Anda di halaman 1dari 15

Program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku) Dalam Perspektif Pemberdayaan Masyarakat

(studi kasus Program Kota Tanpa Kumuh di Kelurahan Karangwaru)

Ahsanul Kholqi-14010115120050
kholqiahsanul1@gmail.com

Dosen Pembimbing : Dr. Laila Kholid Alfirdaus, S.IP, M.PP


alfirdaus_laila@yahoo.com

Departemen Ilmu Pemerintahan


Fakutas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro

Abstrak: Permukiman kumuh perkotaan muncul disebabkan ketidakmampuan atau kegagalan


masyarakat untuk bisa bersaing menjangkau dan memiliki segala kebutuhan untuk menunjang
kebutuhan hidupnya. Adanya permukiman kumuh bisa jadi disebabkan oleh perkembangan
dari kota tersebut. Maka dari itu pemberdayaan masyarakat bisa menjad solusi alternative untuk
menangani masalah permukiman kumuh yang ada di Indonesia.Pemberdayaan merupakan
suatu konsep untuk memberikan tanggungjawab yang lebih besar kepada orang-orang tentang
bagaimana melakukan pekerjaan. Program KOTAKU bermaksud untuk membangun sistem
yang terpadu untuk penanganan kumuh, dimana pemerintah daerah memimpin dan
berkolaborasi dengan para pemangku kepentingan dalam perencanaan maupun
implementasinya, serta mengedepankan partisipasi masyarakat. Salah satu yang telah dibenahi
melalui Program Kotaku adalah Kelurahan Karangwaru, Kecamatan Tegalrejo, Kota
Yogyakarta. Tadinya Karangarangwaru yang merupakan kawasan kumuh, kini telah berbah
menjadi kawasan yang aman, bersih, dan nyaman. Sungai Kali Buntung yang melintasinya
sudah direvitalisasi sehingga air sungai tak lagi meluap, dan mampu menampung air hujan
berintensitas tinggi. Selain itu, akses bantaran sungai juga digunakan sebagai jalur
pemeliharaan sungai. Program Kota Tanpa Kumuh di Kelurahan Karangwaru bisa dikatakan
sudah baik terbukti dengan adany pengembangan dan replica program yang dilakukan oleha
masyarakat. Namun masih dibutuhkan pendampingan yang dilakukan baik Konsultan maupun
pemerintah daerah kepada BKM agar program tetap terlaksana dan semakin baik.
Kata Kunci: Pemberdayaan masyarakat, Program Kotaku, Kelurahan Karangwaru
Abstract: The Urban slams appeared because of inability or failure of the public to compete a
achieve and have all the needs to support life's necessities. The existence of slums could be
caused by the development of the city. Because of that, community development can be
alternative solution to complete the problem of slums in Indonesia. Empowerment is a concept
for giving people's big responsbility about how to work. "Kotaku" Program means to build an
integrated system for slum management, which is local governments lead and collaborate with
stakeholders in planning and implementation, as well as promoting community participation.
One that has been addressed through the "Kotaku" Program is Karangwaru Village, Tegalrejo
District, Yogyakarta City. Karangarangwaru is a slum area before, and now has been
transformed into a safe, clean and comfortable area. The Kali Buntung River that passes
through it has been revitalized so that the river water no longer overflows, and is able to
accommodate high-intensity rainwater. Other that, river access is also used as a river
maintenance route. The city without Slums Program in Karangwaru Village can be said to have
been well proven by the development and replica of the program carried out by the community.
However, assistance is still needed by both the Consultant and the local government for BKM
so that the program will continue to be implemented and better.
Keyword : Community Development, Kotaku Program, Karangwaru village

1
PENDAHULUAN Maka dari itu pemberdayaan masyarakat
Permasalahan permukiman kumuh bisa menjad solusi alternative untuk
perkotaan merupakan suatu hal yang tidak menangani masalah permukiman kumuh
mungkin dihindari dan merupakan hal yang yang ada di Indonesia. Pemberdayaan
pasti dialami setiap kota. Adanya merupakan suatu konsep untuk
permukiman kumuh bisa jadi disebabkan memberikan tanggungjawab yang lebih
oleh perkembangan dari kota tersebut. besar kepada orang-orang tentang
Permukiman kumuh perkotaan muncul bagaimana melakukan pekerjaan.
disebabkan ketidakmampuan atau Pemberdayaan akan berhasil jika dilakukan
kegagalan masyarakat untuk bisa bersaing oleh pengusaha, pemimpin atau kelompok
menjangkau dan memiliki segala yang dilakukan secara terstruktur dengan
kebutuhan untuk menunjang kebutuhan membangun budaya kerja yang baik.
hidupnya. Penyebab dari ketidakberdayaan Konsep pemberdayaan terkait dengan
masyarakat dalam menyikapi dan pengertian pembangunan masyarakat dan
menghadapai situasi yang ada dilingkungan pembangunan yang bertumpu pada
akan mendorong sikap masa bodoh, tidak masyarakat. Pemberdayaan masyarakat
peduli, tidak percaya diri dan hanya bisa menjadi solusi alternative untuk
mengandalkan bantuan pihak luar untuk menangani permukiman kumuh, karena
mengatasi berbagai persoalan yang dengan melibatkan masyarakat dalam
dihadapi. Selain itu, faktor kondisi proses pembangunan maka akan timbul
masyarakat yang terkait satu sama lain dan rasa tanggungjawab dan kepemilikan
kondisi sosial ekonomi masyarakat yang sehingga mereka akan secara sukarela ikut
rendah mengakibatkan mereka tidak merawat infrastruktur yang telah dibangun.
mampu dan tidak tahu bagaimana cara Program KOTAKU bermaksud
menjaga dan meningkatkan kualitas hidup untuk membangun sistem yang terpadu
dalam segi kesehatan untuk penanganan kumuh, dimana
Menangani fenomena perumahan pemerintah daerah memimpin dan
dan pemukiman kumuh, maka dibutuhkan berkolaborasi dengan para pemangku
keterlibatan pemerintah di dalamnya. kepentingan dalam perencanaan maupun
Keterlibatan pemerintah dengan cara implementasinya, serta mengedepankan
membuat program kegiatan secara terpadu partisipasi masyarakat. KOTAKU
termasuk di dalamnya upaya peningkatan diharapkan menjadi “platform kolaborasi”
peran pemerintah yang lebih bisa yang mendukung penanganan kawasan
menggerakkan partisipasi masyarakat. permukiman kumuh di Indonesia. Salah
2
satu yang telah dibenahi melalui Program kata power (kekuasaan atau keberdayaan).
Kotaku adalah Kelurahan Karangwaru, Karenanya ide utama pemberdayaan
Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta. bersentuhan dengan kemampuan untuk
Tadinya Karangarangwaru yang membuat orang lain melakukan apa yang
merupakan kawasan kumuh, kini telah kita inginkan, terlepas dari keinginan dan
berubah menjadi kawasan yang aman, minat mereka.
bersih, dan nyaman. Sungai Kali Buntung Totok Mardikanto dan Poerwoko
yang melintasinya sudah direvitalisasi Soebianto dalam buku Pemberdayaan
sehingga air sungai tak lagi meluap, dan Dalam Perspektif Kebijakan Publik,
mampu menampung air hujan berintensitas menyebutkan bahwasanny tahapan-tahapan
tinggi. Selain itu, akses bantaran sungai kegiatan pemberdayaan masyarakat dapat
juga digunakan sebagai jalur pemeliharaan dibagi menjadi beberpapa tahapan yaitu: 1.
sungai. Warga juga dapat menikmati Seleksi lokasi/ wilayah, 2. Sosialisasi
berbagai fasilitas sebagai wadah berbagai pemberdayaan, 3. Proses pemberdayaan, 4.
kegiatan, menjadi destinasi kegiatan wisata, Pemandirian masyarakat.
tempat pendidikan luar ruang untuk anak- METODE
anak, serta tempat olah raga seperti lari atau Penelitian ini merupakan penelitian dengan
jalan santai Berdasarkan penjelasan diatas metode kualitatif dengan pendekatan
tadi maka yang menjadi pokok pembahasan deskriptif. Dalam penelitian ini, terdapat
pada penelitian ini adalah bagaimana dua sumber data yang digunakan dalam
penyelenggaraan program Kota Tanpa penelitian yaitu data primer dan data
Kumuh di Kelurahan Krangwaru di lihat skunder. Adapun sumber data primer
dari persepektif pemberdayaan masyarakat. didapat melalui wawancara dengan
Pemberdayaan Masyarakat narasumber yang terkait langsung dengan
Djohani (2003), mendefinisikan topik penelitian dan data sekunder didapat
pemberdayaan adalah suatu proses untuk melaui observasi, dokumentasi dan melalui
memberikan daya/kekuasaan (power) bacaan baik artikel, jurnal dan penelitian
kepada pihak yang lemah (powerless), dan sejenis.
mengurangi kekuasaan (disempowered) HASIL PENELITIAN
kepada pihak yang terlalu berkuasa Proses Penyelenggaraan Program Kota
(powerfull) sehingga terjadi keseimbangan. Tanpa Kumuh
Edi Suharto (2009) mendefinisikan secara a. Tahap Persiapan
konseptual, pemberdayaan atau Tahap persiapan dilaksanakan untuk
pemerkuasaan (empowerment) berasal dari membangun kapasitas, peran dan
3
kontribusi pemerintah Kelurahanl/Desa, Pemetaan Swadaya dilaksanakan
masyarakat dan pemangku kepentingan oleh TIPP bersama masyarakat yang
pembangunan Kelurahanl/Desa dalam dilakukan ditingkat RT/RW/Dusun sampai
peyelenggaraan kolaborasi; dan penyepakatan terhadap kondisi masalah,
penggalangan relawan untuk terlibat dalam potensi dan usulan/gagasan masyarakat
kegiatan pencegahan dan peningkatan dalam upaya mewujudkan visi dan misi
kualitas permukiman. Tahap persiapan masyarakat. Metode yang dilakukan dalam
meliputi dua kegiatan utama, yaitu: (1) Pemetaan Swadaya ini dapat dilakukan
sosialisasi dan membangun komitmen dengan cara transek, wawancara, sensus,
masyarakat yang dilakukan melalui FGD, pemetaan dalam bentuk tematik-
berbagai kegiatan termasuk lokakarya tematik serta rembug warga ditingkat
orientasi tingkat Desa/Kel, (2) kelurahan/desa dalam penyepakatan hasil
Pembentukan/Penguatan TIPP. kajian yang akan dijadikan bahan TIPP
b. Tahap Perencanaan dalam menyusun Rencana Penataan
Tahap perencanaan adalah proses kunci Lingkungan Permukiman (RPLP).
dalam menyusun pemecahan masalah Semua hasil dari pemetaan swadaya
bersama dan membangun komitmen ini nantinya akan dimuat di dalam dokumen
pemangku kepentingan dalam penanganan RPLP. RPLP ini disusun oleh TIPP
permukiman kumuh. Tahap Perencanaan Bersama BKM/LKM yang didampingi oleh
dimulai dengan tahapan merumuskan pendamping (Tim Fasilitator) Hasil RPLP
kondisi permukiman layak huni yang ini dilanjutkan dengan penyusunan rencana
diinginkan oleh masyarakat pada masa teknis yang akan dikaji/dibahas lebih
mendatang yang dituangkan kedalam visi mendalam oleh TIPP dilokasi prioritas
dan misi pembangunan lingkungan permukiman kumuh yang telah disepakati
permukiman tingkat kelurahan/desa. akan ditangani secara keterpaduan oleh
Kemudian dilanjutkan dengan melakukan berbagai sektor.
Pemetaan Swadaya untuk memetakan c. Tahap Pelaksanaan
kondisi-kondisi dengan basis data baseline Tahapan pelaksanaan merupakan
100-0-100 yang kemudian dipertajam implementasi kegiatan baik kegiatan sosial,
kedalam masing-masing aspek termasuk ekonomi maupun infrastruktur yang telah
masalah livelihood, kebencanaan, gender disusun dalam dokumen RPLP.
dan penafisan terhadap dampak lingkungan Pelaksanaan semua kegiatan harus
dan sosial. dilakukan dengan transparan dan
akuntabel. Kegiatan yang dilakasanakan
4
merupakan kegaitan perioritas penanganan Tahap Keberlanjutan sebenarnya bertujuan
permukiman kumuh yang sudah ditetapkan untuk terlaksananya perawatan dan
sebelumnya. Berdasarkan rencana penataan pemeliharaan atas apa yang telah
lingkungan permukiman (RPLP) dikerjakan melalui Program Kotaku. Tanpa
ditentukan beberapa perosalan yang terjadi adanya perwatan dan pemeliharaan tentulah
pada kelurahan Karangwaru seperti infrastruktur yang dibangun akan
permasalahan pada pemanfataan lahan, terbengkalai dan cepat rusak. Pada tahap ini
ruang terbuka, infrastruktur, aksebilitas, BKM Tridaya Waru berhasil membentuk
kondisi bangunan, kepadatan penduduk, sebuah Lembaga baru yang bernama
dan kondisi ekonomi. Berdasarkan Komunitas Karangwaru Riverside yang
penilaian tersebut menurut bobot nilai merupakan salah satu organisasi dan
yang telah ditetapkan dan di sepakati dibentuk dari bawah (bottom up) dan
bersama di dapatkan lima (5) prioritas sekaligus menjadi modal sosial buah dari
pekerjaan untuk jangka panjang maupun pelaksanaan program Kotaku.
pendek. Sekarang ini Komunitas
Keterlibatan masyarakat menjadi Karangwaru Riverside menjadi salah satu
kunci penting dalam tahapan pelaksanaan, unit khusus di bawah BKM Tridaya Waru
karenan setiapa kegiatan pembangunan Mandiri yang mengampu perawatan dan
BKM Tridaya Waru Mandiri selalu operasional kawasan karangwaru riverside
membentuk KSM (Kelompok Swadaya Di kelurahan karangwaru khususnya dalam
Masyarakat) misalnya saja KSM yang hal perawatan dan pengelolaan sepanjang
bertungas untuk drainase, KSM untuk bantaran sungai buntung (karangwaru
jembatan dan KSM untuk paving jalan. riverside).
Masyarakat yang terlibatpun ada yang tidak Penataan Sungai Buntung
dibayar dan ada yang dibayar namun Penataan lingkungan di Kelurahan
dengan setengah harga. Yang tidak dibayar Karangwaru berdasarkan skala prioritas
biasanya mereka ikut kerja di akhir minggu maka di bagi menjadi 6 (enam) segmen.
karena hari lainyya mereaka harus bekerja Segmen 1-4 terletak di bantaran sungai
sedangkan yang dibayar setengah harga buntung dan yang telah selasi pengerjaan
biasa kerja serabutan atau memang seorang sampai sekarang bari segmen 1, 2 dan 4,
tukang. Tidak hanya tenaga tapi juga ada sedangkan segmen lainnya masih
masyarakat yang bantu lewat makanan terkendala dalam pendanaan. Secara tidak
untuk pekerj, material dan sumbangan langsung bisa dikatakan pentaan
d. Tahap Keberlanjutan permukiman kumuh di Kelurahan
5
Karangwaru terpusat di Sungai Buntung. hubungan social antar kampung kurang
Pentaan sungai buntung dikarangwaru di baik
mulai sejak 2010 dimana program penataan PEMBAHASAN
waktu itu bernama Pengembangan Program Kota Tanpa Kumuh Sebagai
Lingkungan Permukiman Berbasis Proses Pemberdayaan
Komuntias (PLPBK) yang merupakan Dalam pelaksanaannya program Kotaku
bahagian dari PNPM Mandiri Perkotaan. mengutamakan keterlibatan masyarakat
PLPBK juga merupak cikal bakal dari untuk menyelesaikan persoalan kumuh di
Program Kota Tanpa Kumuh jadi bisa wilayahnya, dengan didampingi konsultan
dikatakan Kelurahan Karangwaru adalah atau tim pendamping dan pemerintah
salah satu wilayah yang paling awal daerah. Menurut pandangan (Sudjatmoko,
mendapatkan dan melaksanakan Program 1983), kegiatan pembangunan bisa
Kotaku ini. dilakukan dengan 2 pendekatan yakni
Sungai Buntung dipilih sebagai pendekatan top down dan pendekatan
Kawasan prioritas utama untuk sasaran bottom up. Pembangunan dengan
program Kotaku melalai musyawarah dan pendekatan Top Down berarti segala proses
rembug masyarakat kelurahan. Adapun pembangunan dari perencanaan,
pertimbangan dipilihnya sungai buntung pelaksanaan dan jenis kegiatan ditentukan
adalah karena masyarakat berfikir sungai oleh pemerintah. Menempatkan
merupakan sumber masalah kekumuhan di masyarakat menjadi pasif karena sekedar
kelurahan Karangwaru, maksdnya bukan menerima segala sesuatunya dari pusat.
karena sungai buntung Karangwaru Pembangunan dengan pendekatan Bottom
menjadi kumuh namun tentunya karena Up sendiri adalah dimana masyarakat lebih
pola hidup masyarakat lah yang memperlihatkan perannya karena dapat
meneyebabkan sungai kumuh. Dan ketika memberikan gagasan mulai dari tahap
sungai kumuh maka sungai menajadi perencanaan hingga evaluasi program
sumber masalah, sungai menjadi sumber pemberdayaan tersebut. Ide-ide dari
penyakit, suungai menjadi pembuangan masyarkat lebih terlihat pada pendekatan
sampah dan limbah rumah, belum lagi Bottom Up ini karena masyarakat
akses jalan tidak ada baik ditepi sungai mengetahui semua pemberdayaan yang
maupun jembatan untuk menghubungkan dilaksanakan yang mana masyarakat bukan
antara kampung blunyahrejo dan hanya sebagai objek dari pemberdayaan itu
karagwaru kecualai jalan utama. Sehingga sendiri melainkan juga sebagai subjek dari
pemberdayaan tersebut.
6
Berdasarkan apa yang peneliti Berdasarkan teori pemberdayaan
temui di lapangan, maka bisa disimpulkan yang disampaikan Totok Mardikanto dan
bahwasannya Program Kotaku ini memiliki Poerwoko Soebianto dalam buku
kedua pendeketan tersebut baik top down Pemberdayaan Dalam Perspektif Kebijakan
maupun bottom up. Bersifat top down dapat Publik, tahapan-tahapan kegiatan
dilihat dari regulasi program tersebut pemberdayaan masyarakat dapat dibagi
dimana program ini merupakan program menjadi beberpapa tahapan, yaitu:
nasional yang merupakan turunan dari 1) Seleksi lokasi/wilayah
RPJMN yang ditindak lanjuti oleh Seleksi wilayah dilakukan dengan
Kementrian PUPR. Penyelenggaraan kriteria yang disepakati oleh
program Kotaku juga mempunyai prosedur lembaga, pihak-pihak terkait dan
yang harus dipatuhi oleh setiap masyarakat. Penetapan kriteria
kelurahan/desa maupun kota/kabupaten. penting agar pemelihan lokasi
Ada kriteria-kriteria dan prosedur yang dilakukan dengan sebaik mungkin,
harus dipenuhi agar suatu wilayah bisa sehinggga tujuan pemeberdayaan
menjadi sasaran dan melaksanakan masyarakat akan tercapai seperti
program tersebut. yang diharapakan.. Adapun kriteria
Namun dalam prosesnya peneliti sasaran program Kotaku adalah:
melihat pendekatan bottom up lebih 1. Merupakan satuan entitas
dominan dalam program kotaku karena perumahan dan permukiman;
pada eksekusi program dilapangan dimulai 2. Kondisi bangunan tidak
dari tahapan persiapan, perencanaan, memenuhi syarat, tidak teratur
pelaksanaan, dan keberlanjutan/ dan memiliki kepadatan tinggi;
pemeliharaan, selalu melibatkan 3. Kondisi sarana dan prasarana
masyarakat. peran dan partisipasi tidak memenuhi syarat. Khusus
masyarakat lebih dominan dari pada peran untuk bidang keciptakaryaan,
konsultan kotaku maupun peran pemerintah batasan sarana dan prasarana
daerah yang di ambil alih oleh Dinas adalah sebagai Keteraturan
Pekerjaan Umum. Fungsi dari sekretariat bangunan. jalan lingkungan,
Kotaku hanya sebagai pendamping dan drainase lingkungan, penyediaan
dimana standar dan ketentuan lain untuk air bersih/minum, pengelolaan
kelayakan program ditentukan oleh Pokja persampahan, pengelolaan air
PKP. limbah, pengamanan kebakaran
dan ruang terbuka publik.
7
Dari indikator inilah kemudian peningkatan kualitas maupun
dilakukan penilaian atau skoring oleh pencegahan kumuh
pihak konsultan dan Pokja PKP. Jika 2). Sosialisasi pemberdayaan
poin atau nilai kumuhnya tingga masyarakat
maka wilayah tersebut akan menjadi Berdasarkan pedoman dan petunjuk
sasaran program Kotaku. Sehingga teknis Program Kotaku melakukan
nantinya lokasi sasaran program sosialisasi dari tingkat nasional, kota
mencakup kategori sebagai berikut: kabupaten hingga sampai ketingkat
➢ Kegiatan peningkatan kualitas kelurahan/desa. Sosialisasi merupaka
permukiman dilaksanakan di tahap awal dari program Kotaku, tujuan
seluruh kawasan teridentifikasi sosialisasi adalah untuk memberikan
kumuh yang diusulkan pemahaman kepada masyarakat dan
kabupaten/kota. Khusus untuk mengajak masyarakat untuk mau
perbaikan infrastruktur tingkat berpartisipasi dalam program Kotaku.
kota (infrastruktur primer dan Kelurahan Karangwaru cukup sering
sekunder), dukungan investasi melakukan sosialisasi tujuannya untuk.
dari pemerintah pusat hanya BKM Tridaya Waru Mandiri tidak
akan diberikan kepada hanya melakukan sosialisasi di tingkat
kota/kabupaten terpilih, yang kelurahan tetapi juga tingkat RW,
memenuhi kriteria tertentu. bahkan mereka langsung masuk
➢ Kegiatan pencegahan kumuh kerumah-rumah masyarakat yang
dilaksanakan di seluruh tinggal ditepi sungai buntung, agar
kelurahan dan atau mereka bersedia dan ikhlas rumah
kawasan/kecamatan Perkotaan mereka di kerpras. Metode dengan
diluar kel/desa kawasan yang langsung datang kerumah warga ini bisa
teridentifikasi kumuh termasuk dikatakan cukup efektif, yang awalnya
lokasi kawasan permukiman banyak penolakan perlahan masyarakat
potensi rawan kumuh yang mulai luluh sehingg akhirnya penataan/
diidentifikasi pemerintah revitalisasi sungai buntung dapat
kabupaten/kota. dilaksanakan melalui program kotaku.
➢ Kegiatan pengembangan 3) Proses Pemberdayaan Masyarakat
penghidupan berkelanjutan Maksud dari proses pemberdayaan
dilakukan di semua lokasi masyarakat adalah meningkatkan
kemampuan dan kemandirian
8
masyarakat dalam meningkatkan taraf agar paham dengan kondisi wilayahnya.
hidupnya. Dalam proses tersebut Kemudian tahap selanjutnya
masayarakat melakukan kegiatan: berdasarkan kajian tersebut BKM
a. Mengidentifikasi dan mengakaji menetapkan wilayah yang prioritas yang
potensi wilayah, permasalahan, akan dibenahi. Dalam tahap ini
serta peluang-peluangnya. masyarakat keluarahan karangwaru
b. Menyusun rencana kegiatan sepakat menjadikan revitalisasi sungai
kelompok berdasarkan hasil kajian buntung sebagai fokus utama untuk
c. Menerapkan rencana kegiatan perbaikan infrastruktur wilayah kumuh.
kelompok Rencana yang telah Setelah itu barulah pelaksanaan
disusun bersama-sama dengan kegiatan, penataan pun dimulai secara
dukungan fasilitasi dari bertahap dari segmen yang satu ke
pendamping selanjutnya segmen yang lainnya. untuk
diimplementasikan dalam memepermudah pelaksanaan maka di
kegiatan yang konkrit dengan buatlah KSM-KSM (kelompok swadaya
tetap memperhatikan realisasi dan masyarkat), nantinya KSM inilah yang
rencana awal. bertanggung jawab terhadap proses
d. Memantau proses dan hasil pembangunan infrastruktur reviltasi
kegiatan secara terus menerus sungai buntung disetiap komponennya.
secara partisipatif (participatory KSM ini diisi oleh masyarakat yang
monitoring and evaluation/ PME). sebleumnya telah diberikan
Semua kegiatan tersebut pembimbingan dan pembekalan tentang
diaplikasikan ke dalam Porgram Kotaku. pembangunan infrastruktur.
Program Kotaku yang ada dikelurahan Monitoring dan evaluasi selau
Karangwaru menerapkan semua berjalan walaupun sekarang ini tidak ada
kegiatan tersebut. Dimana pada kegiatan pembangunan lagi, faskel tetap
pengkajian dan menyusun rencana mendampingi BKM. Dari pihak Dinas
merupakan bagian penting tahap PUPKP pun melakukan monitoring
perencanaan yang ada dalam program namun hanya ketika ada pembangunan,
Kotaku. BKM Tridaya Waru Mandiri mereka melakukan monitoring sebanyak
bersama masyarakat didampingan tiga kali setiap ada pembungan
fasilitator malakukan kajian masalah infrastruktur yakni pada masa pra
dan melakukan pemetaan swadaya yang konstuksi, proses konstruksi dan pasca
fugsinya untuk membuat masyarakat kontsruksi
9
4) Pemandirian masyarakat masayarakat madani. Artinya program
Pemberdayaan masayarakat bertujuan Kotaku merupakan program yang
untuk memandirikan masayarakat dan memanag bertujuan untuk membuat
meningkatkan taraf hidup masayarakat, masayarakat menjadi mandiri dalam
maka arah pendampingan adalah mengolah dan memecahkan
memepersiapkan masayarakat agara permasalahan yang ada. Perlahan tim
mampu mengelola sendiri kegiatannya. dari Kotaku mencoba mengurangi
Peran tim pemberdayaan semakin lama dominasinya terhadap masayarakat
akam semakin dikurangai bahakan kelurahan.
berhenti,bisa saja nantinya peran tim BKM Tridaya Waru mandiri
pemberdayaan dan fasilitator digantikan untuk sekarang ini bisa dikatakan telah
oleh masyarakat itu sendiri. Waktu yang menacapai tahap mandiri. Peran
diperlukan untuk pemberdayaan tidak fasilitator telah banyak dikurangi,
menentu bisa cepat bahakan bisa sanagat sebagian besar telah di ambil alih oleh
lama, pemberdayaan masayarakat BKM Tridaya Waru Mandiri. Fasilitator
adalah suatau proses yang akan berjalan hanya melakukan pendampingan dan
secara terus menerus, seringkali monitoring rutin bulanan. Seperti apa
kegiatan membutuhkan waktu dan tidak yang disampaikan Mas Asro selaku
bisa terburu-buru. Pengorganisasian fasilitator untuk kelurahan Karangwaru.
menjadi poin penting dilakukan, karena bahkan pada tahap sekarang masyarakat
untuk melaksanakan perubahan guna karangwaru berhasil mengembangkan
memecahkan masalah ataupun dan mereplika program Kotaku untuk
memperbaiki keadaan seringkali tidak menanganai wilayah kumuh lainnya
dapat dilakukan secara yang ada di Karangwaru selain sungai
indvidu/perorangan, tetapi memerlukan buntung
pergorganisasian masyarakat. Melalui Pengembangan Program
pengorganisasian masayarakat juga akan Program Kotaku di Kelurahan Karangwaru
belajar mandiri untuk menyelesaikan terfokus pada reviltalisasi sungai buntung.
permasalahan. sejauh ini mereka telah berhasil
Program Kotaku bertujuan untuk mengerjakan tiga segmen dari enam
menjadikan masayarakat belum berdaya segmen yang telah direncanakan. Tentunya
menajdi berdaya, masayarakat berdaya ini bukan merupakan hasil yang
menajdi masayarakat mandiri dan memuaskan, namun yang menajdi menarik
masayarakat mandiri berproses menajdi disini adalah masyarakat karangwaru bisa
10
melakukan pengembangan atau replika kegiatan kepentingan umum dan
program kotaku untuk meciptakan wilayah aktifitas sosial.
dan lingkungan yang bebas kumuh. Adapun Pengembangan diatas tentu menjadi bukti
beberapa pengembangan hasil program bahwasannya program kotaku tidak hanya
kotaku di Kelurahan karangwaru adalah: mampu merevitalisasi sungai buntung
➢ KKR (Komunitas Karangwaru namun bisa menajdi pemicu agar
Riverside), KKR merupakan terciptanya genbrakan – gebrakan baru
kelompok yang di bentuk untuk guna untuk megentasakan permukiman
memelihara sungai buntung. kumuh di wilayah karangwaru. Bisa
➢ Minggu Guyub, sejak awal tahun dikatakan ini adalah hasil dari
2017 KKR mulai menginisiasi pemberdayaan masyarakat melalui
beberapa event untuk menguatkan program kotaku. Tentunya keberhasilan
konsep delapan nilai penting masyarakat karwangwarusehingga bisa
sungai. Khususnya Koridor Sungai mengembangkan program didorong oleh
termasuk bantarannya sebagai modal sosial yang terciptas selama proses
Ruang Publik Terbuka Hijau penyelenggaran program kotaku
(RPTH). Hambatan
➢ Earth Day Celebration 2016, Hambatan terbesar dalam program Kotaku
berbagai lomba bertema sungai di keluarahan Karangwaru adalah masalah
yang melibatkan masyarakat keterbatasan dana. Biaya pembangunan
diselenggarakan oleh KKR, infrastuktur tentunya memerlukan dana
tujuannya agar masyarakat terutama yang sangat besar. Karena dana ini sangat
generasi muda mampu membangun terbataslah yang menyebabkan pelaksanaan
memori dan ikatan emosional yang program Kotaku di Kelurahan Karangwaru
kuat terhadap arti penting sungai hingga saat ini baru bisa menyelesaikan 3
dalam lingkungan hidupnya. (tiga) segmen dari 6 (enam) segmen yang
➢ Omsimas (Omah Sinau direncanakan. Padahal pentaan sungai
Masyarakat) dan Latar Srawung, buntung itu sudah dimulai sejak tahun 2010
merupakan upaya masyarakat berarti dalam kurun waktu 9 (sembilan)
Karangwaru menyempurnakan tahun baru mampu mengerjakan setengah
fasilitas ruang publik. KKR dari apa yang tertuang dalam Dokumen
memanfaat kan tanah atau lahan RPLP.
tidur milik warga agar bisa dikelola Dana pembangunan merupakan
dan difungsikan sebagai tempat masalah yang sangat pelik, terbatasnya
11
anggaran yang disediakan negara tentunya masyarakatnya. Kesadaran masyarakat
akan memepengaruhi perbaikan sendiri menajdi instrument penting untuk
infrastruktur yang ada. Seperti apa yang keberhasila sebuah program pemberdayaan
terjadi di Kelurahan Karangwaru mereka PENUTUP
baru bisa menyelesaikan setengah dari Kesimpulan
perencanaan program Kotaku. Sebenarnya Penyelenggaraan Program Kota Tanpa
pemerintah telah mengantisipasi masalah Kumuh di Kelurahan Karangwaru terdiri
dana tersebut dengan diberikannya dari empat tahapan yaitu tahapan persiapan,
kebebasan untuk BKM agar bisa tahapan perencanaan, tahapan pelaksanaan
mendapatkan tambahan dana dari pihak dan tahapan keberlanjutan. Pemberdayaan
luar, seperti apa yang tertera di pedoman masyarakat dalam Program Program
umum pelaksanaan kotaku. Namun Kotaku dapat dilihat dari pelibatan
tentunya mendapatkan dana dari pihak luar masyarakat dalam setiap tahap
selain pemerintah tentu bukanlah sesuatau penyelenggraannya. Masyarakat selalu
yang mudah untuk dilakukan. dilibatkan dalam setiap pengambilan
Faktor selanjutnya yang menjadi keputusan melalui musyawarah ataupun
penghambat program pemberdayan Kota rembug warga yang biasanya difasilitasi
Tanpa Kumuh di kelurahan Karangwaru atau diadakan oleh pihak BKM dan
adalah kesadaran masyarakat. Kesadaran konsultan.
masyarakat yang peneliti maksud disini Pada tahapan persiapan pihak BKM dan
adalah tidak konsistennya masyarakat atau konsultan terlebih dahulu melakukan
masih turun naiknya (fluktutif) semangat sosialisasi kepdaa masyarakat. Fungsi dari
masyarakat untuk terlibat dalam proses sosialisasi ini adalah untuk memberikan
program kotaku. Lebih lanjut lagi masalah pemahaman dan mengajak masyarakat agar
kesadaran ini juga terlihat dari dominannya mau turun aktif dalam penyelenggaraan
sekelompok orang yang sangat dominan program kotaku. Pada tahap perenanaan
sehingga bisa dikatakan orang yang peran masyarakat diajak dan dilibatkan dalam
aktif hanya itu-itu saja. Tidak hanya itu penentuan visi dan misi pentaan Kawasan
keikutsertaan anak muda juga sangat kumuh kelurahan dan pemetaan swadaya.
kurang dalam program kotaku. Munculnya Fungsi dilibatkan nya masyarakat dalam
fenomena tersebut tentulah bukan hal yang tahap perencanaan adalah agar masyarakat
mengejutkan, pada dasarnya kendala yang mampu memahami permasalah dan
dihadapi program pemberdayaan tentu mencari solusi untuk pemecahan masalah
berhubungan dengan partisipasi tersebut. Dengan dilibatkannya masyarakat
12
dalam pembuatan peta swadaya tentu memelihara kebersihan sungai. Komunitas
masyarakat akan mengenali akan ini berhasil meciptakan pengembangan
permasalahan kumuh di wilayah baru dalam upaya mangentasan
kelurahannya. permukiman kumuh di kelurahan
Pada tahap pelaksanaan BKM membentuk Karangwaru. Namun belakangan ini justru
KSM-KSM (Kelompok Swadaya keaktifan partisipasi masyarakat mulai
Masyarakat). Fungsi dibentuknya KSM menurun. Sebagian besar masyarakat yang
adalah agar pembagian kerja masyarakat aktif hanya itu-itu saja. Bicara tentang
dalam pembangunan infrastruktur jelas dan proses pemberdayaan mempertahankan
tidak semrawut. Meskipun partisipasi energi permberdayaan tersebut pasca
masyarakat bersifat sukarela namun mereka pembangunan lebih susah untuk dijaga
mempunyai tugas dan fungsi yang jelas. dibandingkan ketika mengajak masyarakat
Dilain hal dengan dilibatkannya untuk mau berpartisipasi dalam
masyarakat dalam pembangunan ini pelaksanaan pembangunan itu sendiri.
tentunya akan menimbulkan rasa memiliki Secara keseluruhan Program Kota Tanpa
bahwasannya mereka telah membangun Kumuh di Kelurahan Karangwaru bisa
infrastruktur tersebut sehingga nantinya dikatakan cukup baik. Masyarakat bisa
diharapkan apa yang telah dibangun, secara mandiri melakukan pengembangan
masyarakat akan memelihara dan merawat dan replika program kotaku. Terjadinya
infrastruktur tersebut. Sejauh ini pengembangan program berbasis
pelaksanaan penataan kawasan kumuh masyarakat merupakan bentuk nyata dari
melalui program kotaku di Kelurahan keberhasilan pemberdayaan melalui
Karangwaru baru selesai tiga dari enam program kotaku. Modal sosial yang
segemen yang direncanakan. terbentuk ketikan revitalisasi sungai
Terhambatnya penyelesaian program ini buntung bisa berlanjut sehingga mampu
tidak lepas dari masih terbatasnya dana menciptakan gebrakan baru untuk
yang tersedia, karena selama ini BKM meningkatkan kualitas permukiman kumuh
masih tergantung terhadap dana di kelurahan karangwaru. Namun bukan
pemerintah. berarti Program Kota Tanpa Kumuh di
Tahap terakhir yaitu keberlanjutan, Kelurahan Karangwaru bisa dikatakan
masyarakat karangwaru berhasil sempurna, dari temuan peneliti dilapangan
membentuk KKR (Komunitas Karangwaru terdapat hambatan dan kekurangan dalam
Riverside) yang mana komunitas ini pelaksanaan program ini. Keterbatasan
bertujuan untuk menajag, merawat dan dana menjadi faktor utama yang
13
menghambat pengerjaan untuk tiga segmen atau APBD. Tebatasnya dana menjadi
yang tersisa. Kemudian dalam proses hambatan utama utama mengapa sampai
pemberdayaannya pasca pembangunan saat ini Karangwaru baru bisa
infrasturuktu perlahan partisipasi menyelesaikan tiga segmen dari enam
masyarakat berkurang, sangat dominannya segmen yang telah direncanakan.
peran beberapa orang tertentu yang itu-itu
2. BKM Tridaya Waru Mandiri harus
saja dan minimnya keterlibatan generasi
segera melakukan regenarasi atau
muda untuk memelihara dan
mengajak anak-anak muda agar mau
pengembangan infrastruktur yang ada
ikut aktif dalam memelihara dan
tentunya dikhawatirkan nantinya hasil
mengembangkan apa yang telah
pemberdayaan ini tidak akan beratahan
dihasilkan oleh program Kotaku.
lama.
Pemberdayan masyarakat merupakan
Saran
hal yang secara terus menerus
1. Harus adanya pendampingan yang dilakukan, sehingga penting keterlibatan
dilakukan baik Konsultan maupun anak muda didalamnya, agar apa yang
pemerintah daerah kepada BKM agar telah dibangun di karangwaru bisa
mereka mampu mencari dan bertahan bahkan berkembang dimasa
pembangunan dari pihak luar sehingga yang akan datang
tidak hanya tergantung kepada APBN

DAFTAR PUSTAKA Program Pengembangan


Masyarakat, Bandung: Studio
Achmad, N. (2006). Manajemen Driya Media
Perkotaan: Aktor, Organisai, Dwidjowijoto, R. R. (2007). Manajemen
Pengelolaan Daerah Perkotaan Pemberdayaan. Jakarta: Elex
dan Metropolitan di Indonesia. Media Kompotindo.
Yogyakarta: Sinergi Publishing. Nasikun, (2007), Sistem Sosial Indonesia.
Budiharjo, E. (2006). Sejumlah Masalah Jakarta: Raja Grafindo Persada
Pemukiman Kota. Bandung: PT. Mardikanto, Totok.dan Soebianto,
Alumni. Poerwoko. (2012). Pemberdayaan
Creswell, John w. (2009). Pendekatan Masyarakat dalam Perspektif
Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Kebijakan Publik. Bandung: CV
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Alfabeta.
Jones, Charles O. (1996). Pengantar Rahardjo, M. D. (2006). Menuju Indonesia
Kebijakan Publik (Public Policy). Sejahterah: Upaya Konkret
Terjemahan Ricky Ismanto. Jakarta Pengentasan Kemiskinan. Jakarta:
: RajaGrafmdo Persada Khanata.
Djohani, Rianingsih. (2003). Partisipasi, Sadyohutomo, M. (2008). Manajemen Kota
Pemberdayaan, dan Demokratisasi Dan Wilayah Realita Dan
Komunitas: Reposisi Participatory Tantangan. Jakarta: Bumi Aksara.
Rural Appraisal (PRA) dalam

14
Subarsono, A. (2005). Analisis Kebijakan Kelompok Tani Tahura (KTT).
Publik: Konsep, Teori, dan Jurnal Sosial dan Humaniora, Vol.
Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka 19. No 1
Pelajar. Basu Siaga dan kawan-kawan (2013).
Sudjatmoko, (1983) Dimensi Manusia Pelaksanaan Program Nasional
dalam Pembangunan. Jakarta : LP3ES Pemberdayaan Masyarakat Man-
Suharto, Edi. (2009). Membangun diri Pedesaan (PNPM MP), (Studi
Masyarakat Memberdayakan pada Desa Bendungan Kecamatan
Masyarakat. Bandung: PT Refika Gondang Kabupaten Tulunga-
Aditama gung). Jurnal Administrasi Publik
Sulistiysni, A. T. (2017). Kemitraan Dan (JAP), Vol. 1, No. 5,
Model-Model Pemberdayaan. Yuliani Sri dan Gusty Putri Dhini Rosyida.
Yogyakarta: Gava Media. (2017). Kolaborasi dalam
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Perencanaan Program Kota Tanpa
Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan
Bandung: Alfabeta. Semanggi Kota Surakarta. Jurnal
Tarigan, R. (2005). Perencana Wacana Publik, Vol. 1, no 2
Pembangunan Wilayah. Jakarta: Maya Adita dan Susie Perbawasari. (2016).
Bumi Aksara. Proses Seleksi Lokasi Pada
Winamo, B. (2002). Teori dan Proses Program Pemberdayaan Kelompok
Kebijakan Publik. Yogyakarta: Sadar Wisata Di Kota Depok.
Media Pressindo. Jurnal Penelitian Komunikasi Vol.
Yunus, H. S. (2005). Manajemen Kota: 21 No. 1
Perspektif Spasial. Yogyakarta: Masya Ade dan kawan-kawan (2017).
Pustaka Pelajar. Strategi Penataan Kawasan
Adi Andika dan kawan kawan. (2016). Permukiman Kumuh Perkotaan
Strategi Pemberdayaan Kampung Bandar Kota Pekanbaru.
Masyarakat Melalui Jurnal Dinamika Lingkungan Indo-
Pengembangan Lebah Madu nesia, Volume 2, Nomor 2

15

Anda mungkin juga menyukai