Anda di halaman 1dari 48

AsuhanKeperawatanpada An.

R DenganPrioritasMasalah
KebutuhanDasarNutrisi di RSUD. dr. Pirngadi
Medan

Karya TulisIlmiah (KTI)

DisusundalamRangkaMenyelesaikan
Program Studi DIII Keperawatan

Oleh
Eunike Debora Pasaribu
112500095

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2014
i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul
“Asuhan Keperawatan pada An. R dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi
di RSUD dr. Pirngadi Medan”, yang merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan
pendidikan DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan kemampuan
serta pengalaman penulis. Karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik serta
saran dari semua pihak yang bersifat membangun guna dijadikan pedoman bagi penulis
dikemudian hari.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya


kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas


Sumatera Utara.
2. Erniyati, SKp., MNS. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
3. Nur Afi Darti, SKp., M.Kep. selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
4. Mula Tarigan, SKp., M.Kes selaku Sekretaris Program Studi DIII Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
5. Lufthiani, S.Kep, Ns, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktu untuk membimbing saya menyelesaikan KTI
6. Ismayadi, S.Kep, Ns, M.Kes selaku dosen penguji yang memberikan saran dan
kritik.
7. Seluruh Dosen Fakultas Keperawatan khususnya jurusan DIII Keperawatan
Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendidik penulis selama proses
perkuliahan dan Staff non akademik yang telah banyak membantu penulis di
bidang administrasi.
8. Pegawai Perinatologi yang memberi izin dan bimbingan serta kerjasama dalam
mengambil kasus.

ii
9. Teristimewa ayah Seprin Pasaribu dan Ibu Duma Lumbantoruan yang telah
membesarkan serta mendidik saya sehingga mampu menyelesaikan perkuliahan
saya, serta abang Alberto Felix Pasaribu dan adik saya Theo Anggara Pasaribu
yang mendukung dan telah memberikan motivasi.
10. Kepada semua keluarga besar terkhusus, Tulang Parluhutan Lumbantoruan dan
Nantulang Erny Sinaga, Ryan, Celine yang selalu memberi semangat dalam
studiku juga.
11. Sahabat- sahabat tercinta Ayu Anggia , Rianty Saragih, Natalina Siagian, Herti
Sigalingging, Elisa Putri Saragih, Exodus Barutu, Kartika Manurung, Friska
Siburian, Sri Winata Togatorop, Hanna Sijabat, Yap Rima Sinaga dan
pemimpin kelompok kecil Ka Sep Rotua Malau yang selalu memberi motivasi.
12. Teman – teman kost Gedung Putih Ka Aghata (Ichi), Ka Yentiar, Ka Veronika,
Ka Astika, Elisa (Lisa), Desi (Pagit), Ka Ria, dan Ka Dewi.
13. Teman seperjuanganku untuk menyusun KTI Elita Sidabutar dan Andy Hakim.
14. Teman kelompok C3 Nia, Ina, Intan, Alan, Ng. Arnita, Siti Nurul, Husein,
Mirna, Mahsarni, M. Safri yang memberi semangat.
15. Serta Ribka, Siska, Eka, Yardani, Melisa, Jepri yang telah banyak memberi
semangat, doa dan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata, penulis mengharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan bagi semua pihak yang memerlukan.

Medan, Juni 2014

Penulis

Eunike Debora Pasaribu

iii
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ................................................................................. i

Kata Pengantar............................................................................................. ii

Daftar Isi...................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1

A. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. Tujuan Proposal............................................................................ 2
C. Manfaat Proposal.......................................................................... 3

BAB II PENGELOLAAN KASUS ......................................................... 4

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan


Dasar Nutrisi.................................................................................. 4
1. Pengertian Nutrisi ..................................................................... 4
2. Kompenen Zat Gizi ................................................................. 4
2.1 Karbohidrat ........................................................................ 5
2.2 Lemak .................................................................................. 5
2.3 Protein ................................................................................. 6
2.4 Air ....................................................................................... 7
2.5 Vitamin ............................................................................... 8
2.6 Mineral .............................................................................. 10
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi ........... 11
4. Kebutuhan Energi atau Nutrisi pada Bayi................................. 12
4.1 Diet Seimbang .................................................................... 12
4.2 Penggunaan Energi ............................................................ 13
4.3 Kebutuhan Energi ............................................................. 15
5. Asuhan Keperawatan ............................................................... 16
5.1 Pengkajian .......................................................................... 16
5.2 Analisa Data ....................................................................... 21
5.3 Diagnosa Keperawatan ...................................................... 23
5.4 Intervensi ............................................................................ 24
B. Pengkajian Pasien di Rumah Sakit ............................................... 28
C. Masalah Keperawatan dan Analisa data ....................................... 31
D. Diagnosa Keperawatan ................................................................. 31
E. Perencanaan Keperawatan dan Rasional ...................................... 31
F. Implementasi dan Evaluasi .......................................................... 33

iv
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN................................................... 35

A. Kesimpulan ..................................................................................... 35
B. Saran ................................................................................................ 35

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 36

LAMPIRAN

Lampiran 1: Analisa Data


Lampiran 2: Catatan Perkembangan

v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh
yang bertujuan menghasilkan energi yang digunakan untuk aktivitas tubuh (Hidayat,
2006). Nutrisi juga merupakan elemen penting untuk proses dan fungsi tubuh.
Enamkatagori zat makanan adalah air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, danmineral.
Kebutuhan energi dipenuhi dengan metabolisme karbohidrat, protein danlemak. Air
adalah komponen tubuh vital dan bertindak sebagai penghancur zatmakanan. Vitamin
dan mineral tidak menyediakan energi, tetapi penting untukproses metabolisme dan
keseimbangan asam basa (Potter dan Perry, 2005).
Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam membantu
proses pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dan anak, karena manfaat nutrisi
dalam tubuh dapat membantu proses tumbuh dengan cepat sesuai dengan usia tumbuh
kembang dan dapat meningkatkan hidup anak, serta mencegah terjadinya penyakit
akibat kurang nutrisi dalam tubuh dan juga mencagah terjadinya mordibitas dan
mortalitas (Hidayat, 2005).
Kebutuhan nutrisi pada setiap anak berbeda, secara umum kebutuhan nutrisi pada
anak dapat di kelompokkan berdasarkan usia anak, mulai umur 0-4 bulan, 4-6 bulan, 6-9
bulan, 9-12 bulan, usia toddler atau pra sekolah, usia sekolah dan usia remaja. Pada
umur 0-4 bulan kebutuhan bayi semuanya melalui air susu ibu yang terdapat komponen
yang paling seimbang, akan tetapi bila terjadi gangguan pada air susu ibu maka dapat
menggunakan susu formula (Hidayat, 2005).
Pemberian pengganti air susu ibu (PASI) dapat berupa berupa berbagai produk
formula, untuk adaptasi maupun formula komplit. Komposisi mendekati ASI, kecuali
dalam hal komposisi mineral dan immunoglobulin. PASI juga dapat diberikan kepada
bayi yang lahir dengan berat badan rendah (Muslihatun, 2008).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir
kurang dari 2500 gram. Menurut masa kehamilannya Kongres European Perinatal
Medicine II membagi menjadi tiga kategori, yaitu bayi kurang bulan yang merupakan
bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu, bayi cukup bulan dengan masa
kehamilan 37 sampai dengan 42 minggu dan bayi lebih bulan, yaitu masa kehamilan
mulai 42 minggu atau lebih. Dari defenisi tersebut, BBLR dibagi dua yaitu prematuritas
murni dan dismatur. Bayi prematuritas murni lahir dengan umur kehamilan kurang dari
1
37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa
kehamilan atau neonmatus kurang bulan sesuai masa kehamilan (NKB-SMK). Bayi
dismatur lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya untuk masa kehamilan. Dapat
terjadi dalam tiga kemungkinan, yaitu Preterm (Neonatus Kurang Bulan- Kecil Masa
Kehamilan), Term (Neonatus Cukup Bulan- Kecil Masa Kehamilan), dan Postterm
(Neonatus Lebih Bulan-Kecil Masa Kehamilan) (Muslihatun, 2008).
WHO pada tahun 2003 menyatakan bahwa setiap tahun diperkirakan neonatus
yang lahir sekitar 20 juta adalah BBLR. Di Indonesia menurut survey ekonomi nasional
(SUSENAS) pada tahun 2005, kematian neonatus yang disebabkan oleh BBLR sebesar
38,85%. Sekitar 27% angka kematian pada neonatus disebabkan oleh BBLR. Angka
kejadian BBLR di Indonesia berkisar 9-20% bervariasi antara satu daerah dengan
daerah lain. Sebanyak 25% bayi dengan BBLR meninggal pada saat baru lahir dan
50%nya meninggal saat bayi (Maryunani, 2009).
Penatalaksanaan nutrisi bayi BBLR diantaranya adalah memberikan bayi nutrisi
adekuat. Apabila daya hisap belum baik dan belum bias menyusu, berikan ASI atau
PASI dengan sendok atau pipet. Apabila belum ada refleks menghisap dan menelan
pasang sonde lambung/ NGT (Muslihatun, 2008).

Dengan uraian diatas sehingga penulis tertarik untuk membahas asuhan


keperawatan pada kasus yang ditemukan di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. Pirngadi Medan terdapat bayi yang memilikimasalah kesehatan sejak lahir
dengan diagnosa BBLSR.Berdasarkan hasil pengkajian pada anak R ditemukan prioritas
masalah utama yaitu kebutuhan dasar nutrisi pada anak R.

B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran tentang penerapan Asuhan Keperawatan
dengan masalah kebutuhan dasar nutrisi pada An.R di RSUD Dr. Pirngadi
Medan.

2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada An. R.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada An. R.
c. Mampu melakukan perencanaan tindakan keperawatan pada An. R.

2
d. Mampu melakukan intervensi keperawatan pada An. R.
e. Mampu melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada An. R.

C. Manfaat Penelitian
1. Pendidikan
Dapat menjadi bahan bacaan bagi mahasiswa keperawatan serta perawat yang
ada di rumah sakit untuk mengambil langkah-langkah asuhan keperawatan
dalam upaya peningkatan mutu pelayanan keperawatan khususnya asuhan
keperawatan BBLSR denganmasalah kebutuhan dasar nutrisi pada anak.

2. Perawat
Dapat menjadi bahan bacaan dalam menentukan asuhan keperawatan
padamasalah kebutuhan dasar manusia nutrisi dengan diagnosa BBLSR.

3. Pasien dan keluarga


Memperoleh pengetahuan tentang penyakit BBLSR pada anak serta
meningkatkan kemandirian bagi keluarga dalam merawatanggota keluarga yang
mengalami penyakit BBLSR dengan masalah kebutuhan dasar nutrisi pada anak
dan sebagai masukanbagi keluarga untuk mencegah penyakit BBLSR.

4. Penulis
Dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakanasuhan
keperawatan anak pada diagnosa medis BBLSR dengan masalah prioritas
kebutuhan dasar nutrisi pada anak.

3
BAB II
PENGELOLAAN KASUS
A. Konsep Dasar Kebutuhan Nutrisi
1. Pengertian Nutrisi
Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan
penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima
makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-
bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya.
Nutrisi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat lain
yang terkandung, aksi, reaksi dan keseimbangan yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit (Tarwoto & Wartonah, 2006).
Nutrisi merupakan elemen penting untuk proses dan fungsi tubuh. Enam
katagori zat makanan adalah air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.
Kebutuhan energi dipenuhi dengan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.
Air adalah komponen tubuh vital dan bertindak sebagai penghancur zat makanan.
Vitamin dan mineral tidak menyediakan energi, tetapi penting untuk proses
metabolisme dan keseimbangan asam basa (Potter dan Perry, 2005).
Setiap bayi atau anak memiliki suatu potensi genetik untuk pertumbuhan fisik,
mental, dan emosionalnya. Nutrisi yang optimal tercapai dengan memberikan zat
gizi yang memenuhi semua aspek potensial pertumbuhan tersebut. Apabila nutrisi
membatasi pertumbuhan atau menyebabkan terbentuknya massa tubuh yang
berlebihan, baik karena kualitas yang tidak adekuat maupun kuantitas yang tidak
sesuai, atau terjadi keadaan malnutrisi (Neal dan Cewin, 2007)

2. Komponen Zat Gizi


Zat gizi merupakan unsur yang penting dari nutrisi mengingat zat gizi tersebut
dapat memberikan fungsi tersendiri pada nutrisi, kebutuhan nutrisi tidak akan
berfungsi secara optimal apabila tidak mengandung beberapa zat gizi yang sesuai
dengan kebutuhan tubuh, demikian juga zat gizi yang cukup pada kebutuhan nutrisi
akan memberikan nilai yang optimal. Menurut Berhman (1996)Ada beberapa
komponen zat gizi yang dibutuhkan pada nutrisi bayi dan anak yang jumlahnya
sangat berbeda untuk setiap umur. Secara umum zat gizi dibagi menjadi dua
golongan yaitu golongan makro dan golongan mikro:untuk zat gizi golongan makro
terdiri dari kalori dan H2O (air), untuk kalori berasal dari karbohidrat, protein dan
4
lemak, H2O( air) sedangkan kelompok zat gizi mikro terdiri dari vitamin dan
mineral (Hidayat, 2006)

2.1 Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam diet. Tiap gram
karbohidrat menghasilkan 4 kilokalori (kkal). Karbohidrat terutama diperoleh dari
tumbuhan, kecuali laktosa (gula susu). Karbohidrat diklasifikasikan menurut unit
atau sakarida. Monosakarida, seperti glukosa (dekstrosa) atau fruktosa tidak dapat
dipecah menjadi unit gula yang lebih dasar. Disakarida seperti sukrosa, laktosa, dan
maltose dibentuk dari banyak unit gula. Mereka tidak dapat dilarutkan dalam air
dan dicerna untuk beragam tingkatan (Potter & Perry, 2006).
Karbohidrat merupakan sumber energi yang tersedia dengan mudah disetiap
makanan, karbohidrat harus tersedia dalam jumlah yang cukup sebab kekurangan
karbohidrat sekitar 15% dari kalori yang ada maka dapat menyebabkan terjadi
kelaparan dana berat badan menurun demikian sebaliknya apabila jumlah kalori
yang tersedia atau berasal dari karbohidrat dengan jumlah yang tinggi dapat
menyebabkan terjadi peningkatan berat badan (obesitas). Dalam mendapatkan
jumlah karbohidrat yang cukup maka dapat diperoleh dari susu, padi-padian, buah-
buahan, sirup, sukrosa, tepung, dan sayu-sayuran (Hidayat, 2006).

2.2 Lemak
Lemak merupakan zat gizi yang berperan dalam pengangkut vitamin A, D, E,
K yang larut dalam lemak. Menurut sumbernya lemak berasal dari nabati dan
hewani. Lemak nabati mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh seperti
terdapat pada kacang-kacangan, kelapa dan lain-lainnya. Sedangkan Lemak hewani
banyak mengandung asam lemak jenuh dengan rantai panjang seperti pada daging
sapi, kambing dan lainnya (Hidayat, 2006).
Dengan demikian, lemak dapat digolongkan menjadi :
1. Lemak dalam tubuh, yaitu lipoprotein (trigliserida, fosfolipid dan
kolesterol) yang bergabung dengan protein dihasilkan dihati dan mukosa usus untuk
mengangkut lemak yang tidak larut. Jenis yang terdapat di dalam tubuh adalah
HDL (High Dencity Lipoprotein), LDL (Low Dencity Lipoprotein), VLDL (Very
Low Dencity Lipoprotein), dan glikolipid (merupakan senyawa lipid yaitu gliserol
dan asam lemak bergabung dengan karbohidrat, fosfat, dan atau nitrogen.

5
2. Lemak yang terdapat dalam bahan pangan dan dapat digunakan oleh tubuh
manusia yaitu:
a. Trigliserida banyak ditemukan pada hewani maupun nabati.
b. Asam lemak jenuh (Saturated Fathy Acid-SAFA) yaitu lemak yang tidak dapat
mengikat hidrogen lagi, seperti asam palmiat, asam stearat yang banyak
ditemukan pada lemak hewani, keju, mentega, minyak kelapa dan coklat
c. Asam lemak tidak jenuh ditemukan pada minyak kacang tanah
d. Fosfolipid ditemukan pada pangan nabati maupun hewani
e. Kolesterol ditemukan dalam jaringan hewan seperti telur, daging, lemak susu
(Yuniastuti, 2008).

2.3 Protein
Merupakan zat gizi dasar yang berguna dalam pembentukan protoplasmasel,
selain itu tersedianya protein dalam jumlah yang cukup penting untuk pertumbuhan
dan perbaikan sel jaringan dan sebagai larutan untuk keseimbangan osmotik.
Protein ini terdiri dari 24 asam amino diantaranya 9 asam amino esensial
diantaranya thrionin, valin, leusin, isoleusin, lisin, triftofan, penilalanin, metionin
dan histidin, selebihnya asam amino non esensial. Jumlah protein dalam tubuh
tersebut harus tersedia dalam jumlah yang cukup apabila jumlahnya berlebih atau
tinggi dapat memperburuk insufisiensi ginjal demikian juga apabila jumlahnya
kurang maka dapat menyebabkan kelemahan, edema, dapat kwhashiokor apabila
kekurangan protein saja tetapi jika kekurangan protein dan kalori menyebabkan
marasmus (Pudjiadi, 2001).
ASI memiliki kandungan protein rata-rata 9 g/L. Sebagian dari protein ini tidak
disediakan untuk tujuan nutrisional. Tiga perempat IgA dalam ASI disekresikan
utuh melalui tinja. Selain itu, baik laktoferin maupun lisozim mungkin tidak dicerna
atau diserap. Ketiga protein ini mungkin membentuk sampai 30% dari semua
protein didalam ASI, sehingga jumlah protein ASI yang tersedia untuk nutrisi
mungkin serendah 7,2 g/L atau 1,3 g/kg/hari. RDA untuk bayi didasarkan pada
jumlah protein total yang tersedia dalam ASI. Angka tersebut diperkirakan adalah
2,0 sampai 2,4 g/kg/hari selama bulan pertama kehidupan dan secara bertahap turun
menjadi sekitar 1,5 g/kg/hari pada usia 6 bulan untuk kemudian menetap sepanjang
tahun pertama kehidupan. Susu formula saat ini diizinkan oleh peraturan federal
untuk mengandung antara 1,8 sampai 4,5 g protein per 100 kkal, yang akan

6
menyediakan rata-rata asupan protein antara 2,0 dan 5,4 g/kg.hari. Sebagian besar
ahli gizi menganjurkan asupan kurang dari 3,5 g/kg/hari pada bayi sehat (Rudolph,
2007).

2.4 Air
Air merupakan sebagian besar zat pembentuk tubuh manusia.Jumlah air sekitar
73% dari bagian tubuh seseorang tanpa jaringan lemak (lean body
mass).Tergantung jumlah lemak yang terdapat dalam tubuh, proporsi air ini berbeda
antar orang.Pada orang gemuk, perbandingan antara air dan lemak sekitar 50%
berbanding 50%. Pada pria normal, perbandingannya antara 60% berbanding
16%.Pada orang kurus perbandingan tersebut adalah 67% dengan 7%.Pada bayi
perbandingan tersebut sangat mencolok, yaitu 78% dan 0%. Dengan perkataan lain
jumlah air yang terdapat dalam tubuh manusia adalah;
1. Sekitar 80% dari berat badan (untuk bayi dengan low birth weight)
2. Sekitar 70-75% dari berat badan (untuk bayi neonatus)
3. Sekitar 65% dari berat badan (untuk anak) dan
4. Sekitar 55-60% dari berat badan (untuk dewasa)

Air mempunyai berbagai fungsi dalam proses vital tubuh, yaitu:


1. Pelarut dan alat angkut
Air dalam tubuh berfungsi sebagai pelarut zat-zat gizi berupa monosakarida,
asam amino, lemak, vitamin dan mineral serta bahan-bahan lain yang
diperlukan tubuh seperti oksigen, dan hormon-hormon.
2. Katalisator
Air berperan sebagai katalisator dalam berbagai reaksi biologi dalam sel,
termasuk di dalam saluran cerna.Air diperlukan pula untuk memecah atau
menghidrolisis zat gizi kompleks menjadi bentuk-bentuk yang lebih sederhana.
3. Pelumas
Air berperan sebagai pelumas dalam cairan sendi-sendi tubuh.
4. Fasilitator Pertumbuhan
Air sebagai bagian jaringan tubuh diperlukan untuk pertumbuhan.Dalam hal ini
air berperan sebagai zat pembangun
5. Pengatur Suhu

7
Karena kemampuan air untuk menyalurkan panas, air memegang peranan
dalam mendistribusikan panas dalam tubuh
6. Peredam benturan
Air dalam mata, jaringan saraf tulang belakang dan dalam kantung ketuban
melindungi organ-organ tubuh dari benturan.
Kebutuhan air sehari dinyatakan sebagai proporsi terhadap jumlah energi yang
dikeluarkan tubuh dalam keadaan lingkungan rata-rata. Untuk orang dewasa
dibutuhkan sebanyak 1,0-1,5 mlk/kkal, sedangkan untuk bayi 1,5ml/kkal
(Yuniasatuti. 2008).

2.5 Vitamin
Vitamin merupakan senyawa organik yang digunakan untuk mengkatalisator
metabolisme sel yang dapat berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan serta
dapat mempertahankan organisme, vitamin yang dibutuhkan antara lain:
a. Vitamin A (Retinol) yang harus tersedia dalam jumlah yang cukup yang
mempunyai pengaruh dalam kemampuan fungsi mata serta pertumbuhan tulang
dan gigi dan dalam pembentukan maturasi epitel, vitamin ini dapat diperoleh
dari hati, minyak ikan, susu, kuning telur, margarin, tumbuh-tumbuhan, sayur-
sayuran dan buah-buahan.
b. Vitami B kompleks (Thiamin) yang merupakan vitamin yang larut dalam air
akan tetapi tidak larut dalam lemak, yang dapat menyebabkan penyakit beri-beri,
kelelahan, anoreksia, konstipasi, nyeri kepala, insomnia, takikardi, edema, asam
piruvat dalam darah akan meningkat apabila tersedia dalam jumlah yang kurang,
kebutuhan vitamin ini dapat diperoleh dari dalam hati, daging, susu.
c. Vitamin B2 (Riboflavin) merupakan vitamin yang sedikit larut dalam air, vitamin
ini harus tersedia dalam jumlah yang cukup, apabila kurang dapat menyebabkan
fotophobia, penglihatan kabur, gagal dalam pertumbuhan. Vitamin ini dapat
diperoleh di dalam susu, keju, hati, daging, telur, ikan, sayur-sayuran hijau dan
padi.
d. Vitamin B12 (Sianokobalamin) merupakan vitamin yang sedikit larut dalam air.
Pada vitamin ini sangat baik untuk maturasi sel darah merah dalam sumsum
tulang, pengaruh kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan anemia dan
vitamin ini dapat diperoleh dari daging organ, ikan, telur, susu, dan keju.

8
e. Vitamin C (Asam ascorbat) merupakan vitamin yang larut dalam air yang mudah
dioksidasi dan dipercepat oleh panas atau cahaya, kekurangan vitamin ini dapat
menyebabkan lamanya proses penyembuhan luka, vitamin ini dapat tersedia
dalam tomat, buah semangka, kubis, sayur-sayuran hijau.
f. Vitamin D merupakan vitamin yang dapat larut dalam lemak dan akan stabil
dalam suasana panas, vitamin ini berguna dalam pengatur penyerapan dan
pengendapan kalsium dan fosfor dengan mempengaruhi permeabilitas membran
usus, mengatur kadar alkali fosfatase serum, kekurangan vitamin ini akan
menyebabkan pertumbuhan jelak dan osteomalasia. Jika anak-anak kekurangan
vitamin D, erupsi/keluarnya gigi dapat menjadi terhambat. Selain itu,
kekurangan vitamin D juga bisa menghambat pembentukan lapisan dentin.
Hubungan antara vitamin D dengan karies gigi dijelaskan dalam penelitian di
USA dan Kanada memberikan kesimpulan yang sama. Prevalensi dari karies
lebih banyak terdapat di negara-negara bagian utara dibandingkan dengan
negara-negara tropis. Ini disebabkan sedikitnya sinar matahari dan
mengakibatkan sintesa vitamin D di kulit berkurang, pengikisan menyebabkan
kerusakan pada gigi anak-anak. Dalam hal ini vitamin D akan berfungsi pada
waktu absorbsi dan metabolisme kalsium dalam pembentukan tulang gigi.
g. Vitamin E merupakan vitamin yang larut dalam lemak dan tidak stabil terhadap
sinar ultraviolet yang dapat berfungsi dalam meminimalkan oksidasi karoten,
vitamin A dan asam linoleat serta menstabilkan membran apabla terjadi
kekurangan dapat menyebabkan hemolisis sel darah merah pada bayi prematur
dan akan menyebabkan kehilangan keutuhan saraf. Vitamin E dapat diperoleh
dari minyak, biji-bijian dan kacang-kacangan.

h. Vitamin K merupakan vitamin yang larut dalam lemak yang dapat berfungsi
sebagai pembentukan protombin, faktor koagulasi II, VII, IX, X yang harus
tersedia dalam tubuh yang cukup apabila terjadi kekurangan dapat menyebabkan
perdarahan dan metabolisme tulang yang tidak stabil, vitamin ini tersedia dalam
sayuran berdaun hijau, daging dan hati. (Pudjiadi, 2001).
Kekurangan vitamin dalam tubuh lambat laun akan menampakkan gejala-gejala
berupa terhentinya pertumbuhan dan gangguan kesehatan. Gejala ini tergantung
pada jenis vitamin yang mengalami kekurangan beberapa macam vitamin secara
bersamaan.

9
Kelebihan vitamin terutama golongan vitamin larut lemak, dapat
membahayakan tubuh.Hal ini disebabkan oleh vitamin ditimbun dalam
jaringan.Sebagai contoh kelebihan vitamin A dan D yang disebabkan oleh
pemberian dosis tinggi secara terus menerus atau dalam jangka waktu lama. Untuk
vitamin yang larut dalam air (vitamin B dan C) tidak terlalu membahayakan karena
kelebihannya dibuang melalui ginjal (Rahayu Widodo, 2009).

2.6 Mineral
Mineral merupakan komponen zat gizi yang tersedia dalam kelompok mikro
yang terdiri dari kalsium, klorida, chromium, kobalt, tembaga, flourin, iodium, besi,
magnesium,mangan,fosfor, kalium, natriun, sulfur, dan seng. Semuanya harus
tersedia dalam jumlah yang cukup (Hidayat, 2006).
Kalsium merupakan mineral yang berguna untuk pengaturan struktur tulang
dan gigi, kontraksi otot, iritabilitas syaraf, koagulasi darah, kerja jantung, dan
produksi susu. Kalsium ini akan diekskresi 70% dalam tinja, 10% dalam urine, 15-
25% tertahan dan tergantung dalam kecepatan pertumbuhan. Kadar kalsium ini
harus tersedia dalam jumlah yang cukup karena apabila terjadi kekurangan
menyebabkan mineralisasi tulang dan gigi jelek, osteomalasia, osteoporosis,
rakhitis, dan gangguan pertumbuhan. Tersedianya kalsium ini dapat diperoleh dari
susu, keju, sayuran hijau, kerang , dan lain-lain (Hidayat, 2006).
Klorida sangat berguna dalam pengaturan tekanan osmotik, keseimbangan
asam dan basa, yang tersedia dalam garam, daging, susu, dan telur. Golongan
mineral lainnya seperti chromium ini berguna untuk glikemia dan metabolisme
dalam insulin yang tersedia dalam ragi, tembaga yang berguna untuk produksi sel
darah merah, pembentukan hemoglobin, penyerapan besi dan lain-lain.Kekurangan
zat besi dapat menyebabkan anemia dan osteoporosis. Apabila zat besi berlebih
dapat menyebabkan sirosis dan gastritis, hemolisis, tersedianya tembaga terdapat
dalam hati, daging, ikan, padi, dan kacang-kacangan.
Flour merupakan mineral yang berfungsi untuk pengaturan struktur gigi dan
tulang yang apabila tersedia dalam jumlah yang kurang menyebabkan caries gigi.
Sumber dari flour ini terdapat pada air, makanan laut, tumbuh-tumbuhan. Mineral
lain adalah yodium yang merupakan unsurtiroksin dan triiodotironin yang harus
tersedia dalam jumlah yang cukup apabila kurang dapat menyebabkan gondok,
mineral tersebut terdapat dalam garam. Besi merupakan mineral yang merupakan

10
struktur dari hemoglobin untuk pengangkutan karbondioksida (CO2) dan
oksigen(O2)dan kekurangan besi menyebabkan anemia, zat besi tersebut tersedia
dalam hati, daging, kuning telur, sayuran hijau, padi dan tumbuh-tumbuhan.
Magnesium berguna dalam aktivasi enzim pada metabolisme karbohidrat dan
sangat penting dalam proses metabolisme apabila terjadi kekurangan menyebabkan
malabsorbsi yang menyebabkan hipokalsemia atau hipokalemia, magnesium dapat
diperoleh dalam biji-bijian, kacang-kacangan, daging dan susu. Mangan mineral
yang berfungsi dalam aktivitas enzim yang terdapat dalam kacang-kacangan, padi,
biji-bijian dan sayuran hijau.Fosfor merupakan unsur pokok dalam pertumbuhan
tulang dan gigi, kekurangan dapat menyebabkan kelemahan otot, fosfor tersebut
dapat diperoleh dari susu, kuning telur, kacang-kacangan, padi-padian, dan lain-
lain. Kalium berfungsi dalam kontraksi otot dan hantaran impuls syaraf,
keseimbangan cairan, pengaturan irama jantung.Kalium ini dapat diperoleh dari
semua makanan. Natrium berguna dalam pengaturan tekanan osmotik, pengaturan
keseimbangan asam dan basa, keseimbangan cairan. Kekurangan ini dapat
menyebabkan kram otot, nausea, dehidrasi, hipotensi, natrium ini dapat diperoleh
dari garam, susu, telur, tepung dan lain-lain. Sulfur merupakan unsur pokok dalam
protein seluler yang membantu proses metabolisme jaringan syaraf, sulfur ini dapat
diperoleh darimakanan protein yang mengandung 1%, dan seng merupakan unsur
pokok dari beberapa enzim karboniok anhidrase yang penting dalam pertukaran
karbondioksida (CO2) yang tersedia dalam daging, padi-padian, kacang-kacangan
dan keju. (Solihin Pudjiadi, 2001).

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi


Beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi yaitu :
1. Ukuran Tubuh.
Merupakan peubah utama dalam menentukan pengeluaran energi seseorang.
Tubuh yang besar memiliki kebutuhan nutrisi yang lebih besar
2. Jenis Kelamin
Laki-laki dan perempuan dengan tinggi, berat, dan umur yang sama
mempunyai komposisi tubuh yang berbeda. Perempuan memiliki banyak
jaringan lemak dan lebih sedikit otot daripada laki-laki

11
3. Umur
Kebutuhan nutrisi pada usia muda lebih tinggi dari pada usia tua. Waktu lahir
akan meningkat kebutuhan nutrisi hingga umur dua tahun dan akan berangsur
menurun untuk meningkat lagi pada saat remaja (Almatsier, 2001)

4. Kebutuhan Energi atau Nutrisi pada Bayi


Pada umur ini kebutuhan nutrisi bayi semuanya melalui air susu ibu yang
terdapat komponen yang paling seimbang, akan tetapi apabila terjadi gangguan
dalam air susu ibu maka dapat menggunakan susu formula dan nilai kegunaan atau
manfaat jauh lebih baik dari menggunakan ASI. Pemberian ASI eksklusif adalah
sampai empat sampai enam bulan tanpa makanan lainnya, sebab kebutuhannya
sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan pada bayi, dan proses pemberian ASI dapat
dilakukan melalui proses menyusui (Hidayat, 2005).
Tidak semua anak mendapatkan ASI secara langsung, banyak kita temukan
anak-anak kebutuhan nutrisinya melalui susu formula. Untuk itu dalam pemberian
susu formula atau susu botol juga perlu diperhatikan diantaranya : sterilkan dahulu
sebelum memberikan pada bayi dengan cara dipanaskan, jangan membuat lama-
lama susu didalam botol, ikuti petunjuk pemakaian susu formula dan lain-lain
(Hidayat, 2005).

Bagi bayi, ASI atau susu formula merupakan sumber utama untuk memenuhi
kebutuhan cairan. ASI dan susu formula dengan densitas energi standar (20 Kkal/oz
atau 0,66 Kkal/mL), mengandung air sekitar 89%. Tambahan air yang dihasilkan
dari oksidasi susu yang dikomsumsi tersedia dalam bentuk air bebas. Apabila
konsentrasi susu formula melebihi 24 kkal/oz terdapat resiko bahwa walaupun
kalori dikomsumsi adekuat, bayi kurang mendapat air bebas sehingga terjadi
peningkatan beban zat terlarut pada ginjal dan dehidrasi (Rudolph, 2007).

4.1 Diet Seimbang


Makanan seimbang untuk bayi apabila total energi yang dihasilkan oleh ketiga
zat gizi penghasil energy masing-masing memberi kisaran kontribusi sebagai
berikut.

12
a. Lemak : 30-55% dari total energi
b. Protein : 7-16% dari energi total
c. Karbohidrat : 29-63% dari total energi

Misalnya air susu ibu terdapat 67 kkal energi yang merupakan kontribusi dari
1.2 gram protein, 3.8 gram lemak dan 7 gram karbohidrat atau kontribusi energi
dari lemak 51%, protein 7%, dan karbohidrat 42% dari total energi. Dari
perhitungan tersebut disimpulkan bahwa air susu ibu adalah diet seimbang
(Irianto, 2008).

4.2 Penggunaan Energi


Energi pada masa bayi sangat diperlukan sebagai bagian yang tidak terpisahkan
untuk metabolisme basal, thermic effect feeding, thermoregulation, aktivitas fisik,
pertumbuhan, dan energi terbuang (Irianto, 2008).
4.2.1 Metabolisme basal
Metabolisme basal ialah energi yang diperlukan untuk kelangsungan organ
tubuh seperti denyut jantung, sirkulasi darah dan cairan, pernapasan, pengiriman
sinyal-sinyal saraf, kontraksi semua otot, juga untuk mempertahankan suhu tubuh.
Aktifitas memtabolisme dari semua organ vital diatas secara proporsional akan
menunjang kenaikan berat badan bayi (Irianto, 2008).
Kontribusi energi metabolisme basal untuk otak pada neonates sangat tinggi
yaitu 70%, dari total energy metabolism basal. Pada bayi hingga usia 12 bulan
sekitar 60-65%. Sedang bayi prematur membutuhkan sekitar 40 kkal per kg per hari
(Irianto, 2008).

4.2.2 Thermic effect feeding


Thermic effect feeding adalah energy untuk mengolah makanan menjadi
energi. Thermic effect feeding memerlukan sekitar 10% dari totalpenggunaan
energi. Pada masa sesudah pertumbuha, sekitar 5% (Irianto, 2008).
Pada bayi yang frekuensi makannya relatif lebih sering, maka energy untuk
thermic effect feeding sangat berperan untuk tranportasi dan konversi zat gizi yang
siap diserap untuk digunakan atau disimpan dalam setiap organ atau sel yang
membutuhkan. Flatt (1978) memperhitungkan penggunaan energi dari glukosa dan

13
konversi dari glukosa menjadi glikogen memerlukan 7% pengeluaran energy.
Konversi glukosa menjadi lemak 26%. Pencernaan protein dan proses
gluconeogenesis memerlukan 25% penggunaan energi (Irianto, 2008).

4.2.3 Thermo regulation


Energi untuk pengaturan suhu tubuh sangat penting untuk adaptasi dengan
suhu lingkungan. Pada suhu lingkungan yang nyaman untuk bayi, kebutuha oksigen
untuk basal metabolic rate semakin sedikit (Irianto, 2008).
Untuk bayi normal dengan kondisi nyaman, energi untuk termo regulasi tidak
terlalu diperhitungkan (Irianto, 2008).

4.2.4 Aktifitas fisik


Pada bayi usia 6 bulan pertama pengeluaran energy untuk aktivitas fisik lebih
sedikit. Kebutuhan energy rata-rata untuk aktivitas 15-25 kkal per kg BB per hari
(Irianto, 2008).

4.2.5 Pertumbuhan
Energi yang diperlukan untuk pertumbuhan jaringan, dibagi menjadi dua
yaitu :
a. Masukan energi yang diperlukan untuk membentuk susunan atau komposisi
jaringan sel
b. Pengeluaran energi untuk keperluan lain misalnya untuk sintesis
Jumlah energi yang diperlukan untuk menyusun jaringan sekitar 5kkal per
gram pertambahan BB.
Kebutuhan energi dalam bulan pertama kehidupan di samping untuk basal
metabolisme juga menentukan pertumbuhan selanjutnya dengan terjadinya susunan
sintesis jaringan sel baru. Sintesis lemak sangat diperlukan untuk menghasilkan
energy karena pertambahan berat yang pesat pada 4 bulan pertama sangat
tergantung dari asupan lemak. Setelalh 4 bulan koma kontribusi energy untuk
sintesis jaringan baru, secar perlahan akan berkurang (Irianto, 2008).
4.2.6 Energi terbuang
Jika jumlah dan komposisi makanan atau diet telah diketahui, energy yang
terbuang melalui tinja dan urin dapat diperkirakan. Jumlah energy yang terbuang
melalui urin dan feses sekitar 5 kkal per kg per hari (Irianto, 2008).

14
4.3 Kebutuhan Energi
Rekomendasi masukan energi untuk bayi diperhitungkan dari berat badan
(normal) dengan usia bayi (Irianto, 2008).
Tabel 4.3 Kebutuhan Energi per Hari
Umur Berat badan (kg) Tinggi badan Energi (kkal)
(cm)
0-6 bulan 5,5 60 560
7-12 bulan 8,5 71 800
1-3 tahun 12 89 1220
4-6 tahun 18 108 1720
7-9 tahun 23,5 120 1860
Pria
− 10-10tahun 30 135 1950
− 13-15 tahun 40 152 2200
− 16-19 tahun 53 160 2360
− 20-59 tahun 56 162 2400
− 60 tahun 56 162 1960

Wanita
− 10-12 tahun 32 139 1750
− 13-15 tahun 40 153 1900
− 16-19 tahun 53 154 1850
− 20-59 tahun 50 154 1900
− 60 tahun 50 154 1700

Sumber : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 1988, dikutip dari Solihin
pudjiadi, 2001.

15
5. Asuhan Keperawatan
5.1 Pengkajian
Pengkajian nutrisi penting khususnya bagi pasien yang beresiko masalah
nutrisi berhubungan dengan stres, penyakit, hospitalisasi, kebiasaan gaya hidup,
dan faktor-faktor lain. Pengkajian nutrisi terdiri dari empat area pokok yaitu
pengukuran fisik (tinggi dan berat badan), tes laboratorium, riwayat diet dan
kesehatan dan observasi klinik (Potter dan Perry, 2005).

Pengkuran Fisik
Pengukuran tinggi dan berat badan harus diperoleh ketika pasien masuk
rumah sakit atau lingkungan pelayanan kesehatan apapun. Apabila
memungkinkan, pasien harus ditimbang pada waktu yang sama setiap hari, pada
skala sama dan dengan pakaian atau linen yang sama. Perubahan berat badan
terakhir harus didokumentasikan (Potter dan Perry, 2005).
Tes Laboratorium dan Biokimia
Tidak satupun tes laboratorium atau biokimia adalah diagnostik untuk
malnutrisi. Tes-tes dipengaruhi oleh banyak faktor seperti keseimbangan cairan
dan fungsi hati, fungsi ginjal dan adanya penyakit. Tes laboratorium biasanya
digunakan untuk mempelajari status nutrisi termaksud ukuran protein
plasmaseperti albumin, transferin, retinol yang mengikat protein, total kapasitas
ikatan zat besi dan hemoglobin (Potter dan Perry, 2005)
Riwayat Diet dan Kesehatan
Selain riwayat keperawatan yang umum, perawat memperoleh riwayat khusus
diet yang lebih untuk mengkaji kebutuhan nutrisi aktual atau potensial. Riwayat
diet berfokus pada kebiasaan asupan cairan dan makanan pasien. Sebaliknya
informasi pilihan, alergi masalah dan area yang berhubungan lainnya seperti
kemampuan pasien untuk memperoleh makanan (Potter dan Perry, 2005).
Tambahan bagi perawat untuk mengkaji adalah pengumpulan faktor-faktor
yang mempengaruhi pola diet pasien dan status nutrisi. Faktor-faktor tersebut
adalah :
Status Kesehatan. Status kesehatan pasien berhubungan dengan nafsu makan
yang baik adalah tanda yang sehat. Anoreksia (kurang nafsu makan) biasanya
gejala penyakit atau karena efek samping obat. Dan dukungan nutrisi adalah
bagian esensial penyembuhan setiap penanganan medis (Potter dan Perry, 2005).

16
Kultur dan Agama.Pola kultural, etnik, agama dan batasan mengenai
makanan harus diperhitungkan. Makanan dan diet tertentu harus diberikan
apabila sesuai (Potter dan Perry, 2005).
Status Sosioekonomi.Biaya makanan tidak tetap dan belanja bervariasi
tergantung pada uang yang tersedia (Potter dan Perry, 2005).
Pilihan Pribadi.Kesukaan atau ketidaksukaan pribadi mungkin berpengaruh
terhadap diet. Makanan yang berhubungan dengan kenangan yang
menyenangkan cenderung menjadi makanan favorit. Makanan yang
berhubungan dengan kenangan yang tidak menyenangkan cenderung untuk
dihindari. Makanan mewah dapat digunakan sebagai simbol status. Pilihan
individu harus dipertimbangkan ketika merencanakan diet terapeutik (Potter dan
Perry, 2005).
Faktor Psikologis. Motivasi individu untuk makanan yang seimbang
danpersepsi individu tentang diet merupakan pengaruh yang kuat. Makanan yang
mempunyai nilai simbolik yang utama bagi banyak orang (misalnya susu
menyimbolkan kelemahan dan daging menyimbolkan kekuatan).
Alkohol dan obat-obatan.Penggunaan alkohol dan obat yang berlebihan
memberikan konstribusi pada defisiensi nutrisi karena mungkin dibelanjakan
alkohol daripada makanan dan alkohol menggantikan bagian makanan dan
menekan nafsu makan. Alkohol juga memperngaruhi gastrointestinal. Obat-
obatan berlebihan juga mempengaruhi organ gastrointestinal. Obat-obatan yang
menekan nafsu makan dapat menurunkan asupan gizi esensial. Obat-obatan juga
menghabiskan zat gizi yang tersimpan dan mengurangi absospsi zat gizi didalam
intostin (Potter dan Perry, 2005).
Observasi Klinis
Observasi klinis dapat menjadi aspek terpenting pengkajian nutrisi. Tanda-
tandaklinis dari status gizi pasien terlihat pada tabel berikut :

17
Tabel 5. Tanda-Tanda Klinis Dari Status Gizi Pasien
No. Bagian Tubuh Bagian Tubuh Tanda- Bagian Tubuh Tanda-
Tanda-Tanda Tanda untuk Tanda untuk
untuk
1. Penampilan Sadar, responsive Lesu, apatis, kakeksia,
umum penampilan kakeksia
2. Berat badan Berat badan normal untuk Penampilan obesitas atau
tinggi badan, usia dan kurus (perhatian khusus
bentuk tubuh untuk kurus)
3. Postur Postur tegak, lengan dan Bahu kendur, dada
tungkai lurus cekung, punggung
bungkuk
4. Otot Otot berkembang baik, Penampilan lemah, tonus
kuat tonus bagus, beberapa buruk, tonus tidak
lemak ada dibawah kulit berkembang nyeri,
edema, tidak mampu
berjalan dengan baik
5. Kontrol sistem Rentang perhatian baik, Kurang perhatian,
saraf kurang iritabilitas atau iritabilitas, bingung,
kelelahan, refleks normal, tangan dan kaki terasa
kestabilan psikologis terbakar dan kesemutan,
kelemahan dan nyeri
otot, penurunan atau
kehilangan refleks lutut
dan tumit
6. Fungsi Nafsu makan dan Anoreksia, tidak mampu
gastrointestinal pencernaan baik, mencerna, konstipasi
eleminasi teratur normal, atau diare, pembesaran
tidak ada organ atau massa hati atau limpa
yang teraba
7. Fungsi Laju denyut dan irama Laju denyut jantung
kardiovaskuler denyut jantung normal, cepat, pembersaran
tidak ada murmur, tekanan jantung dan irama
darah normal untuk jantung tidak normal,
usianya tekanan darah meningkat
8. Vitalitas umum Ketahanan bertenaga, Mudah lelah, kurang
kebiasaan tidur baik, energi, mudah tertidur,

18
penampilan kuat penampilan capek dan
apatis
9. Rambut Bersinar, penampilan Rambut berserabut,
berkilat, kuat, helai rambut kusam, kusut, kering,
tidak mudah dicabut, kulit tipis dan kasar,
kepala sehat penampilan
depigmentasi, helai
rambut mudah terlepas
10. Kulit (umum) Kulit halus dan sedikit Kasar, kering, bersisik,
lembab dengan warna baik pucat, berpigmen,
berpenampilan iritasi,
lebam, kehilangan lemak
pada subkutan
11. Wajah dan Warna merata halus, Penampilan berminyak,
leher merah muda, penampilan diskolarasi, bersisik,
sehat, tidak ada bengkak bengkak, kulit gelap
dipipi dan bawah mata,
tidak halus dan kasar
pada kulitsekitar hidung
dan mulut
12. Bibir Halus, warna baik, Penampilan kering dan
penampilan lembab (tidak bersisik, bengkak,
pecah atau bengkak) kemerahan dan bengkak
(keilosisi) lesi angular
pada sudut mulut
13. Mulut dan Membran mukosa didalam Membran mukosa mulut
membran rongga mulut berwarna yang lembut dan
mukosa merah muda sampai bengkak
kemerahan
14. Gusi Warna merah muda, Gusi bengkak dan
penampilan sehat dan mudah berdarah, gusi
merah, tidak bengkak dan tertarik kebelakang
berdarah
15. Lidah Warna merah muda atau Penampilan bengkak,
kemerahan gelap baik, kasar, warna magenta
tidak bengkak, halus, seperti daging (glositis),

19
terdapat papilla papilla hiperemia dan
dipermukaan, tidak ada hipertropi, papilla attrofi
lesi
16. Mata Mata terang jernih, Membran mata pucat
penampilan bersinar, tidak (konjungtiva pucat),
ada luka disudut membran, membran kemerahan
bulu mata lembab dan (injeksi konjungtiva),
sehat kering, tanda-tanda
dengan warna merah infeksi,
muda, bintik-bintik kemerahan,
pembuluh darah terlihat fisura pada sudut
atau kelopak
tidak ada benjolan pada mata (angulat
jaringan atau skelra, tidak palpebretik),kekeringan
ada lingkar kelelahan membran mata
dibawah mata (konjungtiva serosis),
penampilan buram dari
kornea (korneal sirosis),
kornea lunak
(keratomalasia).
17. Leher (kelenjar) Tidak ada Pembesaran tiroid
pembesaran kelenjar
18. Kuku Penampilan keras, merah Bentuk kuku seperti
muda sendok (koilonishia),
mudah patah dan
berpunggung
19. Kaki, tungkai Tidak ada nyeri, lemah Edema, nyeri betis,
atau bengkak, warna baik kesemutan, lemah
20. Kerangka Tidak ada malformasi Kaki bengkok, lutut
menyatu, deformitas
dada pada diafragma,
scapula dan rusuk

5.2 Analisa Data


Menurut Buku Saku NIC & NOC (2007) analisa data dibegi menjadi data
subjektif dan objektif.
20
5.2.1 Nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh, perubahan
Batasan karakteristik
a. Berat badan kurang dari 20% atau lebih dari ideal terhadap tinggi badan
dan kerangka.
b. Asupan makanan kurang dari kebutuhan metabolik, baik kalori total atau
nutrisi spesifik.
c. Kehilangan berat badan dengan asupan makanan adekuat.
d. Melaporkan asupan makanan tidak adekuat kurang dari anjuran kecukupan
gizi harian.

Subjektif
a. Kram abdomen
b. Nyeri abdomen dengan atau tanpa penyakit
c. Merasakan ketidakmampuan untuk mengingesti makanan
d. Melaporkan perubahan sensasi rasa
e. Merasa kenyang segera setelah mengingesti makanan

Objektif

a. Tidak tertarik untuk makan


b. Kerapuhan kapiler
c. Diare
d. Adanya bukti kekurangan makanan
e. Kehilangan rambut yang berlebihan
f. Bising usus hiperaktif
g. Kurang informasi
h. Miskonsepsi
i. Konjungtiva dan membrane mukosa pucat
j. Tonus otot buruk
k. Menolak untuk makan
l. Luka, rongga mulut inflamasi
m. Kelemahan otot yang dibutuhkan untuk menelan dan mengunyah
(Wilkinson &Ahren, 2007)

5.2.2 Nutrisi : Lebih dari kebutuhan tubuh, perubahan

21
Batasan karakteristik
a. Lipatan kulit trisep lebih dari 15 mm pada pria dan 25 mm pada wanita.
b. Berat badan 20% di atas bert badan dan kerangka ideal
Subjektif

a. Peningkatan nafsu makan


b. Makan sebagai respon terhadap isyarat internal selain rasa lapar (misalnya,
ansietas)
c. Melaporkan penggunaan makanan padat sebagai sumber makanan yang
utama sebelum usia lima bulan.

Objektif

a. Obesitas pada salah satu atau kedua orangtua


b. Memusatkan asupan makanan pada malam hari
c. Disfungsi pola makanan
d. Makan sebagai respon terhadap syarat eksternal
e. Penggunaan makan sebagai penghargaan atau kenyamanan
f. Makan sambil melakukan aktivitas
g. Transisi yang cepat dalam melewati persentil pertumbuhan bayi atau anak
h. Adanya nilai dasar berat badan yang lebih tinggi pada setiap awal kehamilan
yang dapat dilaporkan atau di observasi
(Wilkinson & Ahren, 2007)

5.2.3. Nutrisi: Lebih dari Kebutuhan Tubuh, Risiko Perubahan


Faktor risiko
Subjektif
a. Peningkatan nafsu makan
b. Makanan sebagai respon terhadap isyarat internal selain rasa lapar
(misalnya ansietas)
c. Melaporkan penggunaan makanan padat sebagai sumber makanan yang
utama sebelum usia lima bulan.
Objektif
22
a. Obesitas pada satu atau kedua orang tua
b. Memusatkan asupan makan pada malam hari
c. Disfungsi pola makan
d. Makan sebagai isyarat eksternal (waktu makan atau situasi sosial)
e. Penggunaan makanan sebagai penghargaan atau kenyamanan
f. Makan sambil melakukan aktivitas
g. Transisi yang cepat dalam melewati persentil pertumbuhan pada bayi atau
anak
h. Adanya nilai dasar berat badan lebih tinggi pada setiap awal kehamilan
yang dapat dilaprkan atau diobservasi.
(Wilkinson & Ahren, 2007)

5.3 Diagnosa Keperawatan


Menurut Buku Saku Diagnosis Keperawatan NIC & NOC (2007), terdapat
dua diagnosa yang dapat digunakan untuk menggambarkan perubahan nutrisi pada
pasien yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, lebih dari kebutuhan tubuh dan
nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh, resiko perubahan. Nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh didefenisikan sebagai suatu keadaan individu yang mengalami kekurangan
asuhan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Nutrisi lebih dari kebutuhan
tubuh merupakan keadaan seorang individu yang berada pada resiko mengalami
asupan zat gizi yang melebihi kebutuhan metabolisme. Nutrisi lebih dari kebutuhan
tubuh, resiko perubahan (Wilkinson &Ahren, 2007).

5.4 Intervensi
Penerapan intervensi keperawatan terkait masalah nutrisi bisa merujuk pada
intervensi yang diterapkan secara umum pada klien dengan gangguan pemenuhan
nutrisi. Akan tetapi, pada kasus-kasus tertentu penerapan diagnosis diatas tersebut
tentulah harus sesuai dengan kasus yang dihadapi.
5.4.1 Nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, perubahan
Faktor yang berhubungan:
a. Ketergantungan kimiawi
b. Penyakit kronis

23
c. Kesulitan mengunyah atau menelan
d. Faktor ekonomi
e. Intoleransi makanan
f. Kebutuhan metabolik tinggi
g. Refleks mengisap pada bayi tidak adekuat
h. Kurangnya pengetahuan dasar nutrisi
i. Akses pada makanan terbatas
j. Hilangnya nafsu makan
k. Mual/muntah
l. Pengabaian orang tua
m. Gangguan psikologis
Hasil yang Disarankan NOC
a. Status gizi: tingkat gizi yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan
metabolik.
b. Status gizi: asupan makanan dan cairan: jumlah makanan dan cairan yang
dikonsumsi tubuh selama waktu 24 jam.
c. Satus gizi: nilai gizi: keadekuatan zat gizi yang dikonsumsi tubuh.

Tujuan/Kriteria Evaluasi
Contoh PenggunaanBahasa NOC
Menunjukkan satus gizi : asupan makanan, cairan dan zat gizi, ditandai
dengan indikator berikut(sebutkan nilai1-5: tidak adekuat, ringan,sedang, kuat,
atau adekuat total).

Contoh Lain
Pasien akan:
a. Mempertahankan atau menunjukkan pertambahan berat badan
b. Menjelaskan komponen keadekuatan diet bergizi.
c. Nilai labolatorium normal.
d. Melaporkan keadekuatan tingkat energi.
e. Mempertahankan massa dan berat badan dalam batas normal.
Mandiri
a. Tentukan motivasi klien untuk mengubah kebiasaan makan.

24
b. Pantau nilai labolatorium
c. Timbang pasien pada interval yang tepat.
d. Ketahui makanan kesukaan klien.
e. Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan.tentukan
kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
f. Ajarkan metode untuk perencanaan makanan.
g. Ajarkan pasien/keluarga tentang makanan bergizi dan tidak mahal.
h. Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana
memenuhinya.
Kolaborasi
a. Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein untuk
pasien dengan ketidakadekuatan protein atau kehilangan protein.
b. Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan, makanan
pelengkap, pemberian makanan enter atau parenteral total agar asupan kalori
adekuat.
c. Rujuk ke dokter untuk menentukan penyebab perubahan nutrisi.
d. Rujuk ke program gizi komunitas yang tepat, jika pasien tidak dapat
membeli atau menyiapkan makanan yang adekuat.

5.4.2 Nutrisi: Lebih dari Kebutuhan Tubuh, Perubahan


Faktor yang berhubungan
a. Asupan yang berlebihan dalam hubungannya dengan kebutuhan
metabolisme
b. Ketergantungan pada bahan kimia
c. Memusatkan nutrisi pada akhir hari
d. Penurunan kebutuhan metabolisme
e. Pola makan disfungsional
f. Makan sebagai respon terhadap isyarat eksternal
g. Peningkatan nafsu makan
h. Kurangnya dasar pengetahuan tentang nutrisi
i. Kurangnya latihan fisik
j. Penggunaan makanan sebagai tindakan penguatan atau membuat rasa
nyaman
k. Obesitas pata orang tua

25
l. Penggunaan makanan padat sebagai sumber makanan utama sebagai usia
lima bulan
m. emilihan makanan yang tidak memenuhi kebutuhan sehari-hari
n. Penggantian pemanis untuk adiksi.
Hasil yang disarankan NOC
a. Status gizi: asupan dan cairan: jumlah makanan dan cairan yang masuk ke
dalam tubuh dalam periose 24 jam.
b. Status gizi: asuan zat gizi: keadekuatan zat gizi yang masuk ke dalam
tubuh.
Tujuan/Kriteria Evaluasi
Contoh penggunaan bahasa NOC
Menunjukkan status gizi: asupan makanan dan cairan, dibuktikan dengan
indikaor sebagai berikut (1-5): asupan tidak adekuat, ringan, sedang, kuat, atau
adekuat total dan asupan makanan dan cairan melalui oral tidak berlebihan.
Contoh lain
a. Pasien akan: Menyadari masalah berat badan
b. Mengungkapkan dengan kata-kata tentang keinginan untuk menurunkan
berat badan
c. Berpartisipasi dalam program latihan yang teratur.
d. Berpartisipasi dalam program penurunan berat badan yamg terstruktur.
e. Menahan diri untuk tidak makan banyak dalam satu waktu tertentu.
f. Mengalami asupan yan adekuat, tetapi tidak berlebihan.
g. Intervensi mandiri
h. Pantau perilaku pasien yang berkaitan dengan kenaikan berat badan .
i. Bantu pengurangan berat badan dengan program tertentu.
j. Timbang berat badan pasien dengan interval yang tepat.
k. Berikan informasi yang adekuat tentang kebutuhan nutrisi
l. Anjurkan pasien utnuk mengikuti program diet yang tepat.
Kolaborasi
a. Rundingkan dengan ahli gizi untuk mengimplementasikan program
penurunan berat badan yang meliputi pengelolaan diet dan pengeluaran
energi.

26
b. Pengelolaan nutrisi: tentukan dengan melakukan kolaborasi bersama ahli
diet, jumlah kalori dan jenis zat gizi yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi.
c. Bantuan pengurangan berat badan: anjurkan pasien untuk hadir dalam
kelompok pendukung penurunan berat badan.

5.4.3 Nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh, risiko perubahan


Hasil yang Disarankan NOC
Status gizi: asupan makanan dan cairan: jumlah makanan dan cairan
yang masuk ke dalam tubuh dalam periode 24 jam.
Tujuan/Kriteria Evaluasi
Contoh Penggunaan Bahasa NOC
Menunjukkan status gizi: asupan makanan dan cairan, dibuktikan dengan
indikaor sebagai berikut (1-5): asupan tidak adekuat, ringan, sedang, kuat, atau
adekuat total dan asupan makanan dan cairan melalui oral tidak berlebihan.
Contoh Lain
Pasien akan:
a. Menyadari adanya fakror risiko.
b. Berpartisipasi dalam program latihan teratur.
c. Memelihara berat badan ideal.
d. Makan diet seimbang.
Mandiri
a. Pantau adanya faktor risiko kenaikan berat badan.
b. Pengelolaan berat badan(NOC): tentukan berat badan dan persentase
lemak tubuh ideal pasien.
c. Pengelolaan nutrisi (NIC): timbang berat badan pasien pada interval yang
tepat.
d. Diskusikan dengan pasien tentang hubungan antara asupan makanan,
latihan, kenaikan berat badan dan penurunan berat badan.
e. Diskusikan dengan pasien tentang kondisi medis yang dapat memengaruhi
berat badan.
f. Diskusikan dengan pasien tentang faktor kebiasaan dan adatserta budaya
dan faktor hereditas yang dapat memengaruhi berat badan.

27
g. Diskusikan tentang risiko yang berkaitan dengan kelenihan atau
kekurangan berat badan.
h. Bantu pasien dalam mengembangkan rencana makan yang seimbang dan
konsisten dengan tingkat penggunaan energi.

B. Pengkajian Pasien di Rumah Sakit


Berdasarkan penugasan dan sesuai dengan jadwal mahasiswa praktek di rumah
sakit umum daerah dr. Pirngadi Medan, pada tanggal 02 juni 2014 mahasiswa
melakukan pengkajian keperawatan pada pasien An.R. Berikut deskripsi dari hasil
pengkajian yang dilakukan dan secara lengkap terdapat di lampiran 1.
1. Biodata
Seorang bayi, An.R berusia 17 yang lahir pada tanggal 18 mei 2014, berjenis
kelamin laki-laki, agama Islam. An.R belum pernah sekolah, Tn.M adalah ayahnya
yang bekerja sebagai wiraswasta dan Ny. S adalah ibu dari An.R yang bekerja
sebagai ibu rumah tangga , tinggal di jalan Flamboyan Raya Komplek Polri, Medan
Tuntungan. Pada tanggal 18-05-2014 An.R dirawat di ruangan Perinatologi, dengan
nomor rekam medik 00.92.60.67. Diagnosa pada An.R adalah BBLSR ( Berat
Badan Lahir Sangat Rendah).

2. Keluhan Utama
Dalam pengkajian yang dilakukan An.R lahir kurang bulan, memiliki berat
badan 1500 gr saat baru lahir, suhu tubuh 35,5 0C, pernapasan 60 kali per menit,
denyut nadi 158 kali per menit, kulit dingin.

3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


Tidak ada penyakit yang dialami an.R sebelumnya, tidak ada pengobatan atau
tindakan yang dilakukan sebelumnya karena setelah an.R lahir segera dirawat di
ruangan perinatologi. An. R belum pernah dirawat dan di operasi sebelumnya, An.
R juga tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat dan susu formula. An.R sudah
mendapatkan imunisasi BCG, Polio dan HB 1.

4. Pemeriksaan Fisik
Secara umum didapati pasien sadar, dengan suhu tubuh 35.50C, nadi 158 kali
per menit, pernafasan 60 kali per menit, An. R memiliki panjang badan 43 cm,

28
berat badan 1500 gram, lingkar kepala 27 cm dan lingkar dada 23.5 cm. Dalam
melakukan pengkajian dilakukan juga pemeriksaan Head to toe untuk memperoleh
data pemeriksaan fisik lebih lengkap. Dalam pemeriksaan kepala dan rambut
didapati kulit kepala tampak bersih, tidak terdapat kotoran dan verniks kaseosa.
Fontenella posterior dan anterior belum menutup, pulsasi teraba, tidak ada edema
pada kulit kepala, adanya lanugo terutama pada daerah bahu dan punggung,
penyebaran rambut merata dengan warna hitam.
Pada pemeriksaan wajah dan mata didapati bentuk wajah simetris, tidak
terdapat edema pada wajah, warna kulit sedikit kuning. Mata kiri dan kanan
simetris, tidak adanya strabismus, sensitivitas terhadap cahaya baik ditandai dengan
pupil isokor, tidak ada terjadi edema pada palpebra, kornea jernih, tidak ada tanda
katarak kongenital dan tidak ada perdarahan pada konjungtiva. Terdapat refleks
berkedip pada mata.
Pada pemeriksaan hidung di dapati pola pernapasan pada bayi normal ditandai
an.R bernapas dengan menggunakan hidung, tidak ada pernapasan cuping hidung,
posisi septum nasi berada di tengah, tidak ada lesi, lubang hidung bersih, tidak
terdapat kotoran, sumbatan atau mukosa, dan tidak ada tanda infeksi.
Pada pemeriksaan telinga terletak sejajar dengan alis mata dan simetris antara
kiri dan kanan, dan terjadi refleks terkejut ketika dilakukan tes pendengaran dengan
melakukan refleks morro.
Keadaan mulut baik ditandai dengan mukosa bibir lembab, refleks menghisap
lemah sehingga an.R menggunakan OGT (Oral Gastric Tube), gusi berwarna merah
muda, Lidah tampak bersih dan tidak ada tanda infeksi. Pemeriksaan pada leher di
dapati posisi trakea terdapat di tengah, pulsasi vena jugularis reguler, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid.
Pemeriksaan pada integument tidak terdapat verniks kaseosa di seluruh tubuh,
penyebaran lanugo banyak terutama pada daerah bahu dan punggung, warna kulit
kekuningan. Pada pemeriksaan thoraks atau dada tidak terdapat kelainan bentuk
dada, tidak terdapat retraksi pada saat inspirasi, dinding dada dan perut bergerak
secara bersamaan, frekuensi pernapasan 60 kali per menit. Saat di palpasi tidak
terdapat fraktur klavikula, frekuensi jantung an.R 158 kali per menit.
Pemeriksaan yang dilakukan pada abdomen terdapat bentuk abdomen simetris,
tidak terdapat pembesaran hati, tidak ada tanda ascites dan saat di perkusi suara
abdomen tympani.

29
Pemeriksaan pada kelamin dan rektum terdapat lubang uretra tepat berada di
tengah, tidak terdapat pembengkakan dan tidak ada tanda infeksi, lubang anus ada
ditandai dengan an.R buang air besar. Pemeriksaan tulang belakang dan ekstremitas
tidak terdapat kelainan pada tulang belakang, tidak terdapat kelainan pada jari-jari
tangan dan kaki.
5. Pola Kebiasaan Sehari-hari
An.R minum PASI (Pengganti Air Susu Ibu) ± 8 kali/ hari, an.R diberikan 30cc/
3 jam dengan menggunakan OGT (Oral Gastric Tube), tidak ada mual muntah,
pemberian PASI tersebut dilakukan oleh perawat.

6. Perawatan diri atau personal hygiene


An. R mandi 1 kali per hari setiap pagi pukul 09.00 WIB yang dilakukan oleh
perawat.

7. Pola kegiatan atau Aktivitas


Pasien tidak dapat melakukan aktivitas mandiri dalam memenuhi kebutuhan
dasar. Untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian, tidak bisa dilakukan secara
mandiri namun dilakukan dengan bantuan perawat. Aktivitas an.R adalalah mandi 1
kali per hari pada pukul 09.00 WIB selama ± 3 menit, kemudian an.R diberikan
PASI oleh perawat di dalam inkubator. Bayi tidur atau istirahat ± 20 jam per hari.

8. Pola Eliminasi
An.R BAB ± 4 kali sehari dengan jumlah sedikit dan konsistensi lembek. BAB
terakhir an.R adalah hari jumat tanggal 6 juni 2014 pukul 08.30 WIB. Pola BAK
An.R menggunakan popok dengan jumlah popok basah 6-10 popok per hari dengan
karakter urin kuning.

C. Masalah Keperawatan dan Analisa Data


Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 02 Juni 2014 dari data-
data yang diperoleh dilakukan analisa data dengan mengelompokkan data objek dan
data subjek. Dari analisa data yang dilkukan ditemukan tiga masalah keperawatan yaitu:
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, hipotermi, dan kerusakan integritas
kulit. Secara lengkap terdapat pada lampiran 1.

30
D. Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan kemudian dirumuskan dalam bentuk diagnosa keperawataan
berdasarkan keterkaitan dan faktor-faktor yang menandai masalah yaitu data subjek dan
data objek yang telah di kaji. Dari hasil perumusan diperoleh tiga diagnosa yaitu:

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan kurang
adekuatnya refleks menghisap pada bayi ditandai dengan refleks hisap lemah,
konjungtiva pucat, BB : 1500gr dan dilakukan pemasangan OGT.
2. Hipotermi berhubungan dengan ketidakmatangan pengaturan system suhu tubuh
pada bayi ditandai dengan temp : 35,5 0C, menggigil dan kulit dingin
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kelembapan pada kulit ditandai
dengan kulit lembab dan kemerahan.

E. Perencanaan Keperawatan dan Rasional


Setelah melakukan pengkajian keperawatan, dari data yang diperoleh dilakukan
analisa dan menemukan masalah-masalah keperawatan kemudian dirumuskan dalam
diagnosa keperawatan. Pada saat itu juga perawat melakukan perencanaan tindakan
keperawatan untuk memberi asuhan keperawatan kepada An.R. Perencanaan
keperawatan dan rasional dari setiap diagnosa dapat dilihat di tabel berikut:

Tabel 1. Perencanaan tindakan keperawatan dengan diagnosa Perubahan nutrisi kurang


dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan kurang adekuatnya refleks
menghisap pada bayi.

No. Dx Perencanaan Keperawatan


1. Tujuan dan Kriteria Hasil
Tujuan:
Asupan nutrisi terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Kriteria :
Reflek hisap baik, berat badan naik, konjungtiva tidak anemis.
Rencana Tindakan Rasional
1. Berikan bayi minum PASI 1. Memenuhi nutrisi bayi sesuai
31
sesuai jadwal 30cc/ 3 jam kebutuhan

2. Bangunkan bayi untuk 2. Bayi tetap makan sesuai


pemberian minum tiap 3 jam jadwal, mengganti cairan
yang keluar.
3. Catat atau observasi setiap 3. Mengetahui jumlah asupan
pemberian susu yang masuk nutrisi dan jumlah
(intake) dan output pengeluaran
4. Timbang BB/ hari 4. Peningkatan BB indikasi
nutrisi terpenuhi,
menetapkan kebutuhan kalori
pada bayi
5. Lakukan pengontrolan cairan 5. Pengontrolan dilakukan
intravena pada an. R untuk mengetahui
keefektifan pemberian cairan

Tabel 2. Perencanaan tindakan keperawatan dengan diagnosa hipotermi berhubungan


dengan ketidakmatangan pengaturan system suhu tubuh pada bayi.

No. Dx Perencanaan Keperawatan


2. Tujuan dan Kriteria Hasil
Tujuan :
Tidak terjadi gangguan suhu tubuh (hipotermi) selama perawatan.

Kriteria Hasil :
- Suhu tubuh batas normal (36,5- 37,5) 0C
- Kulit hangat dan tidak menggigil
Rencana Tindakan Rasional
1. Ukur tanda-tanda vital yaitu 1. Hipotermi membuat bayi
suhu tubuh cenderung stress pada dingin
2. Ganti pakaian bayi dan alat 2. Pakain basah dapat terjadi
tenun tempat tidur segera bila konveksi panas dari tubuh
basah bayi meminimalkan resiko
kontaminasi kuman.
3. Tempatkan bayi pada incubator 3. Mempertahankan lingkungan
atau di bawah lampu pijar termonetral membantu
mencegah stress dingin
4. Ganti popok yang basah 4. Menurunkan kehilangan suhu
melalui evaporasi
5. Mandikan bayi dengan cepat, 5. Mengurangi kemungkinan
dan mengeringkan dengan kehilangan panas
segera

32
Tabel 3. Perencanaan tindakan keperawatan dengan diagnosa kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan kelembapan pada kulit.

No. Dx Perencanaan Keperawatan


3. Tujuan dan Kriteria hasil
Tujuan :
Gangguan integritas kulit teratasi
Kriteria hasil :
Bagian bokong bayi kering dan tidak ada kemerahan atau ruam
Rencana Tindakan Rasional
1. Observasi kulit setiap hari 1. Bahan kimia pada sabun
terhadam ruam atau dan menggosok terlalu kuat
kerusakan integritas kulit, dapat menyebabkan ruam
gunakan sabun lembut dan pada kulit.
lap kulit dengan perlahan
setelah mandi.
2. Ganti popok yang basah 2. Mencegah terjadinya
pertumbuhan kuman
3. Atur posisi tidur bayi 3. Untuk memperlancar
sirkulasi oksigen

F. Implementasi dan Evaluasi


Dari perencanaan yang dilakukan tidak semua tindakan dilakukan sesuai dengan
perencanaan (secara lengkap terdapat pada lampiran 2).
Untuk diagnosa pertama yaitu gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan, tindakan
yang dilakukan adalah memberikan bayi minum PASI sesuai jadwal 30cc/ 3 jam,
membangunkan bayi untuk pemberian minum tiap 3 jam, mencatat setiap pemberian
susu yang masuk, menimbang berat badan per hari, dan melakukan pengontrolan cairan
intravena pada an. R. Setelah di evaluasi selama perawatan masalah untuk diagnosa
pertama teratasi sebagian, an.R tidak ada muntah dan berat badan 1600 gram, dan tidak
terdapat residu lambung.
Untuk diagnosa kedua hipotermi, tindakan yang dilakukan adalah mengukur tanda-
tanda vital yaitu suhu tubuh, mengganti pakaian bayi dan alat tenun tempat tidur segera
bila basah, tempatkan bayi pada inkubator atau di bawah lampu pijar, ganti popok yang
basah, dan Mandikan bayi dengan cepat, dan mengeringkan dengan segera. Dari
tindakan yang dilakukan masalah teratasi sebagian, dapat dilihat ketika rentang suhu
tubuh berada pada 36,50C-37,50C, nadi 136 kali per menit, dan frekuensi pernapasan 52
kali per menit.

33
Untuk diagnosa ketiga yaitu kerusakan integritas kulit, tindakan yang dilakukan
pasien adalah mengganti popok yang basah, mengatur posisi tidur bayi dan Observasi
kulit setiap hari terhadam ruam atau kerusakan integritas kulit, gunakan sabun lembut
dan lap kulit dengan perlahan setelah mandi. Kerusakan integritas kulit teratasi
sebagian, dapat dilihat dari bayi tidak rewel atau menangis.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

Setelah dilakukan pengkajian pasa pasien An.R, dilakukan analisa data untuk
memperoleh diagnosa keperawatan. Diagnosa yang diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan


kurang adekuatnya refleks menghisap pada bayi ditandai dengan refleks hisap
lemah, konjungtiva pucat, BB : 1500gr dan dilakukan pemasangan OGT.

34
2. Hipotermi berhubungan dengan ketidakmatangan pengaturan system suhu
tubuh pada bayi ditandai dengan temp : 35,5 0C, menggigil dan kulit dingin
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kelembapan kulit ditandai
dengan kulit lembab dan kemerahan
Perubahannutrisi kurang dari kebutuhan adalah sebagai diagnosa prioritas.
Kemudian dilakukan perencanaan tindakan keperawatan. Setelah dilakukan asuhan
keperawatan, dari tiga diagnosa yang diperoleh masalah hanya dapat teratasi sebagian.
Diagnosa keperawatan dengan gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan teratasi
sebagian, diagnosa keperawatan dengan hipotermi teratasi sebagian, diagnosa
keperawatan dengan kerusakan integritas kulit teratasi sebagian.

B. Saran
1. Bagi Pendidikan Keperawatan
Sebaiknya pendidikan keperawatan lebih meningkatkan kualitas pendidikan
mahasiswa, khususnya sebelum praktik di rumah sakit. Sebaiknya diadakan ujian
praktek kembali sebelum praktik ke rumah sakit.
2. Bagi Praktik Keperawatan
Untuk praktik keperawatan sebaiknya seorang medis meningkatkan
kreatifitasnya dalam merawat pasien dan seorang perawat juga harus tetap
meningkatkan kualitas pendidikannya untuk dapat diterapkan dalam praktik
keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia PustakaUtama.

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC.

Doenges & Moorhouse. (2001). Rencana Perawatan Maternal/ Bayi : Pedoman untuk
Perencanaan Dokumentasi Perawatan Klien. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Hidayat, A. Alimul, (2005). Pengantar ilmu keperawatan anak 1. Jakarta: Salemba
Medika.

Hidayat, A. A. A. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan Proses


Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

35
Irianto, K. (2008). Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis. Bandung :
Yrama Widya.
Lissauer & Fanaroff. (2006). At a Glance Neonatologi. Jakarta : Erlangga.
Muslihatun, W. N. (2010). Asuhan Neonatus & Balita. Yogyakarta : Fitrimaya.
Nurhayati & Maryunani, A. (2009). Asuhan Kegawatdaruratan Dan Penyulit Pada
Neonatus. Jakarta: Trans Info Media.
Potter & Perry. (2006). Fundamental keperawatan: konsep, proses, dan praktek. Edisi
4, Volume 2. Jakarta: EGC.

Prawirahardjo, S. (2006). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Rudolph,A.M, (2007). Buku ajar pediatrik. Edisi 20. Jakarta: EGC

Tarwoto & Wartonah, 2004. Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan. Edisi
3. Jakarta: Salemba Medika.

Yuniastuti, Ari. (2008). Gizi dan Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu

Wilkonson, J.M, (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 7. Jakarta:EGC.

Widodo, Rahayu. (2009). Pemberian Makanan, Suplemen dan Obat pada Anak. Jakarta:
EGC

Lampiran 1
ANALISA DATA

NO MASALAH
DATA PENYEBAB
. KEPERAWATAN
1. DS : - Refleks mengisap lemah Perubahan nutrisi
DO : kurang dari
- Ketidakmampuan Volume lambung berkurang kebutuhan tubuh
untuk menghisap atau
refleks menghisap
lemah Waktu pengosongan
- BB : 1500gr lambung meningkat
- Konjungtiva anemis
- Penggunaan OGT
36
Kebutuhan nutrisi bayi
meningkat

Gangguan nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh

Ketidakmatangan sistem
pengaturan suhu pada bayi
(Jaringan kulit tipis, lemak
Kurang)

Permukaan tubuh relatif


DS : -
lebih luas
DO :
2. - Kulit dingin Hipotermi
- Temp : 35,50C
Pusat pengatur tubuh belum
- Menggigil
sempurna

Produksi panas berkurang

Hipotermi
Penggunaan popok yang
lama
DS : -
DO :
Kelembapan pada kulit
- Kulit lembab pada Kerusakan Integritas
3.
bagian pinggul dan kulit
kemerahan
Perubahan sirkulasi

Kerusakan integritas kulit


MASALAH KEPERAWATAN

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

2. Hipotermi

3. Kerusakan integritas kulit

DIAGNOSA KEPERAWATAN

37
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
kurang adekuatnya refleks menghisap pada bayi ditandai dengan refleks hisap
lemah, konjungtiva pucat, BB : 1500gr dan dilakukan pemasangan OGT
2. Hipotermi berhubungan dengan ketidakmatangan pengaturan sistem suhu
tubuh pada bayi ditandai dengan temp : 35,5 0C, menggigil dan kulit dingin
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kelembapan kulit ditandai
dengan kulit lembab dan kemerahan.

Lampiran 2
CATATAN PERKEMBANGAN

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


Hari/
No. Dx Pukul Tindakan keperawatan Evaluasi
Tanggal
Selasa/ 1. 08.00 1. Memberikan bayi minum S:-
03 Juni s.d PASI sesuai jadwal 30cc/ O : Residu
2014 14.00 3 jam lambung (-),
WIB
2. Membangunkan bayi tidak ada
untuk pemberian minum muntah, BB :
setiap 3 jam 1600 gr
3. Mencatat atau A : Masalah
mengobservasi setiap teratasi
pemberian susu yang sebagian
masuk (intake) dan output P : Intervensi
4. Menimbang berat badan dilanjutkan
setiap hari
5. Mengontrol cairan
intravena pada an.R
2. 08.00 1. Mengukur tanda-tanda S:-
s.d vital yaitu suhu tubuh O : Temp : 36.90C,
14.00 2. Mengganti pakaian bayi HR : 136 x/i,

38
WIB dan alat tenun tempat tidur RR : 52 x/i, alat
segera bila basah tenun kering.
3. Menempatkan bayi pada A : Masalah
incubator atau dibawah teratasi
lampu pijar sebagian
4. Mengganti popok yang P : Intervensi
basah dilanjutkan
5. Memandikan bayi dengan
cepat, dan mengeringkan
dengan segera
3. 08.00 1. Mengobservasi kulit setiap S:-
s.d hari terhadam ruam atau O : bayi merasa
14.00 kerusakan integritas kulit, nyaman (tidak
WIB gunakan sabun lembut dan terlihat rewel),
lap kulit dengan perlahan popok yang
setelah mandi. terpasang
2. Mengganti popok yang longgar.
basah A : Masalah
3. Mengatur posisi tidur bayi teratasi
sebagian
P : Intervensi
dilanjutkan
Rabu/ 1. 08.00 1. Memberikan bayi minum S:-
04 Juni s.d PASI sesuai jadwal 20cc/ 3 O : Residu
2014 14.00 jam lambung (-),
WIB
2. Membangunkan bayi untuk ada muntah,
pemberian minum setiap 3 BB : 1600 gr
jam A : Masalah
3. Mencatat atau teratasi
mengobservasi setiap sebagian
pemberian susu yang masuk P : Intervensi
(intake) dan output dilanjutkan
4. Menimbang berat badan
setiap hari
5. Mengontrol cairan intravena
pada an.R
2. 08.00 1. Mengukur tanda-tanda S:-
s.d vital yaitu suhu tubuh O : Temp : 37,30C,
14.00 2. Mengganti pakaian bayi HR : 140 x/i,
WIB
dan alat tenun tempat tidur RR : 40 x/i, alat
segera bila basah tenun kering.
3. Menempatkan bayi pada A : Masalah
incubator atau dibawah teratasi
lampu pijar sebagian
4. Mengganti popok yang P : Intervensi
dilanjutkan
39
basah
5. Memandikan bayi dengan
cepat, dan mengeringkan
dengan segera
3. 08.00 1. Mengobservasi kulit setiap S : -
s.d hari terhadam ruam atau O : bayi merasa
14.00 kerusakan integritas kulit, nyaman (tidak
WIB gunakan sabun lembut dan terlihat rewel),
lap kulit dengan perlahan popok yang
setelah mandi. terpasang
2. Mengganti popok yang longgar.
basah A : Masalah
3. Mengatur posisi tidur bayi teratasi
sebagian
P : Intervensi
dilanjutkan

Kamis/ 1. 14.00 1. Memberikan bayi minum S:-


05 Juni s.d PASI sesuai jadwal 30cc/ O : Residu
2014 20.00 3 jam lambung (2 cc),
WIB
2. Membangunkan bayi tidak ada
untuk pemberian minum muntah, BB :
setiap 3 jam 1600 gr
3. Mencatat atau A : Masalah
mengobservasi setiap teratasi
pemberian susu yang sebagian
masuk (intake) dan output P : Intervensi
4. Menimbang berat badan dilanjutkan
setiap hari
5. Mengontrol cairan
intravena pada an.R
2. 14.00 1. Mengukur tanda-tanda S:-
s.d vital yaitu suhu tubuh O : Temp : 36,50C,
20.00 2. Mengganti pakaian bayi HR : 140 x/i,
WIB
dan alat tenun tempat tidur RR : 52 x/i, alat
segera bila basah tenun kering.
3. Menempatkan bayi pada A : Masalah
inkubator atau dibawah teratasi
lampu pijar sebagian
4. Mengganti popok yang P : Intervensi
basah dilanjutkan
5. Memandikan bayi dengan
cepat, dan mengeringkan
dengan segera
3. 14.00 1. Mengobservasi kulit setiap S:-
s.d hari terhadam ruam atau O : bayi merasa

40
20.00 kerusakan integritas kulit, nyaman (tidak
WIB gunakan sabun lembut dan terlihat rewel),
lap kulit dengan perlahan popok yang
setelah mandi. terpasang
2. Mengganti popok yang longgar.
basah A : Masalah
3. Mengatur posisi tidur bayi teratasi
sebagian
P : Intervensi
dilanjutkan
Jumat/ 1. 08.00 1. Memberikan bayi minum S:-
06 Juni s.d PASI sesuai jadwal 30cc/ 3 O : Residu
2014 12.00 jam lambung (1 cc),
WIB
2. Membangunkan bayi untuk tidak ada
pemberian minum setiap 3 muntah, BB :
jam 1600 gr
3. Mencatat atau A : Masalah
mengobservasi setiap teratasi
pemberian susu yang masuk sebagian
(intake) dan output P : Intervensi
4. Menimbang berat badan dilanjutkan
setiap hari
5. Mengontrol cairan intravena
pada an.R
2. 08.00 1. Mengukur tanda-tanda S:-
s.d vital yaitu suhu tubuh O : Temp : 37 0C,
12.00 2. Mengganti pakaian bayi HR : 145 x/i,
WIB
dan alat tenun tempat tidur RR : 42 x/i, alat
segera bila basah tenun kering.
3. Menempatkan bayi pada A : Masalah
incubator atau dibawah teratasi
lampu pijar sebagian
4. Mengganti popok yang P : Intervensi
basah dilanjutkan
5. Memandikan bayi dengan
cepat, dan mengeringkan
dengan segera
3. 08.00 1. Mengobservasi kulit setiap S : -
s.d hari terhadam ruam atau O : bayi merasa
12.00 kerusakan integritas kulit, nyaman (tidak
WIB gunakan sabun lembut dan terlihat rewel),
lap kulit dengan perlahan popok yang
setelah mandi. terpasang
2. Mengganti popok yang longgar,
basah kemerahan
3. Mengatur posisi tidur bayi berkurang.

41
A : Masalah
teratasi
sebagian
P : Intervensi
dilanjutkan

42

Anda mungkin juga menyukai