Anda di halaman 1dari 17

Pengaruh Pemberian Bronkodilator (Ventolin®)

secara Inhalasi terhadap Tingkat Reversibilitas Faal


Paru
Penderita Asma Bronkiale

Slamet Santosa*, Adhytiya Dwipa R. Teguh**, Jahja Teguh Widjaja***


* Bagian Biokimia, Fakultas Kedokteran, UK. Maranatha, Bandung
** Mahasiswa Semester VIII Fakultas Kedokteran, UK. Maranatha, Bandung
*** Bagian Penyakit Dalam (Pulmonologi), Fakultas Kedokteran,
UK. Maranatha,Bandung

Abstrak
Asma merupakan masalah kesehatan yang serius. Asma dapat menjadi beban
bukan hanya dari segi perawatan kesehatan saja tetapi juga berkurangnya
produktifitas dan partisipasi dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Oleh karena
itu perlu dilakukan berbagai upaya medis yang bersifat edukatif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar Ventolin®
inhaler (=Salbutamol) dapat memperbaiki reversibilitas faal paru, yang merupakan
karakteristik asma.
Penelitian ini bersifat prospektif eksperimental (uji klinis) semu, komparatif dengan
rancangan pra dan pos tes pada 20 orang sukarelawan penderita asma bronkiale yang
memenuhi kriteria penelitian dan dipilih berdasarkan kedatangan setelah diberi
informed- consent sebelumnya. Setiap subyek penelitian diukur nilai arus puncak
ekspirasi (APE)-nya sebelum dan sesudah pemberian Ventolin® inhaler. Analisis data
dilakukan secara statistik dengan mencari nilai rata-rata perubahan APE dan kemudian
diuji kemaknaannya dengan uji “t” yang berpasangan (=0,01).
Hasil dari penelitian ini adalah didapatkan nilai rata-rata peningkatan APE
predicted setelah pemberian Ventolin® inhaler sebesar 23,52 % (p<0.01), sehingga dapat
disimpulkan bahwa Ventolin® inhaler dapat memperbaiki reversibilitas faal paru penderita
asma bronkiale.

Kata kunci : asma bronkiale, arus puncak ekspirasi, Ventolin ® inhaler, reversibilitas

Pendahuluan inflamasi ini menyebabkan gejala-


Asma adalah kelainan in- gejala
flamasi kronik saluran pernapas-
an. Proses inflamasi ini melibat-
kan berbagai sel inflamasi
antara lain sel mast, eosinofil,
limfosit T dan neutrofil. Pada
individu yang sensitif, kelainan
1
yang berhubungan dengan
obs- truksi saluran napas
yang me- nyeluruh dengan
derajat yang bervariasi,
yang sering membaik
(reversibel) secara spontan
mau- pun dengan
pengobatan. Infla- masi
kronik ini juga menyebab-
kan hiperreaktivitas
bronkus ter-

2
Pengaruh Pemberian Bronkodilator (Ventolin®) secara Inhalasi terhadap
Tingkat Reversibilitas Faal Paru Penderita Asma Bronkiale
Slamet Santosa, Adhytiya Dwipa R. Teguh, Jahja Teguh Widjaja

hadap berbagai rangsangan. serangan asma menjadi semakin


(GINA, 2002) berkurang dan akhirnya menjadi
Patogenesis utama yang irreversibel. Stimuli yang berhu-
mendasari terjadinya serangan bungan dengan peningkatan res-
asma adalah terjadinya hiper- pon saluran napas dan mence-
iritabilitas yang tidak spesifik tuskan serangan akut asma,
dari percabangan saluran napas. dapat dibagi dalam 7 kategori
Se-jumlah hipotesis dan besar, yaitu : alergen, zat-zat
postulat telah diajukan untuk farmakologi, lingkungan, peker-
menjelas- kan terjadinya jaan, infeksi (terutama infeksi
peningkatan reaktivitas saluran virus), aktivitas fisik (exercise-
napas pada penderita asma, related), dan emosi. Stimuli ini
tetapi mekanis- me dasar yang dapat terjadi sendiri-sendiri
lengkap belum diketahui. atau merupakan gabungan. (Mc
Umumnya para ahli Fadden, 1991)
berpendapat bahwa patogenesis Tanda utama dari pato-
asma adalah multi faktor. Hipo- fisiologi asma adalah terjadi
tesis yang paling popular saat pengurangan diameter saluran
ini adalah terjadinya inflamasi pernapasan disebabkan oleh
sa-luran napas sebagai kontraksi otot polos, edema dari
mekanisme dasar. Peningkatan dinding bronkus, dan sekret
sel mast, sel epitel, neutrofil, yang kental dan banyak. Hasil
eosinofil, dan limfosit telah akhirnya adalah peningkatan
ditemukan pada bilasan bronkus tahanan saluran napas, penu-
penderita asma bronkiale. runan volume ekspirasi paksa
Proses inflamasi pada saluran (VEP), hiperinflasi paru dan
napas bersifat kronik, sekali toraks, peningkatan kerja
terjadi akan cenderung napas, perubahan fungsi otot-
menetap dan akan mengalami otot per- napasan, perubahan
fluktuasi dari waktu ke waktu. elastic recoil, distribusi yang
Apabila proses ini tidak terkon- abnormal dari ventilasi dan
trol dan mengalami perburukan aliran darah paru, dan
terus- menerus, maka akan perubahan gas darah. Jadi
terja-di perubahan pada dinding sekalipun asma adalah penyakit
sa- luran napas yang dikenal saluran napas tetapi semua as-
seba- gai airway remodelling, pek dari fungsi/faal paru men-
dimana pada keadaan ini jadi ikut terganggu pada waktu
kemampuan reversibilitas serangan. Hipoksia ditemukan
konstriksi saluran napas yang secara universal pada semua
menjadi ciri khas
JKM.
Vol. 4, No1, Juli 2004

penderita asma yang sedang raga berat seperti lari cepat


dalam serangan, tetapi kegagal- dapat menurunkan nilai APE,
an ventilasi (ventilatory failure) dan pada penderita asma akan
tidak sering ditemukan, hanya terjadi penurunan nilai APE 15
sekitar 10-15% dari pasien yang % atau lebih besar setelah
diterapi. Secara klinis tidak mela- kukan aktivitas ini.
selalu mudah untuk mendeteksi (GINA, 2002)
terjadinya hipoksia ini, karena
tanda-tanda sianosis umumnya
baru muncul pada fase yang Spirometer
lebih lanjut, sehingga bahaya Pemeriksaan faal paru
dari hipoksia yang dapat me- yang lebih akurat dan lengkap
ngancam jiwa sering tidak adalah dengan spirometer, yaitu
terde- teksi. Oleh karena itu dapat menentukan Volume
dianjurkan pada setiap Ekspirasi Paksa detik pertama
penderita yang sedang (VEP1) dan rasio VEP1 terhadap
mengalami serangan akut untuk Kapasitas Vital Paksa (KVP),
diberikan oksigen. (McFadden, dan VEP1 ini merupakan
1991) ukuran yang terbaik untuk
Reversibilitas (yang me- menilai faal paru. Spirometer
rupakan karakteristik asma) da- dapat membe-rikan gambaran
pat dilihat melalui pengukuran tentang faal paru secara baik,
faal paru (arus puncak ekspirasi: namun alat ini tidak praktis,
APE atau VEP1) sebelum dan terlalu mahal dan biasanya
sesudah pemberian obat hanya terdapat di klinik atau
bronko- dilator, misalnya rumah sakit.
dengan in- halasi 2 adrenergik (www.olivija.com/peakflow,
agonis. Jika APE atau VEP1 2003)
meningkat 15% atau lebih
sesudah inhalasi bronkodilator
maka menunjuk- kan masih Peak Flow Meter
terdapat reversibilitas saluran Peak flow meter adalah
napas. Variasi pada nilai APE alat berupa tabung kecil, mudah
yang lebih dari 20 % antara dua di- bawa dan disertai ukuran
pengukuran ini menunjuk- kan meter- an. Alat ini berfungsi
pasien asma menggunakan untuk me- ngukur arus puncak
bronkodilator, sedangkan pada ekspirasi (APE), yaitu seberapa
penderita yang tidak mengguna- besar ke- kuatan seseorang
kan bronkodilator variasi nilai untuk menge-
APE-nya antara 10 – 20%. Olah-
Pengaruh Pemberian Bronkodilator (Ventolin®) secara Inhalasi terhadap
Tingkat Reversibilitas Faal Paru Penderita Asma Bronkiale
Slamet Santosa, Adhytiya Dwipa R. Teguh, Jahja Teguh Widjaja

luarkan udara dengan ekspirasi


maksimal.

Gambar 1. Volume dan kapasitas paru


Keterangan : VC : vital capacity ; RV : residual volume ; IC : inspiratory
capacity ERV : expiratory residual volume ; FRC : forced
residual capacity VT : tidal volume ; TLC : total lung capacity

Gambar 2. Spirometer

APE ini berkorelasi hingga lebih mempunyai arti


dengan VEP1. (www.olivija. bi- la digunakan secara serial.
com/peakflow, 2003). Pemerik- Va- riabilitas nilai APE sebesar
saan ini agak kurang akurat 20% atau lebih antara pagi dan
dibandingkan spirometer, se- sore memiliki nilai diagnostik
bagi
JKM. Vol. 4, No1, Juli 2004
penyakit asma. (GINA, 2002)
Peak flow meter ini tidak hanya
Klasifikasi Asma
dapat digunakan di rumah sakit
Timbulnya serangan as-
maupun di klinik saja, tetapi
ma sangat bervariasi, dapat
dapat juga digunakan di rumah
intermiten, persisten ringan,
ataupun di kantor untuk mem-
persisten sedang, atau persisten
bantu mendiagnosis asma dan
berat. Serangan asma dapat
evaluasi respon terapi. Lebih
ringan, sedang, atau berat.
lanjut peak flow meter dapat
Asma berbeda untuk setiap
memberikan peringatan lebih
orang dan setiap waktu. Sebagai
awal terhadap pasien jika
contoh, asma sedang pada masa
terjadi perubahan pada fungsi
anak- anak dan ringan pada
sistem pernapasan. APE ini
masa dewasa, dapat menjadi
memiliki nilai yang dipengaruhi
berat hanya selama beberapa
oleh beberapa
musim. Beratnya asma dapat
faktor, yaitu tinggi
ditentukan melalui penilaian
badan, umur dan jenis kelamin.
terhadap gejala-gejala dan
Seseorang dikatakan masih
tanda-tanda klinis.
dalam batas skala normal, jika
Bagaimanapun, bila ha-
nilai APE-nya antara 80%-120%
nya dengan mengandalkan pada
dari nilai yang seharusnya.
gejala-gejala dan tanda klinis
(www.Olivija.com/peakflow,
saja dapat menyesatkan, peme-
2003)
riksaan sehingga diperlukan pe-
meriksaan penunjang seperti
pe- ngukuran APE untuk
memberi- kan informasi
tambahan yang lebih bernilai.

Gambar 3. Peak Flow Meter


Pengaruh Pemberian Bronkodilator (Ventolin®) secara Inhalasi terhadap
Tingkat Reversibilitas Faal Paru Penderita Asma Bronkiale
Slamet Santosa, Adhytiya Dwipa R. Teguh, Jahja Teguh Widjaja

Gambar 4. Arus Puncak Ekspirasi Rata-rata Pada Orang Dewasa

Tabel 1. Klasifikasi Asma Berdasarkan Berat Penyakit (GINA, 2002)

Derajat Gejala Gejala Peak Flow Rate


malam (PFR)
Persisten berat Terus menerus Sering ≤60%,prediksi
Aktifitas fisik Variabilitas >30%
terbatas
Persisten sedang Tiap hari >1 kali >60% - <80%
seminggu Variabilitas >30%
Persisten ringan 1 kali seminggu tapi >2 kali sebulan ≥80%,prediksi
<1 kali sehari Variabilitas 20–30%
Intermiten <1 kali seminggu ≤2 kali sebulan ≥80 %,prediksi
JKM.
Vol. 4, No1, Juli 2004

Asimptomatik Variabilitas <20%


dengan PFR normal
diantara gejala

Farmakologi Ventolin® vasi dari 2 –adrenoceptor mem-


Obat yang dipakai pada buka saluran ATPase dan mer-
penelitian ini adalah Ventolin® angsang kalium masuk dari ru-
inhaler yang berisi salbutamol ang ekstraseluler ke ruang
atau salbuterol (USA), yang me- intra- seluler. Hal ini
rupakan stimulan 2 adreno- menyebabkan hipokalemia
ceptor selektif yang menyebab- ekstraseluler dan Hiperkalemia
kan otot polos bronkus berelak- intraseluler se- hingga aritmia
sasi melalui peningkatan berkurang.
intrase- luler cyclic adenosine Setelah diabsorpsi di u-
monopho- spate (cAMP). sus, salbutamol akan mengalami
Salbutamol dapat menyebabkan metabolisme lintas pertama di
relaksasi dari otot bronkus dan hati. Separuhnya diekskresikan
uterus, pembuluh darah di urin sebagai konyugasi sulfat
berdilatasi, denyut jan- tung yang inaktif, dan 30% diekskre-
meningkat, dan efek meta- sikan sebagai salbutamol yang
bolik (seperti penurunan tidak diubah. Persentase dari
derajat kalium plasma). dosis inhalasi yang mencapai
Salbutamol juga mempunyai pa-ru akan tergantung pada
efek anti inflamasi
yang secara klinis tidak dapat metode dan alat yang
ditentukan. digunakan. Efek bronkodilatasi
(www.infomed.org/100drugs/ dan mempermu- dah pengeluaran
salphar.html, 2003) mukus. Akti-
Pada dosis terapi salbu-
tamol bekerja selektif pada 2
– adrenoceptor otot bronkus
paru, namun hanya sedikit
atau bah- kan tidak berefek
pada 1 –adre- noceptor otot
jantung. Salbuta- mol
menstimulasi produksi in-
traseluler cAMP, meningkatkan
pengikatan kalsium
intraseluler pada membran sel
dan retiku- lum endoplasmik,
menghasilkan bronkodilatasi
mulai nampak antara 3
sampai 5 menit dengan
puncak pada 15 sampai 20
menit dan durasi efeknya
kira-kira 4 jam. Efek
samping dari 2 agonis
sebagian besar disebabkan
oleh stimulasi
 adrenoceptor dan
tergantung pada dosis,
aktifitas sel dan rute
pemberian. Efek samping
yang penting adalah
memperburuk obstruksi
saluran napas dikarenakan
penurunan tonus dinding
saluran napas dan
memburuknya ventilasi
dikare- nakan perfusi yang
tidak sesuai.
Pengaruh Pemberian Bronkodilator (Ventolin®) secara Inhalasi terhadap
Tingkat Reversibilitas Faal Paru Penderita Asma Bronkiale
Slamet Santosa, Adhytiya Dwipa R. Teguh, Jahja Teguh Widjaja

Secara keseluruhan, efek sam- - Pria atau Wanita


ping yang terjadi adalah tidak - Usia 10 – 60 tahun
umum dan jarang didapat, dan - Penderita asma bronkiale
timbul sebagai hasil dari terapi berdasarkan diagnosis klinik
yang tidak berlanjut. Efek sam-  Kriteria eksklusi : Sedang
ping yang mungkin terjadi anta- dalam serangan asma
ra lain: vasodilatasi pembuluh Alat-alat dan Bahan:
darah dengan reflek takikardi, 1. Obat Ventolin® inhaler pro-
iritabilitas, tremor, hiperaktifi- duksi Glaxo Wellcome
tas, gangguan gastrointestinal 2. Peak Flow Meter merk
(mual dan muntah), bronkospas- Clement Clarke International
me paradoksimal, hipoksemia Ltd.
paradoksimal,hipokalemi. 3. Arloji merk Seiko
(Rowley, 1996) Variabel perlakuan dalam
Pada penelitian ini ingin penelitian ini adalah pemberian
diketahui apakah Ventolin® in- Ventolin® inhaler 4 puff,
haler dapat memperbaiki rever- sedang- kan variabel responnya
sibilitas faal paru penderita adalah Nilai Arus Puncak
asma bronkiale, sehingga pada Ekspirasi (APE) yang diukur
sebelum dan
akhirnya dapat meningkatkan 15 menit sesudah diberi Ven-
keyakinan dalam memilih obat tolin® inhaler 4 puff.
asma yang baik.
Cara kerja :
 SP melakukan exercise
Subyek Penelitian, Bahan dan berupa senam aerobik
Cara Kerja selama 45 menit.
Penelitian ini bersifat  Sesudah exercise tersebut
prospektif eksperimental (uji segera diukur Arus Puncak
klinis) semu, komparatif dengan Ekspirasinya dengan meng-
memakai rancangan pra dan pos gunakan Peak Flow Meter.
tes.  Kemudian berikan Ventolin®
Subyek penelitian terdiri inhaler 4 puff.
dari 20 orang penderita asma  15 menit kemudian ukur
bronkiale yang berminat mengi- Arus Puncak Ekspirasinya
kuti penelitian secara sukarela selama 3x berturut-turut
dan dipilih secara consecutive de- ngan menggunakan
by Peak
admission serta memenuhi kri- Flow Meter dan ambil nilai
teria sebagai berikut : tertingginya.
 Kriteria inklusi :
JKM.
Vol. 4, No1, Juli 2004

 Hitung persentase perubah- sama atau lebih rendah


an nilai APE pre dan post daripada nilai APE
Ventolin® inhaler. sebelum mema-kai
Ventolin® inhaler.
H1 : Nilai Arus Puncak
Ekspirasi (APE) setelah
Analisis Data memakai Ventolin® inhaler
Statistik yang diukur ada- lebih tinggi daripada nilai
lah nilai rata-rata (mean) dan APE sebelum memakai
standar deviasi (SD) dari nilai Vento-lin inhaler.
®
APE sebelum dan sesudah pem-
berian Ventolin® inhaler serta Kriteria uji : tolak H0 bila t
rata-rata persentase perubahan hitung ≥ t tabel dan terima
nilai APE pre dan post Ventolin ® dalam hal lainnya.
inhaler. Statistik uji perbedaan
dua nilai rata-rata dengan me-
makai uji “t” yang berpasangan Hasil Percobaan
pada  = 0,01. dan Pembahasan
1. Karakteristik Subyek Peneli-
Hipotesis Penelitian : tian
Pemberian Ventolin® in- Karakteristik Subyek Peneli-
haler akan memperbaiki reversi- tian ditinjau dari gender dan
bilitas faal paru penderita asma pembagian usia tampak pada
bronkiale melalui peningkatan tabel 2.
nilai arus puncak ekspirasi Terlihat bahwa sebagian
(APE) besar subyek penelitian adalah
perempuan (95%) dan terutama
Hipotesis Statistik : berusia 40 - 49 tahun (45%).
H0 : Nilai Arus Puncak
Ekspirasi (APE) setelah
memakai Ventolin® inhaler

Tabel 2. Usia dan Gender Subyek Penelitian


Usia Laki – laki Perempuan
(n=1) ( n = 19 )
- 10 – 19 th - 1
- 20 – 29 th - 3
Pengaruh Pemberian Bronkodilator (Ventolin®) secara Inhalasi terhadap
Tingkat Reversibilitas Faal Paru Penderita Asma Bronkiale
Slamet Santosa, Adhytiya Dwipa R. Teguh, Jahja Teguh Widjaja

- 30 – 39 th - 4

- 40 – 49 th 1 8

- 50 – 59 th - 3

Tabel 3. Lama Menderita Asma


Lama menderita asma 
- < 1 th 1
- 1 – 5 th 8

- 6 – 10 th 2

- > 10 th 9

Tabel 4. Frekuensi serangan asma


Frekuensi serangan asma  %
- Tiap hari 8 40
- Tidak tiap hari, > 1x/minggu 5 25

- 2 – 3x/bulan 5 25

- 1x dalam beberapa bulan 2 10

Ditinjau dari lama men- pendertia asma persisten


derita asma, tampak karakter- sedang yang mengalami
istik subyek penelitian seperti serangan asma setiap hari dan
pada tabel 3. Terlihat bahwa hanya 10% su- byek penelitian
sebagian besar subyek yang frekuensi serangannya 1x
penelitian sudah menderita dalam beberapa bulan
asma lebih dari 1 tahun. merupakan penderita asma
Ditinjau dari frekuensi intermiten.
se- rangan asma, tampak Ditinjau dari faktor-
karakter- istik subyek penelitian faktor pencetus asma, tampak
seperti pada tabel 4. karak- teristik subyek penelitian
Dari tabel 4 ternyata 40% seperti pada tabel 5
subyek penelitian merupakan Dari tabel 5 terlihat
seba- gian besar subyek
penelitian
JKM.
Vol. 4, No1, Juli 2004

memiliki faktor pencetus lebih dari satu (65%).

Tabel 5. Faktor-faktor Pencetus


Faktor Pencetus  %
- Cuaca dingin 2 10
- Debu rumah - 0
- Makanan 1 5
- Polusi - 0
- Asap rokok - 0
- Latihan fisik - 0
- Emosi - 0
- Campuran pencetus diatas 13 65
- Lain-lain 4 20

Tabel 6. Perokok atau Bukan Perokok

Perokok atau bukan perokok 


- Perokok 1
- Bukan Perokok 17
- Pernah tapi sudah berhenti 2

Dari segi kebiasaan mero- Nilai Arus Puncak Ekspi-


kok pada subyek penelitian, rasi sebelum dan sesudah pem-
tampak karakteristik subyek pe- berian bronkodilator, Ven-tolin®
nelitian seperti pada tabel 6. inhaler.
Sebagian besar subyek Dari tabel 7 dapat
penelitian adalah penderita as- terlihat peningkatan nilai APE
ma bukan perokok (85%) tetapi predicted sebesar 23,52%,
ada yang pernah merokok dan sehingga dapat dikatakan bahwa
sudah berhenti. hasil penelitian sesuai dengan
pernyataan GINA bahwa
Pengaruh Pemberian Bronkodilator (Ventolin®) secara Inhalasi terhadap
Tingkat Reversibilitas Faal Paru Penderita Asma Bronkiale
Slamet Santosa, Adhytiya Dwipa R. Teguh, Jahja Teguh
Widjaja

terdapat variasi nilai APE yang ma yang menggunakan bronko-


lebih dari 20 % antara dua dilator
pengukuran pada penderita as-

Tabel 7. Nilai Arus Puncak Ekspirasi Subyek Penelitian


Sebelum dan Sesudah Pemberian Bronkodilator

SP Arus Puncak Ekspirasi Perubahan nilai


(APE) predicted ( % ) APE predicted ( % )
Sebelum Sesudah
1 64,28 83,33 + 19,05
2 32,00 64,00 + 32,00
3 67,37 84,21 + 16,84
4 48,98 69,39 + 20,41
5 54,35 73,91 + 19,56
6 63,74 81,31 + 17,57
7 50,53 80,00 + 29,47
8 71,74 80,43 + 8,69
9 25,53 42,55 + 17,02
10 51,28 66,24 + 14,96
11 23,45 51,17 + 27,72
12 24,34 79,10 + 54,76
13 30,61 59,18 + 28,57
14 57,32 70,06 + 12,74
15 64,93 80,09 + 15,16
16 86,28 99,56 + 13,28
17 74,73 94,50 + 19,77
18 21,14 57,08 + 35,94
19 53,19 74,47 + 21,28
20 32,60 78,26 + 45,66
Rata-rata 49,92 73,44 + 23,52
(Sd = 59,39165279)

Uji Statistik t hitung =


Dari hasil uji “t” yang 8,508794406 t tabel 1%
berpasangan didapatkan pe- = 2,539
ningkatan nilai APE predicted Sehingga
se- besar 23,52 %, dimana : t hitung > t tabel  tolak H0
JKM. Vol. 4, No1, Juli 2004
Kesimpulan statistik : Nilai Arus
Puncak Ekspirasi (APE) setelah
nilai APE sehingga dapat
memakai Ventolin® inhaler lebih
digunakan un-tuk mengatasi
tinggi daripada nilai APE sebe-
serangan asma.
lum memakai Ventolin® inhaler.

Daftar Pustaka
Kesimpulan Anonim. Peak Flow. 2003 (cited 2 Mei
Dari hasil penelitian da- 2003); 1:(12 screens). Available
pat disimpulkan bahwa Vento- from: www.Olivija.com/peakflow
Anonim. Salbutamol: Pharmacology. 2003
lin® inhaler dapat memperbaiki (cited 2 Mei 2003); 1:(1 screens).
reversibilitas faal paru Available from:
penderita www.infomed.org/100drugs/salp
har.html
asma bronkiale yang menjadi Global Initiative for Asthma (GINA).
2002. Asthma Management and
subyek penelitian melalui pe- Prevention. National Institutes of
ningkatan nilai arus puncak eks- Health Publication. 1, 6-10.
pirasi (APE), yaitu didapatkan McFadden, E.R., Jr. 1991. Asthma in
Disorders The Respiratory System.
peningkatan rata-rata nilai APE Harrsion’s Principles of Internal
predicted sebesar 23,52 %. Medicine. Edisi 12. McGraw-Hill,
Inc., New York. 1047-1053.

Saran Rowley, S., Asher, I., Cooper,


D. Salbutamol. 1996 (cited 2 Mei
Bronkodilator inhaler be- 2003); 2:(2 screens). Available
from:
ta 2 agonis (Ventolin® inhaler) http://www.adhb.govt.nz/newbo
rn/DrugProtocols/Salbutamol
merupakan salah satu obat pili- Pharmacology.htm
han untuk memperbaiki rever-
sibilitas faal paru karena
terbukti dapat meningkatkan

Anda mungkin juga menyukai