam Critical Book


Review ini.
2. Agar menambah wawasan/pengetahuan mahasiswa/i.
3. Memberi referensi kepada mahasiswa/i agar mudah membantu
perkuliahan.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. INTISARI BUKU

Buku Pertama (Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Ilmiah)

BAB 1 Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa Indonesia

A. Pendahuluan

Bahasa Indonesia yang kini menjadi bahasa nasional dan bahasa negara
mempunyai sejarah yang teramat panjang. Asal usul mengenai bahasa ini bermula
dari keberadaan bahasa Melayu. Semula bahasa Melayu merupakan bahasa etnis
dengan wilayah penutur yang terbatas. Pertumbuhan dan perkembangan bahasa
Melayu tidak terlepas dari kondisi sosiokultural dan ekonomi masyarakat.
Aktivitas pelayaran dan perdagangan yang saat itu menjadi urat nadi kehidupan
kerajaan-kerajaan menjadi media penyebaran dan perkembangan bahasa Melayu.

Sejarah keberadaan bahasa Melayu paling tua berasal dari abad VII
Mnamun, pada abad IX-XVI bahasa ini menjadi Melayu didasarkan pada temuan
arkeologis yang menyangkut kehidupan kerajaan Sriwijaya. Pada musafir cina dan
india yang berdatangan di kerajaan ini mencatat bahwa bahasa Melayu telah
memegang peranan penting di kerajaan Sriwijaya.

Perkembangan bahasa Melayu semakin pesat setelah agama dan


kebudayaan islam masuk ke Nusantara. Di sepanjang garis pantai sejak aceh
hingga Maluku berdiri bandar pelabuhan dan pusat perdagangan. Puncak
perkembangan agama dan kebudayaan Islam terjadi pada masa kerajaan Aceh
Darussalam sekitar abad XVI-XVII M. Bahasa Melayu pun mengalami
perkembangan pesat dan menduduki peran yang semakin penting. Kedudukan
Bahasa Melayu pada masa sriwijaya adalah pertama, sebagai bahasa perdagangan.
Sriwijaya kala itu merupakan kerajaan maritim terbesar di kawasan Asia
Tenggara.

5
Para Pedagang berdatangan di bandar-bandar pelabuhan yang di kuasai
Sriwijaya. Mereka menjalankan aktivitas perdagangan dengan bahasa Melayu.
Kedua, bahasa Melayu merupakan bahasa agama. Sriwijaya kala itu menjadi pusat
pendalaman agama Budha. Sejumlah vihara dan pusat pendidikan pendidikan
yang dibangun di kerajaan ini.

B. Sejarah Bahasa Indonesia Sebelum dan Sesudah Kemerdekaan

Masuknya bangsa asing seperti Portugis, Inggris dan Belanda berdampak


pada perkembangan bahasa Melayu. Banyak peneliti asing yang memfokuskan
penelitiannya pada bahasa melayu. Belanda yang peling lama bercokol di
Nusantara Banyak memengaruhi perkembangan bahasa Melayu. Peneliti belanda,
van linschoten, menulis bahwa bahasa Melayu telah menjadi bahasa pergaulan
yang sopan dan beradap. Pada tahun 1849 Gubernur Jendral Rochusen
mengatakan bahwa bahasa melayu telah menjadi lingua franca di Hindia Belanda
yang digunakan sebagai bahasa komunikasi antar suku bangsa.

Kondidi itulah yang melatar belakangi Rouchusen membuat kebijakan


agar bahasa Melayu dijadikan bahasa pengantara di sekolah-sekolah Bumiputera.
Dikalangan bangsa Barat, bahasa Melayu disebut Maleish. Perkembangan bahasa
melayu pada masa penjajahan Belanda semakin pesat setelah masuknya industri
percetakan. Di pusat-pusat kota seperti Batavia, Bandung, Semarang, Surabaya,
Medan, Surakarta, Manado dan Yogyakarta bermunculan surat kabar berbahasa
Melayu.

Lembaga pendidikan seperti HIS, MULO, AMS, OSVIA, STOVIA, dan


NIAS yang menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar atau sebagai
mata pelajaran juga berdiri di berbagai kota. Inilah yang mendorong
berkembangnya bahasa Melayu menjadi bahasa pendidikan.

6
Peristiwa peristiwa penting yang berkaitan dengan perkembangan bahasa
melayu atau indonesia setelah kemerdekaan :

1. Pada tanggal 18 agustus 1945 di tandatanganilah uud 1945, yang salah


satu pasalnya ( pasal 36 ) menetapkan bahasa indonesia sebagai bahasa
negara.
2. Pada tanggal 19 maret 1947 di resmikan penggunaan ejaan Republik (
ejaan soewandi ) sebagai pengganti ejaan Van Ophuysen yang berlaku
sebelumnya
3. Kongres bahasa indonesia II di medan pada 28 oktober - 2 november
1954 adalah juga salah satu perwujudan tekat bangsa indonesia untuk
terus-menerus menyempurnakan bahasa indonesia yang diangkat sebagai
bahasa nasional dan ditetapkan sebagai bahasa negara.
4. Pada tanggal 16 Agustus 1972, presiden republik Indonesia meresmikan
penggunaan ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan melalui pidato
kenegaraan didepan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan keputusan
presiden nomor 57 tahun 1972.
5. Tanggal 31 Agustus 1972, menteri pendidikan dan kebudayaan
menetapkan pedoman umum ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan
dan pedoman umum pembentukan istilah resmi berlaku diseluruh
indonesia.
6. Kongres bahasa indonesia III, yang diselenggarakan di jakarta pada 28
oktober – 2 november 1978 yaitu selain untuk memperlihatkan kemajuan,
pertumbuhan dan perkembangan indonesia sejak tahun 1928, juga
berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa indonesia. (Lihat
Badudu, 1975:8-10)
7. Kongres bahasa Indonesia IV diselenggarakan di jakarta pada tanggal 21
oktober - 6 november 1983 dalam rangka memperingati hari sumpah
pemuda yang ke-55 bahwasannya pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum dalam
Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN), mewajibkan kepada

7
masyarakat indonesia untuk menggunakan bahasa indonesia dengan baik
dan benar.
8. Kongres bahasa Indonesia V diselenggarakan di jakarta pada 28 oktober –
3 november 1988 dengan dipersembahkannya karya besar Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, yakni kamus besar bahasa
indonesia dan tata bahasa baku bahasa indonesia.
9. Kongres bahasa Indonesia VI diselenggarakan di jakarta pada 28 oktober –
2 november 1993 mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia serta
disusunnya UU Bahasa Indonesia.
10. Kongres bahasa Indonesia VII diselenggarakan di Hotel Indonesia pada 26
oktober – 30 oktober 1998 mengusulkan dibentuknya badan pertimbangan
Bahasa.
11. Kongres bahasa Indonesia VIII diselenggarakan di jakarta pada 14 – 17
oktober 2003
12. Kongres IX Bahasa Indonesia membahas tiga persoalan utama: 1) bahasa
Indonesia; 2) Bahasa daerah; dan 3) penggunaan bahasa asing. Tempat
kongres di jakarta, pada 28 oktober – 1 november 2008 di Hotel Bumi
Karsa, Jakarta Selatan. Yang bertujuan meningkatkan peran bahasa dan
sastra Indonesia dalam mewujudkan insan Indonesia cerdas, kompetitif
menuju Indonesia yang bermartabat, berkepribadian, dan berperadaban
unggul.

8
C. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia mempunyai sejarah yang panjang. Perannya bagi


kehidupan bangsa pun telah dibuktikan sejak zaman kerajaan. Dari perjalanan
sejarah bangsa Indonesia, bisa diketahui bahwa bahasa Indonesia mempunyai
kedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa negara.

1. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional

Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional di tetapkan sejak


diakuinya Indonesia sebagai bahasa persatuan dalam kongres Pemuda tanggal 28
Oktober 1928. Para pemuda dari beragam suku bangsa dan budaya secara sadar
menanggalkan bahasa daerahnya dan mengakui bahasa melayu sebagai bahasa
persatuan dengan nama bahasa Indonesia. Ini mrupakan kesadaran berbangsa
yang patut diteladani, karena mereka mau menghilangkan sekat-sekat etnis.

Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia


mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. Lambang identitas nasional


b. Lambang kebangsaan nasional
c. Alat pemersatu bangsa
d. Alat komunikasi antarsuku bangsa
e. Alat komunikasi antar daerah

2. Bahasa indonesia sebagai Bahasa Negara

Sejak proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, bahasa


Indonesia mempunyai kedududkan sebagai bahasa negara. Secara yuridis formal
hal itu sesuai dengan XV Pasal 36 UUD 1945 (Sebelum diamandemen). Setelah
diamandemen dalam kedudukannya bahasa negara, bahasa Indonesia mempunyai
fungsi sebagai berikut :

9
a. Bahasa resmi kenegaraan
b. Bahasa pengantar di dunia pendidikan
c. Bahasa resmi tingat nasional dalam rangka perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan dan pemerintahan
d. Bahasa resmi dalam pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan
teknonologi

D. Ragam Bahasa

Bahasa Indonesia telah digunakan sejak lama oleh beragam komunitas di


berbagai wilayah dan pulau. Kondisi itulah yang menyebabkan munculnya variasi
atau ragam bahasa Indonesia. Varian menurut pemakai disebut dialek, sedangkan
varian menurut pemakaian di sebut ragam bahasa. Ragam bahasa adalah variasi
bahasa yang di sebabkan perbedaan topik, hubungan pembicaraan, lawan bicara,
dan orang yang di bicarakan, serta karena perbedaan media pembicaraan.

Pembedaan varian bahasa menurut pemakai (dialek) antara lain sebagai


berikut :

1. Dialek Regional, yaitu dialek yang ciri-cirinya dibatasi oleh tempat. Sering
juga disebut Dialek Area. Dialek ini biasanya berkembang di satu daerah
tertentu, artinya orang di luar wilayah itu tidak akan paham dengan Dialek
yang dimaksud.
2. Dialek Sosial, yaitu Dialek yang dipakai oleh kelompok sosial tertentu.
Misalnya, orang di kalangan Karton pasti memiliki dialek yang berbeda
dengan orang-orang di luar kraton. Atau orang-orang yang ada di komunitas
kantor pasti dialeknya berbeda dengan orang-orang yang ada di komunitas
pasar.
3. Dialek temporal, yaitu Dialek yang berbeda dari waktu ke waktu. Dialek ini
hanya berkembang pada kurun waktu tertentu dan bila sudah berganti masa
maka dialek itu sudah tidak ada lagi. Hal ini bisa dilihat dari ejaan, cara
penulisan dan pengucapannya.

10
Buku Kedua (Pedoman Penulisan Tata Bahasa Indonesia)

BAB 1 Tata Bahasa Indonesia

Tata bahasa atau yang biasa juga disebut gramatika adalah bagian ilmu
bahasa. Tata bahasa meliputi ilmu tata bentuk kata (morfologi) dan ilmu tata
kalimat (sintaksis).

a. Morfologi

Morfologi ialah ilmu yang membicarakan morfem disertai bagaimana


morfem itu dibentuk menjadi kata. Buku tata bahasa yang dipakai dewasa ini di
sekolah hampir tidak ada menyebut-nyebut morfem sebagai unsur kata. Buku tata
bahasa yang ada hanya membicarakan kata dan imbuhan (afiks). Di samping itu
ada juga buku yang membicarakan partikel. Fonem pun sebagai satuan terkecil
bahasa yang berfungsi sebagai pembeda makna kata pun tidak disebut fonem,
melainkan huruf seolah-olah fonem dan huruf sama saja padahal huruf hanyalah
gambar fonem. Morfem dapat kita bedakan sebagai berikut:

1. Morfem yang dapat berdiri sendiri sebagai kata, yang dalam ilmu bahasa
disebut morfem bebas seperti: bajak, lembu, kawin, kembali, rindu, penuh,
dan dua.
2. Morfem yang tidak pernah berdiri sendiri, tetapi selalu terikat pada
morfem yang biasa disebut imbuhan (afiks), disebut morfem terikat
morfologis.
3. Morfem yang tidak pernah berdiri sendiri, tetapi selalu terikat dengan
morfem yang lain dalam ikatan suatu frase, klausa atau kalimat, disebut
morfem terikat sintaksis. Contohnya: belia pada muda belia, siur pada
simpang siur,cita pada suka cita,ria pada bersuka ria.

Di samping itu yang digolongkan juga ke dalam morfem terikat secara


sintaksis ini ialah morfem yang hanya mempunyai fungsi tetapi tidak mempunyai
makna leksikal,antara lain yaitu yang biasa disebut kata sambung (konjungsi)

11
seperti: kemudian, lalu, karena, tetapi, dan; kata depan (preposisi) seperti: di, ke,
dari, untuk, dan tentang.

b. Kata

Kata dapat terdiri atas:

1. Sebuah morfem dasar saja yang disebut kata tunggal seperti: bajak, lembu,
kawin, kembali, rindu, penuh, dua;
2. Gabungan morfem dasar dengan morfem terikat morfologis, disebut kata
bersusun (complex word)
3. Morfem dasar yang berulang atau morfem dasar + morfem terikat yang
berulang; dan
4. Gabungan dua buah morfem dasar.

Karena itu dalam bidang morfologi dibicarakan mengenai:

1) Kata tunggal

Dalam buku tata bahasa Jalan Bahasa Indonesia karangan Sutan


Mohammad Zain, bahwa pada umumnya kata dasar (dalam tulisan ini disebut
morfem dasar atau kata tunggal) bahasa Indonesia terdiri dari atas dua suku kata.
Kata yang bersuku satu tidak banyak jumlahnya, sedangkan kata yang bersuku
tiga atau lebih kebanyakan kata pinjaman.

2) Kata bersusun

Kata bersusun ialah kata yang terdiri atas morfem dasar dengan morfem
terikat atau terdiri atas morfem terikat dengan morfem terikat. Morfem terikat
morfologis dalam bahasa Indonesia ada tiga macam, yaitu:

a) Awalan (prefix)

Me- : (dengan variannya: mem-, men-, meng-, meny-);

12
di- :

ber- : (dengan variannya: be- dan bel-)

ter- : (dengan variannya: te-, tel-)

pe- : (dengan variannya: pem-, pen-, peng-, peny-, per-)

per- :

ke- :

se- :

b) Akhiran (sufiks)

Akhiran dalam bahasa Indonesia ialah:-an, -kan,-i

3) Kata ulang

Menurut bentuknya kata ulang bahasa Indonesia dapat kita golong-


golongkan sebagai berikut:

1. Morfem dasar berulang seluruhnya: mula-mula, cita-cita, gadis-gadis, hari-


hari;
2. Morfem dasar berulang sebagian seperti: tetamu, tetanaman, sesekali;
3. Morfem dasar berulang berimbuhan (atau: kata bersusun berulang) seperti:
dan kebiru-biruan, melambai-lambaikan.

Dalam teori tata bahasa dewasa ini ada yang disebut kata ulang semu yaitu
kata seperti: kupu-kupu, rama-rama, tiba-tiba, dan hati-hati. Tanpa perulangan,
kata di atas ini menjadi: kupu, rama, yang dalam bahasa Indonesia tidak
mengandung makna leksiakl dan tiba, hati, yang mengandung makna leksikal
yang lain sekali dari bentuk perulangan di atas.

4) Kata majemuk

13
Yang dimaksud dengan kata majemuk dalam bahasa Indonesia menurut
teori tata bahasa ialah gabungan dua buah morfem dasar atau lebih yang
mengandung (memberikan) suatu pengertian baru.

Kata majemuk tidak menonjolkan arti tiap kata, tetapi gabungan kata itu
bersama-sama membentuk suatu makna baru. Dari segi struktur ialah bahwa di
antara kedua morfem dasar yang membentuk kata majemuk itu tidak dapat
diselipkan kata lain tanpa menghilangkan sifat hubungan erat makna antara kedua
morfem dasar gabungan itu.

Contoh: rumah sakit, tidak dapat: Rumah yang sakit

Rumah tempat sakit

Rumah besar sakit

Rumah baru sakit

c. Sintaksis

Sintaksis atau ilmu tata kalimat membicarakan hubungan morfem, frase,


klausa, satu dengan yang lain atau sesamanya sehingga membentuk suatu kalimat.
Takdir Alisjabana dalam bukunya “ Tata bahasa Baru Bahasa Indonesia” Jilid I,
“Kalimat ialah satuan kumpulan kat yang terkecil yang mengandung pikiran yang
lengkap”. (1949:37). Sebuah kalimat selalu mengandung makna dan karena itu
orang akan bereaksi atasnya (merupakan ciri batin kalimat).

Bila kita berjumpa dengan seseorang di tengah jalan, lalau kita berkata
kepadanya, “Kopi satu, bung!” orang itu mungkin akan keheranan dan barang kali
kita gila. Yang kita ucapkan itu bukan kalimat, karena pendengar tidak dapat
bereaksi atasnya. Ada suatu cirri yang tidak terdapat dalam ujaran itu, yaitu
situasi. Situasi si pembicara dan si pendengar tidak sama, sehingga tidak timbul
pengertian. Berikut contoh perbedaan antara morfem, frase, klausa, satu dengan
yang lain atau sesamanya sehingga membentuk suatu kalimat.

14
Frase tidak terdiri atas bagian yang disebut subyek dan predikat,
sedangkan klausa dan kalimat mengandung unsure-unsur tersebut. Klausa adalah
sebuah kalimat yang merupakan bagian daripada kalimat yang lebih besar.
Dengan perkataan lain, klausa dapat dilepaskan dari rangkaian yang besar,
sehingga kembali kepada wujudnya semula yaitu kalimat.

B. ANALISIS ISI BUKU

1. Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Ilmiah (Buku Pertama)

a) menurut segi bahasa yang terdapat pada buku pertama sudah bagus,
tidak terdapat kata-kata yang menyimpang, eluruh bahasanya mudah
dipahami, buku ini menggunakan bahasa baku yang baik dan sudah tepat.
b) Isi bukunya sudah cukup lengkap pembahasan tentang materi-materi
yang dipaparkan mudah dipahami. Untuk bab pertama buku ini
menjelaskan tentang Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa Indonesia,
menurut kelompok kami penjelasan tentang materi tersebut sudah sangat
bagus dan tidak membingungkan pembaca karena tidak bertele-tele.

15
2. Pedoman Penulisan Tata Bahasa Indonesia (Buku Kedua)

a) Menurut kelompok kami bahasa yang digunakan pada buku kedua sangat
bagus, tidak terdapat kata-kata menyimpang, penggunaan bahasa baku
juga sudah bagus, penjelasan tidak berbelit-belit
b) Dianalisis dari segi isi buku kedua ini kelompok kami menyimpulkan
bahwa materi yang disajikan sudah lengkap dan penjelasannya mudah
dipahami. Buku kedua ini membahas tentang Pedoman Penulisan Tata
Bahasa Indonesia.

16
BAB III

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia sebagaimana


disebutkan dalam Undang-Undang Dasar RI 1945, pasal 36”bahasa Negara adalah
bahasa Indonesia”. Sejarah bahasa Indonesia telah tumbuh dan berkembang
sekitar abad ke VII dari bahasa Melayu yang sejak zaman dahulu sudah
dipergunakan sebagai bahasa perhubungan. Bukan hanya di Kepulauan Nusantara,
melainkan juga di seluruh Asia Tenggara.Awal penciptaan Bahasa Indonesia
sebagai jati diri bangsa bermula dari Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober
1928, diumumkanlah penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk Negara
Indonesia pascakemerdekaan. Secara yuridis, baru tanggal 18 Agustus 1945
bahasa Indonesia secara resmi diakui keberadaannya dan ditetapkan dalam UUD
1945 pasal 36.

Tata bahasa adalah ilmu yang mempelajari kaidah-kaidah yang mengatur


penggunaan bahasa. Ilmu ini merupakan bagian dari bidang ilmu yang
mempelajari bahasa yaitu linguistik.Tata bahasa bahasa Indonesia telah diatur
dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (TBBBI). Kualitas penerapan
tata bahasa yang benar dan tepat masih sangat rendah, hal ini terbukti seperti yang
dipraktikkan oleh bangsa Indonesia di media massa maupun saat berkomunikasi
di kehidupan nyata dan kehidupan maya.

4.2 Saran

Bertolak dari materi Kedudukan dan Fungsi Bahasa-bahasa di Indonesia,


Sebaiknya kita perlu banyak membaca serta memahami kajian dalam bahasa
Indonesia dan bahasa daerah itu sendiri agar tercipta mahasiswa yang handal dan
profesional.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ismawati, E. (2012). Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: Ombak.

Samsuri, Rusyana. d. (2009). Tata Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

21

Anda mungkin juga menyukai