“Pencemaran Udara”
Dosen Pembimbing :
Aris Budianto, ST., M.Km
Wastyo Wiarawan
Disusun Oleh :
KELOMPOK 6 ( 1- DIII A)
Adhelia Marchela
Fifi Yuliarti
Habibur Rahman
Indek Standar Pencemar Udara (ISPU) Saat ini Indeks standar kualitas udara yang
dipergunakan secara resmi di Indonesia adalah Indek Standar Pencemar Udara (ISPU), hal
ini sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : KEP 45 /
MENLH / 1997 Tentang Indeks Standar Pencemar Udara. Dalam keputusan tersebut yang
dipergunakan sebagai bahan pertimbangan diantaranya : bahwa untuk memberikan
kemudahan dari keseragaman informasi kualitas udara ambien kepada masyarakat di lokasi
dan waktu tertentu serta sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan upaya-upaya
pengendalian pencemaran udara perlu disusun Indeks Standar Pencemar Udara. Indeks
Standar Pencemar Udara adalah angka yang tidak mempunyai satuan yang menggambarkan
kondisi kualitas udara ambien di lokasi dan waktu tertentu yang didasarkan kepada dampak
terhadap kesehatan manusia, nilai estetika dan makhluk hidup lainnya. Indeks Standar
Pencemar Udara ditetapkan dengan cara mengubah kadar pencemar udara yang terukur
menjadi suatu angka yang tidak berdimensi. Rentang Indeks Standar Pencemar Udara dapat
dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Rentang Indeks Standar Pencemar Udara Data Indeks Standar Pencemar Udara
diperoleh dari pengoperasian Stasiun Pemantauan Kualitas Udara Ambien Otomatis.
a. Partikulat (PM10)
b. Karbondioksida (CO)
e. Ozon (O3)
Perhitungan dan pelaporan serta informasi Indeks Standar Pencemar Udara ditetapkan oleh
Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, yaitu Keputusan Kepala Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan No. 107 Tahun 1997 Tanggal 21 November 1997.
Baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi, dan/atau komponen yang
ada atau yang seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam
udara ambien. Tiap negara memiliki standar baku mutu udara yang berbeda.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN
2014 TENTANG KESEHATAN LINGKUNGAN
Pasal 16 terdiri atas unsur: a. fisik; b. kimia; dan c. kontaminan biologi. (2) Standar baku mutu
udara dalam ruang yang memajan langsung pada manusia pada unsur fisik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a berupa kadar maksimum yang diperbolehkan paling sedikit bagi:
a. suhu;
1. Suhu dan Kelembaban :
- Suhu : 18 – 26 0C
- Kelembaban : 40% - 60%
2. Debu Kandungan debu maksimal di dalam udara ruangan dalam pengukuran rata-rata 8 jam
adalah sebagai berikut :
4. Bahan Pencemar : Kandungan bahan pencemar dalam ruang kerja, dalam rata-rata pengukuran
8 jam sebagai berikut :
5. Mikrobiologi : - Angka kuman kurang dari 700 koloni / m3 udara - Bebas kuman pathogen
Teknik sampling kualitas udara dilihat lokasi pemantauannya terbagi dalam dua kategori yaitu
teknik sampling udara emisi dan teknik sampling udara ambien. Sampling udara emisi adalah
teknik sampling udara pada sumbernya seperti cerobong pabrik dan saluran knalpot kendaraan
bermotor. Teknik sampling kualitas udara ambien adalah sampling kualitas udara pada media
penerima polutan udara/emisi udara.
Untuk sampling kualitas udara ambien, teknik pengambilan sampel kualitas udara ambien saat
ini terbagi dalam dua kelompok besar yaitu pemantauan kualitas udara secara aktif
(konvensional) dan secara pasif. Dari sisi parameter yang akan diukur, pemantauan kualitas
udara terdiri dari pemantauan gas dan partikulat
Gambar 1. Klasifikasi Sampling Kualitas Udara
Partikulat atau debu adalah suatu benda padat yang tersuspensi di udara dengan ukuran dari 0,3
µm sampai 100 µm, berdasarkan besar ukurannya partikulat (debu) ada dua bagian besar yaitu
debu dengan ukuran lebih dari 10 µm disebut dengan debu jatuh (dust-fall) sedang debu yang
ukuran partikulatnya kurang dari 10 µm disebut dengan Suspended Partikulate Matter (SPM).
Debu yang ukurannya kurang dari 10 µm ini bersifat melayang-layang di udara.
Peralatan yang dipakai untuk melakukan pengukuran debu SPM (melayang-layang) ada 4 jenis
alat diantaranya :
Cara ini dikembangkan sejak tahun 1948 menggunakan filter berbentuk segi empat seukuran
kertas A4 yang mempunyai porositas 0,3 – 0,45 µm dengan kecepatan pompa berkisar 1.000 –
1.500 lpm. Pengukuran berdasarkan metoda ini untuk penentuan sebagai TSP (Total Suspended
Partikulate). Alat ini dapat digunakan selama 24 jam setiap pengambilan contoh udara ambien.
Bentuk alat HVS dapat dilihat pada Gambar 2 dibawah ini :
Gambar 2. High Volume Sampler
Cara ini menggunakan filter berbentuk lingkaran (Bulat) dengan porositas 0,3-0,45 µm,
kecepatan pompa yang dipakai untuk pengangkapan suspensi Particulate Matter ini adalah 50 –
500 lpm. Alat MVS dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Middle Volume Sampler
Operasional alat ini sama dengan High Volume Sampler, hanya yang membedakan dari ukuran
filter membrannya. HVS ukuran A 4 persegi panjang, sedang MVS ukuran bulat diameter 12
cm.
Cara ini menggunakan filter berbentuk lingkaran (Bulat) dengan porositas 0,3-0,45 µm,
kecepatan pompa yang dipakai untuk pengangkapan Suspensi Partikulate Matter ini adalah 10 –
30 lpm. Alat LVS dapat dilihat pada Gambar 4.
Cara menggunakan :
• Pertama-tama aktifkan alat ukur sound level meter yang akan digunakan untuk mengukur
• Pilih selektor pada posisi fast untuk jenis kebisingan continue atau berkelanjutan atau
selektor pada posisi slow untuk jenis kebisingan impulsive atau yang terputus-putus
• Pilih selektor range intensitas kebisingan
• Kemudian, tentukan area yang akan diukur
• Setiap area pengukuran dilakukan pengamatan selama 1-2 menit dengan kurang lebih 6
kali pembacaan
• Hasil pengukuran berupa angka yang ditunjukkan pada monitor
• Tulis hasil pengukuran dan hitung rata-rata kebisingannya, maka akan diketahui hasil
pengukuran dari kebisingan tersebut
Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda dan alat yang digunakan
untuk mengukur suhu adalah thermometer. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat untuk
mengukur suhu cenderung menggunakan indera peraba. Tetapi dengan adanya perkembangan
teknologi maka diciptakanlah termometer untuk mengukur suhu dengan valid.
Termometer Ruangan
Termometer ini berfungsi untuk mengukur suhu pada sebuah ruangan. Pada dasarnya termometer
ini sama dengan termometer yang lain hanya saja skalanya yang berbeda. Skala termometer ini
antara -50°C sampai 50°C
4. Kelembaban
Merupakan thermometer air raksa dalam bejana kaca untuk mengukur suhu udara aktual yang
terjadi (thermometer bola kering). Adapun thermometer bola basah adalah thermometer yang
pada bola air raksa (sensor) dibungkus dengan kain basah agar suhu yang terukur adalah suhu
saturasi/ titik jenuh, yaitu suhu yang diperlukan agar uap air di udara dapat berkondensasi.
5. Pencahayaan
Alat ukur cahaya (lux meter) adalah alat yang digunakan untuk mengukur besarnya intensitas
cahaya di suatu tempat. Besarnya intensitas cahaya ini perlu untuk diketahui karena pada
dasarnya manusia juga memerlukan penerangan yang cukup. Untuk mengetahui besarnya
intensitas cahaya ini maka diperlukan sebuah sensor yang cukup peka dan linier terhadap cahaya.
Semakin jauh jarak antara sumber cahaya ke sensor maka akan semakin kecil nilai yang
ditunjukkan lux meter. Ini membuktikan bahwa semakin jauh jaraknya maka intensitas cahaya
akan semakin berkurang Alat ini didalam memperlihatkan hasil pengukurannya menggunakan
format digital yang terdiri dari rangka, sebuah sensor. Sensor tersebut diletakan pada sumber
cahaya yang akan diukur intenstasnya.
Cara menggunakan :
1. Geser tombol ”off/on” kearah On.
2. Pilih kisaran range yang akan diukur ( 2.000 lux, 20.000 lux atau 50.000 lux) pada
tombol Range.
3. Arahkan sensor cahaya dengan menggunakan tangan pada permukaan daerah yang akan
diukur kuat penerangannya.
4. Lihat hasil pengukuran pada layar panel.
Lux meter
DAFTAR PUSTAKA
http://personal.its.ac.id/files/material/3796-assomadi-PU-V-(A)INDEX%20KUALITAS
%20UDARA.pdf
http://pengen-tau.weebly.com/baku-mutu-udara-ambien-nasional.htmI
www.biologi.uin-malang.ac.id
www.academia.edu
www.lab-lingkungan.lppm.its.ac.id