Anda di halaman 1dari 13

GAMBARAN STRES KERJA PERAWAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT

RSUD MADIUN

Dosen : Arum S.Pd, M.Pd

Oleh :

Dara Ayu Tri Prasasti

201902056

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA MULIA

MADIUN

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunianya
saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “GAMBARAN STRES KERJA
PERAWAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD MADIUN”. Sholawat serta salam
tak lupa saya panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, serta terhadap para
sahabatnya dan umatnya.

Selama penulis mengerjakan ini tidak terlepas dari berbagai hambatan, namun berkat
bimbingan, bantuan dan kerjasama sehingga penulis dapat menyelesaikannya dengan baik.
Oleh karena itu dengan kerendahan hati, perkenankan penulis menyampaikan penghargaan
dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
D. Manfaat Masalah
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Stres
1. Definisi Stres
2. Penyebab Stres
3. Faktor-Faktor yang memengaruhi Stres
B. Stres Kerja
1. Definisi Stres Kerja
2. Faktor Penyebab Stres Kerja
3. Dampak Stres Kerja
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Stres kerja merupakan salah satu masalah yang seriusdi dunia. Sebuah survei nasional
oleh North western National Life Insurance Company (1991) menunjukkan bahwa hampir
46% dari pekerja Amerika merasa bahwa pekerjaan mereka penuh dengan stres, sedangkan
hampir 27% mengatakan bahwa pekerjaan mereka adalah sumber terbesar tunggal dari stres
dalam kehidupan mereka (Muchinsky, 2003). Selye (1950, dalam Hidayat, 2009) mengatakan
bahwa stres dapat terjadi apabila seseorang mendapat tugas atau beban yang berat tetapi
orang tersebut tidak dapat mengatasi tugas yang di bebankan itu. Apabila seseorang dengan
beban tugas yang berat tetapi mampu mengatasi beban tersebut dengan tubuh berespon
dengan baik, maka orang itu tidak mengalami stres.Ada banyak faktor dalam kehidupan
manusia yang dapat mengakibatkan stres. Dalam dunia kerja segala hal dapat menjadi sumber
stres bagi individu.Sumber stres tersebut tidak hanya datang dari satu macam pembangkit
stres tetapi dari beberapa pembangkit stres yang dapat menyebabkan seseorang tidak
berfungsi optimal bahkan membuat seseorang jatuh sakit. Sebagian besar dari sumber stres
tersebut diperoleh dari lingkungan pekerjaan, karena hal itulah lingkungan pekerjaan
mempunyai pengaruh yang besar terhadap kesehatan 2 seseorang yang bekerja dan
keberhasilan seorang tenaga kerja dalam bekerja(Munandar, 2001). Stres kerja juga dapat
muncul dari dalam diri, misalnya menetapkan tujuan yang tidak realistis, berusaha untuk
berubah terlampau banyak dan terlampau cepat (Looker & Gregson, 2005).Ellis, dkk (2000)
menyatakan bahwa fenomena stres kerja biasa dialami oleh orang-orang yang terjun dalam
profesi kesehatan. Stres yang dialami oleh petugas kesehatan sering di akibatkan oleh
ketegangan emosional yangberkaitan dengan sifat pekerjaan mereka. Salah satu dari profesi
tersebut adalah perawat. Perawat dalam melaksanakan tugasnya, tidak jarang harus
berhadapan dengan berbagai macam tekanan, baik yang berasal dari pekerjaan maupun
dariluar pekerjaannya. Lambert & Lambert (2008) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
perawat berhadapan dengan berbagai macam pembangkit stres di tempat kerja. Kekurangan
jumlah perawat di seluruh dunia, jumlah penduduk lansia menjadi lebih besar, peningkatan
kejadian penyakit kronik danteknologi yang semakin canggih juga berkontribusi pada sumber
stres kerja. Perawat yang kesulitan mengatasi stres di tempat kerja akan berdampak pada
kualitas kerja perawat yang buruk dan produktivitas yang rendah. Selain itustres kerja juga
mengakibatkan motivasi kerja, kepuasan kerja, moral, dan komitmen memburuk karena stres
yang berlebihan (Griffin, 2004)
Stres yang berkepanjangan dapat berdampak pada aspek dan sistem tubuh seseorang.
Stres berdampak pada emosional, kognitif, fisiologis, dan perilaku (Potter dan Perry, 2009).
Stres secara terus menerus dapat menyebabkan ketegangan secara fisik, emosi, sosial,
psikologis, perubahan spritual. Respon stres yang terjadi fisik secara berulang dapat
menyebabkan ketegangan dan kelelahan. Respon yang terjadi secara psikologi dapat
menyebabkan kecemasan, depresi, ketakutan, marah (Hawari, 2011). Ketegangan pada diri
individu dapat menimbulkan perilaku negatif seperti konsumsi alkohol, merokok, absensi
permusuhan dan agresi perilaku ini akhirnya menurunkan produktivitas dan efisiensi secara
signifikan dapat menghambat upaya keselamatan pasien dan efektifitas dari organisasi
(Siringoringo, 2011).
Stres kerja merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan, karena dengan
diketahuinya stres kerja pada perawat akan membantu sebuah rumah sakit untuk menentukan
kebijakan yang tepat guna meminimalkan stres kerja yang dialami oleh perawat. Stres kerja
bila ditangani dengan tepat akan berpengaruh dengan meningkatnya kinerja perawat dan
pencapaian tujuan dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Namun, apabila stres kerja yang
dialami oleh perawat bila 3 tidak ditangani akan berdampak buruk pada kinerja perawat
teratama dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Tingkat stres kerja
perawatunit rawat inap dan perawat unit gawat darurat. Perawat unit rawat inapmemiliki
tingkat stres kerja yang lebih besar dibandingkan dengan perawat unitgawat darurat. Hal
tersebut disebabkan oleh beberapa hal diantaranya yaituperawat unit rawat inap melakukan
rutinitas yang relatif sama setiap hari,perawat yang bertugas sedikit, kondisi kerja tidak
kondusif, dan rekan kerjayang tidak dapat bekerja sama dengan baik.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam
penyelesaian ini adalah bagaimanakah gambaran stres kerja perawat di instalasi gawat darurat
RSUD Madiun ?
3. Tujuan Masalah
Diketahui gambaran stres kerja perawat di instalasi gawat darurat RSUD Madiun.
4. Manfaat Masalah
Penyelesaian ini diharapkan dapat menjadi dasar dalam konsep stres kerja pada bidang
keperawatan. Manfaat lain dari penyelesaian ini supaya dapat menjadi bahan informasi dan
pengembangan keilmuan yang berkelanjutan di Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. STRES
1. Definisi Stres
Selye (1982 dalam Ali Maskum, 2008) menyatakan definisi stres sebagai respon non
spesifik dari tubuh di setiap tuntutan. Robbins (2001) menyatakan bahwa stres merupakan
suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai sesuatu kesempatan
di mana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Weinberg
dan Gould (2003) mendefinisikan stres sebagai “a substantial imbalance between demand
(physical and psychological) and response capability, under condition where failure to meet
that demand has importance concequences”. Artinya, ada ketidakseimbangan antara tuntutan
(fisik dan psikis) dan kemampuan memenuhinya. Gagal dalam memenuhi kebutuhan tersebut
akan berdampak krusial. Anoraga (dalam Anggraeni, 2003) berpendapat bahwa stres
merupakan tanggapan seseorang, baik secara fisik maupun secara mental terhadap suatu
perubahan di lingkungannya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya
terancam.

Berdasarkan pengertian di atas, stres dapat disimpulkan yaitu gangguan mental yang dihadapi
seseorang akibat adanya tekanan. Tekanan ini muncul dari kegagalan individu dalam
memenuhi kebutuhan atau keinginannya. Tekanan ini bisa berasal dari dalam diri, atau dari
luar.

2. Penyebab Stres

Menurut Brannon & Feist (2007) dan Myers (1996), stres dapat berasal dari tiga sumber,
yaitu:

Katastrofi. Katastrofi adalah kejadian besar yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak dapat
diprediksi, misalnya bencana alam dan perang.

Perubahan kehidupan. Perubahan kehidupan seseorang dapat memicu terjadinya stres.


Misalnya perceraian, kematian orang yang dicintai, dan kehilangan pekerjaan.

Kejadian sehari-hari. Kejadian sehari-hari yang dapat menimbulkan stres misalnya jadwal
kerja yang padat, lalu lintas yang macet, dan antrian yang panjang di kasir, loket, atau bank.
Menurut Rasmun (2004), stresor adalah variabel yang dapat diidentifikasi sebagai penyebab
timbulnya stres. Sumber stres dapat berasal dari dalam tubuh dan luar tubuh. Stres terjadi
apabila stresor tersebut dirasakan dan dipersepsikan sebagai ancaman sehingga menimbulkan
kecemasan yang merupakan awal dari gangguan kesehatan fisik dan psikologis.

Beberapa jenis stresor adalah sebagai berikut:

 Stresor biologik. Stresor biologik dapat berupa bakteri, virus, hewan, binatang,
tumbuhan, dan berbagai macam makhluk hidup yang dapat mempengaruhi kesehatan.
Tumbuhnya jerawat, demam, dan digigit binatang dipersepsikan dapat menjadi stresor dan
mengancam konsep diri individu.

 Stresor fisik. Stresor fisik dapat berupa perubahan iklim, suhu, cuaca, geografi, dan
alam. Letak tempat tinggal, demografi, jumlah anggota dalam keluarga, nutrisi, radiasi,
kepadatan penduduk, imigrasi, dan kebisingan juga dapat menjadi stresor.

 Stresor kimia. Stresor kimia dapat berasal dari dalam tubuh dan luar tubuh. Contoh
stresor yang berasal dari dalam tubuh adalah serum darah dan glukosa sedangkan stresor
yang berasal dari luar tubuh misalnya obat, alkohol, nikotin, kafein, polusi udara, gas
beracun, insektisida, pencemaran lingkungan, bahan-bahan kosmetika, bahan pengawet,
pewarna, dan lain-lain.

 Stresor sosial dan psikologik. Stresor sosial dan psikologik misalnya rasa tidak puas
terhadap diri sendiri, kekejaman, rendah diri, emosi yang negatif, dan kehamilan.

 Stresor spiritual. Stresor spiritual yaitu adanya persepsi negatif terhadap nilai-nilai
ketuhanan.

3. Faktor – faktor yang memengaruhi stres

Menurut Atkinson & Hilgard (1996), tingkat stres tergantung pada sejumlah faktor.
Faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu:

 Kemampuan memperkirakan. Ketika seseorang mampu memperkirakan kapan stres


muncul, walaupun dia nggak bisa mengontrolnya, biasanya akan mengurangi tingkat stres.

 Kontrol atas jangka waktu. Ketika seseorang mampu mengontrol jangka waktu


kejadian yang penuh stres, akan mengurangi tingkat stres.
 Evaluasi kognitif. Kejadian stres yang sama, dampaknya bisa berbeda pada tiap orang.
Hal ini tergantung pada situasi apa yang berarti bagi orang tersebut.

 Perasaan mampu. Kepercayaan seseorang atas kemampuannya menanggulangi stres


merupakan faktor utama dalam menentukan kerasnya stres.

 Dukungan masyarakat. Dukungan emosional dan adanya perhatian orang lain dapat
membuat seseorang sanggup bertahan dalam menghadapi stres. Makanya cari pasangan
sana biar nggak stres.

Menurut Rasmun (2004), setiap individu akan mendapat efek stres yang berbeda-beda.
Hal ini bergantung pada beberapa faktor, yaitu:

 Kemampuan individu mempersepsikan stresor. Jika stresor dipersepsikan berakibat


buruk bagi individu tersebut, maka tingkat stres yang dirasakan akan semakin berat.
Sebaliknya, jika stresor dipersepsikan tidak mengancam dan individu tersebut mampu
mengatasinya, maka tingkat stres yang dirasakan akan lebih ringan.

 Intensitas terhadap stimulus. Jika intensitas serangan stres terhadap individu tinggi,
maka kemungkinan kekuatan fisik dan mental individu tersebut mungkin tidak akan
mampu mengadaptasinya. Misalnya revisi skripsi. Sekali dua kali nggak masalah. Tapi
kalo tiap ketemu revisi terus, ya stres kan.

 Jumlah stresor yang harus dihadapi dalam waktu yang sama. Jika pada waktu yang
bersamaan bertumpuk sejumlah stresor yang harus dihadapi, stresor yang kecil dapat
menjadi pemicu yang mengakibatkan reaksi yang berlebihan. Yaaa misalnya pulang abis
diputusin pacar, kehujanan, bannya pecah pula. Hmmmm kumplit.

 Lamanya pemaparan stresor. Memanjangnya lama pemaparan stresor dapat


menyebabkan menurunnya kemampuan individu dalam mengatasi stres.

 Pengalaman masa lalu. Pengalaman masa lalu dapat mempengaruhi kemampuan


individu dalam menghadapi stresor yang sama.

 Tingkat perkembangan. Pada tingkat perkembangan tertentu terdapat jumlah dan


intensitas stresor yang berbeda sehingga risiko terjadinya stres pada tingkat perkembangan
akan berbeda.
B. STRES KERJA
1. Defisi Stres Kerja

Menurut Anwar (1993:93) Stres kerja adalah suatu perasaan yang menekan atau rasa terteka
yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaannya. Yoder dan Staudohar (1982 : 308)
mendefinisikan Stres Kerja adalah Job stress refers to a physical or psychological deviation
from the normal human state that is caused by stimuli in the work environment. yang kurang
lebih memiliki arti suatu tekanan akibat bekerja juga akan mempengaruhi emosi, proses
berpikir dan kondisi fisik seseorang, di mana tekanan itu berasal dari lingkungan pekerjaan
tempat individu tersebut berada. Beehr dan Franz (dikutip Bambang Tarupolo, 2002:17),
mendefinisikan stres kerja sebagai suatu proses yang menyebabkan orang merasa sakit, tidak
nyaman atau tegang karena pekerjaan, tempat kerja atau situasi kerja yang tertentu.
Stres merupakan suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan
kondisi seseorang. Jika seseorang / karyawan mengalami stres yang terlalu besar maka akan
dapat menganggu kemampuan seseorang / karyawan tersebut untuk menghadapi
lingkungannya dan pekerjaan yang akan dilakukannya(Handoko 1997:200)
Menurut Pandji Anoraga (2001:108), stres kerja adalah suatu bentuk tanggapan seseorang,
baik fisik maupun mental terhadap suatu perubahan di lingkunganya yang dirasakan
mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam. Gibson dkk (1996:339), menyatakan
bahwa stres kerja adalah suatu tanggapan penyesuaian diperantarai oleh perbedaan-
perbedaan individu dan atau proses psikologis yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap
tindakan dari luar (lingkungan), situasi, atau peristiwa yang menetapkan permintaan
psikologis dan atau fisik berlebihan kepada seseoran.

2. Faktor Penyebab Stres Kerja 

Menurut (Robbin, 2003, pp. 794-798) penyebab stres itu ada 3 faktor yaitu:
1. Faktor Lingkungan.

Ada beberapa faktor yang mendukung faktor lingkungan. Yaitu:


1. Perubahan situasi bisnis yang menciptakan ketidakpastian ekonomi. Bila perekonomian itu
menjadi menurun, orang menjadi semakin mencemaskan kesejahteraan mereka.
2. Ketidakpastian politik. Situasi politik yang tidak menentu seperti yang terjadi di Indonesia,
banyak sekali demonstrasi dari berbagai kalangan yang tidak puas dengan keadaan mereka.
Kejadian semacam ini dapat membuat orang merasa tidak nyaman. Seperti penutupan jalan
karena ada yang berdemo atau mogoknya angkutan umum dan membuat para karyawan
terlambat masuk kerja.

3. Kemajuan teknologi. Dengan kemajuan teknologi yang pesat, maka hotel pun menambah
peralatan baru atau membuat sistem baru. Yang membuat karyawan harus mempelajari dari
awal dan menyesuaikan diri dengan itu.

4. Terorisme adalah sumber stres yang disebabkan lingkungan yang semakin meningkat
dalam abad ke 21, seperti dalam peristiwa penabrakan gedung WTC oleh para teroris,
menyebabkan orang-orang Amerika merasa terancam keamanannya dan merasa stres.

2. Faktor Organisasi

Banyak sekali faktor di dalam organisasi yang dapat menimbulkan stres. Tekanan untuk
menghindari kekeliruan atau menyelesaikan tugas dalam kurun waktu terbatas, beban kerja
berlebihan, bos yang menuntut dan tidak peka, serta rekan kerja yang tidak menyenangkan.
Dari beberapa contoh diatas, penulis mengkategorikannya menjadi beberapa faktor dimana
contoh-contoh itu terkandung di dalamnya. Yaitu:

1. Tuntutan tugas merupakan faktor yang terkait dengan tuntutan atau tekanan untuk
menunaikan tugasnya secara baik dan benar.

2. Tuntutan peran berhubungan dengan tekanan yang diberikan pada seseorang sebagai fungsi
dari peran tertentu yang dimainkan dalam organisasi itu.

Konflik peran menciptakan harapan-harapan yang barangkali sulit dirujukkan atau dipuaskan.
Kelebihan peran terjadi bila karyawan diharapkan untuk melakukan lebih daripada yang
dimungkinkan oleh waktu. Ambiguitas peran tercipta bila harapan peran tidak dipahami
dengan jelas dan karyawan tidak pasti mengenai apa yang harus dikerjakan.

3. Tuntutan antar pribadi adalah tekanan yang diciptakan oleh karyawan lain.
Kurangnya dukungan sosial dari rekan-rekan dan hubungan antar pribadi yang buruk dapat
menimbulkan stres yang cukup besar, khususnya di antara para karyawan yang memiliki
kebutuhan sosial yang tinggi.

4. Struktur Organisasi menentukan tingkat diferensiasi dalam organisasi, tingkat aturan dan
peraturan dan dimana keputusan itu diambil. Aturan yang berlebihan dan kurangnya
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada karyawan merupakan
potensi sumber stres

3. Faktor Individu

Faktor ini mencakup kehidupan pribadi karyawan terutama faktor-faktor persoalan keluarga,
masalah ekonomi pribadi dan karakteristik kepribadian bawaan.

1. Faktor persoalan keluarga. Survei nasional secara konsisten menunjukkan bahwa orang
menganggap bahwa hubungan pribadi dan keluarga sebagai sesuatu yang sangat berharga.
Kesulitan pernikahan, pecahnya hubungan dan kesulitan disiplin anak-anak merupakan
contoh masalah hubungan yang menciptakan stres bagi karyawan dan terbawa ke tempat
kerja.
2. Masalah Ekonomi. Diciptakan oleh individu yang tidak dapat mengelola sumber daya
keuangan mereka merupakan satu contoh kesulitan pribadi yang dapat menciptakan stres bagi
karyawan dan mengalihkan perhatian mereka dalam bekerja.

3. Karakteristik kepribadian bawaan. Faktor individu yang penting mempengaruhi stres


adalah kodrat kecenderungan dasar seseorang. Artinya gejala stres yang diungkapkan pada
pekerjaan itu sebenarnya berasal dari dalam kepribadian orang itu.

3. Dampak dan Akibat Stres Kerja

Berikut ini adah sebagian dampak dan akibat yang muncul karena stres, antara lain:

 Subjektif. Dampak ini dalam bentuk kekhawatiran/ketakutan, agresi, apatis, bosan,


depresi, keletihan, frustrasi, kehilangan kendali emosi, penghargaan diri yang rendah,
gugup, dan kesepian.
 Perilaku. Dampak ini bisa berupa mudahnya mengalami kecelakaan, kecanduan
alkohol, penyalahgunaan obat, emosi yang meluap, makan dan merokok dengan
berlebihan, tingkah laku impulsif, dan tertawa gugup.
 Kognitif. Dampak ini bisa berupa ketidakmampuan untuk membuat keputusan,
konsentrasi diri rendah, kurang perhatian, sangat sensitif terhadap kritik dan hambatan
mental
 Fisiologis. Dampak ini bisa berupa menaiknya kadar glukosa darah, meningkatkan
denyut jantung, dan tekanan darah, mulut kering, berkeringat, bola mata melebar,
panas dan dingin.
 Organisasi. Dampak ini berupa angka absensi, omset menurut, produktivitas rendah,
diasingkan oleh mitra kerja, komitmen organisasi dan loyalitas menjadi kurang.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang didapatkan pada penelitian ini, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut: 1. Tingkat stres psikososial yang dialami perawat di Instalasi Gawat Darurat RSUD
MADIUN sebagian besar berada pada tingkat stres psikososial ringan. 2. Stressor psikososial
dominan yang dialami perawat di Instalasi Gawat Darurat RSUD MADIUN berasal dari
lingkungan pekerjaan. 3. Tingkat kinerja perawat di Instalasi Gawat Darurat RSUD
MADIUN sebagian besar berada pada tingkat kinerja tinggi. 4. Terdapat hubungan yang tidak
bermakna antara stres psikososial dengan kinerja perawat di Instalasi Gawat Darurat RSUD
MADIUN.

B. Saran

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi perawat mengenai stres
psikososial dan kinerja perawat. Diharapkan ke depan perawat dapat mempertahankan
kemampuannya dalam menghadapi stres dan mengambil langkah yang tepat dalam
menanggulangi stres.

b. Perawat diharapkan dapat mempertahankan, memperbaiki dan meningkatkan


kinerja/keahliannya. Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara banyak membaca, menelaah
jurnal/penelitian terbaru, mengikuti pelatihan/seminar dan belajar dari perawat yang sudah
berpengalaman.
DAFTAR PUSTAKA

Al Rasasi., dkk. (2015). Work-Related Stress among Nurses Working in Dubai, a Burden for
Healthcare Institutions.American Jurnal of Psychology and Cognoitive Science, Vol. 1, No.
2, Hal.61-65.

Aizka, S. (2014). Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Tingkat Stres Kerja Perawat
di Rumah Sakit Jiwa Ghrasia Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Muhamadiyah Yogyakarta: Yogyakarta.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI, Rineka
Cipta: Jakarta.

Azwar. S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Edisi:2. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.


Azizpour, Y., dkk. (2013). A Survey on the Associated Factors of Stress among Operating
Room Personel.

Thrita Journal of Medical Sciences, 2 (1)., 19— 23. http://doi.org/10.5812/thrita.9505

Choi, J. I & Myung S.K. (2015). Relation of Job Stress, Burnout, Mindfulness and Job
Satisfaction of Clinical Nurses.

International Journal of Bio-Science and Bio-Technology, Vol. 7, No. 3, Hal.121—128.


Crowin. E.J. (2007). Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan.Jakarta: Depkes RI.

Farquharson, B., dkk. (2012). Nursing stress and patient care: real-time investigation of the
effect of nursing tasks and demands on psychological stress, physiological stress, and job
performance: study protocol.

Jurnal of Advanced Nursing 00(0), 000—000. 10.1111/jan.12090 Fransiskus, H.B. (2016).


Analisis Hubungan Beban Kerja dengan Stres Kerja

Anda mungkin juga menyukai