Mengenai covid
Hingga pertengahan Juli, Vietnam bersinar sebagai negara yang menonjol terkait
caranya mengendalikan kasus Covid-19. Tidak ada kematian yang dilaporkan dan
selama berbulan-bulan tak ada kasus penularan secara lokal.
HIV
Salah satu jenis infeksi yang berisiko menular melalui darah adalah HIV (human
immunodeficiency virus). Penyakit ini terjadi karena infeksi virus yang merusak sistem
kekebalan tubuh, dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Meski jarang,
kemungkinan penularan HIV melalui transfusi darah bisa terjadi.
Hepatitis B dan C
Selain HIV, donor darah juga bisa menularkan virus penyebab penyakit hepatitis B dan
hepatitis C. Risiko penularan virus hepatitis B dalam donor darah adalah 1 dari 300,000
kasus. Sementara kasus penularan hepatitis C melalui transfusi darah adalah 1 dari 1,5
juta kasus.
Virus Zika
Donor darah juga bisa meningkatkan risiko penularan virus zika. Screening sebelum
pemberian donor darah salah satunya juga untuk menurunkan risiko penularan virus
zika. Meski jarang terjadi, kondisi ini sama sekali tidak boleh dianggap sepele, apalagi
infeksi virus zika sering kali terjadi tanpa menunjukkan gejala sama sekali.
Selain untuk menurunkan risiko penularan penyakit, pemeriksaan sebelum donor darah
juga bertujuan untuk mengetahui kondisi pendonor. Sebab, ada riwayat penyakit
tertentu yang bisa membuat seseorang sebaiknya tidak melakukan donor darah. Jika
dipaksakan, donor darah hanya akan memberi dampak yang tidak baik bagi tubuh
Tetapi bila sistem kekebalan dilemahkan oleh penyakit HIV atau obat tertentu, kuman
ini mungkin tidak terkendali lagi dan menyebabkan masalah kesehatan. Infeksi yang
mengambil kesempatan dari kelemahan dalam pertahanan kekebalan disebut
“oportunistik”. Istilah “infeksi oportunistik” sering kali disingkat menjadi “IO”.
4. Infeksi IO
Infeksi oportunistik adalah infeksi akibat virus, bakteri, jamur, atau parasit yang terjadi
pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
5. Total kematian yang diakibatkan virus corona asal Tiongkok semakin bertambah.
Korban meninggal yang disebabkan virus ini bertambah menjadi 259 orang pada Jumat
malam, 31 Januari 2020.
Sebanyak 2.102 kasus baru dikonfirmasi mengenai virus ini, sehingga jumalah korban
yang terinfeksi virus corona ini bertambah menjadi 11.791 orang di dunia.
6. Infeksi oportunistik sebagai komplikasi HIV & AIDS
Infeksi oportunistik bisa menyerang tubuh dengan sistem kekebalan yang lemah. Infeksi
oportunistik sering dihubungankan dengan HIV dan AIDS, karena HIV menyerang sel-T
CD4 (sering disebut hanya CD4), yang merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh.
7. ELISA merupakan tes HIV yang umumnya digunakan sebagai langkah awal untuk
mendeteksi antibodi HIV. Sampel darah yang telah diambil akan dibawa ke laboratorium
dan dimasukkan ke dalam wadah yang telah diberi antigen HIV
8. Fase pertumbuhan bakteri merupakan fase pembelahan sek bakteri yang melalui
beberapa fase yaitu, Fase lag, Fase Logaritma/Exponensial, Fase Stasioner dan Fase
Kematian. Fase Lag merupakan fase penyesuaian bakteri dengan lingkungan yang baru
9. B. Penghitungan Waktu Generasi Dari hasil pembelahan sel secara biner: 1 sel menjadi 2
sel 2 sel menjadi 4 sel 21 menjadi 22 atau 2x2 4 sel menjadi 8 sel 22 menjadi 23 atau
2x2x2 Dari hal tersebut dapat dirumuskan menjadi: N = N0 2n N: jumlah sel akhir, N0:
jumlah sel awal, n: jumlah generasi Waktu generasi = t / n , t: waktu pertumbuhan
eksponensial, n: jumlah generasi
10. Bagaimana Prosedur kerja dan rumus yang digunakan untuk menghitung jumlah
mikroba?
Cawan petri hasil penanaman mikroba, pada salah satu sisinya dibagi menjadi 4
kuadran menggunakan spidol. Kemudian dihitung jumlah mikroba yang ada pada setiap
kuadran dengan kisaran 30-300 jumlah mikroba. Setelah didapatkan hasil masing-
masing jumlah mikroba pada setiap kuadran, maka disubstitusikan ke dalam rumus :
1.Agen Biologis
Virus, bakteri, fungi, riketsia, protozoa, dan metazoan.
2.Agen Nutrisi
Protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, dan air.
3.Agen Fisik
Panas, radiasi, dingin, kelembaban, tekanan.
4.Agen Kimiawi
Dapat bersifat endogenous seperti asidosis, diabetes (hiperglikimia), uremia, dan
eksogenous seperti zat kimia, allergen, gas, debu, dan lain-lain.
5.Agen Mekanis
Gesekan, benturan, pukulan yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan tubuh.
1.1Agen
Proses Perjalanan suatu penyakit bermula dari adanya gangguan keseimbangan antara agen
penyakit, host dan lingkungan, sehingga menimbulkan gejala penyakit. Agen penyakit
merupakan faktor awal proses terjadinya penyakit, sehingga faktor agen penyakit ini
merupakan hal yang sangat penting untuk dipelajari, agar setiap organisme dapat
melakukan pencegahan lebih awal terhadap timbulnya suatu penyakit.
Menurut Rajab (2009), menyebutkan bahwa ukuran yang menunjukkan kemampuan agen
penyakit untuk mempengaruhi riwayat alamiah penyakit sebagai berikut: (1) infektivitas,
(2) patogenesitas, dan (3) virulensi.
1.Infektivitas : kemampuan agen penyakit untuk menyebabkan terjadinya infeksi.
Dihitung dari jumlah individu yang terinfeksi dibagi dengan jumlah individu yang
terpapar.
2.Patogenesitas : kemampuan agen penyakit untuk menyebabkan penyakit klinis.
Dihitung dari jumlah kasus klinis dibagi dengan jumlah individu yang terinfeksi.
3.Virulensi : kemampuan penyakit untuk menyebabkan kematian. Indikator ini
menunjukkan kemampuan agen infeksi menyebabkan keparahan (severety)
penyakit. Dihitung dari jumlah kasus yang mati dibagi dengan jumlah kasus klinis
1.2. Hubungan antara infeksi dengan penyakit
Menurut Bustan (2006), mengemukan bahwa Infeksi dan penyakit mempunyai hubungan
satu sama lain disebut juga sebuah proses interaksi. Proses terjadinya penyakit
disebabkan adanya interaksi antara agen yang merupakan faktor penyebab penyakit,
manusia sebagai penjamu atau lebih dikenal dengan Host, dan faktor lingkungan yang
mendukung proses interaksi.
Selanjutnya Bustan (2007), mengemukan bahwa Proses interaksi ini dapat terjadi secara
individu atau kelompok, karena adanya mikroorganisme yang kontak baik secara
langsung maupn tidak secara langsung dengan manusia sebagai penjamu yang rentan,
daya tahan tubuh yang rendah dan lingkungan yang tidak sehat yang menyebabkan sakit
pada host.
Pada sebuah penelitian tentang kesehatan anak, Mubarak, dkk (1995) mengemukakan
bahwa, Infeksi mempunyai konstribusi terhadap defisiensi energi, protein dan zat gizi
lainnya karena menurunnya nafsu makan sehingga asupan makan menjadi berkurang.
Kebutuhan energi pada saat infeksi bisa mencapai dua kali dari kebutuhan normal karena
meningkatnya kebutuhan metabolisme basal.
Dalam riwayat alamiah penyakit infeksi, proses terjadinya infeksi, penyakit klinis,
maupun kematian dari suatu penyakit tergantung dari berbagai determinan, baik intrinsik
maupun ekstrinsik, yang mempengaruhi penjamu maupun agen kausal. Tergantung
tingkat kerentanan (atau imunitas), individu sebagai penjamu yang terpapar oleh agen
kausal dapat tetap sehat, atau mengalami infeksi (jika penyakit infeksi) dan mengalami
perubahan patologi yang ireversibel.
Dalam epidemiologi penyakit infeksi, individu yang terpapar belum tentu terinfeksi.
Hanya jika agen kausal penyakit infeksi terpapar pada individu lalu memasuki tubuh dan
sel (cell entry), lalu melakukan multiplikasi dan maturasi, dan menimbulkan perubahan
patologis yang dapat dideteksi secara laboratoris atau terwujud secara klinis, maka
individu tersebut dikatakan mengalami infeksi.
1.3. Metode Transmisi/Penularan Agen Penyakit
Ketiga faktor ( Host, Agen dan Lingkungan ) terus menerus dalam keadaan berinteraksi
satu sama lain. Bila interaksi seimbang terciptalah keadaan sehat, bila terjadi gangguan
kesimbangan, muncul penyakit.
Menurut Chandra (2009), mengemukakan bahwa masuknya agent (bibit penyakit) yang
dapat menimbulkan penyakit pada host disebabkan oleh agent melalui beberapa macam
jalur penularan, sebagai berikut :
1.Inhalasi :
Yaitu masuknya agent dengan perantaraan udara (air borne transmission).
Misalnya, terhirup zat-zat kimia berupa gas, uap, debu, mineral, partikel (golongan
a-biotik) atau berupa kontak dengan penderita TB (golongan biotik).
2.Ditelan :
Yaitu masuknya agent melalui saluran pencernaan dengan cara memakan atau
tertelan. Misalnya minuman keras, obat-obatan, keracunan logam berat.
3.Melalui Kulit :
Yaitu masuknya agent melalui kontak langsung dengan kulit. Misalnya keracunan
oleh bahan kosmetika tumbuh-tumbuhan dan binatang.
2. Determinan Host
Menurut Rajab (2009), dijelaskan bahwa faktor pejamu (host) adalah semua faktor yang terdapat
pada manusia yang dapat mempengaruhi timbulnya suatu perjalanan penyakit. Host erat
hubungannya dengan manusia sebagai makhluk biologis dan manusia makhluk sosial sehingga
manusia dalam hidupnya mempunyai dua keadaan dalam timbulnya suatu penyakit yaitu
manusia kemungkinan terpajan dan kemungkinan rentan/resisten.
Faktor-faktor yang memegang peranan penting dalam proses kejadian penyakit pada pejamu
(host) adalah sebagai berikut :
1.Faktor Keturunan. Ada beberapa penyakit keturunan yang dapat ditularkan dari kedua
orang tua (misalnya penyakit asma dan diabetes mellitus).
2.Mekanisme Kekebalan Tubuh/Imunitas. Daya tahan tubuh seseorang tidaklah sama,
namun faktor imunitas sangat berperan dalam proses terjadinya penyakit. Imunitas dibagi
dalam beberapa kategori, yaitu : Imunitas alamiah, Imunitas didapat dan Kekebalan
kelompok.
3.Usia
4.Jenis Kelamin
5.Ras
6.Sosial ekonomi
7.Status Perkawinan
8.Penyakit Terdahulu
9.Nutrisi.
B. Determinan Ekstrinsik Penyakit
Determinan Faktor Ekstrinsik pada Penyakit adalah faktor ketiga atau semua faktor luar dari
suatu individuyang dapat berupa lingkungan fisik, biologik dan sosial sebagai penunjang
terjadinya penyakit. Faktor ini disebut juga faktor ekstrinsik.
1. Iklim
Penularan beberapa penyakit menular sangat dipengaruhi oleh faktor iklim. Menurut Brisbois,
dkk (2010), menyebutkan bahwa Parasit dan vektor penyakit sangat peka terhadap faktor iklim,
khususnya suhu, curah hujan, kelembaban, permukaan air, dan angin.2 Begitu juga dalam hal
distribusi dan kelimpahan dari organisme vektor dan host intermediate. Penyakit yang tersebar
melalui vektor (vector borne disease) seperti malaria dan Demam Berdarah Dengue (DBD) perlu
diwaspadai karena penularan penyakit seperti ini akan makinmeningkat dengan perubahan iklim.
Di banyak negara tropis penyakit ini merupakan penyebab kematian utama.
Iklim dapat berpengaruh terhadap pola penyakit infeksi karena agen penyakit baik virus, bakteri
atau parasit, dan vekor bersifat sensitif terhadap suhu, kelembaban, dan kondisi lingkungan
ambien lainnya. Selain itu, WHO juga menyatakan bahwa penyakit yang ditularkan melalui
nyamuk seperti DBD berhubungan dengan kondisi cuaca yang hangat. (Sitorus, 2003)
2. Tanah
Tanah adalah merupakan lingkungan biologis semua makluk hidup yang berada disekitar
manusia yaitu flora dan fauna, termasuk juga manusia. Misalnya, wilayah dengan flora yang
berbeda akan mempunyai pola penyakit yang berbeda. Faktor ini adalah faktor yang baik untuk
tumbuh dan berkembangnya bakteri dan virus sebagai penyebab sakit.
3. Peran Manusia
Tahap ini digambarkan sebagai interaksi manusia dengan lingkungan, dimana suatu keadaan
terpengaruhnya manusia secara langsung oleh lingkungannya dan terjadi pada saat pra-
patogenesis (Periode sebelum manusia sakit terdapat interaksi antara faktor-faktor host, agent
dan environment yang berlangsung terus menerus) suatu penyakit, misalnya udara dingin, hujan
dan kebiasaan membuat/menyediakan makanan. Akibatnya faktor tersebut akan mempengaruhi
agen penyakit, host dan lingkungan secara serentak, sehingga akan mempengaruhi agen penyakit
untuk masuk ke dalam tubuh manusia, misalnya pencemaran air sumur oleh kotoran manusia
yang akan menyebabkan muntaber (Rajab, 2009).
Perkembangan alamiah suatu penyakit penting artinya untuk menggambarkan perjalanan suatu
penyakit, terutama yang berkaitan dengan perkembangan penyakit yang berhubungan dengan
keadaan waktu, tempat, dan orang. Maka akan dapat dilakukan berbagai upaya untuk mencegah
atau menghentikan perjalanan penyakit tersebut.
Semua individu yang berisiko terhadap penyakit/kejadian yang diteliti di dalam suatu kelompok
yang diteliti. Contohnya untuk mengukur kejadian penyakit mastitis, population at risk adalah
sapi betina produktif, sedangkan sapi jantan, pedet dan sapi betina yang tidak produktif tidak
termasuk ke dalamnya karena tidak berisiko terkena mastitis.
Dengan mengetahui faktor – faktor resiko yang dilakukan dalam penyelidikan epidemiologi,
maka dapat direncanakan program pengembangan pemberantasan penyakit dan usaha–usaha
penaggulangan masalah kesehatan secara keseluruhan.
1. Diagnosis Penyakit
Dewasa ini berkembang berbagai macam gangguan kesehatan atau penyakit, baik penyakit
menular maupun penyakit tidak menular. Misalnya saja penyakit menular. Penyakit menular
dapat saja menjadi kejadian luar biasa atau wabah dalam suatu masyarakat di suatu daerah
karena banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran atau penularan suatu
penyakit sehingga menjadi suatu kejadian luar biasa. Adanya kejadian luar biasa menjadikan
banyak dinas kesehatan di berbagai daerah kewalahan dalam menghadapi hal ini. Oleh sebab itu
diadakanlah suatu penyelidikan dan pengumpulan data dengan berbagai tujuan yang dapat
diperoleh dan dapat menyelesaikan fenomena yang dihadapi.
Diagnosis penyakit dilakukan untuk mendeteksi suatu penyakit, untuk memberikan gambaran
menyeluruh tentang penyakit yang ada di masyarakat, agar masyarakat dapat segera diobati dan
tidak menjadi kronis apalagi menular (Chandra, 2009)
Pengetahuan tentang diagnosis penyakit tersebut pada sebuah populasi berguna untuk
menciptakan lingkungan fisik, sosial, ekonomi, kultural, politik, yang dapat meningkatkah status
kesehatan dan kesejahteraan populasi secara keseluruhan.
2. Distribusi kejadian penyakit pada waktu dan daerah tertentu
Distribusi penyakit adalah penyebaran penyakit pada sebuah populasi atau daerah tertentu.
Distribusi penyebaran penyakit ini harus dianalisa secara seksama tentang siapa yang terjangkit,
kapan terjadinya dan dimana terjadinya penyakit tersebut (Rajab, 2009).
Selanjutnya, Rajab, 2009 menggambarkan bahwa seseorang dapat sakit atau terjangkit suatu
penyakit sengaja atau tidak sengaja mengadakan penyakit. Proses ini melalui tahapan. Dalam
proses ini terdapat enam komponen yang dapat menimbulkan terjadinya penyakit, yaitu :
1.
2. Penyebab penyakit. Bibit penyakit yang dapat menyebabkan penyakit disebut patogen.
3. Reservoar dari agen penyebab adalah habitat normal tempat agen penyakit hidup, tumbuh
dan berkembang biak.
4. Cara keluarnya penyebab penyakit dari penjamu (melalui saluran nafas, saluran kemih,
pencernaan, kulit dan transplansental)
5. Cara penularan agen ke pejamu baru melalui metode kontak langsung dan droplet (tetes
ludah) dan metode tidak langsung, yaitu melalui perantara (seperti nyamuk).
6. Tempat masuk ke dalam pejamu umum sama antara tempat masuk dan keluarnya.
7. Kerentanan/kepekaan pejamu. Faktor imunitas, faktor ketahanan tubuh, malnutrisi, dan
sistem imunologi.
18. penyakit hiv tdk menular melalui Virus HIV tidak dapat menular melalui udara, air,
ataupun gigitan serangga (seperti nyamuk, dan sebagainya). Penularan HIV juga tidak
dapat ditularkan melalui saliva, keringat, maupun air mata penderita, kecuali jika saliva,
keringat, dan air mata penderita bercampur dengan darah penderita.
Beberapa metode penularan HIV yang dapat terjadi adalah sebagai berikut:
Hubungan seks
Penularan dengan melakukan hubungan seksual dapat terjadi dari pria ke wanita
atau sebaliknya, serta pada sesama jenis kelamin melalui hubungan seksual
yang berisiko. Penularan HIV dapat terjadi saat hubungan seks melalui vagina,
anal, maupun seks oral dengan pasangan yang terinfeksi HIV. Salah satu cara
terbaik untuk mencegah penularan HIV adalah menggunakan kondom saat
berhubungan seks dan tidak berganti-ganti pasangan seksual.
Transfusi Darah
Dalam sebagian kasus, penularan HIV juga bisa disebabkan oleh transfusi
darah. Namun, kejadian ini semakin jarang terjadi karena kini diterapkan uji
kelayakan donor, termasuk donor darah, organ ataupun donor jaringan tubuh.
Dengan pengujian yang layak, penerima donor darah memiliki risiko yang rendah
untuk terinfeksi HIV.
Mikroorganisme yang terdapat pada produk perikanan dapat berasal dari berbagai
sumber seperti tanah, air permukaan, debu, saluran pencernaan manusia dan hewan,
saluran pernafasan manusia dan hewan, dan lingkungan tempat pemeliharaan/
budidaya, persiapan, penyimpanan atau pengolahan. Beberapa parameter yang
mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme pada produk perikanan menentukan
apakah suatu mikroorganisme dapat tetap dorman, mati, atau hidup subur sehingga
menjadi dominan pada produk perikanan tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi
jumlah dan jenis mikroorganisme pada produk perikanan dapat dibedakan atas dua
faktor utama, yaitu faktor intrinsic dan faktor ekstrinsik.
4.3.1 Faktor Intrinsik
Sifat-sifat fisik, kimia dan struktur produk perikanan yang mempengaruhi populasi dan
pertumbuhan mikroorganisme disebut faktor intrinsik. Faktor-faktor tersebut terdiri dari:
pH, aktivitas air (aw), potensi oksidasi-reduksi (EM), kandungan nutrisi, senyawa
antimikroba, dan struktur biologi.
Nilai pH
Kebanyakan mikroorganisme tumbuh baik pada pH sekitar 7.0 (6.6-7.5), dan hanya
beberapa yang dapat tumbuh di bawah pH 4.0. Bakteri mempunyai kisaran pH
pertumbuhan yang lebih sempit dibandingkan dengan kapang dan khamir. Sebagai
contoh, kebanyakan bakteri tidak dapat tumbuh pada pH di bawah 4.0 dan di atas 8.0,
sedangkan kapang mempunyai kisaran pH pertumbuhan 1.5-2.0 sampai 11.0, dan
khamir mempunyai kisaran pH pertumbuhan 1.5 sampai 8.0-8.5. Oleh karena itu produk
perikanan yang mempunyai pH lebih rendah akan semakin awet karena semakin sedikit
jenis mikroorganisme yang dapat tumbuh.
Nilai pH atau keasaman produk perikanan dipengaruhi oleh asam yang terdapat pada
produk perikanan tersebut. Asam di dalam produk perikanan mungkin terbentuk selama
fermentasi, misalnya pada kecap ikan, dan sebagainya. Nilai pH minimum untuk
pertumbuhan mikroorganisme kadang-kadang dipengaruhi oleh jenis asam yang
terdapat pada produk perikanan tersebut. Sebagai contoh, beberapa Laktobasili dapat
tumbuh pada pH yang lebih rendah jika asam yang terdapat pada produk perikanan
tersebut berupa asam sitrat, HCl, asam fosforat atau asam tartarat, dibandingkan jika
asam yang terdapat pada produk perikanan tersebut berupa asam asetat atau asam
laktat.
Potensi redoks dari suatu sistem biologis adalah suatu indeks dari tingkat oksidasinya.
Potensial redoks ini berhubungan dengan: a) komposisi kimia dari bahan pangan
(konsentrasi dari zat pereduksi seperti kelompok sulfihidril dalam protein, asam
askorbat, gula pereduksi, oksidasi, tingkat kation dan sebagainya; b) tekanan parsial
oksigen yang terjadi selama penyimpanan.
Mikroorganisme berbeda dalam sensitivitasnya terhadap potensi oksidasi reduksi dari
medium pertumbuhannya. Potensi O/R dari substrat menunjukkan kemampuan substrat
untuk melepaskan elektron (teroksidasi) atau menerima elektron (tereduksi). Potensi
O/R suatu sistem diberi simbol Eh. Mikroorganisme aerobik memerlukan nilai, Eh positif
(teroksidasi), dengan dugaan bahwa pengaruh kecil terhadap komposisi bahan pangan,
permukaan bahan pangan tersebut akan membantu pertumbuhan spesies gram negatif
berbentuk batang yang bersifat aerobik seperti Pseudomonas pada permukaan ikan
dan daging. Mikroorganisme anaerobik memerlukan nilai Eh negatif (tereduksi).
Komponen-komponen yang menyebabkan kondisi, tereduksi (keadaan anaerobik) pada
produk perikanan terutama adalah grup sulfhidril (-SH) di dalam daging ikan seperti
jenis-jenis dari Enterobacteriaceae atau Clostridium sp. Selain itu tekanan oksigen di
atmosfer yang terdapat di sekitar produk perikanan juga mempengaruhi potensi O/R.
Kemasan bahan pangan secara vakum juga akan membantu perkembangan
mikroorganisme anaerobik dan fakultatif anaerobik, walaupun karbohidrat yang
dibebaskan oleh pertumbuhan awal mikroorganisme dalam bahan pangan tersebut
dapat mempunyai pengaruh tertentu pada perkembangan spesies.
Beberapa bakteri aerobik tumbuh lebih baik pada kondisi tereduksi, dan bakteri
semacam ini disebut bakteri mikroaerofilik. Beberapa contoh bakteri mikroaerofilik
misalnya Laktobasili dan Streptokoki. Beberapa bakteri mempunyai kemampuan untuk
tumbuh pada keadaan aerobik maupun anaerobik dan disebut anaerob fakultatif.
Kebanyakan kapang dan khamir yang tumbuh pada produk perikanan bersifat aerobik,
dan hanya beberapa yang bersifat anaerobik fakultatif.
Kandungan Nutrisi
Senyawa Antimikroba
Beberapa kapang dan bakteri dapat merusak komponen fenol yang terbentuk dalam
pengasapan daging atau ikan, atau merusak asam benzoat yang ditambahkan ke
dalam makanan. Sulfur dioksida yang bersifat antimikroba dapat dirusak oleh beberapa
khamir yang tahan dan bakteri yang tergolong laktobasili dapat mengakibatkan
inaktifasi nisin. Pemanasan makanan dapat mengakibatkan terbentuknya komponen
antimkroba, misalnya pemanasan lipid mengakiatkan otooksidasi sehingga terbentuk
komponen yang mempunyai sifat antimikroba. Secara rinci masih belum terungkap
senyawa antimikroba yang secara alamiah didapat dalam produk perikanan.
Struktur Biologi
Suhu
1. Bakteri psikrofil, yaitu bakteri yang hidup pada daerah suhu antara 0°– 30°C,
dengan suhu optimum 15°C.
Kelembaban Relatif
Pada umumnya bakteri memerlukan kelembaban yang cukup tinggi, kira-kira 85%.
Pengurangan kadar air dari protoplasma menyebabkan kegiatan metabolisme terhenti,
misalnya pada proses pembekuan dan pengeringan. Kelembaban relatif (RH)
lingkungan tempat penyimpanan mempengaruhi a w di dalam produk perikanan dan
pertumbuhan mikroorganisme pada permukaan produk perikanan. Produk perikanan
dengan aw rendah akan menyerap air jika disimpan di dalam lingkungan dengan RH
tinggi. Demikian juga sebaliknya, produk perikanan dengan a w tinggi akan kehilangan
air jika disimpan di dalam ruangan dengan RH rendah.
Penyimpanan produk perikanan di dalam ruangan dengan RH rendah dapat mencegah
kebusukan oleh mikroorganisme, akan tetapi pada RH yang rendah produk perikanan
juga akan kehilangan sebagian airnya sehingga mengerut dan menurunkan mutu
produk perikanan. Dalam memilih RH lingkungan yang tepat, perlu diperhatikan
kemungkinan pertumbuhan mikroorganisme pembusuk dengan tetap mempertahankan
mutu produk perikanan yang disimpan.
Cahaya
21Kimia adalah cabang dari ilmu fisik yang mempelajari tentang susunan, struktur, sifat, dan
perubahan materi.[1][2] Ilmu kimia meliputi topik-topik seperti sifat-sifat atom, cara atom
membentuk ikatan kimia untuk menghasilkan senyawa kimia, interaksi zat-zat melalui gaya
antarmolekul yang menghasilkan sifat-sifat umum dari materi, dan interaksi antar zat melalui reaksi
kimia untuk membentuk zat-zat yang berbeda.
Kimia kadang-kadang disebut sebagai ilmu pengetahuan pusat karena menjembatani ilmu-ilmu
pengetahuan alam, termasuk fisika, geologi, dan biologi.[3][4][5]
Para ahli berbeda pendapat mengenai etimologi dari kata kimia. Sejarah kimia dapat ditelusuri
kembali sampai pada alkimia, yang sudah dipraktikkan selama beberapa milenia di berbagai
belahan dunia.
22APD
Berikut ini adalah beberapa jenis APD yang umumnya digunakan para tenaga medis
dalam menangani ODP (orang dalam pemantauan), PDP (pasien dalam pengawasan),
pasien suspect (terduga positif), maupun sudah terbukti positif COVID-19:
1. Masker
Ada 2 jenis masker yang umumnya digunakan sebagai APD dalam penanganan pasien
COVID-19 atau orang yang dicurigai terinfeksi virus Corona, yaitu masker bedah dan
masker N95.
Masker bedah merupakan masker penutup wajah yang terdiri dari 3 lapisan bahan yang
digunakan sekali pakai. Masker ini dinilai efektif untuk mencegah masuknya virus
Corona melalui mulut atau hidung, ketika ada percikan ludah penderita COVID-19 saat
ia batuk, bersin, atau bicara.
Masker yang lebih efektif untuk mencegah virus Corona adalah masker N95. Masker ini
terbuat dari bahan polyurethane dan polypropylene yang mampu menyaring hampir
95% partikel berukuran kecil. Masker N95 memiliki bentuk yang dapat menutup area
mulut dan hidung dengan lebih rapat, bila ukurannya sesuai.
Namun, perlu Anda ketahui bahwa masker N95 hanya diperuntukkan bagi tenaga
medis yang sedang menangani pasien dengan penyakit menular tertentu, termasuk
pasien COVID-19.
Untuk mengurangi risiko penularan dan mencegah penularan kepada orang lain,
pemerintah menyarankan masyarakat yang bukan tenaga medis untuk
menggunakan masker kain.
2. Pelindung mata
Pelindung mata atau google terbuat dari bahan plastik transparan yang berfungsi untuk
melindungi mata dari paparan virus yang dapat masuk ke dalam tubuh melalui mata.
Alat pelindung ini harus pas menutupi area mata, serta tidak mudah berkabut atau
mengganggu penglihatan.
3. Pelindung wajah
Sama halnya dengan pelindung mata, pelindung wajah juga terbuat dari bahan plastik
jernih dan transparan. Jenis APD ini dapat menutupi seluruh area wajah, mulai dari dahi
hingga dagu.
Bersama masker dan pelindung mata, pelindung wajah mampu melindungi area wajah
dari percikan air liur atau dahak saat pasien COVID-19 batuk atau bersin.
4. Gaun medis
Gaun medis digunakan untuk melindungi lengan dan area tubuh dari paparan virus
selama tenaga medis melakukan prosedur penanganan dan perawatan pasien.
Berdasarkan penggunaannya, terdapat dua jenis gaun medis, yaitu gaun sekali pakai
dan gaun yang bisa dipakai ulang. Gaun sekali pakai adalah gaun yang dirancang
untuk dibuang setelah satu kali pakai. Jenis gaun ini terbuat dari bahan serat sintetis,
seperti polypropylene, poliester, dan polyethylene, yang dikombinasikan dengan plastik.
Sedangkan gaun yang bisa dipakai ulang adalah gaun yang dapat digunakan lagi
setelah dicuci atau dibersihkan. Pemakaiannya bisa hingga maksimal 50 kali, selama
gaun tidak robek atau rusak. Gaun ini terbuat dari bahan katun atau poliester, atau
kombinasi keduanya.
Gaun medis juga perlu dilengkapi dengan celemek atau apron untuk melapisi bagian
luar gaun. Apron tersebut umumnya terbuat dari plastik yang tahan
terhadap disinfektan.
6. Penutup kepala
Penutup kepala berfungsi untuk melindungi kepala dan rambut para petugas medis dari
percikan air liur atau dahak pasien selama mereka merawat atau memeriksa pasien.
Penutup kepala harus terbuat dari bahan yang dapat menahan cairan, tidak mudah
robek, dan ukurannya pas di kepala. Jenis APD ini umumnya bersifat sekali pakai.
7. Sepatu pelindung
Sepatu pelindung digunakan untuk melindungi bagian kaki petugas medis dari paparan
cairan tubuh pasien COVID-19. Sepatu pelindung umumnya terbuat dari karet atau kain
yang tahan air dan harus menutup seluruh kaki hingga betis.
Tidak meletakkan APD bekas pakai secara sembarangan, baik di lantai atau permukaan
benda lain, seperti meja, kursi, atau loker.
Tidak membongkar kembali APD bekas pakai yang telah dikemas dalam plastik khusus.
Tidak mengisi kantong plastik khusus APD bekas pakai terlalu penuh.
Bersihkan diri atau mandi setelah menggunakan APD.
Siapa Saja yang Perlu Menggunakan APD?
Penggunaan alat pelindung diri yang telah disebutkan di atas hanya untuk tenaga
medis yang merawat dan mengobati pasien terduga atau terkonfirmasi COVID-19,
terutama yang berada di rumah sakit.
Selain itu, APD tersebut juga perlu digunakan oleh petugas kebersihan yang
membersihkan ruang perawatan dan ruang isolasi pasien COVID-19 di rumah sakit.
Bagi masyarakat yang bukan tenaga medis atau petugas kebersihan di rumah sakit,
APD yang disarankan untuk digunakan hanyalah masker kain dan sarung tangan. APD
tersebut juga digunakan hanya untuk orang yang merawat orang yang sakit di rumah.
Saat bepergian ke luar rumah, Anda tidak perlu menggunakan sarung tangan. APD
yang perlu dipakai hanyalah masker kain.
Selain mengenakan masker kain, untuk melindungi diri dari COVID-19, Anda juga perlu
menerapkan physical distancing, mencuci tangan secara rutin, serta menjaga daya
tahan tubuh tetap kuat.
Untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan Anda terinfeksi virus ini, Anda bisa
menggunakan fitur Cek Risiko Virus Corona yang disediakan gratis oleh ALODOKTER.
Bila Anda memiliki pertanyaan seputar COVID-19, baik gejala maupun langkah
pencegahan, jangan ragu untuk chat dokter langsung di aplikasi ALODOKTER. Anda
juga bisa membuat janji konsultasi dengan dokter di rumah sakit melalui aplikasi ini.
Jika kita bahas di tingkat kimia, ada dua jenis racun bakteri. Pertama yang terkait
dengan dinding sel bakteri Gram-negatif yang dikenal sebagai lipopolysaccharide,
sedangkan yang lain adalah protein, yang bertindak di situs jaringan setelah
melepaskan dari sel bakteri. Jadi, endotoksin adalah racun yang berhubungan dengan
sel, sedangkan eksotoksin adalah racun difus ekstraseluler.
Racun bakteri adalah protein yang mampu mencapai berbagai tugas. Mereka berfungsi
sebagai perangkat molekuler individu, menargetkan sel tertentu dari suatu organisme
dan menghancurkannya dengan beberapa cara. Racun dapat memicu inang dengan
berbagai cara, misalnya dengan mengaktifkan respon imun (S, aureus superantigen),
menghambat sintesis protein (toksin difteri), mengaktifkan jalur messenger sekunder
(toksin kolera) dengan merusak membran sel (E. coli hemolisin) atau bahkan oleh aksi
aktivitas metalloprotease (tetanus toksin).
Definisi Endotoksin
Endotoksin terletak di dalam sel sel atau membran luar bakteri, ini disebut sebagai zat terkait
sel yang bertanggung jawab atas komponen struktural bakteri. Endotoksin juga disebut sebagai
Lipopolysaccharides atau LPS. LPS hadir di permukaan luar bakteri Gram-negatif dan dalam
kondisi tertentu menjadi toksik bagi inang yang menempel.
Pada hewan, LPS membangkitkan banyak respon inflamasi dan mengaktifkan komplemen
dengan jalur alternatif. Bakteri Gram-negatif melepaskan sejumlah kecil endotoksin saat
tumbuh, yang memainkan peran penting dalam meningkatkan kekebalan alami.
Definisi Eksotoksin
Eksotoksin umumnya disekresikan oleh bakteri dan bertindak secara enzimatik atau dengan
aksi langsung sel inang. Ini dilepaskan oleh bakteri ke sekitarnya. Eksotoksin adalah protein
atau polipeptida, dan sebagian besar darinya bertindak di lokasi jaringan yang jauh dari titik
awal pertumbuhan bakteri atau invasi.
Biasanya, eksotoksin disekresikan pada fase eksponensial sel bakteri. Produksi toksin khusus
untuk spesies bakteri tertentu yang diketahui menghasilkan penyakit seperti misalnya
Clostridium tetani yang diketahui menghasilkan racun tetanus; Cornybacterium diphtheria
diketahui memproduksi toksin difteri.
Perbedaan Utama Antara Endotoksin dan
Eksotoksin
Poin-poin dibawah ini menunjukkan beberapa perbedaan utama antara endotoksin dan
eksotoksin:
Kesimpulan: Racun bakteri adalah racun manusia yang paling kuat dan efektif dan
sangat aktif pada pengenceran tinggi. Dalam artikel ini, kita sudah mengetahui tentang
endotoksin dan eksotoksin dan bagaimana mereka berbeda dan mempengaruhi hewan
dan sistem kekebalan tubuh mereka oleh sifat kimianya.
24. komponen utama penerapan kewaspadaan standar pd benda tajam
1. Kebersihan tangan, Ringkasan teknik:
n Cuci tangan (40-60 detik): basahi tangan dan gunakan sabun, gosok seluruh permukaan, bilas
kemudian keringkan dengan handuk sekali pakai, sekaligus untuk mematikan keran.
n Penggosokan tangan (20-30 detik): gunakan produk dalam jumlah cukup untuk seluruh bagian tangan,
gosok tangan hingga kering. Ringkasan indikasi:
n Sebelum dan sesudah kontak langsung dengan pasien dan di antara pasien, baik menggunakan
maupun tidak menggunakan sarung tangan.
n Setelah menyentuh darah, cairan tubuh, sekret, ekskresi, kulit terluka, dan benda-benda
terkontaminasi, walaupun menggunakan sarung tangan.
n Selama merawat pasien, saat bergerak dari sisi terkontaminasi ke sisi bersih dari pasien. n Setelah
kontak dengan benda-benda di samping pasien.
2. Sarung tangan n Gunakan bila akan menyentuh darah, cairan tubuh, sekret, ekskresi, membran
mukosa, kulit yang tidak utuh.
n Ganti setiap kali selesai satu tindakan ke tindakan berikutnya pada pasien yang sama setelah kontak
dengan bahan-bahan yang berpotensi infeksius.
n Lepaskan setelah penggunaan, sebelum menyentuh benda dan permukaan yang tidak terkontaminasi,
dan sebelum pindah ke pasien lain. Lakukan tindakan membersihkan tangan segera setelah melepaskan
sarung tangan.
3. Pelindung wajah (mata, hidung, dan mulut) n Gunakan 1) masker bedah dan pelindung mata
(pelindung mata, kaca mata pelindung) atau 2) pelindung wajah untuk melindungi membran mukosa
mata, hidung, dan mulut selama tindakan yang umumnya dapat menyebabkan terjadinya percikan
darah, cairan tubuh, sekret, dan ekskresi.
4. Gaun Pelindung n Gunakan untuk memproteksi kulit dan mencegah kotornya pakaian selama
tindakan yang umumnya bisa menimbulkan percikan darah, cairan tubuh, sekret, dan ekskresi. n
Lepaskan gaun pelindung yang kotor sesegera mungkin dan bersihkan tangan.
5. Pencegahan luka tusukan jarum dan benda tajam lainnya2 Hati-hati bila: n Memegang jarum, pisau,
dan alat-alat tajam lainnya.
n Tutup hidung dan mulut saat batuk/bersin dengan tisu dan masker, serta membersihkan tangan
setelah kontak dengan sekret saluran napas. Fasilitas pelayanan kesehatan harus: n Menempatkan
pasien dengan gejala gangguan pernapasan akut setidaknya 1 meter dari pasien lain saat berada di
ruang umum jika memungkinkan.
n Letakkan tanda peringatan untuk melakukan kebersihan pernapasan dan etika batuk pada pintu
masuk fasilitas pelayanan kesehatan.
n Pertimbangkan untuk meletakkan perlengkapan/ fasilitas kebersihan tangan di tempat umum dan area
evaluasi pasien dengan gangguan pernapasan.
7. Kebersihan Lingkungan n Gunakan prosedur yang memadai untuk kebersihan rutin dan disinfeksi
permukaan lingkungan dan benda lain yang sering disentuh. 8. Linen Penanganan, transportasi, dan
pemrosesan linen yang telah dipakai dengan cara:
n Cegah pajanan pada kulit dan membran mukosa serta kontaminasi pada pakaian.
9. Pembuangan Limbah n Pastikan pengelolaan limbah yang aman. n Perlakukan limbah yang
terkontaminasi darah, cairan tubuh, sekret, dan ekskresi sebagai limbah infeksius, berdasarkan
peraturan setempat.
n Jaringan manusia dan limbah laboratorium yang secara langsung berhubungan dengan pemrosesan
spesimen harus juga diperlakukan sebagai limbah infeksius.
n Buang alat sekali pakai dengan benar. 10. Peralatan perawatan pasien n Peralatan yang ternoda oleh
darah, cairan tubuh, sekret, dan ekskresi harus diperlakukan sedemikian rupa sehingga pajanan pada
kulit dan membran mukosa, kontaminasi pakaian, dan penyebaran patogen ke pasien lain atau
lingkungan dapat dicegah.
n Bersihkan, disinfeksi, dan proses kembali perlengkapan yang digunakan ulang dengan benar sebelum
digunakan pada pasien lain.