Anda di halaman 1dari 11

Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Selasa/03 Desember 2013

Biokimia Waktu : 13.00-14.40 WIB


PJP : Puspa Juliastia Puspita, S.Si, M.Sc
Asisten : Lusianawati, S.Si
Resti Siti Mutmainah, S.Si

MINERAL

Kelompok 9

Hartadi Gunawan J3L112182


Rizki Cahya Putra J3L112047
Ryadhanisa Nur Sugiri J3L112112

PROGRAM KEAHLIAN ANALISIS KIMIA


PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Pendahuluan
Mineral adalah salah satu bahan kimia yang ada dalam tubuh makhluk
hidup. Mineral masuk ke dalam tubuh dan berbentuk garam lalu digunakan dalam
bentuk elektrolit. Mineral memiliki beberapa sifat yang spesifik, diantaranya tidak
ada perubahan komposisi kimia sejak dikonsumsi hingga dibuang oleh tubuh.
Pemanasan mineral tidak akan berubah, begitu juga saat  terkena udara dan asam.
Mineral hanya dapat hilang dari makanan karena larut dalam air selama proses
pengolahnnya. Mineral yang terdapat di dalam makanan maupun di dalam tubuh
terutama berbentuk ion yang bermuatan positif dan negatif, selain itu mineral juga
merupakan bagian dari senyawa anorganik yang berperan dalam metabolisme
tubuh. Mineral dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan jumlah yang diperlukan
oleh tubuh, yaitu kelompok makro terdiri dari unsur-unsur Ca, P, K, Na, Mg dan
S. Kelompok mikro terdiri dari Fe, I, Cu, Zn, Mn, Co dan Se, dan kelompok renik
terdiri dari unsur F, Mo, As, Cr, Si dan lain-lain. Beberapa unsur mineral ini ada
yang termasuk golongan racun dan biasanya masih terdapat di dalam sel hayati
meskipun jumlahnya sangat kecil sekali, contohnya adalah Ag, Hg dan Pb
(Lehninger 1998).
Mineral diperlukan dalam tubuh dalam jumlah sedikit namun manfaatnya
sangat besar. Fungsi dari mineral secara umum adalah sebagai komponen
penyusun tulang dan gigi seperti kalsium dan posfor, selain itu mineral juga
berikatan dengan komponen protein dan mempengaruhi aktivitas protein yang
diikat, mengatur tindakan otot, fungsi saraf, pembekuan darah produk susu, jus
jeruk yang diperkaya kalsium, dan  sayuran berdaun hijau. Beberapa mineral
berfungsi sebagai kofaktor enzim dalam mengkatalisis suatu substrat jadi enzim
dapat diaktifkan apabila memiliki mineral dalam jumlah yang cukup. Mineral juga
memiliki fungsi lain diantaranya melindungi tubuh dari lipid peroksidase dan juga
digunakan untuk mensitesis protein. Beberapa mineral lainnya seperti besi
berfungsi dalam menyusun sel darah merah. Berdasarkan kegunaannya mineral
dibagi menjadi dua, yaitu golongan esensial dan golongan non esensial. Mineral
yang esensial adalah mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh dan bila
kekurangan mineral ini maka tubuh akan mengalami gangguan. Sedangkan
mineral non esensial adalah mineral yang tidak begitu diperlukan oleh tubuh, jika
tubuh mengalami kekurangan mineral ini tidak akan mengalami gangguan yang
serius (Lee 1999).

Tujuan Percobaan
Percobaan bertujuan mengamati peran mineral melalui keberadaannya
dalam tubuh dan mengidentifikasi berbagai jenis mineral yang terkandung dalam
abu tulang sapi secara kualitatif melalui pengamatan berdasarkan adanya
perubahan warna dan pembentukan endapan.

Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan tabung reaksi, pipet tetes, pipet Mohr 5 ml,
bulb, corong gelas, batang pengaduk, gelas piala, penangas air dan botol semprot.
Bahan-bahan yang digunakan Bahan-bahan yang digunakan ialah filtrat
abu tulang sapi, NH4OH(p), HNO3 10%, AgNO3 2%, HCl 10%, BaCl2, asam asetat
10%, ammonium oksalat 1%, urea 1%, pereaksi Molibdat, FeSO4, Kristal
NH4CO3, NH4Cl, Kristal dinatriumhidrogen posfat, ammonium tiosianat, dan
kalium ferosianida.

Prosedur Percobaan
Uji filtrat. Pengujian dari abu tulang sapi yang terdiri dari uji klorida dan
uji sulfat. Sebuah tabung reaksi kering dan bersih disiapkan untuk uji klorida.
Sebanyak 1 ml filtrat dimasukkan ke dalam tabung dan diasamkan dengan 1 mL
HNO3 10%, kemudian ditambahkan 1 mL AgNO3 2% ke dalam tabung. Apabila
terbentuk endapan putih menunjukkan adanya klor (Cl). Uji sulfat dilakukan
dengan sebuah tabung reaksi kering dan bersih disiapkan. Sebanyak 1 mL filtrat
dimasukkan ke dalam tabung dan diasamkan dengan HCl 10% lalu ditambah 1 ml
larutan BaCl2. Apabila terbentuk endapan putih menunjukkan adanya Sulfat (S).
Uji endapan. Uji ini terdiri dari uji kalsium, uji posfat, uji magnesium,
dan uji besi. Sebanyak 15 mL asam asetat 10% dimasukkan ke dalam gelas piala
berisi endapan abu tulang, kemudian larutan disaring, filtrat digunakan dalam uji
kalsium, uji posfat dan uji magnesium. Sebuah tabung reaksi kering dan bersih
disiapkan untuk uji kalsium. Sebanyak 2 mL filtrat dimasukkan ke dalam tabung
reaksi, lalu ditambahkan 1 mL larutan ammonium oksalat 1% dan dikocok.
Apabila terdapat endapan putih, menunjukkan adanya kalsium oksalat. Sebuah
tabung reaksi kering dan bersih disiapkan untuk uji posfat. Sebanyak 1 mL filtrat
dimasukkan ke dalam tabung, lalu ditambahkan 1 ml larutan urea 1% dan 1 ml
pereaksi Molibdat. Tabung dikocok, kemudian ditambahkan 1 ml FeSO 4. Apabila
larutan berubah warna menjadi biru pekat, menunjukkan adanya posfat. Sebuah
tabung reaksi kering dan bersih disiapkan untuk uji magnesium. Sebanyak 1 mL
filtrat dimasukkan ke dalam tabung dan dipanaskan pada penangas air selama 5
menit, kemudian ditambahkan seujung sudip kristal NH4CO3 dan NH4Cl, lalu
larutan disaring dan filtrat dipisahkan ke dalam tabung reaksi yang lain. Seujung
sudip kristal dinatriumhidrogen posfat dimasukkan ke dalam tabung yang berisi
filtrat dan ditambah larutan NH4OH (hingga basa). Endapan putih menunjukkan
adanya magnesium (Mg). Endapan hasil penyaringan pada uji magnesium
digunakan untuk uji besi. Endapan pada kertas saring ditetesi dengan HCl 10%.
Sebanyak 1 mL filtrat HCl dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang kering dan
bersih, lalu ditambahkan 1 mL ammonium tiosianat. Terbentuknya warna merah
diperhatikan. Sebanyak 1 mL kalium ferosianida, kemudian dimasukkan ke dalam
tabung dan perubahan warna menjadi biru atau hijau diperhatikan. Perubahan
warna merah, biru atau hijau menunjukkan adanya besi (Fe).

Data dan Hasil Percobaan


Tabel 1 Data hasil penentuan uji mineral
Jenis uji Hasil pengamatan (+/-) Perubahan warna larutan
Uji klorida - Tidak berwarna
Uji sulfat + Putih keruh
Uji kalsium + Endapan putih
Uji fosfat + Putih keruh
Uji magnesium + Hijau kebiruan
Uji besi I (+amonium
+ Merah muda
tiosulfat)
Uji besi II (+amonium
+ Hijau
sulfida
Keterangan : (+)  : Positif terdapat mineral
                      (-)   : Negatif
terdapat mineral

G
A F
B C D E
Pembahasan
Gravimetri merupakan salah satu cabang utama kimia analisis.
Gravimetri menjadi metode klasik yang masih sering digunakan. Prinsip
gravimetri adalah penentuan jumlah zat didasarkan pada penimbangan.
Penimbangan merupakan penimbangan hasil reaksi setelah zat yang dianalisis
direaksikan. Hasil reaksi dapat berupa sisa bahan atau suatu gas yang terjadi atau
suatu endapan yang dibentuk dari bahan yang dianalisis. Gravimetri merupakan
cara analisis tertua dan paling murah, hanya saja gravimetri memerlukan waktu
yang relatif lama karena harus menunggu dan hanya dapat digunakan untuk kadar
komponen yang cukup besar. Kesalahan kecil secara relatif akan berakibat besar,
tetapi ravimetri masih dipergunakan untuk keperluan analisis karena waktu
pengerjaannya yang tidak perlu terus-menerus dilakukan analis karena setiap
tahapan pengerjaan memakan waktu yang cukup lama. Sebagian analisis
gravimetri menyangkut unsur yang akan ditentukan menjadi senyawa murni yang
stabil dan mudah diubah ke dalam bentuk yang dapat ditimbang. Berat analat
dapat dihitung dari rumus dan berat atom senyawa yang ditimbang. Pengendapan
merupakan teknik yang paling luas penggunaannya. Hal terpenting dalam
pengendapan suatu analit adalah kemurniannya dan kemudahan penyaringan yang
pasti dilakukan dalam teknik pengendapan (Day RA dan Underwood 1998).
Berdasarkan hasil percobaan dan pengamatan dapat diperoleh hasil
bahwa mineral merupakan zat yang diperlukan oleh tubuh untuk membantu proses
metabolisme dalam tubuh. Kandungan mineral yang ada dalam tubuh tersebar
diseluruh bagian tubuh manusia. Mineral yang terdapat dalam tubuh dan makanan
terutama terdapat dalam bentuk ion-ion. Ion–ion positif diantara lain Na +, K+, Ca2+
dan terdapat sebagai ion negative yaitu Cl-, sulfat dan fosfat. Mineral juga terdapat
sebagai senyawa organik, misalnya dalam fosfoprotein, fosfolipid, hemoglobin,
hormon tiroksin (asam amino yang mengandung empat atom iodium) (Poedjadi
1994). Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan
oleh makhluk hidup disamping karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin. Mineral
juga dikenal sebagai zat anorganik atau kadar abu. Sebagai contoh bila bahan
biolois dibakar, semua senyawa organic akan rusak dan sebagian karbon akan
berubah menjadi gas karbon dioksida ( CO2), hydrogen menjadi uap air, dan
nitrogen menjadi uap nitrogen (N2). Sebagian besar mineral akan tertinggal dalam
bentuk abu, dalam bentuk senyawa anorganik sederhana, serta akan terjadi
penggabungan antar individu atau dengan oksigen sehingga terbentuk garam
anorganik.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan filtrat yang telah dibasakan
oleh NH4OH dan kemudian diasamkan dengan HNO3 10 bertujuan untuk
memisahkan mineral dari filtrat sehingga mineral mudah diikat oleh senyawa
reaktif lain yang dapat bereaksi dengan mineral membentuk suatu endapan putih
dalam larutan, endapan putih menandakan adanya klorida pada larutan abu tulang.
Senyawa AgNO3 merupakan garam yang dapat bereaksi dengan klorida sehingga
klorida membentuk endapan bersama AgNO3 menjadi AgCl dengan reaksi
sebagai berikut:
AgNO3 + HCl AgCl +HNO3
AgNO3 adalah garam yang dapat bereaksi dengan klorida dan ikatannnya akan
membentuk warna keruh karena menjadi senyawa AgCl. Reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut :
Cl- + AgNO3    AgCl +NO3 (Suharjdo 1886)
Hasil yang diperoleh menunjukkan reaksi positif untuk uji klorida yang ditandai
dengan terbentuknya endapan berwarna putih setelah filtrat ditambahkan dengan
AgNO3.
Uji sulfat dilakukan untuk menunjukkan adanya sulfat yang terkandung
di dalam tulang. Pengujian dilakukan dengan menggunakan filtrat yang telah
dibasakan oleh NH4OH dan kemudian diasamkan dengan HCl 10%. Perlakuan ini
bertujuan untuk memisahkan mineral dari filtrat sehingga mineral dapat diikat
oleh senyawa lain. BaCl2 adalah garam yang dapat bereaksi dengan sulfat dan
ikatannya akan membentuk endapan putih keruh karena menjadi senyawa BaSO 4.
Hasil percobaan menunjukkan tidak terbentuknya endapan putih keruh setelah
dilakukan penambahan BaCl2. Hal ini berbeda menurut literatur, seharusnya
ketika ditambahkan larutan BaCl2 larutan menjadi keruh atau terbentuknya
endapan. Terbentuknya endapan ini menunjukkan pada tulang sapi terdapat sulfat.
Reaksi yang terjadi sebagai berikut :
BaCl2+ H2SO4 BaSO4+ 2HCI
SO42- + BaCl2 BaSO4 + 2Cl- (Suharjdo 1886)
Penambahan pereaksi NH4OH berfungsi untuk memberikan suasana basa
pada tulang sehingga mempermudah dalam memisahkan mineral dari filtrat.
Fungsi dari HNO3 10% adalah sebagai katalisator. AgNO3 berfungsi sebagai
pengikat mineral yang larut dalam filtrat tulang. Fungsi dari HCl 10% adalah
sebagai katalisator. BaCl2 berfungsi sebagai pengikat mineral yang larut dalam
filtrat tulang, larutan ammonium oksalat 1% yang berfungsi untuk mengetahui
larutan itu mengendap atau tidak, kristal ammonium karbonat, ammonium klorida,
kristal dinatriumhidrogen fosfat berfungsi untuk mengendapkan larutan karena
sifat dari semua larutan tersebut mudah larut dalam air.
Uji kalsium pada percobaan ini menghasilkan endapan putih yang artinya
uji positif. Penambahan pereaksi amonium oksalat akan bereaksi dengan kalsium
yang ada difiltrat tersebut. Endapan yang dihasilkan adalah kalsium oksalat.
Reaksi yang terjadi :
Ca2+ +CO32- CaCO3 (endapan putih)
CaCO3 + 2H+ Ca2+ + H2O + CO2
Ca2+ + (COOH) Ca(COO)2 (endapan putih)
Ca + K4[Fe(CN)6] → Fe4[Fe2(CN)6]3 (Suharjdo 1886)
Hal ini menandakan bahwa abu tulang sapi mengandung kalsium.
Uji fosfat dilakukan dengan menambahkan urea dan pereaksi molibdat
khusus. Hal ini bertujuan hampir sama untuk memisahkan senyawa mineral lalu
mineral dapat bereaksi dengan larutan ferosulfat khusus membentuk
persenyawaan berwarna biru karena senyawa ferosulfat reaktif dengan fosfat dan
membentuk senyawa berwarna. Reaksi yang terjadi :
FeSO4 + PO4-3 → Fe3(PO4)2 + SO4-2 (Suharjdo 1886)
Warna biru yang dihasilkan semakin pekat menandakan adanya posfat pada
sampel tulang sapi. Peranan fosfor dalam tubuh sama seperti kalsium, yaitu untuk
pembentukan tulang dan gigi dan penyimpanan dan pengeluaran energi
(perubahan antara ATP dengan ADP). Jika terjadi kekurangan unsur ini maka
pembentukan ATP akan terganggu, selain itu pembentukan tulang rawan juga
akan terganggu.
Uji Magnesium dilakukan dengan memanaskan filtrat. Pemanasan
dilakukan agar filtrat lebih rektif dan mineral dapat sedikit melonggar ikatan
senyawanya dengan senyawa lain dalam filtrat. Pemisahan mineral dengan
senyawa organik lain dalam filtrat dibantu oleh kristal dinatrium hidrogen fosfat
dan larutan amonium hidroksida. Kristal akan bereaksi dengan magnesium dengan
ditandai adanya endapan putih pada larutan. Adanya endapan putih menandakan
adanya magnesium dan pada percobaan terbentuk endapan putih. Kebutuhan
magnesium dalam tubuh sebesar 400-450mg/hari. Reaksi uji Mg:
MgCl2 + NH4OH + Na2HPO4 MgNH4PO4 + 2NaCl + H2O (endapan putih).
Mg + NaHPO4 → MgHPO4 +2Na (Suharjdo 1886)
Hal ini menandakan bahwa abu tulang sapi mengandung magnesium.
Uji besi dilakukan dengan menambahkan asam klorida pada endapan
yang telah didapatkan saat penambahan asam asetat yang kemudian disaring dan
filtratnya digunakan untuk uji besi. Uji besi yang pertama dengan amonium
tiosulfat dan uji besi yang kedua dengan amonium sulfida. Besi akan membentuk
senyawa berwarna dengan larutan amonium tiosulfat (membentuk warna merah)
dan beraksi dengan kalium amonium sulfida (membentuk warna biru atau hijau).
Adanya warna merah, biru atau hijau menandakan adanya besi dan berdasarkan
percobaan terbentuk warna hijau dan merah. Perbedaan ion besi menyebabkan
perbedaan reaksi yang terjadi, sehingga warna yang terjadi juga berbeda. Reaksi
yang terjadi  pada Fe2+ :
Fe+3 + 6NH4SCN →  [Fe(SCN)6]-3 + 6NH4+ (Suharjdo 1886)
Sedangkan pada Fe3+ reaksi yang terjadi :
4Fe+3+ + 3K4[Fe(CN)6] → Fe4[Fe2(CN)6)]3 + 12K+  (Suharjdo 1886)
Hal ini menandakan bahwa abu tulang sapi mengandung besi. Jika seseorang
kekurangan unsur besi maka pembentukan hemoglobin akan terganggu, selain itu
dapat menyebabkan amenia atau kekurangan darah (Suharjdo 1886).
Asam yang digunakan pada setiap uji filtrat bertujuan untuk dapat
mempermudah mineral bereaksi dengan senyawa indikator atau senyawa penguji
sehingga mineral dapat bereaksi dengan senyawa penguji membentuk endapan
berwarna atau persenyawaan berwarna. Asam akan memisahkan ikatan mineral
yang terkandung dalam filtrat dengan senyawa organik dan air. Garam-garam
yang dtambahkan kedalam filtrat berfungsi untuk mengikat mineral dan dapat
membentuk endapan berwarna putih atau senyawa berwarna (Poedjiadi 1994).
Berdasarkan kegunaannya dalam aktivitas kehidupan, mineral dibagi
menjadi dua golongan, yaitu mineral logam essensial dan nonesensial. Logam
esesial diperlukan dalam proses fisiologis hewan, sehingga logam golongan ini
merupakan nutrisi penting jika kekurangan dapat menyebabkan kelainan proses
fisiologis atau disebut penyakit defisiensi mineral. Mineral ini biasanya terikat
dalam protein, termasuk enzim untuk proses metabolisme tubuh, yaitu kalsium
(Ca), fosforus (P), kalium (K), natrium (Na), klorin (Cl), sulfur (S), magnesium
(Mg), besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), mangan (Mn), kobalt (Co), iodin (I),
dan selenium (Se). Logam nonesenssial adalah golongan logam yang tidak
berguna atau belum diketahui kegunaannya dalam tubuh hewan, sehingga
hadirnya unsur tersebut lebih dari normal dapat menyebabkan keracunan. Logam
tersebut bahkan sangat berbahaya bagi makhluk hidup, seperti timbal (Pb),
merkuri (Hg), arsenik (As), kadnium (Cd), dan alumunium (Al).
Defisiensi dan toksitas dapat terjadi jika asupan bahan makanan sumber
mineral kurang akan menyebabkan gangguan penyerapan dan metabolisme dalam
tubuh. Hal ini bisa diatasi dengan memperhatikan ketersediaan bahan makanan
sumber atau dengan cara suplementasi. Toksitas atau keracunan mineral tertentu
dapat terjadi baik karena konsumsi makanan berlebih, komposisi air dan tanah
yang tinggi, atau karena sumplementasi dan untuk menjaga hal yang tak
diinginkan dari komsumsi mineral, maka terdapat kadar minimal dan maksimal
konsumsi setiap jenis mineral (Sediaoetama 2000).
Daya serap ada perlakuan tubuh terhadap mineral berbeda-beda, sebagai
contoh kalium dapat dengan mudah diserap oleh usus dan beredar dalam darah
tanpa harus ada protein pengikat serta mudah dikeluarkan melalui ginjal. Tetapi,
mineral lain seperti kalsium diserap dan didistribusikan kedarah harus disertai
protein pengikat dan menimbulkan gangguan bila dikonsumsi melebihi
kebutuhan. Interaksi antara mineral satu dengan yang lain juga mempengaruhi
daya serap dan perjalanan mineral. Interaksi tersebut dapat saling meningkatkan
maupun menghambat. Asupan kalsium berlebih akan menurunkan penyerapan zat
besi, demikian juga asupan zat besi berlebih akan menurunkan penyerapan
mineral seng. Mineral diperlukan dalam tubuh dengan jumlah sedikit tapi
manfaatnya sangat besar diantaranya beberapa mineral berfungsi sebagai kofaktor
enzim dalam mengkatalis suatu substrat jadi enzim dapat diaktifkan apabila
memiliki mineral dalam jumlah yang cukup. Mineral juga memiliki fungsi lain
diantaranya melindungi tubuh dari lipid peroksidase dan juga digunakan untuk
mensintesis protein, beberapa lain seperti besi berfungsi dalam menyusun sel
darah merah (Darmono 1995).
Terdapat beberapa sifat spesifik mineral, diantaranya tidak ada perubahan
komposisi kimia sejak dikonsumsi sampai dibuang dari tubuh, tidak ada satu
mineral pun dapat berubah karena karena pengaruh pemanasan, udara, dan asam,
misalnya makanan yang dibakar habis, dan mineral hanya dapat hilang dari
makanan karena larut dalam air selama proses pengolahan. Mineral terdapat
dalam makanan maupun dalam tubuh terutama dalam bentuk ion yang dapat
bermuatan positif maupun negatif. Selain itu, juga terdapat bagian dari senyawa
organik yang berperan dalam metabolisme tubuh (Almatsier 2001).
Komposisi mineral pada tulang umumnya terdiri dari kalsium, fosfor, besi,
kobalt dan bebrapa mineral lain, namun mineral-mineral ini yang paling banyak
ditemukan sebagai penyusun tulang. Abu tulang sapi adalah trikalsium fosfat yang
berasal dari Hidroksiapatit Ca5(OH)(PO4)3. Abu tulang sapi sebagian besar
didominasi oleh senyawa fosfat dengan komponen mineral utama hidroksil apatit,
umumnya pada tulang sapi yang masih basa, berdasarkan bobotnya terdapat 20%
air, 45% abu, dan 35% bahan organik. Abunya mengandung 37% kalsium dan
18.5% posfor (Suharjdo 1886).
Simpulan
Berdasarkan percobaan semua uji yang dilakukan menunjukkan hasil
yang positif, kecuali pada uji sulfat menunjukkan hasil negatif, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pada sampel tulang sapi mengandung berbagai mineral yaitu
klor, magnesium, kalsium, fosfat dan besi.

Daftar Pustaka

Almatsier S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka


Utama.

Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta: UI-Press.

Day RA, Underwood AL. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif. Sopyan I,


penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari : Quantitative Analysis.

Lee J. 1999. Current issues in trace element nutrition of grazing livestock in


Australia and New Zealand. New York : John Willey and Sons.

Lehninger AL. 1998. Dasar-Dasar Biokimia 1. Thenawijaya M, penerjemah.


Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari : Principles of Biochemistry.

Poedjiadi A.  1994.  Dasar-dasar Biokimia.  Jakarta : UI Press.

Sediaoetama. 2000. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta: Dian
Rakyat.

Suharjdo. 1886. Pangan, Gizi dan Pertanian. Jakarta : Universitas Indonesia.

Winarno FG. 2002. Kimia pangan dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Media
Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai