Anda di halaman 1dari 17

ALLAH TUHAN YANG MAHA ESA

IMAN, ISLAM, DAN IHSAN

Mata kuliah : Pendidikan Agama Islam

Dosen pengampu :

Dr. Ramli, M.A/Sugianto, Spdl, M.A

Disusun oleh:

Aini Indah Oktaviana ( 5173344001)

Dinita Zulfahira (5171144007)

Raudha Hanny (5173144023)

Shavira Meutira (5173344030)

Regular A 2017

PRODI PENDIDIKAN TATA RIAS


JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Makalah. Dan juga
kami berterima kasih pada bapak Dr. Ramli, M.A/ Sugianto, Spdl, M.A selaku Dosen yang
telah memberikan tugas ini kepada kami.

       Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita tentang bagaimana cara mengkritik dan memberi saran yang baik
lewat tugas Makalah ini. kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

       Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya.Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari
Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Medan, Februari 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kronologi Ucapan Presiden Prancis Soal Islam yang Tuai Kritik

Gejolak akibat pernyataan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, karena dinilai


menghina Islam menimbulkan kecaman dari sejumlah pihak. Polemik itu dimulai sejak awal
Oktober. Saat itu Macron menyampaikan pernyataan tentang ancaman kelompok radikal
Muslim yang ingin mengubah nilai-nilai liberalisme dan sekulerisme di Prancis."Ada
kelompok radikal Islam, sebuah organisasi yang mempunyai metode untuk menentang
hukum Republik dan menciptakan masyarakat secara paralel untuk membangun nilai-nilai
yang lain," kata Macron saat itu.

Tidak lama setelah menyampaikan pernyataan itu, sebuah tragedi terjadi pada 16
Oktober. Seorang guru sejarah di Prancis, Samuel Paty (47), dipenggal di daerah Eragny oleh
seorang pemuda pendatang dari Chechnya, Abdoullakh Abouyezidovitch (18).Pemicunya
adalah dia sempat membahas tentang kartun Nabi Muhammad S.A.W., di dalam kelas yang
kemudian menuai kontroversi. Di awal, dia sudah mengizinkan sejumlah pelajar Muslim
untuk keluar kelas jika tidak sepakat dengan materi yang dia bahas. Topik pembelajaran itu
lantas diceritakan oleh sejumlah murid Muslim kepada orang tua mereka. Peristiwa itu lantas
ramai diceritakan di media sosial. Paty yang melihat unggahan itu kemudian mengadu ke
polisi atas dugaan pencemaran nama baik. Abouyezidovitch disebut melihat unggahan itu di
media sosial dan merencanakan membunuh Paty. Dia lantas mendekati murid-murid di SMU
du Bois d'Aulne untuk mengenali incarannya, dengan imbalan uang. Pemuda itu kemudian
menyerang saat Paty pulang kerja. Dia kemudian ditembak mati oleh polisi karena dianggap
mengancam lantaran membawa senjata mainan yang dikira senjata api. Selama ini gerak-
gerik sang pelaku tidak pernah terpantau satuan intelijen antiteroris Prancis. Setelah kejadian
itu, Macron langsung mendatangi lokasi. Dia menyatakan pelaku adalah seorang radikal
Muslim. Dia menyebut Paty sebagai martir karena mengajarkan kebebasan berpendapat.Dia
juga langsung memerintahkan supaya aparat keamanan mengawasi sejumlah organisasi
masyarakat Muslim, dan menutup sejumlah masjid yang diduga menyebarkan paham
radikal.Tidak lama berselang, Macron kembali memantik perdebatan setelah menyampaikan
pernyataan pada Jumat (23/10), pekan lalu. Dia mengatakan Islam adalah "agama yang
mengalami krisis di seluruh dunia".

"Sekulerisme adalah pengikat persatuan Prancis. Jangan biarkan kita masuk ke dalam
perangkap yang disiapkan oleh kelompok ekstremis, yang bertujuan melakukan stigmatisasi
terhadap seluruh Muslim," ujar Macron.Macron bahkan berencana mengajukan rancangan
undang-undang yang akan mewajibkan seluruh sekolah, baik negeri maupun swasta,
menerapkan konsep sekuler. Sebab menurut dia, jika pemerintah gagal membina muda-mudi
Muslim dalam kerangka masyarakat sekuler, maka kelompok radikal akan mengambil alih
peran itu.Pernyataan Macron ditanggapi oleh Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan. Dia
mengatakan Macron harus memeriksakan kesehatan jiwanya akibat melontarkan pernyataan
tersebut."Apa masalah individu yang dipanggil Macron dengan Islam dan dengan Muslim?
kata Erdogan, "Macron butuh pengobatan mental."Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan,
menuduh Macron, "menyerang Islam" akibat pernyataan tersebut."Ini adalah saat di mana
Presiden Macron bisa memberikan sentuhan penyembuhan dan menyangkal ruang bagi para
ekstremis daripada menciptakan polarisasi dan marginalisasi lebih lanjut yang pasti mengarah
pada radikalisasi," cuit Khan."Sangat disayangkan bahwa dia memilih untuk mendorong
Islamofobia dengan menyerang Islam daripada teroris yang melakukan kekerasan, baik itu
Muslim, Supremasi Kulit Putih, atau ideologi Nazi," tambahnya.

B. RUMUS MASALAH
1. Mengapa Harus Mempercayai Keberadaan Pencipta Alam Semesta?
2. Mengapa Keharusan Memilih Islam Sebagai Agama dan Pedoman Hidup?
3. Apa itu Asas Keimanan dalam Agama Islam?
4. Apa itu Ihsan dalam Agama Islam?

C. TUJUAN

1.   Memahami tentang mempercayai ALLAH SWT sebagai pencipta alam semesta.


2.   Memahami pentingnya iman kepada ALLAH SWT.

3.  Menambah wawasan tentang  ketauhidan sehingga dapat meningkatkan keimanan


dan ketaqwaan kepada ALLAH SWT.
4. Memahami Iman, Islam, dan Ihsan.
5. Memahami hubungan antara Iman, Islam dan Ihsan.
D. MANFAAT
1. Mengetahui ALLAH SWT sebagai pencipta semesta.
2. Mengetahui keimanan dan ketaqwaan kepada ALLAH SWT.
3. Mengetahui hubungan Iman, Islam dan Ihsan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. ALLAH TUHAN YANG MAHA ESA


1. Mengapa Harus Mempercayai Keberadaan Pencipta Alam Semesta
Didalam Islam, kepercayaan kepada Pencipta alam semesta dipahami sebagai fitrah
manusia. Sejak masa azali, ALLAH telah mempertanyakan kepada ruh insani. Karena
itu, pada dasarnya, manusia diciptakan sebagai seorang yang bertauhid dan
menyerahkan diri kepada ALLAH (muslim). Potensi fitrah itu tumbuh bersama
dengan potensi dan pengaruh lainnya, terutama pengaruh lingkungan. Dalam kaitan
ini Nabi SAW. bersabda, “ setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, tetapi kedua
orang tuanyalah yang membentuknya (merubahnya) menjadi Yahudi, Nasrani, atau
Majusi.
Didalam surah ar-Rum ayat 30 disebutkan :

‫طرتَ هّٰللا الَّتي فَطَر النَّاس َعلَ ْيه ۗا اَل تَ ْبد ْيل لخ َْل هّٰللا‬
ِ َّ‫ق ِ ٰۗذلِكَ ال ِّديْنُ ْالقَيِّ ۙ ُم َو ٰل ِك َّن اَ ْكثَ َر الن‬
َ‫اس اَل يَ ْعلَ ُموْ ۙن‬ ِ ِ َ ِ َ َ َ ْ ِ ِ َ ْ ِ‫فَاَقِ ْم َوجْ هَكَ لِل ِّد ْي ِن َحنِ ْيفً ۗا ف‬

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah
ALLAH disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada
perubahan pada ciptaan ALLAH. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui.

Potensi-fitrah itu akan semakin kuat ketika. akal-kecerdasan manusia mendukungnya.


Karakter akal yang rasional selalu mendorong agar manusia mempertanyakan dan
menganalisis apa pun yang dipahaminya sebagai sesuatu yang penting. Masalah
keyakinan adalah masalah yang penting di dalam kehidupan, karena itu akal-
kecerdasan akan mendorong manusia untuk memikirkannya Di antara pertanyaan akal
yang mendasar adalah, "Benarkah alam semesta ini diciptakan," atau "Apakah alam
semesta ini ada Penciptanya; dan mengapa alam ini diciptakan?" Di dalam literatur
Islam, pertanyaan seperti ini dibicarakan di dalam kajian Usuluddin. Usuluddin adalah
kajian tentang asas-asas agama, yaitu tentang ketuhanan, Pertanyaan dalam ranah
Usuluddin itu disebut nazar.

Nazar adalah upaya seseorang untuk merenung, berfikir, dan menganalisis tentang
hakikat kehidupan, penciptaan, tujuan-tujuan penciptaan, dan hal-hal lain. Nazar
menjadi penting untuk mengukuhkan keberimanan seseorang menjadi lebih kuat.
Iman tanpa nazar kerap hanya sebagai keyakinan tanpa argumentasi (dalil) yang
rentan terhadap ajakan konversi agama (murtad) atau justru terjebak kedalam
kepercayaan yang keliru.

Nazhar tersebut akan menghantarkan-nya pada pengetahuan atas kenisbian dirinya


dan alam sekitanya. Kenisbian itu akan membawanya pula untuk memahami adanya
yang mutlak yang menguasai, mengatur, dan menciptakan segala sesuatu yang nisbi
tersebut. Kesadaran-kesadaran seperti ini mengantarkan manusia untuk mengimani
adanya Tuhan yang menguasai dan mencipta alam semesta ini. Ada sejumlah teori
untuk membuktikan keberadaan Tuhan pencipta alam semesta. Satu di antara teori
tersebut dikenal dengan teori teleologis. Aktivitas nazhar akan menghantar-kannya
kepada pengetahuan atas eksistensi Pencipta yang semesta pada sisi yang lain.
Kenisbian dirinya itu akan mengukuhkannya untuk memahami bahwa Pencipta adalah
zat yang mutlak yang menguasai mengatur, dan menciptakan segala sesuatu yang
nisbi tersebut. Kesadaran. kesadaran seperti ini mengantarkan manusia untuk
mengimani adanya Tuhan yang menguasai dan mencipta alam semesta.

Kedatangan para Rasul selalu membawa kabar tentang keadaan yang gaib, seperti
tentang adanya Tuhan Malaikat, Hari Kiamat, dan informasi tentang sesuatu yang
terjadi pada masa depan. Di samping itu, masyarakat modern bisa menguji kebenaran
informasi itu melalui kitab-kitab suci yang dibawa oleh para Rasul tersebut
Kebenaran informasi kitab suci tersebut menunjukkan kebenarannya eksistensinya
sebagai wahyu ALLAH. Misalnya, di dalam AlQURAN disebutkan sejumlah
informasi tentang berbagai hal yang bisa dibuktikan oleh berbagai kalangan saintis,
termasuk penganut empirisme, positivisme, materialisme, dan freudianisme. Kitab
suci AlQURAN misalnya, telah menginformasikan di seputar isyarat-isyarat ilmiah
tentang reproduksi manusia, kejadian alam semesta, ihwal awan, gunung, berita-berita
masa akan datang, dan sebagainya telah dibuktikan saintis kebenarannya (paling tidak
temu dengan tunjukan dan isyarat ayat-ayat AlQURAN). Penemuan oleh kalangan
saintis dari berbagai penganut filsafat itu membuktikan bahwa informasi yang dibawa
para Rasul ALLAH tersebut adalah berita kebenaran. Informasi yang seperti itu tidak
mungkin diciptakan oleh manusia seperti Muhammad SAW. yang hidup di alam
kegelapan sains. Jika informasi tentang isyarat isyarat sains di dalam AlQURAN
tersebut diakui kebenarannya secara ilmian maka informasinya tentang wujud Tuhan,
dan berita-berita gaib lainnya di dalam kitab tersebut juga merupakan kebenaran.

2. Keharusan Memilih Islam Sebagai Agama dan Pedoman Hidup


Berikut ini Anda akan menemukan pencarian kebenaran dari seseorang yang
semula ateis dan tidak mengakui keberadaan Tuhan, namun akhirnya ia mengakui
eksistensi Tuhan. Akan tetapi, ia dihadapkan pada pencarian kebenaran di antara
keyakinan dan agama-agama yang ada. Berikut ini Anda dapat mengikuti ilustrasinya.
"Seorang Ateis pernah meragukan eksistensi keateisannya. la berulang kali
menganalisis dalil-dalil materialisme dan positivisme yang diyakininya sebagai
kebenaran. Namun, ia selalu terbentur pada hal-hal yang tidak dapat dijawab oleh
pendekatan materialisme dan positivisme tersebut. Ia tidak bisa menghindari adanya
campur tangan Tuhan di dalam setiap kesimpulan penelitian dan analisisnya.
Akhirnya ia meyakini keberadaan Tuhan dan keharusan menyembah-Nya. Namun
harus memilih di antara agama-agama tersebut. Pada suatu ketika, ia berjumpa dengan
seorang Muslim, maka serjadilah dialog di antara mereka. la bertanya, "Mengapa
Anda memilih Islam sebagai keyakinan Anda. Apa yang mendorong Anda
melakukannya?" Pertanyaan ini selalu ia kemukakan kepada setiap pemeluk ogama
yang ia jumpai. Muslim tersebut menjawab. "Aku memilih Islam karema beberapa
pertimbangan. Pertama, agama ini memiliki kitab Suci AlQURAN yang diwahyukan
ALLAH dan telah teruji dalam sejarah tentang keautintikannya, AlQURAN telah
ditulis sejak masa Rasulullah SAW. masih hidup, karena ini tidak ada pemalsuan dan
keraguan terhadap orisinalitas ayat-ayatnya dari Alguran tidak sang penerima wahyu."
Selanjutnya, Muslim itu berkata, "Sejak awal, boleh ditafsirkan dengan menggunakan
berbagai bahasa dengan letap menjaga redaksi dan bahasa aslinya." Sang Muslim
terus melanjutkan alasannya. "AlQURAN adalah satu-satunya kitab suci yang dihafal
oleh puluhan, ratusan, ribuan bahkan jutaan umat mamusia setiap zaman sejak
diturunkan. Karena itulah ia tetap aulentik sesuai denga firman ALLAH nada surat
Al-Hijr ayat 10. Ini menjadi mukjizat yang takterbantahkan dari kitab suci ini. "
Kenyataan ini tidak dijumpai dalam agama dan keyakinan pernan dialihaksara dan di
alih bahasakan. AlQURAN hanya manapun saat ini. Lalu, apa yang kedua, tanya Sang
Ateis Kedua, sejak era di turunkannya AlQURAN, ALLAH telah menantang manusia
dan jin untuk membuat satu surah saja seperti kualitas AlQURAN dari segala
dimensinya, tetapi hingga saat ini tidak ada yang mampu melakukannya. ALQURAN
memiliki ketinggian redaksi dan bahasanya yang tidak tertandingi hingga sekarang.
Ayat-ayat AlQURAN sebagai sumber ajaran Islam telah teruji kebenaran
kandungannya. Saat ini, telah ditemukan bukti kebenaran itu, baik dari sisi isyarat
ilmiah, maupun kenyataan yang ada. Keterbukrian isyarat itu bukan hanya pada satu
kasus atau dua kasus saja tetapi merata di berbagai dimensi ilmiah, baik dari
evektifitas sanksi hukum dalam meredam kriminalitas, tatanan dan rekayasa sosial
menuju pribadi dan masyarakat bahagia, keseimbangan kehidupan, ekonomi
kesejahteraan, politik berketuhanan, berpradab-an, dan berkeadilan, sains astronomi,
kedokteran, dan lainnya. Hal ini mustahil sebagai rekayasa atau dibuat-bua oleh
seorang manusia, seperti Nabi Muhammad SAW. Sebab, pada zaman AlQURAN
diwahyukan, sains dan ilmu pengetahuan masih sangat ukhrawi.

3. Keniscayaan Beriman dan Bertauhid


Ketika seseorang telah menyakini adanya Pencipta alam semesta, lalu ia
menemukan Islam sebagai agama kebenaran dan mengharuskannya secara objektif
harus dipilih, maka konsekwensi dari semua itu adalah seyogianya ia
,mewujudkannya di dalam keyakinan dan preilakunya. Jika ia tidak bersikap
demikian, maka ia telah mengingari kebenaran itu sendiri. Berikut ini akan dibcarakan
hal-ihwal seputar keimanan. Secara etomologi, iman artinya percaya. Oleh sebab itu,
setiap ajaran Islam yang berhubungan dengan kepercayaan disebut dengan iman.
Dengan demikian, iman mengambil pusat kesadarannya di dalam hati manusia Para
ulama memberikan terminologi man dengan beragam istilah. Namun demikian,
disepakati bahwa keimanan itu diawali dari pengikraran seseorang terhadap asas
keimanan tersebut dengan lisan (lidah), membenarkan dengan sepenuh hati tanpa
keraguan, dan merealisasikan tuntutan-tuntutan keimanan itu dengan anggota tubuh
Inilah kerangka dasar iman yang disepakati Ahli Sunnah wa Mengikrarkan dengan
lisan berarti mengucapkan dua kalimah syahadat, yaitu bersaksi tiada tuhan yang hak
disembah kecuali ALLAH dan Nabi Muhammad adalah utusan ALLAH. Dalam
bahasa Arab bunyinya sebagai berikut:
‫أشهد أن ال إله إال هللا و أشهد أن محم||دا رس||ول‬
‫هللا‬
Membenarkan dengan hati adalah meyakini sepenuhnya makna dua kalimah syahadat
yang diucapkannya dan segala ajaran-ajaran yang ditimbulkan syahadat tersebut.
Dengan demikian, ketika seseorang mengingkararkan dua kalimah syahadat tetapi ia
tidak meyakini di dalam hatinya hakikat dari ikrarnya tersebut maka ia tergolong
seorang munafik Orang munafik dalam hal keimanan lebih berbahaya dari orang
kafir. Oleh karenanya ALLAH menempatkan mereka di Hari Akhirat di dalam Neraka
yang paling bawah. Artinya, mereka akan mendapatkan azab yang paling pedih.
ALLAH berfirman di dalam surah an-Nisa' ayat 145:
ِ َّ‫ك اأْل َ ْسفَ ِل ِمنَ الن‬
ِ ‫ار َولَ ْن تَ ِج َد لَهُ ْم ن‬
‫َصيرًا‬ ِ ْ‫إِ َّن ْال ُمنَافِقِينَ فِي الدَّر‬
Artinya: Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang
paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang
penolongpun bagi mereka. Merealisasikan tuntutan keimanan itu berarti tunduk dan
patuh kepada segala ajaran-ajaran yang ditimbulkan keimanan dengan cara
melaksanakananya. Oleh sebab itu, ia akan menempatkan ajaran-ajaran yang wajib
pada kedudukan wajib, ajaran-ajaran yang sunnat pada kedudukan sunnat, larangan-
larangan yang haram pada posisi haram, larangan-larangan makruh (dibenci ALLAH)
pada posisi makruh, dan hal-hal yang mubah (boleh) pada kedudukan boleh
dilaksanakan dan boleh ditinggalkan. Syahadat kepada ALLAH memiliki 7 syarat. Di
antaranya adalah:
1. Ilmu (al-'ilm), yaitu mengetahui dan memahami maksud dari syahadat tersebut,
yaitu apa yang ditiadakan (nafy) dan apa yang ditetapkan (itsbat). Artinya,
meniadakan tuhan yang hak untuk disembah dari segala yang dituhankan dan
diibadahi manusia (nafy), menetapkan hanya ALLAH sebagai tuhan sebenarnya serta
berhak untuk disembah (itsbat).
2. Yakin (al-yaqin), meyakini dengan sesungguhnya tanpa sedikitpun keraguan atas
apa yang diikrarkannya.
3. Menerima (al-qabul), menerima kandungan dan konsekwensi dari syahadat
tersebut, yaitu hanya menyembah ALLAH semata dan meninggalkan semua ibadah
kepada selan-Nya. Karena itu, seorang yang telah menerima (al-qabul) syahdah tauhid
tidak akan melakukan ritual apapun yang berasal dari kesyirikan serta tidak
mendukung dan melanggengkannya.
4. Tunduk dan patuh (al-inqiyad), yaitu tunduk dan patuh terhadap kandungan dan
makna syahadat tauhid tersebut. Karena itu seorang yang bersyahadat tauhid tidak
akan membangkang terhadap titah ALLAH
5. Jujur Jujur (ash-sidq), yaitu mengucapkan syahadat tauhid dengan hati yang tulus
dan membenarkannya. Karena itu, seorang yang bersvahadat tauhid tidak
membedakan antara yang diikrarkannya dengan yang ada di dalam hatinya.
6. Ikhlas (al-ikhlash), membersihkan amal hati, amal lisan, dan perbuatan dari segala
riya dan kesyirikan.
7. Cinta (al-mahabbah), yaitu mencintai kalimat ini beserta segala isi dan
konsekwensinya. Seorang yang bersyahadat tauhid akan mencintai Allah dengan cinta
yang tulus dan bersih dari kesyirikan. Syarat syahadah kepada Nabi Muhammad saw.
memiliki 6 syarat, yaitu:
1. Mengakui kerasulan Nabi Muhammad saw, dan meyakininya di dalam hati sebagai
utusan ALLAH kepada makhluk-Nya, Jin dan Manusia
2. Mengucapkannya dengan lisan sebagai suatu bukti pengakuan di dalam hati.
3. Mengkuti dan mengamalkan segala Sunnah-sunnahnya sesuai dengan
kedudukannya di dalam hukum taklifi.
4. Membenarkan segala yang diinformasikannya, baik itu yang gaib maupun sesuatu
yang akan terjadi pada masa yang telah lalu dan yang akan datang.
5. Mencintainya melebihi cinta kepada diri sendiri, keluarga, harta, dan seluruh
makhluk ALLAH.
6. Mendahulukan sabdanya yang sahih dari semua pendapat siapapun dari makhluk
ALLAH.

1. Tauhid Rububiyyah
Tauhid rububiyyah, yaitu mengesakan ALLAH dalam segala perbuatan-Nya dengan
meyakini bahwa dia sendiri yang menciptakan seluruh makhluk. ALLAH berfirman
sebagaimana yang terdapat di dalam surah az-Zumar ayat 62:
ُ ِ‫هّٰللَا ُ خَال‬
‫ق ُك ِّل َش ْي ٍء ۙ َّوهُ َو ع َٰلى ُك ِّل َش ْي ٍء َّو ِك ْي ٌل‬
Artinya: ALLAH menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.
Di dalam ayat ini dipahami bahwa Allah penguasa alam dan pengatur serta pencipta
alam semesta. Karena itu ALLAH lah yang mengangkat dan menurunkan, Dia yang
memuliakan dan menghinakan, serta Mahakuasa atas segala sesuatu. Dia pengatur
perputaran siang dan malam dengan menciptakan hukum- hukum dan sistemnya, dan dia
yang menghidupkan dan yang memetikan sesuai dengan kehendak dan ketetapan- Nya.

2. Tauhid Uluhiyyah
Tauhid uluhiyyah adalah mengesakan ALLAH dalam menyembah-Nya. Dengan kata
lain tauhid ini adalah tidak menserikatkan ALLAH dalam perbuaan hamba ketika
taqarrub (mendekatkan diri) seperti berdoa, nazar, berkurban, dan lainnya. Tegasnya,
tauhid uluhiyyah adalah tidak melakukan kegiatan ritual dan segala cakupannya kecuali
hanya kepada ALLAH dengan cara yang disyariatkan-Nya. Jenis tauhid inilah yang
menjadi inti dakwah para rasul di samping dua tauhid lainnya. Dalam kaitan ini ALLAH
berfirman di dalam surah an-Nahl ayat 36, al-Anbiya 52, al-A 'raf 59:
‫الض| ٰللَ ‌ةُ ؕ فَ ِس| ۡير ُۡوا‬َّ ‫اجتَنِبُ||وا الطَّا ُغ ۡو ۚتَ‌ فَ ِم ۡنهُمۡ َّم ۡن هَ|دَى هّٰللا ُ َو ِم ۡنهُمۡ َّم ۡن َحقَّ ۡت َعلَ ۡي| ِه‬
ۡ ‫اعبُدُوا هّٰللا َ َو‬
ۡ ‫َولَـقَ ۡد بَ َع ۡثنَا فِ ۡى ُكلِّ اُ َّم ٍة َّرس ُۡواًل اَ ِن‬
َ‫ض فَا ْنظُر ُۡوا َك ۡيفَ َكانَ عَاقِبَةُ ۡال ُم َك ِّذبِ ۡين‬ِ ‫فِ ۡى ا َ ۡر‬
‫اۡل‬
Artinya: Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-liap umat (untuk
menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut.'

َ‫اِ ۡذ قَا َل اِل َبِ ۡي ِه َوقَ ۡو ِم ٖه َما ٰه ِذ ِه التَّ َماثِ ۡي ُل الَّتِ ۡۤى اَ ۡنتُمۡ لَهَا ٰع ِكفُ ۡون‬
Artinya: Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami
wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku,
maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku"

‫هّٰللا‬
‫َظ ۡي ٍم‬ َ ‫اعبُدُوا َ َما لَـ ُكمۡ ِّم ۡن اِ ٰل ٍه غ َۡير ُٗه ؕ اِنِّ ۡۤى اَ َخافُ َعلَ ۡي ُكمۡ َع َذ‬
ِ ‫اب يَ ۡو ٍم ع‬ َ َ‫لَقَ ۡد اَ ۡر َس ۡلنَا نُ ۡوحًا اِ ٰلى قَ ۡو ِم ٖه فَق‬
ۡ ‫ال ٰيقَ ۡو ِم‬
Artinya: Sesumgguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaummya lalu ja berkata:
"Wahai kaumku sembahlah ALLAH, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya".
Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah ALLAH), aku takut kamu akan ditimpa
azab hari yang besar (kiamat) Sejumlah ayat di atas menegaskan bahwa para rasul diutus
adalah untuk mengajak manusia dalam mentauhidkan ALLAH pada ibadahnya.
Kewajiban pertama bagi setiap manusia yang mukallaf (telah balig dan berakal) bersaksi
bahwa tiada Tuhan yang berhak untuk disembah kecuali ALLAH.

3. Tauhid al - Asma’ wa ash - Shifat


Asma’ adalah jamak dari ism yang dalam bahasa indonesia diterjemahkan dengan
nama Ash-shifa adalah jamak yang artinya sifat. Dalam kaitan ini adalah nama-nama
dan sifat-sifat ALLAH. Karena itu, orang yang bertauhid dalan asma wa shifat adalah
mereka yang meyakını bahwa yang memilk sebaik-baik nama adalah nama-nama
ALLAH dan sesempuma-sempun sifat adalah sifat-sifat ALLAH. Karena itu tidak ada
yang sama denam sifat-sifat ALLAH dalam kesempurnaan. ALLAH berfirman di dalam
sun al-A 'raf ayat 180 dan al-A 'raf ayat 180:
َ‫َوهّٰلِل ِ ااْل َ ْس َم ۤا ُء ْال ُح ْس ٰنى فَا ْد ُعوْ هُ بِهَ ۖا َو َذرُوا الَّ ِذ ْينَ ي ُْل ِح ُدوْ نَ فِ ْٓي اَ ْس َم ۤا ِٕٕىِ| ٖ ۗه َسيُجْ زَ وْ نَ َما َكانُوْ ا يَ ْع َملُوْ ن‬
Artinya: Hanya milik ALLAH asmaa-ul husna, maka bermohonlai kepada-Nya dengan
menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari
kebenaran dalam (menyebu nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan
terhada apa yang telah mereka kerjakan.
Di dalam surah al-A'raf ayat 180 ALLAH menegaskan balwa hanya Dia yang
memiliki Asma' al-Husna, sementara pada asy-Syura ayat 11 Allah menyatakan pula
bahwa Dia menolak (menafikan) adanya sesuatu yang menyerupainya. Selanjutnya,
ALLAH juga mengatakan bahwa Dia memiliki sifat Mahamendengar dan Mahamelihat.
Dalam memahami sifat-sifat ALLAH haruslah meyakininya sesuai dengan petunjuk
kalam ALLAH swt dan Sunnah Rasulullah diajarkan utusan-Nya kepada para sahabat,
lalu hal itu diikuti generasi salaf, Ahlus Sunnah wa al-Jamaah yang meniti jejak dan
menapaki langkah-langkah mereka. Memahaminya adalah tampa ia wil (perpalingan
makna), tanpa tahrif (penyimpangan makna), tanpa takyif (visualisasi makna), tanpa ta
'thil (pembatalan makna), tanpa tamsil (peyerupaan dengan makhluk), dan tanpa tafwidh
(meyerahkan makna sepenuhnya kepada ALLAH tanpa mengikuti dan mengakui
penjelasan nash dari ALLAH dan Rasulullah).

B. IMAN, ISLAM DAN IHSAN


1. Asas Keimanan dalam Agama Islam
Di dalam Islam, wujud iman sesorang diasaskan penegakannya kepada rukun
iman. Keimanan itu diwujudkan ke dalam kepercayaan hati, pengakuan, dan
perilakunya sebagaimana yang telah dijelaskan. Pada tingkatan perilaku inilah wujud
iman tersebut dapat terlihat. Rukun iman yang dimaksud adalah:
1. Iman (percaya) kepada ALLAH, Tuhan yan gmenjadikan seluruh alam ini.
2. Iman (percaya) kepada malaikat ALLAH.
3. Iman (percaya) kepada kitab- kitab ALLAH, kitab-kitab suci yang diturunkan oleh
ALLAH terhadap para rasul.
4. Iman (percaya) kepada rasul- rasul dan nabi-nabi yang diutus ALLAH untuk
menyampaikan ajaran-ajarannya kepada umat manusia.
5. Iman (percaya) akan adanya Hari Akhirat, yaitu hari pembalasan segala amal
perbuatan manusia di dunia
6. Iman (percaya) kepada qadha dan qadar, yaitu segala ketetapan AlLAH terhadap
untung baik dan buruk yang kita alami di dunia ini ber dari kehendak ALLAH swt.
Iman kepada ALLAH ialah membenarkan dengan yakin sepenh tanpa sedikitpun
keraguan akan adanya ALLAH dan keesaan-Nya, baik rububiyyah, uluhiyyah,
maupun pada asma' wa sifat-Nya. Rukun iman kedua adalah percaya kepada malaikat.
Seorang muk wajib mengakui dan mengimani adanya malaikat. Mereka adalah makh
ALLAH yang senantiasa taat kepada perintah-Nya dan tidak pernah melakula maksiat
sedikitpun sebagaimana firman ALLAH syarah at-Tahrim a pa Artinya: Malaikat-
malaikat tidak mendurhakai ALLAH terhadap ana diperintahkan-Nya kepada mereka
dan selalu mengerjakan an diperintahkan. Para malaikat itu memiliki tugas-tugas
tertentu yang sebagin dijelaskan di dalam AlQURAN dan hadis dan sebagian lagi
tidak dijelu Di antaranya adalah bertugas menyampaikan wahyu kepada para Ra
mengatur cuaca, mencabut nyawa, menulis amal perbuatan makhl memeliharanya,
menjaga surga, neraka, menyoal mayat di dalam kub memikul Arasy, meniupkan ruh
di dalam rahim, dan lainnya. Oleh sebabi seorang mukmin mewujudkan keimanan ini
di dalam hatinya dan di dale perilakunya. Misalnya, ia selalu merasa bahwa kapanpun
dan di manap ia berada maka setiap perbuatannya selalu diawasi dan dicatat malaikat
Iman kepada Kitab-kitab ALLAH adalah membenarkan bahwa selun kitab-kitab yang
diturunkan itu datangnya dari ALLAH. Ayat-ayat yang a di dalam kitab-kitab tersebut
adalah kalam ALLAH. Di antaranya adalah kit Taurat, Zabur, Injil, dan Alquran.
Kedudukan AlQURAN terhadap kitab-kitab sebelumnya adalah sebag saksi,
pembenar, menghapuskan sebagian hukumnya dan menetapki sebagian yang lainnya
sesuai dengan kehendak ALLAH. Umat Isla diwajibkan untuk mengikuti pesan-pesan
ayat AlQURAN baik pada lahir maupun batin dan tidak boleh berpaling darinya. Hal
ini sebagaiman yang tertera di dalam surah al-An'am ayat 155: Artinya: Dan
AlQURAN itu adalah kitab yang Kami turunkun yang diberkati, Wujud keimanan
kepada kitab ALLAH adalah menjadikan AlQURAN tersebut sebagai pedoman hidup
(way of life) di dalam segala aspek dan dimensi kehidupan, baik itu untuk pribadi,
keluarga, masyarakat, maupun maka ikutilah dia dan bertaqwalah agar kamu diberi
rahmat. untuk bernegara. Ketika seseorang tidak melaksanakan atau tidak berusaha
untuk menjadikan AlQURAN sebagai pedoman hidupnya, maka keimanannya kepada
al-Kitab tidaklah berwujud nyata. Iman kepada para rasul adalah membanarkan
dengan sesungguhnya bahwa ALLAH mengutus kepada setiap umat ini seorang rasul
untuk membimbing mereka. Nabi Muhammad saw adalah rasul terakhir untuk uruh
umat manusia pada zamannya dan zaman-zaman setelahnya hingga Hari Akhirat.

2. Asas Keislaman dalam Agama Islam


Sewaktu membicarakan tentang definisi Islam, al-Maud menjelaskan: "Setiap
agama di dunia ini telah dinamai setelah pendirinya da suatu komunitas atau
bangsa itu dilahirkan. Sebagai contoh, Kristen diam dari nama Nabi Isa yang kudus,
Buda dari pendirinya Buddha Gauta Zoroastrian dari pendirinya Zoroaster, Jahudi
dari bangsa Jahudi, yak dari nama suku Judah (daerah Judea) di mana ia terbentuk.
Secara bahasa Islam berarti patuh, penyerahan, dan pengabdian. Seorang yang
beragama Islam disebut Muslim. Muslim adalah orang yang menyerahkan diri, patuh,
dan hanya mengabdi kepada ALLAH SWT. Karena tunduk dan patuh, maka jadilah
seorang Muslim itu orang yang selamat. Rasulullah saw menyatakan bahwa Islam
adalah menyembah ALLAH dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apa pun,
mendirikan salat, menunaikan zakat yang difardukan, dan berpuasa pada bulan
Ramadan. Dalam hadis lain, dijelaskan bahwa maksud dari tidak menyekutukan
ALLAH itu dipertegas dengan mengikrarkan dua kalimah syahadah (syahadataini)
dan ditambahkan satu rukun lagI.
Demkian juga, jika ibadah dilakukan sesuai dengan petunjuk syariat, tetapi tidak
dengan ikhlas, maka ibadah tersebut tertolak Telah menjadi keyakinan kaum Muslim
bahwa Islam adalah agama yang benar yang diridai oleh ALLAH. Oleh sebab itu,
agama manapun selain idan tidak diterima di sisi ALLAH. Hal ini sesuai dengan
firman ALLAH pada surah Ali Imran ayat 19: (Sesungguhnya agama yang diri dhai di
sisi ALLAH hanyalah Islam.) Kendatipun, ALLAH telah menegaskan bahwa hanya
Islam agama yang diridai-Nya, namun tetap saja segolongan manusia tidak mau
beriman kepada ALLAH SWT. Hal itu, karena ALLAH tidak memberikan hidayah
taufiq képadanya, sehingga qalbunya tidak dapat melihat cahaya kebenaran yang
terang-benderang. Kecongkakan dan ketidakpedulian mereka untuk berusaha
mengimani ALLAH dan mengikut syariat yang ditetapkan-Nya, merupakan salah satu
penyebab mengapa mereka jauh dari hidayah tersebut. Akhirnya, ALLAH akan
memberikan siksa kepada para pelaku kemungkaran itu dengan siksa yang pedih.
(Q.S. 6: 125. 49: 17).

3. Ihsan dalam Agama Islam


Ihsan dalam Agama Islam Menurut bahasa, ihsan berarti berbuat atau melakukan
kebaikan. Hal ini sesuai dengan firman ALLAH pada surah an-Nahl ayat 90: Arlinya:
Sesungguhnya ALLAH menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan ALLAH melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat
mengambil pelajaran. Terma ihsan sering disamakan dengan makna akhlak. Dengan
kata lain, ihsan adalah suatu sikap dan tingkah laku yang baik menurut syariat.
Namun, kata ini juga biasa dipakai untuk pengertian 'suatu kesempuma Sementara
itu, ihsan menurut istilah yang diberikan oleh Rasul saw. adal "Sewaktu seseorang
menyembah ALLAH maka seakan-akan ia melihat- jika ia tidak mampu melihat-Nya,
maka ia harus meyakini bahwa ALLAH benar-benar melihat-Nya." Hakikat ihsan
menurut istilah tersebut mengandung arti bahwa dal menyembah ALLAH seseorang
harus bersungguh-sungguh, serius, pen keyakinan bahwa ALLAH seakan-akan berada
di hadapannya dan meli keikhlasan, dan keyakinan serta tawaduk. Dalam hatinya
harus t Nya. Dengan kata lain, dia harus merasa bahwa ALLAH selamanya hadir
tumb Imam an-Nawawi mengatakan bahwa ihsan berarti menjaga sop santun dalam
beramal di mana kamu seakan-akan melihat ALLAH sebagaime ALLAH melihat
kamu. Hal itu dilakukan bukan karena kamu melihat-N namun karena ALLAH
selamanya melihat kamu. Oleh sebab itu, beribadahal dengan baik meskipun kamu
tidak dapat melihatnya. Selanjutnya mengatakan: Artinya: Maksud kalam hadis ini
adalah (a) bersungguh-sungguh dala keikhlasan ketika beribadah; (b) muraqabah
seorang hamba kepal Tuhannya dengan kekhusyuan, kekhudhuan, dan lainnya.
Sesungguhm para ahli hakikat telah mengharamkan kepada majlis-majlis shalihin
agama menghindarkan diri dari sesuatu yang tercela. Lalu, bagaimana tidak bahwa
ALLAH akan senantiasa membukakan kepada mereka rahasia dan lahir Dalam pada
itu, ihsan merupakan salah satu faktor utama dal menentukan diterima atau ditolaknya
suatu amal ibadah seseorang ke ALLAH. Karena, ikhlas, tawaduk, dan khusyuk,
muncul dari sikap ihsan d- beribadah kepad-Nya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari materi yang telah kami uraikan di atas, dapat kita pahami bahwasanya
Pendidikan Agama Islam itu mencakup berbagai macam keilmuan. Baik itu
AlQURAN itu sendiri, serta mengapa kita harus memilih Islam sebagai agama dan
pedoman hidup, dan Ilmu yang lainya yang dapat kita temukan dalam kehidupan kita
sehari-hari.

B. Saran
   Inilah yang dapat saya paparkan dalam makalah ini, yang tentunya pembahasan
tentang Keharusan Memilih Islam Sebagai Agama dan Pedoman Hidup, dan iman,
islam dan ihsan, serta perlu di perdalam dan di perluas lagi. Dan untuk memperluas
serta mendalaminya itu butuh waktu yang lama dan dosen yang benar-benar paham
dan mengerti tentang materiini. Dan membutuhkanreferensi yang banyak pula.

DAFTAR PUSTAKA

- Anwar, Husnel. 2020. ISLAM KAFFAH: Pendidikan Agama Islam Perguruan


Tinggi. Medan: CV MANHAJI
- https://www.kompas.com/global/read/2020/10/26/110326870/dianggap-
menghina-islam-presiden-perancis-dikecam-umat-kristen-di-arab?page=all
- https://www.cnnindonesia.com/internasional/20201026183351-134-
562956/kronologi-ucapan-presiden-prancis-soal-islam-yang-tuai-kritik

Anda mungkin juga menyukai