Kompetensi dapat disamakan dengan suatu tindakan cerdas dan bertanggung jawab yang
ditunjukkan oleh seseorang sebagai bukti bahawa ia memang kompeten dalam bidang tersebut.
Tindakan cerdas dan bertanggung jawab tersebut hanya dapat ditunjukkan oleh seseorang jika ia
memiliki ilmu atau pengetahuan yang mantap, keterampilan yang memadai serta sikap yang
memungkinkan yang menunjukkan tidakan tersebut secara cerdas.
Dengan pesatnya perkembangan diberbagai bidang guru dituntut untuk mampu menghasilkan
lulusan yang mampu bersaing dan mampu menghadapi berbagai tantangan. Sebagaimana halnya
dengan standar kompetensi dibidang profesi lainnya, standar kompetensi guru SD di
kembangkan dengan mengacu kepada hal-hal berikut.
3. Berbagai asumsi dan landasan program berupa pernyataan-pernyataan yang dianggap benar
berdasarkan dugaan ahli, penelitian, dan nilai-nilai yang dianut oleh bangsa Indonesia
4. Kompetensi guru SD ynag sudah pernah ada seperti 10 kompetensi guru lulusan SPG
1. Kompetensi Pedagogik
2. Kompetensi Kepribadian
3. Kompetensi Profesional
4. Kompetensi Sosial
Pengelompokan kompetensi dalam permen No. 16/2007 yang mengambil PP No. 19/2005
tampaknya lebih mengacu pada teori bukan pada tugas-tugas nyata seorag guru di lapangan.
Standar kompetensi guru SD/MI terdapat dalan dua dokumen yaitu bukuStandar Kompetensi
guru kelas SD/MI lulusan S1 PGSD Tahun 2006 dan Peraturan Menteri Pendiidkan Nasional No.
16/2007.
Dari dua dokumen tersebut dapat diidentifikasi standar kompetensi guru kelas SD/MI lulusan S1
PGSD, yang terdiri dari 30 kompetensi. Ke 30 kompetensi itu yang merupakan integrasi dari
kompetensi yang terdapat dalam kedua dokumen tersebut.
Semua komopetensi guru SD tercermin secara integrative dalam kinerja guru, baik ketika
merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, mauoun ketika menilai proses dan hasil belajar
siswa. Kompetensi lulusan s1 PGSD mempunyai kelebihan dibandingkan kompetensi lulusan D
II PGSD. Kelebihan tersebut antara lain terletak pada kemampuan memoerbaiki pembelajaran
melalui PTK, kemampuan berperan serta dalam kegiatan pendidikan ditingkat lokal, regional,
nasional, dan global, kemampuan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi baik untuk
kepentingan pembelajaran maupun untutk mengembangkan wawasan.
Penguasaan kompetensi harus diakses dengan prosedur dan instrument yang sesuai dengan
hakikat kompetensi. Penguasaan akademik yang merupakan kawasan kognitif dapat diakses
dengantes, baik tes objektif maupun tes uraian. Ketrampilan dapat diakses melalui pengamatan
unjuk kerja seperti pidato, menunjukkan ketrampilan dasar mengajar, sedangka sikap dan nilai
harus di akses melalui pengamatan dalam kontek otentik akhirnya, unjuk kerja professional
seperti kemampuan mengajar diakses melalui pengamatan dengan menggunakan instrument
seperti APKG.
Berbagai kegiatan dapat dilakukan untuk meningkatkan profesionalitas dalam hal ini, jabaran
kompetensi dapat dijadikan acuan untuk mengembangkan pengalamn belajar atau kegiatan yang
dapat dilakukan oleh guru beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Melakukan refleksi
Ada berbagai wadah atau forum yang meyediakan kesempatan bagi guru untuk mengembangkan
profesionalitas seperti KKG, LPMP, Klinik Pembelajaran, LPTK, PGRI, Kursus-Kursus.
Klinik pembelajaran KB merupakan forum berbagi masalah gagasan pengalaman antara para
guru calon guru dan dosen lptk kegiatan berbagi pengalaman ini dilakukan melalui komunikasi
dijalan sebentar klinik pembelajaran dan melalui komunikasi online yang terbuka bagi semua
guru.
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) merupakan organisasi profesi yang memperjuangkan
hak kesejahteraan serta peningkatan profesionalitas para anggotanya dalam hal ini berbagai
kegiatan yang diselenggarakan oleh PGRI dapat diikuti oleh para guru untuk meningkatkan
profesionalitas.
6. Kursus-Kursus
Sebagai seorang guru yang diharapkan mempunyai akses yang luas ke sekedar informasi tentu
Anda diharapkan menguasai teknologi informasi dan komunikasi tersebut jika ada guru yang
memang belum melek teknologi seyogyanya guru tersebut mengikuti kursus computer, sehingga
dapat menggunakan keterampilan yang diperoleh untuk mengakses berbagai informasi dan
mengkomunikasikannya. Tidak diragukan lagi bahwa penguasaan keterampilan komputer akan
membantu guru untuk meningkatkan profesionalitas nya melalui informasi yang dapat diakses
dari internet.
Berdasarkan pertimbangan ini, forum dapat dipilah menjadi lima jenis berikut:
2. Wadah yang menyelenggarakan program yang dapat diikuti oleh mereka yan memenuhi
syarat tertentu, tetapi juga mempunyai program kegiatan yang dapat diikuti oleh semua guru
yang berminat. Wadah seperti ini adalah LPTK yang menawarkan Program S1 PGSD, S2 dan S3
Pendidikan Dasar.
3. Wadah yang mempunyai anggota khusus dan program kegiatannya wajib diikuti oleh
setiap anggota, yaitu KKG
4. Wadah dengan program terbuka bagi semua guru, seperti Klinik Pembelajaran dan PGRI
Pendidikan di sekolah dikenal dengan istilah pendidikan formal karena semua aspek dalam
pendidikan di sekolah ditata secara formal. Menurut Sukmadinata (2005: 2) salah satu
karakteristik pendidikan formal adalah bahwa pendidikan di sekolah memiliki rancangan
pendidikan atau kurikulum tertulis.
Dengan adanya rancangan atau kurikulum secara tertulis pendidikan di sekolah berlangsung
secara terencana, sistematis, dan lebih didasari karakteristik pendidikan formal tersebut
menunjukkan bahwa kurikulum merupakan syarat mutlak bagi terjadinya pendidikan di sekolah
Kurikulum merupakan panduan yang memberikan jawaban atas pertanyaan untuk apa
pendidikan dilakukan apa yang disampaikan dalam proses pendidikan bagaimana pendidikan
akan dilaksanakan serta Bagaimana mengukur hasil dan proses pendidikan
Hal ini sesuai dengan pengertian kurikulum yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Butir 19 yang menyatakan bahwa
kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Agar kurikulum yang dikembangkan benar-benar membantu peserta didik dalam mencapai
tujuan pendidikan pengembangan kurikulum hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum. Secara umum, terdapat beberapa prinsip yang harus kita perhatikan
dalam mengembangkan kurikulum, Sukmadinata mengemukakan empat prinsip pengembangan
kurikulum yaitu relevansi, fleksibilitas, efisiensi, efektivitas, dan prinsip berkesinambungan.
1. Prinsip Relevansi
Prinsip relevansi sesuai dengan arti katanya prinsip ini menuntut kurikulum sesuai dengan
tuntutan dan kebutuhan perkembangan peserta didik dan perkembangan masyarakat berkenaan
dengan tuntutan dan kebutuhan perkembangan peserta didik kurikulum SD dituntut untuk sesuai
dengan tugas perkembangan peserta didik usia SD serta sesuai dengan proses belajar peserta
didik SD sementara itu berkenaan dengan tuntutan dan kebutuhan perkembangan masyarakat
kurikulum juga harus mampu mempersiapkan peserta didik untuk dapat mengikuti dan
beradaptasi dengan perkembangan masyarakat.
2. Prinsip Efektivitas
Prinsip efektivitas prinsip efektivitas dalam pengembangan kurikulum mengacu pada sejauh
mana kurikulum yang dirancang dapat diimplementasikan atau dilaksanakan dan dicapai di
sekolah.
3. Prinsip Efisiensi
Makna efisiensi secara umum makna efisiensi berkenaan dengan penggunaan sumber daya
dalam rangka pencapaian tujuan dan menerapkan prinsip ini dalam pengembangan kurikulum
kurikulum yang dirancang dapat dilaksanakan dengan lancar dan optimal.
4. Prinsip Fleksibilitas
5. Prinsip berkesinambungan
Prinsip berkesinambungan prinsip ini didasarkan pada pandangan bahwa perkembangan dan
proses belajar anak berlangsung secara berkesinambungan. Oleh karena itu kurikulum yang
dikembangkan neneknya berkesinambungan antara 1 tingkatan kelas dengan kelas berikutnya
antara suatu jenjang pendidikan dengan jenjang pendidikan berikutnya.
Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan pengetahuan kepribadian akhlak
mulia dan keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lanjut. Khusus untuk
jenjang Sekolah Dasar sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 Tahun
2006 tentang standar kompetensi kelulusan pada satuan pendidikan dasar dan menengah setelah
menyelesaikan pendidikan di jenjang SD siswa.
Berkenaan dengan penguasaan peserta didik terhadap standar kompetensi lulusan dan penekanan
pada tahun dengan kemampuan dan kegemaran membaca dan menulis, kecakapan berhitung,
serta kemampuan berkomunikasi, maka kurikulum dan pembelajaran dikembangkan di SD
hendaknya ditekankan pada pembentukan hal-hal berikut.
1. Kemelekwacaan (literacy)
2. Kemampuan berkomunikasi
Mata pelajaran Bahasa Indonesia pada dasarnya diarahkan untuk mengembangkan kemampuan
peserta didik dalam menggunakan Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi baik secara formal
maupun informal.
IPA adalah pengetahuan tentang gejala alam yang dapat mengidentifikasikan sebagai: cara
berpikir untuk memahami alam semesta, cara melakukan investigasi, dan ilmu pengetahuan yang
dihasilkan dari penyelidikan.
IPS memiliki kekhasan dibandingkan dengan mata pelajaran lain sebagai pendidikan disiplin
ilmu yakni kajian yang bersifat terpadu, interdisipliner, multidimensional, bahkan cross
disipliner.
A. Hakikat KTSP
Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum yang bersifat desentralistik
karena dikembangkan oleh satuan pendidikan. Meskipun ktsp bersifat desentralistik, kurikulum
yang dikembangkan satuan pendidikan harus mengacu pada standar kompetensi lulusan dan
standar isi yang telah ditetapkan secara nasional oleh Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP).
KTSP terdiri atas dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan
kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.
1. Tujuan Pendidikan SD
Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan pengetahuan kepribadian, akhlak
mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh peserta
didik dalam kegiatan pembelajaran. Aspek-aspek yang harus tercantum dalam struktur dan
muatan kurikulum mencakup Mata Pelajaran, Muatan Lokal, Pengembangan Diri, Pengaturan
Beban Belajar, Ketuntasan Belajar, Kenaikan Kelas dan Kelulusan, Pendidikan Kecakapan
Hidup, serta Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global.
3. kalender pendidikan SD
Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik selama
satu tahun ajaran yang mencakup permulaan tahun pelajaran, minggu efektif belajar, waktu
pembelajaran efektif, dan hari libur.
4. Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan atau kelompok ada pelajaran atau tema
tertentu yang mencakup standar kompetensi kompetensi dasar, materi pokok atau pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, indicator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar.
Pengembangan kurikulum oleh satuan pendidikan atau KTSP merupakan realisasi dari kebijakan
pemerintah dengan diberlakukannya UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
yang berkenaan dengan wewenang pengembangan pengelolaan dan pelaksanaan pendidikan.
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam penyusunan KTSP adalah analisis konteks yang
mencakup kegiatan berikut.
1. Mengidentifikasi standar isi dan standar kompetensi lulusan sebagai acuan dalam
penyusunan KTSP
2. Menganalisis kondisi yang ada di satuan pendidikan yang meliputi peserta didik pendidik
dan tenaga kependidikan sarana dan prasarana biaya serta program-program
3. Menganalisis peluang dan tantangan yang ada di masyarakat serta lingkungan sekitar,
komite sekolah, dewan pendidikan, dinas pendidikan, asosiasi profesi dunia industri dan dunia
kerja, sumber daya alam serta sosial budaya.
Hasil analisis konteks tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam kemampuan yang harus
dimiliki peserta didik serta strategi dan implementasi kurikulum. Langkah berikutnya adalah
menyusun silabus silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu dan atau kelompok mata
pelajaran atau tema tertentu silabus disusun untuk seluruh alokasi waktu yang disediakan untuk
mata pelajaran atau tema telah na penyelenggaraan pendidikan di tingkat satuan pendidikan.
1. Ilmiah
2. Relevan
3. Sistematis
4. Konsisten
5. Memadai
7. Flexible
8. Menyeluruh
Berdasarkan Peraturan Mendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, pelaksanaan
kurikulum di sekolah hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip berikut.
1. Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi perkembangan dan kondisi peserta didik.
4. Kurikulum dimaksudkan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling
menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat dengan prinsip Ing Ngarso Sung Tuladha,
Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani.
1. Tim penyusun yang terdiri atas guru, konselor, dan kepala sekolah
2. Komite sekolah
4. Dinas pendidikan
Bahan ajar berisi konten-tertulis, melalui media atau difasilitasi guru, yang digunakan siswa
untuk mencapai tujuan pembelajaran atau kompetensi yang diharapkan. Berbagai contoh bahan
ajar adalah:
1. Buku teks, biasanya merupakan buku pegangan bagi guru dan siswa.
2. Media taktil (manupulatives), adalah bahan yang digunakan dalam mempelajari suatu
konsep, seperti pasir yang digunakan untuk membuktikan rumus volume tabung.
3. Progam audio, adalah bahan ajar yang digunakan untuk mengembangkan kemampuan
mendengar para siswa.
4. Program video, adalah bahan ajar yang menyajikan demonstrasi atau stimulasi dari suatu
konsep.
5. Lembar kerja siswa, merupakan lembaran panduan yang digunakan oleh siswa baik secara
individual atau kelompok untuk mengerjakan suatu tugas dari guru.
6. Handsout, adalah lembaran lepas yang berisi materi pelajaran yang dibagikan kepada siswa.
Contohnya bahan seminar yang berisi materi yang ditayangkan kepada peserta seminar.
7. Surat kabar, majalah, internet, yaitu bahan ajar yang berupa artikel-artil.
Bahan ajar yang sering digunakan guru adalah buku teks dan LKS atau buku kerja siswa. Secara
umum, buku teks sebagai bahan ajar hendaknya mengandung komponen-komponen tujuan
pembelajaran, uraian materi dan evaluasi. Sedangkan komponen yang ada dalam LKS,
hendaknya berisi komponen tujuan, materi/sumber, waktu, cara kerja, hasil yang diharapkan dan
tindak lanjut.
Sementara itu, ada kelemahan bahan ajar yang digunakan di SD, diantaranya adalah salah
konsep, tidak memadainya cakupan materi yang disajikan, penggunaan ilustrasi yang kurang
tepat, penyajian evaluasi yang tidak sesuai dengan aturan pengembangan alat evaluasi, dan
penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.
KB 2 : PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DI SD
1. Penulisan sendiri. Dengan menulis sendiri, guru dapat menyediakan bahan ajar yang sesuai
dengan karakteristik siswa yang dihadapainya serta kondisi lingkungan. Tetapi guru dituntut
untuk memiliki keterampilan dan pengalaman dalalm menulis bahan ajar serta waktu dan sumber
belajar yang tersedia.
2. Penggunaan bahan ajar yang sudah tersedia. Dalam hal ini, guru tinggal menggunakan bahan
ajar yang ada. Tetapi tidak semua bahan ajar yang ada sesuai dengan karakteristik siswa yang
dihadapi guru serta kondisi linbgkungan.
Langkah yang dapat dilakukan guru dalam menulis bahan ajar adalah:
Ada beberapa kriteria yang dijadikan pedoman dalam memilih bahan ajar, antara lain:
Ø Kriteria psiko-pedagogis, berkenaan dengan teori dan asumsi tentang proses terjadinya belajar
pada seseorang.
Ø Kriteria yang berpusat pada tujuan, memusatkan perhatian pada isi pembelajaran.
Ø Kriteria yang berkenan dengan siswa, kesesuaian bahan ajar dengan kelompok target
pengguna bahan ajar tersebut.
Ø Kriteria yang berpusat pada konteks, berkenaan dengan kesesuaian bahan ajar yang dipilih
dengan konteks pembelajaran.
Ø Kriteria yang berpusat pada proses belajar, berkenaan dengan ketepatan penyajian isi bahan
ajar.
3. Onrnstein (1990)
Ø Tujuan (objective)
Ø Keterbacaan (readability)
Ø Kegunaan (utility)
Ø Kognisi (cognition)
Ø Audio-visual
Kendala proses belajar mengajar yang selama ini ditemukan adalah kurang memadainya sarana
dan prasarana penunjang yang ada. Sarana prasarana pendidikan merupakan salah satu
komponen yang menunjang keberhasilan atau ketercapaian tujuan pendidikan. Bagi yang
mengajar di daerah geografis terpencil sarana prasarana kurang mendukung sehingga yang
materi yang disampaikan adalah kenyataan yang ditemukan setiap hari. Bagi yang mengajar di
daerah yang telah dilengkapi dengan sarana prasarana maka akan lebih mudah dan maju.
Yang menjadi sumber terbatasnya sarana dan prasarana bagi suatu sekolah, yaitu:
1. Letak geografis yang jauh sehingga untuk menjangkaunya diperlukan waktu dan alat
transportasi yang memadai,
B. METODE PEMBELAJARAN
1. Guru belum menguasai bahan ketika belajar atau kuliah dan guru mengajarkan yang bukan
bidangnya,
2. Banyak guru yang dalam mengajar hanya menggunakan model yang sama, mereka kurang
menguasai berbagai model pembelajaran yang sesuai perkembangan anak didik dan sesuai teori
pendidikan yang baru.
Perbandingan antara guru yang mengajar di daerah terpencil dengan guru yang mengajar di kota
sangat jauh. Dari segi kuantitas, jumlah guru sebetulnya telah memadai, tetapi sisi pemerataan
dan kualitasnya belum sesuai.
A. PEBELAJARAN KONTEKSTUAL
Pembelajaran Konstekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan anatara
materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan anatar pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-
hari.
Pembelajaran Konstektual adalah salah satu strategi pembelajaran yang berhubungan dengan :
1. Fenomena kehidupan sosial masyarakat, bahasa, lingkungan hidup, harapan dan cita
tumbuh.
1. Konstruktivisme( constructivism)
2. Bertanya (questioning)
3. Menemukan (inquiry)
5. Pemodelan (modeling)
Pembelajaran ini menekankan pada daya pikir yang tinggi, transfer ilmu pengetahuan,
mengumpulkandan menganalisis data, memecahkan masalah tertentu dengan baik secara
individu maupun kelompok.
B. PEMBELAJARAN PAKEM
PAKEM merupakan salah satu strategi pembelajaran yang didefinisikan sebagai pembelajaran
yang partisipatif, aktif,kreatif, efektif, dan menyenangkan. PAKEM berusaha memfasilitasi siswa
agar lebih banyak mengalami belajarb bersama dengan berbagai karakter manusia sehingga
siswa lebih siap terjun ke masyarakat.
PAKEM dalam perspektif guru adalah, guru aktif memantau kegiatan belajar siswa, memberi
umpan balik, mengajukan pertanyaan yang menantang, dan mempertanyakan gagasan siswa.
Kreatif mengembangkan kegiatan yang beragam, dan membuat alat bantu belajar
sederhana. Efektif, sehingga pembelajaran mencapai tujuan pembelajaran,
dan menyenangkan ,yaitu anak tidak takut salah, tidak takut ditertawakan, dan tidak dianggap
sepele.
Dalam menata ruangan kelas, hendaknya dibuat menarik. Misalnya dengan memajang berbagai
hasil karya siswa, berbagai sumber belajar yang dapat membuat suasana kelas menyenangkan,
Aktivitas mental siswa merupakan hal yang lebih penting untuk dilatih dari pada aktivitas
fisik, Aktivitas semacam ini muncul jika suasana belajar berlangsung dengan nyaman, sehingga
siswa bebas dari rasa takut ditertawakan, diabaikan, atau dimarahi oleh guru.
Model pembelajaran kooperatif dan kolaboratif merupakan suatu model pembelajaran yang
mengutamakan adanya kelompok-kelompok yang bersifat heterogen (kemampuan, suku dan
budaya, serta jenis kelamin). Model pembelajaran kooperatif dan kolaboratif mengutamakan
kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan
keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran ini, siswa diajak
untuk mencoba menyelami karakteristik kehidupan yang heterogen dengan berbagai macam
perbedaan karakter yang ada.
Model pembelajaran ini didasarkan pada teori konstruktivisme yang dikembangkan Vygotsky
(sosial dan emosional) yang menyimpulkan bahwa siswa mengonstruksi pengetahuan atau
menciptakan makna atas dasar pemikiran dan hasil interaksi dalam sustu konteks sosial.
Pembelajaran yang dilaksanakan pada dasarnya merupakan aktivitas mengaktifkan,
menyentuhkan, mempertautkan, menumbuhkan, mengembangkan, dan membentuk pemahaman
melalui penciptaan kegiatan, pembangkitan penghayatan, internalisasi, proses penemuan
jawaban pertanyaan, dan rekonstruksi pemahaman melalui refleksi yang berlangsung secara
dinamis, atas dasar keberagaman pemikiran sebagai wujud nyata perbedaan yang ada di antara
para siswa.
Perhatikan ilustrasi berikut!
Ilustrasi:
Pak Gun adalah guru kelas 6 di sebuah SD di daerah yang mata pencaharian penduduknya
adalah menyadap nira kelapa kemudian diproses menjadi gula jawa. Jumlah siswa kelas 6 yang
diajar pak Gun berjumlah 25 siswa. Suatu ketika, dalam mata pelajaran IPS, Pak Gun
mengajarkan materi sumber daya alam dan rangkaian kegiatan ekonomi. Aktivitas
pembelajaran yang dipilih adalah dengan menugaskan secara kelompok, yang masing-masing
terdiri atas 5 siswa, untuk mengidentifikasi siklus perekonomian yang menjadi mata rantai di
desa mereka selama satu minggu. Dari 5 kelompok yang terbentuk, Pak Gun memberikan tugas
yang berbeda. Kelompok 1-2 diberi tugas mendeskripsikan manfaat industri pengolahan gula
jawa dalam menciptakan lapangan pekerjaan masyarakat. Kelompok 3-4 diberi tugas untuk
mengevaluasi harga gula jawa di tingkat perorangan, tengkulak, dan harga pasaran. Sementara
kelompok 5 diberi tugas untuk melihat risiko yang dihadapi penyadap ketika melakukan aktivitas
keseharian di musim hujan. Dalam paparan tiap kelompok, masing-masing kelompok
mengajukan argumen masing-masing ada yang pro dan ada yang kontra. Kelompok 3
menganggap bahwa tengkulak menjadi sumber malapetaka yang memainkan harga hula jawa,
sedangkan kelompok 4 berpendapat bahwa tengkulak justru membantu memudahkan para
warga menjual gula jawa hasil olahannya. Pak Gun memberikan ulasan yang sangat positif
bahwa semua hasil pendeskripsian yang mereka sampaikan benar. Pak Gun justru senang
dengan adanya perbedaan pendapat antara siswa. Pak Gun kemudian menyimpulkan bahwa
terdapat sisi positif dan negatif adanya tengkulak bagi penyadap nira. Selain mendapatkan
keuntungan yang kecilkarena sudah dililit sistem ijon, mereka tidak ada piliha lain karena
memang itulah mata pencaharian yang layak untuk mereka dengan kondisi desa yang berbukit-
bukit, tanah pertanian memang tidak bersahabat.
Terdapat lima langkah yang telah dilakukan Pak Gun dalam penerapan model pembelajaran
kooperatif dan kolaboratif:
2. Pemanfaatan lingkungan siswa untuk memperoleh pengalaman belajar, karena Pak Gun
memberikan penugasan yang dapat dilakukan dari berbagai sudut pandang dalam konteks
kehidupan para penyadap nira kelapa di lingkungan tempat tinggal, yaitu bagaimana para
masyarakat dihadapkan pada pilihan pekerjaan menjadi penyadap nira dan permasalahan yang
menyertainya.
3. Pemberian aktivitas kelompok, karena aktivitas belajar yang dilakukan oleh anak secara
berkelompok selama satu minggu untuk menyelesaikan tugas yang diberikan Pak Gun dapat
memperluas perspektif serta membangun interpersonal untuk berhubungan dengan orang lain.
Pak Gun membagi siswa menjadi 5 kelompok merupakan strategi yang tepat untuk
mengefektifkan hasil yang diharapkan.
4. Pembuatan aktivitas belajar mandiri, karena Pak Gun secara tidak langsung telah
mengarahkan para siswa untuk mencari, menganalisis dan menggunakan informasi dengan
sedikit atau bahkan tanpa bantuan guru. Hal ini sesuai dengan pembelajaran kontekstual yaitu
siswa harus mengidentifikasi masalah yang menjadi penugasan, menyediakan waktu yang cukup,
menyusun refleksi, serta berusaha tanpa meminta bantuan guru supaya dapat melakukan proses
pembelajaran secara manduru bersama kelompoknya (independent learning).
5. Penerapan penilaian autentik, karena yang dilakukan Pak Gun di akhir pembelajaran sudah
membantu siswa untuk menerapkan informasi akademik dan kecakapan yang telah diperoleh
pada situasi nyata untuk tujuan tertentu sehingga dapat membantu siswa untuk menunjukkan apa
yang telah mereka pelajari.
Hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan pembelajaran yang efektif, yaitu mempersiapkan
dalam bentuk analisis masalah di lingkungan sekitar yang disesuaikan dengan silabus, kemudian
mengidentifikasi kompetensi yang akan dicapai untuk memilih model pembelajaran yang tepat.
Selain itu, guru harus memberikan penghargaan kepada siswa.
MODUL 11
Menurut Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin (2008: 3– 4) ada dua istilah, yaitu
“program” dapat diartikan sebagai “rencana”. Jika seorang siswa ditanya oleh guru, apa
programnya setelah lulus dalam menyelesaikan pendidikan di sekolah yang diikuti, maka arti
adalah rencana atau rancangan kegiatan yang akan dilakukansetelah lulus. Rencana ini mungkin
berupa keinginan untuk melanjutkan ke pendidikan yanglebih tinggi, mencari pekerjaan,
membantu orang tua dalam membina usaha, atau mungkin juga belum menenukan program
apapun.
Apabila program ini langsung dikaitkan dengan evaluasi progam, maka programdidefinisikan
sebagai satu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atauimplementasi dari suatu
kebijakan, berlangsung dalam program yang berkesinambungan, danterjadi dalam suatu
organisasi yang melibatkan sekelompok orang. Dalam pengertian tersebutada empat unsur pokok
untuk dapat dikategorikan sebagai program, yaitu:
1.
Kegiatan yang direncanakan atau dirancang dengan seksama. Bukan asal rancangan,
tetapirancangan kegiatan yang disusun dengan pemikiran yang cerdas dan cermat,
2.
Kegiatan tersebut berlangsung secara berkelanjutan dari satu kegiatan ke kegiatan yang
lain.Dengan kata lain ada keterkaitan antar kegiatan sebelum dengan kegiatan sesudahnya,
3.
4.
Pembelajaran merupakan salah satu bentuk program, karena pembelajaran yang baikmemerlukan
perencanaan yang matang dan dalam pelaksanaanya melibatkan berbagai orang, baik guru
maupun siswa, memiliki keterkaitan antara kegiatan pembelajaran yang satu dengankegiatan
pembelajaran yang lain, yaitu untuk mencapai kompetensi bidang studi yang padaakhirnya untuk
mendukung pencapaian kompetensi lulusan, serta berlangsung dalam organisasi.Agar
pembelajaran bisa berjalan dengan efektif dan efisien, maka perlu kiranya dibuat suatu program
pembelajaran. Menurut menurut Sudarwan Danim (2007: 12 -13, Program pembelajaran yang
biasa disebut juga dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)merupakan panduan bagi
guru atau pengajar dalam melaksanakan pembelajaran. Program pembelajaran yang dibuat oleh
guru tidak selamanya bisa efektif dan dapat dilaksanakan dengan baik, oleh karena itulah agar
program pembelajaran yang telah dibuat yang memiliki kelemahantidak terjadi lagi pada
program pembelajaran berikutnya, maka perlu diadakan evaluasi program pembelajaran.
Evaluasi program
Sarana dan prasarana SD pada umumnya sangat bervariasi, dari yang paling terbatas sampai
yang paling mewah. Namun gambaran ideal sarana dan prasarana yang seyogyanya tersedia
sesuai dengan yang di tetapkan dalam perundangan.
PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 42 menetapkan bahwa
sarana dan prasarana yang harus ada pada setiap satuan pendidikan sebagai berikut :
1. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan
pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta
perlengkapan lain yang di perlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan
berkelanjutan.
2. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan,ruang kelas, ruang
pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang
laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa,
tempat berolah raga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berekreasi dan ruang/ tempat lain
yang di perlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
Sebuah SD yang ideal seyogianya mempunyai sarana dan prasarana belajar yang lengkap seperti
yang dideskripsikan di atas. Namun tidak selamanya demikian, masih banyak SD yang serba
kekurangan. Menyimak uraian diatas tidak dapat dipungkiri, bahwa peran sarana dan prasarana
di SD sebgai penunjang berlangsungnya pembelajaran, sangat tergantung dari kreativitas yang
memanfaatkannya, dalam ini guru, siswa, dan tentu saja kepala sekolah, sarana dan prasarana
yang melimpah tidak akan berfungsi sama sekali jika guu dan siswa tida mau memanfaatkannya.
Sebaliknya jika dimanfaatkan secara efektif akan mampu memernkan fungsi maksimal sebagai
penunjang kegiatan pembelajaran.
PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 35 menetapkan bahwa;
“tenaga kependidikan pada SD/ MI atau bentuk lain yang sederajat sekurang-kurangnya terdiri
atas kepala sekolah, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, dan tenaga kebersihan
sekolah/madrasah”. Pada kenyataannya, Sumber Daya Manusia (SDM) di SD ( pendidik dan
tenaga kepandidikan) terdiri dari guru, kepala sekoah dan penjaga sekolah yang merangkap
sebagai tenaga kebersihan. Umunya tenaga administrasi dan pustakawan tidak ada di SD.
Menurut PP No. 19 Tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan, pasal 38 ayat 2. Kriteria
untuk menjadi kepala SD/MI adalah sebagai berikut :
2. Memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagi agen pembelajaran sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku
1. Kompetensi kpepribadian
2. Kompetisi manajerial
3. Kompetensi Supervisi
4. Kompetisi sosial
Meskipun banyak yang mengatakan bahwa kemauan dan kemampuan adalah modal utama dalam
menjalankan satu usaha, termasuk penyelenggaraan pendidikan, namun tidak dpat di pungkiri
bahwa dana sering merupakan kunci utama berlangsung tidaknya satu kegiatan.
Standar pembiayaan yang merupakan pasal 62 Peraturan Pemerintah Nomor 19/2005 tentang
standar Nasional pendidikan mencantumkan ketentuan-ketentuan berikut :
1. Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya operasional.
2. Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi biaya
penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya manusia dan modal kerja tetap.
3. Biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk
bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.
a. Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji
b. Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai
c. Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa biaya ar, jasa telekomunikasi, pemeliharaan
sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dll.
Bagi SD yang sarana dan prasarana yang sangat terbatas bisa menggunakan atau memanfaatkan
lingkungan sekolah di luar SD. Kunci dari semua ini adalah prakarsa dari kepala sekolah dan pak
guru, kemudian diikuti dengan jalinan komunikasi yang baik antara sekolah dan perangkat atau
pamong desa. Tanpa adanya prakarsa, keterbatasan sarana dan prasarana akan merampas
kesempatan sisiwa untuk menghayati proses pembelajaran yang menantang, dan semestinya
dihayati.
v Berstatus sebagai guru sekurang – kurangnya 8 tahun atau kepala sekolah sekurang –
kurangnya 4 tahun
Kebijakan dan koordinasi yang dilakukan oleh dinas pendidikan provinsi yang berkaitan dengan
penyelenggaraan pendidikan di SD, antara lain meliputi hal-hal sebagai berikut:
v Penetapan kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan kualifikasi dan kemampuan guru
sebagai pendidik profesional
Kebijakan dan koordinasi yang dikeluarkan dan dilakukan oleh Dinas Pendidikan
kabupaten/kota, antara lain sebagai berikut :
Dewan pendidikan adalah lembaga mandiri yang beranggotakan berbagai unsur masyarakat yang
peduli pendidikan. Komite sekolah adalah “lembaga mandiri yang beranggotakan orang tua/wali
peserta didik, komunitas sekolah, serta toko masyarakat yang peduli pendidikan” (UU No.
20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1).
Setiap sekolah, termasuk SD mempunyai komite sekolah, sedangkan dewan pendidikan hanya
ada di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota. Peran komite sekolah ini sangat sentral
dalam penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah
C. Dana
Dana penyelenggaraan pendidikan di SD berasal dari berbagai sumber, yaitu yang utama dari
pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Di samping itu, dana pendidikan juga berasal dari
orang tua murid/masyarakat yang disalurkan melalui komite sekolah, yang peruntukkannya
sudah dirancang terlebih dahulu.
Dana BOS atau bantuan operasional sekolah merupakan program pemerintah yang berasal dari
dana subsidi BBM yang bertujuan untuk membebaskan biaya bagi siswa yang tidak mampu dan
meringankan bagi siswa lain dalam rangka menuntaskan wajib belajar 9 tahun. Yang berhak
menerima dana BOS adalah semua sekolah tingkat SD dan SMP, baik negeri maupun swasta di
seluruh undonesia. Penggunaan dana BOS meliputi pembiayaan kegiatan berikut ini :
4. Kegiatan kesiswaan.
5. Ulangan harian, ulangan umum, ujian sekolah, dan laporan hasil belajar siswa.
7. Perawatan sekolah.
12. Pengelolaan BOS
4. Pemblokiran dana